• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

keuangan tersebut (Givoly dan Palmon, 1982 dalam Rachmawati, 2008:1). Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, di mana kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu, yang mana ketepatan waktu dilihat dari tanggal penerbitan laporan keuangan auditan di BEI paling lambat akhir bulan ke-3 sejak tutup buku.

2.1.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan berdasarkan penelitian terdahulu yaitu Catrinasari (2006) yang memaparkan faktor- faktor yang dapat berpengaruh terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan antara lain Rasio gearing, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan. Prabowo (2008) meneliti Profitabilitas, Opini Audit, Kualitas Auditor sebagai variabel independen. Simatupang (2009) meneliti Probabilitas, rasio gearing, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Situmorang (2010) Laba (rugi) bersih,current ratio,ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi KAP, audit report lag. Dari hasil peneliti terdahulu maka peneliti menggunakan variabel independen ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, opini audit, dan audit report lag yang dapat berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

2.1.5.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dan dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan pada total penjualan, total nilai buku aset, nilai bersih kekayaan, dan jumlah tenaga kerja (Soetedjo, 2006:79). Semakin besar nilai item-item tersebut, semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Perusahaan besar cenderung menyajikan laporan keuangan tepat waktu daripada perusahaan kecil. Menurut Dyer dan McHugh (1976) dalam Soetedjo (2006:79), perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat

penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Akan tetapi, menurut Boyton dan Kell (1996) dalam Soetedjo (2006:79), pelaporan keuangan akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar dan semakin luas. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus dilakukan.

2.1.5.2 Umur Perusahaan

Idealnya umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal pada saat berdirinya perusahaan yang bersangkutan. Namun, umur perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggal first issue (listed)-nya perusahaan di pasar modal (Owusu dan Ansah, 2000 dalam Catrinasari, 2006:25).

Owusu dan Ansah (dalam Na’im, 1999:48) mendefenisikan bahwa umur perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya. Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaanyang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Dengan demikian, calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi tentang perusahaan yang melakukan IPO tersebut.

Menurut Owusu dan Ansah (dalam Na’im, 1999:48) menyatakan, ketika sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan. Akibatnya, perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena perusahaan memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam proses pelaporan keuangan.

2.1.5.3 Profitabilitas

Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan Horne dan Wachowicz (2005:222) mengatakan rasio profitabilitas menghubungkan laba dengan penjualan dan laba dengan investasi yang secara bersama-sama keduanya menunjukkan efektifitas keseluruhan operasi perusahaan.

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas juga merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan (Santoso, 1995:26). Givoly dan Palmon (dalam Saleh, 2004:18) berpendapat bahwa ketepatan waktu dan

keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan.

Dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Dalam penelitian ini menggunakan return on asset (ROA), Rumus ROA yakni sebagai berikut :

2.1.5.4 Opini Audit

Arens dkk (2008:58) mendefenisikan Opini audit adalah pendapat akuntan publik atau auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diauditnya. Auditor sebagai pihak yang independen di dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan publik akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Laporan audit hanya dibuat

jika audit benar–benar dilakukan. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit.

Opini audit yang diberikan oleh auditor independen melalui beberapa tahap audit yang dilakukan dapat memberi simpulan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens dkk (2008:58) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor didalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.

Arens dkk (2008:62) mengemukakan bahwa terdapat 5 jenis opini audit yang dapat diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit tersebut dibedakan menjadi unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian), unqualified opinion with explanatory paragraph (wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan), qualified opinion (wajar dengan pengecualian), adverse opinion (tidak wajar), dan disclaimer opinion (tidak memberikan pendapat).

2.1.5.5 Audit Report Lag

Menurut Knechel dan Payne dalam Ahmad, Alim, dan Subekti (2005:12) audit report lag adalah periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Keterlambatan penyelesaian

audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan.

Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan audit report lag

mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan yang telah diaudit, semakin rendah audit report lag, pelaporan keuangan cenderung semakin tepat waktu, dan sebaliknya sebaliknya. Rentang waktu proses pengauditan yang selesai jauh sebelum akhir bulan ketiga, kemungkinan besar perusahaan dapat melaksanakan pelaporan keuangan tepat waktu.

Dokumen terkait