• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Prestasi Akademik

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik

Prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor internal terdiri dari kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan dasar, minat dan motivasi berprestasi. Faktor eksternal adalah status sosial ekonomi orang tua dan dukungan keluarga a. Uraian tentang faktor-faktor internal di atas adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan Berprestasi

Murray (seperti dikutip dalam Schunk, Pintrich, & Meece, 2008) mengatakan bahwa kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) adalah kebutuhan untuk menyelesaikan tugas yang sulit, untuk unggul, menyaingi orang lain, mengatasi hambatan dan mencapai standar yang tinggi. Tingginya kebutuhan berprestasi berakibat pada keinginan untuk mengejar standar performansi yang tinggi. Jackson (1974) mengatakan bahwa individu dengan kebutuhan berprestasi yang

tinggi adalah mereka yang mempunyai standar tinggi, dan memiliki keinginan untuk mencapai tugas yang sulit.

2. Kebutuhan Dasar

Menurut Maslow (seperti dikutip dalam Santrock, 2009) individu memiliki kemauan untuk belajar jika kebutuhan dasarnya telah dipenuhi. Kebutuhan dasar yang bersifat deficiency needs itu meliputi kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai, dan kebutuhan akan harga diri.

3. Minat

Hidi dan Harakiewicz (2000) mengatakan bahwa minat merupakan variabel penting yang mempengaruhi prestasi akademik individu. Minat atauinterest diartikan sebagai keinginan atau gairah yang tinggi terhadap sesuatu (Syah, 2008). Minat seseorang mempengaruhi kualitas pencapaian dalam bidang-bidang tertentu. 4. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk unggul atau dorongan untuk berjuang mencapai kesuksesan bukan untuk mendapatkan hadiah (Woolfolk, 1995). Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk berhasil dan berpartisipasi dalam kegiatan, di mana kesuksesan tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan (Slavin, 2003). Pengertian dasar motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu.

Santrock (2009) membagi motivasi berprestasi menjadi motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu agar mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Sedangkan motivasi intrinsik adalah dorongan internal untuk melakukan sesuatu.

b. Uraian tentang faktor-faktor eksternal adalah sebagai berikut : 1. Status Ekonomi Keluarga

Mahmud (1990) mengungkapkan bahwa salah satu faktor penting penentu prestasi akademik adalah status sosial ekonomi orang tua. Remaja yang status sosial ekonomi orang tuanya baik, berkecukupan, mampu atau kaya menunjukkan nilai yang lebih tinggi dalam tes kemampuan akademik, tes hasil belajar, dan lamanya bersekolah dibandingkan remaja dengan status sosial ekonomi orang tua yang rendah, kurang berada atau miskin. Selain itu, remaja yang orang tuanya berpendidikan tinggi lebih mungkin untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dibandingkan remaja yang orang tuanya tidak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

2. Dukungan Sosial Keluarga

Mahmud (1990) mengatakan bahwa remaja dari keluarga miskin dapat memperoleh prestasi akademik yang baik. Hal ini

berkaitan dengan sikap orang tua yang hangat, suka memotivasi, menaruh minat pada kemajuan belajar anak-anaknya dan yang bergairah sekali melihat anak-anaknya berhasil. Hubungan keluarga yang positif serta dorongan orang tua yang simpatik dapat mengatasi pengaruh negatif dari keadaan ekonomi yang tidak baik. Santrock (2009) mengatakan bahwa beberapa praktik asuhan orangtua yang positif dalam menghasilkan motivasi untuk berprestasi yang meningkat. Contohnya memberikan model perilaku prestasi termotivasi yaitu bekerja keras dengan tekun pada tugas menantang. Penelitian Nelson (2009) menyebutkan status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik remaja. B. Orientasi Tujuan

1. Pengertian Orientasi Tujuan

Goal atau tujuan selalu digambarkan sebagai bagian dari standar performansi yang ingin dicapai (Locke & Latham, 1990). Orientasi tujuan merupakan kerangka mental mengenai bagaimana individu menginterpretasi dan menghadapi situasi yang ada (Ariani Handrimurtjahyo, 2007). Orientasi tujuan mengacu pada tujuan dan fokus dari keterlibatan individu dalam kegiatan pencapaian tujuan (Schunk, 2008).

