• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Lompatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.13 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Lompatan

Daya ledak merupakan salah satu komponen biomotorik dominan yang dibutuhkan dalam cabang olahraga lompat jauh (Soetopo, 2007). Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Jensen dan Fisher (1983) yaitu, daya ledak dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan yang berupa kekuatan kontraksi otot dan kecepatan baik kecepatan rangsangan syaraf maupun kekuatan

kontraksi otot. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan daya ledak adalah dengan cara: meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau titik beratnya pada kekuatan, meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau titik beratnya pada kecepatan, serta meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan (Jensen dan Fisher, 1983)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil lompatan adalah kondisi fisik dan teknik (Bernhard (1993). Kondisi fisik menyangkut: kecepatan, daya ledak dan tujuan yang diarahkan pada ketrampilan. Faktor teknik menyangkut ancang-ancang, persiapan melompat, fase melayang, dan pendaratan.

Kecepatan lari merupakan salah satu syarat terpenting dalam mencapai prestasi puncak lompat jauh dan tetap berada dalam pengawasan yang arahnya telah diubah oleh dorongan tenaga yang diarahkan ke atas (Bernhard, 1993). Tenaga lompat dari pelompat jauh muncul terutama dari dorongan tenaga yang ditujukan saat melompat. Oleh karena itu kecepatan ancang-ancang diubah pada satu saat dalam ketinggian dan selanjutnya perpidahan kaki akan dapat mengurangi kecepatan. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya tenaga lompat, yang akhirnya akan meningkatkan hasil lompatan. Kecepatan ancang-ancang dan tenaga lompat harus selalu dalam perbandingan yang tepat satu sama lainnya (Bernhard, 1993).

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan daya ledak adalah: meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan; meningkatkan kecepatan tanpa mengaikan kekuatan serta meningkatkan kekuatan dan kecepatan sekaligus dengan dilatih secara simultan (Jensen dan Fisher, 1983).

Secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil lompatan adalah faktor internal dan faktor eksternal (Bompa, 1994).

2.13.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri di antaranya adalah; umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kebugaran fisik dan genetik.

1. Umur

Umur sangat penting diperhatikan dalam berolahraga. Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau diameter otot dan kematangan seksual (Astrand dan Rodahl, 2003). Kekuatan lebih rendah pada anak-anak dan meningkat di usia remaja serta mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Puncak prestasi atletik dapat dicapai antara umur 18-23 tahun (Bompa, 1994). Pelatihan olahraga atletik termasuk lompat jauh mulai dilatih dari umur 10-12 tahun, dan pelatihan spesialisasi pada umur 13-14 tahun, sehingga puncak prestasinya pada umur 18-23 tahun (Bompa, 1994). Umur yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berumur 13-14 tahun.

2. Jenis kelamin

Perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita sudah berbeda pada umur 10-12 tahun, kekuatan otot anak laki-laki lebih kuat sedikit daripada anak wanita, dan semakin jauh meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar dari wanita (Bompa, 1994). Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh hormon testoteron pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan otot.

Dengan demikian, jenis kelamin mempengaruhi kecepatan, kekuatan dan lain-lain. Karena daya ledak ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan maka jenis kelamin akan mempengaruhi daya ledak. Jenis kelamin yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki (Sajoto, 2002).

3. Berat badan

Berat badan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil lompatan. Berat badan merupakan salah satu faktor yang menentukan pusat grafitasi yang nantinya akan menentukan keseimbangan statik maupun keseimbangan dinamik. Keseimbangan akan menentukan besarnya daya ledak saat terjadi gerakan melompat (take off) saat di udara dan mendarat (Hay, 1978).

4. Tinggi badan

Secara biomekanika dijelaskan, semakin tinggi titik tempat melompat maka semakin tinggi kemungkinan proyektil mencapai titik maksimum menyebabkan semakin jauh hasil lompatan. Dengan demikan tinggi badan akan berpengaruh terhadap hasil lompatan (Hay, 1978). 5. Kebugaran fisik

Kebugaran fisik sangat diperlukan oleh setiap individu sehingga aktivitas dapat dilakukan dengan baik. Kebugaran fisik berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya (Sukarman, 1986). Kebugaran fisik dari aspek ilmu Faal menunjukkan kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Giriwijoyo, 2007).Dengan demikian seseorang yang mempunyai kebugaran fisik yang prima akan mampu melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga daya ledak otot yang dihasilkan akan lebih baik pula.

6. Genetik

Genetik bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh, karakter, psikologis, otot putih dan otot merah dan suku (Baley, 1986).

Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot merah. Atlet yang memiliki lebih banyak serabut otot putih, lebih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan atlet yang lebih banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan kegiatan yang bersifat aerobik (Nala, 2011). Dengan demikian faktor genetik juga penting pengaruhnya terhadap hasil lompatan.

2.13.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlet. Faktor tersebut menyangkut; suhu dan kelembaban relatif udara, arah dan kecepatan angin, serta ketinggian tempat.

1. Suhu dan kelembaban relatif udara.

Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim (dingin atau panas) akan mempengaruhi aktivitas kerja otot (Pate dkk., 1984). Toleransi setiap individu berbeda satu sama lainnya. Orang Indonesia umumnya beraklimatisasi dengan iklim yang tropis yang cukup sekitar 18-30oC, dengan kelembaban relatif sekitar 40-70% (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Apabila olahraga dilakukan pada udara yang nyaman maka tubuh hanya mengatasi beban berupa pengeluaran panas tubuh, tetapi apabila udara tidak nyaman maka terpaksa tubuh mendapat beban tambahan untuk melawan panas (Giriwijoyo, 2007).

Apabila atlet biasa berlatih pada temperatur ruangan kering sebesar 29ºC kemudian akan bertanding pada tempat panas dengan temperatur lebih tinggi, maka harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan selama 12-14 hari dan bila temperatur tempat bertanding lebih kecil dibandingkan tempat latihan penyesuaian hanya beberapa hari saja. Penyesuaian ini dilakukan

dengan cara berlatih di tempat bertanding dalam waktu tertentu atau membuat ruangan tempat berlatih yang suhunya sama dengan tempat bertanding (Berger, 1982).

2. Kecepatan angin.

Kecepatan angin juga berpengaruh terhadap penampilan fisik ndalam berolahraga. Kecepatan angin yang terlalu tinggi dari arah yang berlawanan akan menghambat aktivitas sehingga akan mempengaruhi hasil lompatan. Dalam Penelitian ini arah dan kecepatan angin dalam batas toleransi, diharapkan pengaruhnya dapat ditekan sekecil-kecilnya.

3. Ketinggian tempat.

Ketinggian suatu tempat akan mempengaruhi kinerja atlet. Semakin tinggi suatu tempat maka, akan semakin rendah kadar oksigennya. Hal ini disebabkan karena tekanan barometrik menurun yang juga akan menurunkan tekanan parsiap gas yang ada di dalamnya. Kondisi ini akan membutuhkan adaptasi yang lebih baik dari atlet yang sedang berlatih (Guyton dan Hall, 2012: Pate dkk., 1984).

Dokumen terkait