• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Lompatan

Daya ledak merupakan salah satu komponen biomotorik dominan yang dibutuhkan dalam cabang olahraga lompat jauh (Nala, 2002). Daya ledak merupakan hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum (Bompa, 1994). Pendapat yang sama juga dikemukan oleh (Jensen and Fisher, 1983) menyatakan, daya ledak dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan yang berupa kekuatan kontraksi otot dan kecepatan baik kecepatan rangsangan syaraf maupun kekuatan kontraksi otot. Usaha untuk meningkatkan daya ledak dapat dilakukan dengan cara: meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau titik beratnya pada kekuatan, meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau titik beratnya pada kecepatan, serta meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan (Jensen and Fisher, 1983).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil lompatan menurut (Bernhard, 1993) antara lain:

a. Faktor-faktor kondisi fisik: kecepatan, tenaga lompat dan tujuan yang diarahkan pada keterampilan.

melayang dan pendaratan.

Kecepatan lari merupakan salah satu syarat terpenting dalam mencapai prestasi puncak lompat jauh dan tetap berada dalam pengawasan yang arahnya telah diubah oleh dorongan tenaga yang diarahkan ke atas (Bernhard, 1993).

Tenaga lompat dari pelompat jauh muncul terutama dari dorongan tenaga yang ditujukan saat melompat. Oleh karena itu kecepatan ancang-ancang diubah pada satu saat dalam ketinggian (mencapai sudut perbatasan yang maksimal), dan selanjutnya perpidahan kaki akan dapat mengurangi kecepatan. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya tenaga lompat, yang akhirnya akan meningkatkan hasil lompatan. Kecepatan ancang-ancang dan tenaga lompat harus selalu dalam perbandingan yang tepat satu sama lainnya (Bemhard, 1993).

Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kekuatan daya ledak adalah dengan cara antara lain: meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan; meningkatkan kecepatan tanpa mengaikan kekuatan serta meningkatkan kekuatan dan kecepatan sekaligus dengan dilatih secara simultan (Jensen and Fisher, 1983).

Secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil lompatan adalah faktor internal dan faktor eksternal (Bompa, 1994).

2.9.1 Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri diantaranya; umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kebugaran fisik dan genetik.

1. Umur

Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau diameter otot dan kematangan seksual (Astrand and Rodahl, 1986). Kekuatan lebih rendah pada

anak-anak dan meningkat di usia remaja serta mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Puncak prestasi atletik dapat dicapai antara umur 18-23 tahun (Nala, 2002). Pelatihan olahraga atletik termasuk lompat jauh mulai dilatih dari umur 10-12 tahun, dan pelatihan spesialisasi pada umur 13-14 tahun, sehingga puncak prestasinya pada umur 18-23 tahun (Bompa, 1995). Umur yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berumur 13-14 tahun.

2. Jenis kelamin

Secara biologis pria dan wanita sudah berbeda. Perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita sudah berbeda pada umur 10-12 tahun, kekuatan otot anak laki-laki lebih kuat sedikit daripada anak wanita, dan semakin jauh meningkat dengan bertambahnya umur (Nala, 2002). Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar dari wanita (Bompa, 1994). Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh hormon testoteron pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan otot.

Dengan demikian jelas bahwa jenis kelamin mempengaruhi kecepatan, kekuatan dan Iain-lain (Nala, 2002). Karena daya ledak ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan maka akibatnya jenis kelamin akan mempengaruhi daya ledak. Jenis kelamin yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki. 3. Berat badan

Berat badan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil lompatan. Berat badan merupakan salah satu faktor yang menentukan pusat grafitasi yang nantinya akan menenrukan keseimbangan statik maupun keseimbangan dinamik. Keseimbangan akan menenrukan besaraya daya ledak saat terjadi gerakan melompat

4. Tinggi badan

Secara biomekanika menjelaskan semakin tinggi titik tempat melompat maka semakin tinggi kemungkinan proyektil mencapai titik maksimum menyebabkan semakin jauh hasil lompatan. Dengan demikan tinggi badan akan berpengaruh terhadap hasil lompatan (Hay, 1978).

5. Kebugaran fisik

Kebugaran fisik sangat diperlukan oleh setiap individu sehingga aktivitas dapat dilakukan dengan baik (Hairy, 1998). Kebugaran fisik berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya (Sukannan, 1986). Kebugaran fisik dari aspek ilmu Faal menunjukkan kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Giriwijoyo and Muchtamaji, 2005).

Dengan demikian seseorang yang mempunyai kebugaran fisik yang tinggi akan mampu melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga daya ledak otot yang dihasilkan akan lebih baik pada orang yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik.

6. Genetik

Bersifat pembawaan yang sering kal;i ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh, karakter, psikologis, otot putih dan otot merah dan suku (Baley, 1986). Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot merah. Atlet yang memiliki lebih banyak serabut otot putih, lebih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan atlet yang lebih banyak

memiliki serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan kegiatan yang bersifat

aerobik (Nala, 2002). Dengan demikian faktor genetik juga berpengaruh terhadap basil

lompatan.

Berbagai faktor mempengaruhi hasil lompatan baik secara langsung maupun karena pengaruh pada komponen biomotorik lainnya terutama kecepatan dan kekuatan otot. Kemampuan daya ledak tergantung pada: (1). Kekuatan dasar otot, (2). Kecepatan kontraksi otot yang aktif (otot cepat dan otot lambat); (3). Besar gerak yang digerakkan; (4). Kontraksi inter dan intra muscular; (5). Panjang awal otot dalam memulai kontraksi; (6). Posisi sendi (Bompa, 1994).

2.9.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlet. Faktor tersebut menyangkut; suhu dan kelembaban lingkungan, arah dan kecepatan angin, dan ketinggian tempat.

1. Suhu dan kelembaban relatif udara.

Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim (dingin atau panas) akan mempengaruhi aktivitas kerja otot (Pate dkk., 1984). Toleransi setiap individu berbeda satu sama lainnya. Orang Indonesia umumnya beraklimatisasi dengan iklim yang tropis yang cukup sekitar 29-300C, dengan kelembaban relatif sekitar 85-95%. Apabila olahraga dilakukan pada udara yang nyaman maka tubuh hanya mengatasi beban berupa pengeluaran panas tubuh, tetapi apabila udara tidak nyaman maka terpaksa tubuh mendapat beban tambahan untuk melawan panas (Manuaba, 1983).

Apabila atlet biasa berlatih pada suhu kering sebesar 290C kemudian akan bertanding pada tempat panas dengan temperatur lebih tinggi, maka harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan selama 12-14 hari dan bila temperature tempat

bertanding lebih kecil dibandingkan tempat latihan penyesuaian hanya beberapa hari saja. Penyesuaian ini dilakukan dengan cara berlatih di tempat bertanding dalam waktu tertentu atau membuat ruangan tempat berlatih yang suhunya sama dengan tempat bertanding (Berger, 1982). Oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan pada tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan tempat dan waktu penelitian.

2. Kecepatan angin.

Kecepatan angin yang terlalu tinggi dari arah yang berlawanan akan dapat menghambat aktivitas sehingga akan mempengaruhi hasil lompatan. Dalam Penelitian ini arah dan kecepatan angin dalam batas toleransi, diharapkan pengaruhnya dapat ditekan sekecil-kecimya.

3. Ketinggian tempat.

Ketinggian suatu tempat akan mempengaruhi kinerja atlet. Semakin tinggi suatu tempat makan akan semakin rendah kadar oksigennya. Kondisi ini akan membutuhkan adaptasi yang lebih baik dari atlet yang sedang berlatih (Pate dkk., 1984).

Dokumen terkait