Menurut Schunk (2008) orientasi tujuan belajar merupakan bagian dari proses pembelajaran yang menekankan belajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain dari proses pembelajaran itu sendiri. Penelitian

Simanungkalit (2006) menyebut orientasi tujuan dalam belajar sebagai suatu keadaan bagaimana seseorang mencapai target yang telah ditentukan sebagai prestasi belajar atau mengarah pada dasar motivasional dari belajar sebagai arah untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orientasi tujuan adalah proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran dengan menekankan pentingnya proses belajar.

2. Jenis-jenis Orientasi Tujuan

Secara umum, Dweck dan Legget, 1988 (dalam VandeWalle, 1997) membagi orientasi tujuan ke dalam dua jenis yaitu :

a. A learning goal orientation, yaitu orientasi pada tujuan untuk belajar menguasai pengalaman baru dan mencari pengalaman baru.

b. A performance goal orientation,merupakan orientasi pada tujuan untuk menunjukan kemampuan dan mencari penilaian baik serta menghindari penilaian negatif tentang suatu pekerjaan. VandeWalle (1997) membagi performance goal orientation menjadi dua, yaitu proving goal orientation dan an avoidant goal orientation. Proving goal orientation mengarah pada orientasi tujuan untuk menunjukkan kemampuan kepada orang lain serta mencari umpan balik positif; sedangkan an avoidant goal orientation merupakan orientasi tujuan untuk menghindari penilaian negatif tentang suatu kinerja dan menghindari situasi di mana individu tersebut terlihat tidak mampu.

Dalam skala pengukuran orientasi tujuan menurut Arias (2004) yang disusun oleh Dowson (2003) konstruk yang diukur yaitu :

a. Tujuan Akademik

Tujuan akademik mengarah pada motivasi alami akademik yang digunakan mahasiswa sebagai pedoman dalam berperilaku di ruang kelas. Tujuan ini berkaitan dengan motivasi untuk belajar memahami materi perkuliahan dan memperoleh nilai tinggi karena dorongan dari individu sendiri. Orientasi tujuan akademik dibagi ke dalam tiga aspek yaitu :

1. Penguasaan materi yaitu kecenderungan untuk mencapai pemahaman tentang penjelasan, potensi akademik, atau pengembangan performansi yang relatif pada standar pembuktian diri.

2. Performansi yaitu kecenderungan untuk mengungguli mahasiswa lain, mencapai nilai yang pasti, atau memperoleh hadiah yang berhubungan dengan performansi akademik.

3. Penghindaran tugas yaitu kecenderungan untuk mencapai sesuatu dengan sesedikit mungkin usaha. Pintrich dan Scunk (seperti dikutip dalam Woolfolk, 2009) mengatakan bahwa siswa dengan tujuan ini mengerjakan tugas secepat mungkin tanpa mengeluarkan banyak usaha.

b. Tujuan Sosial

Tujuan sosial mengarah pada pertimbangan mahasiswa dalam bertindak pada situasi akademik berkaitan dengan relasi sosial. Orientasi tujuan sosial berkaitan dengan alasan sosial dari mahasiswa seperti relasi dengan orang tua, teman sebaya dan penghargaan lingkungan sosial. Orientasi tujuan sosial dibagi ke dalam lima aspek yaitu :

1. Afiliasi sosial yaitu kecenderungan untuk dapat meningkatkan rasa memiliki dari suatu kelompok atau beberapa kelompok dan untuk menjaga hubungan interpersonal.

2. Penerimaan sosial yaitu kecenderungan untuk mendapatkan persetujuan teman sebaya, guru dan orang tua.

3. Pengertian sosial yaitu kecenderungan untuk membantu orang lain dalam bidang akademik.

4. Tanggung jawab sosial yaitu kecenderungan untuk menjaga komitmen antar pribadi, memenuhi kewajiban peran sosial, mengikuti aturan moral dan sosial.

5. Status sosial yaitu kecenderungan untuk mencapai posisi tertinggi di Universitas dan kehidupan selanjutnya.

Orientasi tujuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah orientasi tujuan akademik dan orientasi tujuan sosial Arias (2004). Alasannya karena pada penelitian Simanungkalit (2006) telah menggunakan orientasi mastery dan performance. Selain itu, teori

orientasi tujuan oleh Arias (2004) lebih luas dibandingkan teori Dweck dan Legget (1988). Arias (2004) menambahkan orientasi tujuan sosial yang belum ada pada teori sebelumnya. Dengan demikian, aspek yang akan diungkap pada penelitian sebelumnya lebih banyak.

