• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Tanaman Pangan dan Holtikultura

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Pangan antar Wilayah dan antar Waktu di Indonesia

4.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Tanaman Pangan dan Holtikultura

Tanaman pangan dan holtikultura seperti kacang kedelai, bawang merah dan cabe merah merupakan tanaman yang banyak di konsumsikan oleh masyarakat Indonesia sehingga perubahan harga pada komoditi tanaman pangan dan holtikultura ini akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan terganggu sehingga dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menstabilkan harga komoditi tersebut.

Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanaman pangan dan holtikultura melalui komoditi kacang kedelai dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga kacang kedelai adalah FD-GMM (Arellano and Bond) dengan p-value 0,0000. R-square sebesar 0.7444 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 74.44 persen variasi harga kacang kedelai, sedangkan 25.56 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model (Tabel 9).

Harga kacang kedelai antar wilayah di Indonesia hanya di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif. Sedangkan jumlah produksi dan panjang jalan mempengaruhi harga minyak goreng secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga minyak goreng sebesar 1.49 persen dan 3.39 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan naik sebesar 1.49 persen dan Jika jumlah penduduk naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan naik sebesar 3.39 persen. Kurangnya pengaruh jumlah penduduk terhadap kenaikan harga kacang kedelai karena kacang kedelai lebih dipengaruhi oleh bentuk pasar yang bersifat oligopoli dimana mereka yang menentukan harga jual di pasar sehingga menyebabkan rendahnya pengaruh konsumen dalam menentukan harga jual kacang kedelai.

Peningkatan jumlah produksi dan panjang jalan dapat menurunkan harga minyak goreng sebesar 0.10 persen dan 0.23 persen. Jika jumlah produksi naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan turun sebesar 0.10 persen. Jika panjang

jalan bertambah 1 persen, maka harga minyak goreng akan turun sebesar 0.23 persen.

Tabel 9 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Tanaman Pangan dan Holtikultura antar Wilayah di Indonesia dengan Model Panel Data Statis

Periode Veriable Coefficients Standard Error Prob

Kacang Kedelai Prod -0.1037 0.0213 0.0000 PDRB 1.4995 0.1305 0.0000 Pendk 3.3891 0.5077 0.0000 Jalan -0.2274 0.0703 0.0010 R-squared 0.7444 Ajusted R-squared 0.7381 F-Statistic 117.68 Prop 0.0000 Bawang Merah Prod -0.0007 0.0063 0.0000 PDRB 0.6476 0.0610 0.9030 Pendk 12.3278 0.3338 0.0000 Jalan -0.1291 0.0292 0.0000 R-squared 0.6878 Ajusted R-squared 0.6801 F-Statistic 89.0000 Prop 0.0000 Cabe Merah Prod -0.0652 0.0055 0.0000 PDRB 0.0452 0.0675 0.0000 Pendk 12.4432 0.5327 0.0000 Jalan -0.1712 0.0596 0.0040 R-squared 0.3747 Ajusted R-squared 0.3592 F-Statistic 24.20 Prop 0.0000

Estimasi faktor-faktor tanaman pangan dan holtikultura melalui komoditi bawang merah dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga bawang merah adalah FD-GMM (Arellano and Bond) dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.6878 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 68.01 persen variasi harga bawang merah, sedangkan 31.99 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model (Tabel 9).

Harga bawang merah antar wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif serta panjang jalan secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk akan mempengaruhi harga bawang

merah sebaliknya peningkatan panjang jalan akan mengurangi harga bawang merah.

PDRB mempengaruhi harga bawang merah sebesar 0.65 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga bawang merah akan naik sebesar 0.65 persen. Jumlah penduduk mempengaruhi harga bawang merah sebesar 12.33 persen. Jika Jumlah penduduk naik 1 persen, maka harga bawang merah akan naik sebesar 12.33 persen. Selanjutnya panjang jalan juga mempengaruhi harga bawang merah dimana jika panjang jalan naik 1 persen akan menyebabkan penurunan harga bawang merah sebesar 0.13 persen. Tingginya pengaruh jumlah penduduk terhadap harga jual karena adanya indikasi dari jenis pasar bawang merah itu sendiri yang bersifat oligopoli dan sifat dari komoditi bawang yang mudah rusak sehingga menyebabkan harga bawang merah selalu berfluktuasi.

Estimasi harga tanaman pangan dan holtikultura melalui komoditi cabe merah dimana faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabe merah dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga bawang merah adalah FD-GMM (Arellano and Bond) dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.3747 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 37.47 persen variasi harga cabe merah, sedangkan 62.53 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model (Tabel 9).

Harga cabe merah antar wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif serta jumlah produksi dan panjang jalan secara negatif pada taraf signifikansi 1 persen. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga cabe merah. Sebaliknya peningkatan jumlah produksi dan panjang jalan dapat menurunkan harga cabe merah.

PDRB mempengaruhi harga cabe merah sebesar 0.45 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga cabe merah akan naik sebesar 0.45 persen. Selanjutnya jumlah penduduk juga mempengaruhi harga cabe merah dimana jika jumlah penduduk bertambah 1 persen akan menyebabkan kenaikan harga cabe merah sebesar 12.44 persen. Jumlah produksi dan panjang jalan mempengaruhi harga cabe merah sebesar 0.06 persen dan 0.17 persen. Jika jumlah produksi bertambah

1 jiwa maka akan menurunkan harga cabe sebesar 0.06 persen dan jika panjang jalan bertambah 1 persen akan menyebabkan penurunan harga cabe merah sebesar 0.17 persen.

Tingginya harga cabe merah akibat penambahan jumlah penduduk menunjukkan tingginya tingkat konsumsi terhadap cabe merah sementara produksi cabe merah masih bersifat musiman dan cepat rusak di tambah lagi jenis pasar dari komoditi cabe merah bersifat oligopoli sehingga menyebabkan harga cabe merah terus berfluktuasi.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastowo et al (2008) bahwa yang mempengaruhi harga cabe merah adalah harga sebelumnya, harga BBM dan variabel dummy gangguan distribusi yang disebabkan oleh faktor cuaca dan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.