• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang memengaruhi ruang personal

Dalam dokumen Rangkuman Buku psikologi lingkungan (Halaman 27-33)

Pemetaan Kognitif dan Kognitif Lingkungan A. Pemetaan Kognitif dan Kognitif Lingkungan

B. Faktor-faktor yang memengaruhi ruang personal

1. Faktor situasional

Interakasi yang terjalin diantara individu diawali dari adanya daya tarik seseorang pada yang lain. selain adanya daya tarik dalam melakukan interaksi, ada pula situasi lain yang dapat memengaruhi interaksi yaitu jarak interpersonal. Dalam memulai interaksi dengan seseorang akan terdapat situasi baru, dan saat itu berlangsung maka seseorang akan mencari kenyamanan dalam berinterakasi, misalnya dalam situasi rapat tentunya ruang personal yang dibawa oleh setiap peserta adalah berbeda begitupun situasi posisi duduk dan lain sebagainya berbeda dengan saat orang melakukan gosip maka situasi dan tata letaknya pun akan berbeda yaitu berdekatan.

2. Perbedaan individual

Interaksi antara seseorang dengan orang lain dapat saja berbeda antara satu orang dengan yang lain. perbedaan ini disebabkan faktor kepribadian individu seperti ekstrovert dan introvert, keduanya akan berbeda dalam menggunakan ruang personal mereka. selain itu jenis kelamin, usia seseorang dan faktor budaya juga akan memengaruhi interaksi.

Faktor asitektural suatu bangunan akan berpengaruh pada ruang personal. Tinggi rendahnya suatu atap, luas sempitnya suatu ruangan, posisi duduk atau tata letak, dan pencahayaan pada suatu ruang akan memengaruhi seseorang dalam melakukan interaksi dan menggunakan ruang personal.

C. Teritorial

Teritorial adalah suatu tempat atau ruang yang dimiliki dan diawasi oleh seseorang atau lebih. Teritorial sifatnya lebih menetap, batasnya terlihat dan mempunyai aturan untuk berinteraksi. Adanya pengawasan yang ketat terhadap suatu ruang yang dimilikinya, maka teritorial merupakan suatu aarea yang harus dilindungi oleh yang memilikinya. Pemahaman teritorial dapat bersifat individual, kelompok, seperti keluarga dan kelompok lainnya, bisa institusi juga yang terpenting terdapat kesamaan didalam pemetaan kognitifnya. Altman membagi tiga kategori teritorial yaitu,

1. Teritorial primer, merupakan teritorial yang memiliki tingkat pengawasan sangat tinggi karena indvidu mempresepsi sebagai miliknya atau menggunakannya dalam waktu yang lama.

2. Teritorial sekunder, merupakan suatu area yang dikuasai dalam waktu tertentu. Tingkat kepemilikannya, tidak dimiliki tetapi dipersepsi sebagai pemakai yang sah.

3. Teritorial publik, merupakan teritorial yang tingkat pengawasannya sangat rendah. Hal ini karena setiap orang yang berada didaerah tersebut memiliki peluang untuk menggunakan area tersebut.

 Teritorial dan agresi, teritorial adalah mengenai kepemilikan dan tingkat pengawasan. Hal ini berarti bahwa apabila ada pihak yang melanggar wilayah teritorial seseorang maka orang yang merasa terlanggar akan melakukan upaya pertahanan diri. Agresi pada dasarnya perilaku yang menyakiti pihak lain, jika dikaitkan dengan

teritorial jika ada pihak yang melanggar dan dilanggar maka sangat memungkinkan terjadinya adu kekuatan secara fisik.

 Teritorial sebagai batas keamanan

Teritorial merupakan batas dimana seseorang melakukan interaksinya dengan nyaman. Teritorial juga merupakan suatu batas keamanan agar tidak terjadinya pelanggaran teritorial.

 Ruang privasi dan teritorial

Ruang privasi adalah suatu proses pembatasan interpersonal dengan cara mengatur berinteraksi dengan orang lain. seseorang dalam berinteraksi butuh ruang privasi untuk membatasi, untuk menyendiri melakukan evaluasi diri atau melakukan pekerjaan yang memerlukan kesendirian tanpa diganggu oleh orang lain. ruang privasi tersebut sudah pasti memberikan kenyamanan dan aman.

D. Kepadatan

Kepadatan adalah pengertian di mana ukuran tingkat kepadatan penduduk pada suatu daerah. Pengertian kepadatan penduduk ini biasanya dinyatakan dengan jumlah penduduk di suatu daerah yang memiliki ukuran luas dan dinyatakan dalam ukuran Km atau Ha.

BAB 7

Kebisingan, Cuaca Dan Ikim, Dan Pencahayaan

A. Kebisingan

Setiap orang memiliki pemaknaan kebisingan yang berbeda-beda. Suara bising itu sendiri tidak hanya suara yang keluar dari sumbernya dengan tekanan tinggi atau frekuensi yang tinggi, tetapi suara orang berbicara yang tidak diinginkan pun bisa menjadi sebuah kebisingan. Seorang remaja yang sedang mendengarkan musik menggunakan ear phone atau head phone dengan volume tinggi sampai terdengar oleh temannya yang bersebelahan menurutnya itu tidak bising walaupun gendang telinganya mendapatkan tekanan suara yang tinggi. Lain halnya jika ada seseorang yang sedang mengerjakan suatu tugas tetapi ada yang berbicara dan menganggu konsentrasinya. Walapun yang sedang berbicara itu tidak memberikan tekanan suara yang tinggi pada gendang telinga tetapi jika menangganggu konsentrasi kerja maka hal tersebut dinamakan kebisingan.