C. Mahasiswa

Mahasiswa adalah mereka yang baru memasuki usia dewasa dini yaitu usia 18-40 tahun (Hurlock, 1980). Mahasiswa dalam tahapan perkembangan berada pada fase mencapai prestasi (achieving stage) yaitu fase yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karier dan pengetahuan (Santrock, 1995). Mahasiswa sebagai pribadi yang dinilai secara sosial telah mampu mandiri, dan membuat keputusan-keputusan tentang tujuan hidupnya. Secara khusus mahasiswa psikologi adalah mereka yang terdaftar dan mengikuti perkuliahan di fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Secara umum, baik siswa maupun mahasiswa sama-sama memiliki orientasi tujuan. Alasan peneliti memilih mahasiswa sebagai subjek adalah alasan praktis dan alasan keterbatasan tenaga dan waktu.

D. Dinamika antar Variabel

Mahasiswa sebagai pribadi yang dinilai mampu berpikir secara efektif dan bertindak secara terarah. Hal ini berarti bahwa mahasiswa sudah mampu menentukkan orientasi tujuannya secara khusus untuk pencapaian prestasi yang lebih optimal. Mahasiswa dengan kemampuan kognitifnya telah mampu

merencanakan, mengelola dan mengevaluasi proses belajarnya di universitas. Mahasiswa pada semester 5 dan semester 7 yang telah lulus sisip program dapat menentukan orientasi tujuannya dalam proses pembelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Selain itu, mahasiswa pada semester 5 dan semester 7 secara teknis telah lulus sisip program yang diselenggarakan oleh fakultas. Dengan demikian prestasi yang diperoleh sudah dianggap cukup. Sedangkan mahasiswa pada semester sebelumnya menurut peneliti masih tergolong baru di lingkungan universitas dan masih dalam tahap beradaptasi dengan suasana kampus.

Orientasi tujuan terdiri dari dua jenis, Arias (2004) yaitu orientasi tujuan akademik dan orientasi tujuan sosial. Orientasi tujuan akademik mengarah pada motivasi alami akademik yang digunakan mahasiswa sebagai pedoman dalam berperilaku di ruang kelas. Sedangkan tujuan sosial mengarah pada pertimbangan mahasiswa dalam bertindak pada situasi akademik berkaitan dengan relasi sosial.

Tujuan akademik mendorong mahasiswa untuk menguasai materi yang diberikan, untuk bersaing memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada mahasiswa lain. Selain itu, mahasiswa dengan tujuan akademik juga mengerjakan tugas yang mudah dengan sebaik-baiknya (Dowson, 2003). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa sebagai makhluk sosial memiliki dorongan untuk menjalin relasi dengan lingkungan sosialnya. Hal ini kemudian menjadi pendorong dalam proses belajar. Mahasiswa belajar sebaik-baiknya untuk meningkatkan penerimaan sosial, menolong orang lain

yang kesulitan dalam proses belajar. Selain itu, tujuan sosial mengarahkan mahasiswa untuk menjaga komitmen dengan orang lain, mentaati norma sosial yang berlaku dan ingin mendapatkan status yang baik.

Di dunia pendidikan orientasi tujuan ini terkait dengan prestasi akademik seorang siswa. Kedua jenis orientasi tersebut di atas menghasilkan dampak yang berbeda. Mahasiswa dengan tujuan akademik akan memotivasi diri sendiri untuk mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan sosial, menjadikan orang lain seperti orang tua, teman sebaya atau guru sebagai motivasi utama dalam mencapai prestasi.

F. Hipotesis

Dari uraian di atas penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara orientasi tujuan akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa.

2. Ada hubungan negatif yang signifikan antara orientasi tujuan sosial dan prestasi akademik pada mahasiswa.

20 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara orientasi tujuan dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Pertama : Orientasi Tujuan 2. Variabel Kedua : Prestasi Akademik C. Definisi Operasional

1. Orientasi Tujuan

Orientasi tujuan adalah kecenderungan untuk menempatkan diri dalam mencapai prestasi dalam situasi pembelajaran. Orientasi tujuan pada penelitian ini diukur menggunakan skala The Goal Orientations dan Learning Strategies Survey (GOALS-S) yang disusun oleh Dowson dan McInerney (2003). Pada penelitian ini, orientasi tujuan dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Orientasi tujuan akademik adalah skor total dari aitem-aitem tujuan akademik pada skala orientasi tujuan yang diukur dengan The Goal OrientationsdanLearning Strategies Survey(GOALS-S).

b. Orientasi tujuan sosial adalah skor total dari aitem-aitem tujuan sosial

Dokumen terkait