Oleh karena itu kebisingan tidak dipengaruhi secara langsung oleh factor fisik tetapi fakor fisik juga tidak dapat diabaikan. Factor fisik merupakan gelombang suara yang diterima oleh indra pendengaran kita dan memberikan tekanan kepada gendang telinga orang yang mendengarnya. Manusia secara normal dapat mendengar frekuensi suara antara 20-20.000 Hz (Hertz). Secara psikologi freksuensi yang beragam disebut sebagai timbre atau kualitas tone.

Kualitas tone atau timbre yang menarik akan dimaknakan sedangkan kualitas tone atau timbre yang kurang baik bisa menjadi sebuah gangguan bagi orang yang mendengarnya. Adapun tinggi rendahnya suara secara psikologis yang disebut sebagai amplitudo. Amplitudo adalah keras atau lemahnya suara. Dari beberapa penjelasan di atas dapat diartikan bahwa aspek fisik dan psikologis tidak dapat dipisahkan oleh stimulus.

Gelombang suara, amplitudo, dan timbre merupakan konsep-konsep dari suara. Suara memberikan tekanan pada pendengaran kita sehingga kita dapat mendengarnya. Skala tekanan suara adalah desibel (dB). Desibel adalah fungsi logaritmik yang artinya tekanan 100 dB tidak sama dengan 2 x 50 dB. Manusia yang memiliki kemampuan pendengaran yang normal mampu mendengar tekanan yang paling rendah yaitu 0 dB sedangkan tekanan suara yang paling tinggi meskipun masih mampu didengar oleh manusia tetapi dapat merusakn pendengaran adalah 150 dB. Kita harus mengetahui sumber suara yang dapat merusak telinga walaupun masih dapat didengar. Jika kita sudah mengetahui sumber suara dari kebisingan kita dapat menghindarinya atau menggunakan peralatan untuk menutup telinga.

Suara yang perlu dirancang pada suatu lingkungan tidak lebih dari 60 dB. Oleh karena itu lingkungan kantor, ruang kelas, ruang museum, ruang keluarga membutuhkan tekanan suara yang dapat memberikan ketenangan karena suasana tenang dapat mempengaruhi perilaku manusia juga mempengaruhi manusia dalam berinteraksi dengan lainnya.

1. Efek Kebisigan pada Fisiologis

Tekanan suara yang melebihi kemampuan fisiologisnya dapat merusak pendengarannya atau dapat menyebabkan ketulian. Meskipun tekanan suaranya 90 dB tetapi jika terus menerus menekan pendengaran akan menyebabkan kerusakan pada pendengaran. Dan apabila seseorang mendapatkan tekanan 150 dB maka akan mendapatkan kerusakan pada gendang telinganya.

Menurut penelitian John S. Nimpoeno dan Zulrizka Iskandar (1991) mengatakan bahwa gangguan suara pada lingkungan kerja lebih terasa pada industri kecil dibandingkan dengan industri yang menggunakan teknologi lebih maju. Pada industri maju kesehatan dan keselamatan para pekerja diperhatikan, sedangkan industri kecil sebaliknya. Seorang pemusik juga dapat mengalami kebisingan jika terus menerus mendengarkan dan memainkan musik dengan tekanan suara tinggi. Tetapi kembali lagi, kebisingan sangat bersifat subjektif. Apabila seseorang merasa senang dengan suara yang keras dan memperoleh tekanan suara yang keras, suara tersebut tidak dirasakan bising. Dapat dikatakan bahwa masalah suara tidak hanya terkait dengan kebisingan saja, tetapi tekanan suara yang keras. 2. Efek Kebisingan pada Kesehatan

Suara yang keras dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau tuli. Hilangnya pendengaran disebabkan karena adanya trauma pada cochlea (cairan yang terdapat di rumah siput). Suara yang berulang kali akan merusak sel-sel rambut di cochlea, yang pada akhirnya mengurangi kemampuan pendengaran. Hilangnya pendengaran sejalan bertambahnya usia. Orang yang sejak mudanya terus menerima tekanan suara yang tinggi akan lebih cepat mengalami ketulian. Suara yang keras juga dapat dikaitkan dengan kesehatan jantung. Kebisingan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, sakit kepala, fatigue, nyeri lambung, dan vertigo.

3. Efek Kebisinganpada Aspek Psikologi dan Interaksi Sosial

Suara dengan volume keras akan menganggu komunikasi verbl dan akan menimbulkan stress pada seseorang. Orang yang sedang melakukan interaksi dengan keadaan lingkungan yang bising membuat orang tersebut mengeraskan volume suaranya dan dapat menimbulkan kesalahpahaman.

Suara bising juga dapat menimbulkan keterkejutan dn hal itu dapat menyebabkan stress pada seseorang. Dalam berinterksi pun kondisi suara perlu diperhatikan. Suara yang memiliki tekanan suara yang keras dapat menimbulkan berkurangnya sensitivitas.

Dalam dokumen Rangkuman Buku psikologi lingkungan (Halaman 27-33)

Dokumen terkait