• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Intensi Perilaku Menyontek

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek

dari dalam diri maupun faktor dari luar. Menurut Abdullah Alhadza (2004), faktor yang mempengaruhi seorang individu memiliki intensi perilaku menyontek adalah sebagai berikut.

a. Terpengaruh oleh orang lain yang berperilaku menyontek, meskipun awalnya tidak ada niat untuk menyontek.

b. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian sama persis dengan buku.

c. Merasa guru kurang adil dalam memberikan nilai. Karena kurang adil , maka siswa menyontek agar mendapat nilai yang baik. d. Adanya peluang untuk melakukan perilaku menyontek.

e. Takut gagal dalam ujian, sehingga siswa menghalalkan berbagai cara agar lulus.

41

f. Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak mau berusaha dengan belajar.

g. Tidak percaya diri, yang awalnya siswa sudah belajar dan mempersiapkan untuk ujian atau tes karena tidak percaya diri, maka akan berakibat kefatalan yaitu siswa akan lupa dengan apa yang sudah dipelajari

h. Merasa sulit menghafal atau mengingat materi.

i. Karena ingin sukses secara instan, maka siswa mencari jalan pintas dengan menyontek.

Intensi perilaku menururt Fishbein dan Ajzen (Baron dan Byrne, 2003: 133), dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

a. Sikap terhadap perilaku.

Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa dalam melakukan perilaku tertentu akan membawa pada konsekuensi-konsekuensi tertentu (behavioral beliefs) dan penilaian individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi pada individu (outcome evaluations). Keyakinan tentang konsekuensi perilaku terbentuk berdasarkan pengetahuan individu tentang perilaku tersebut yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dan informasi dari orang lain.

b. Norma subjektif terhadap perilaku.

Norma subjektif ditentukan oleh keyakinan normatif (normative beliefs) mengenai harapan-harapan kelompok acuan atau

43

tertentu yang dianggap penting terhadap individu dan motivasi individu untuk memenuhi atau menuruti

harapantersebut (motivations to comply). Keyakinan normatif diperoleh dari informasi orang yang berpengaruh (significant others) tentang apakah individu perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari pengalaman individu yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Semakin banyak orang yang dapat mempengaruhi individu untuk melakukan suatu perilaku sehingga individu semakin yakin akan perilaku tersebut untuk dilakukan dan menjadi keyakinan normatif bagi dirinya, serta semakin besar motivasi individu untuk memenuhi harapan-harapan dari orang yang berarti (significant others) bagi dirinya maka akan semakin diterima perilaku tersebut sebagai suatu norma subjektif bagi dirinya.

c. Persepsi tentang kontrol diri.

Persepsi terhadap kontrol diri merupakan penilaian terhadap kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan perilaku, atau penilaian seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit untuk menampilkan perilaku. Individu tidak membentuk intensi untuk melakukan suatu perilaku kecuali merasa yakin memiliki kemampuan untuk menampilkan perilaku tersebut. Semakin tinggi persepsi terhadap kontrol diri, semakin

tinggi intensi perilaku. Semin dan Fiedler (1996: 23), menjelaskan bahwa

45

persepsi terhadap kontrol diri bersama dengan sikap terhadap perilaku dan norma subjektif akan membentuk intensi, sedangkan persepsi terhadap kontrol perilaku dengan intensi

akan mempengaruhi terwujudnya suatu

perilaku. Semakin positif persepsi individu terhadap kemampuannya untuk menampilkan perilaku, semakin besar kemungkinan intensi terwujud menjadi perilaku.

Berbagi hal yang menyebabkan siswa menyontek dapat berasal dari dalam dirinya maupun luar dirinya. Murdock, dkk (Eric Anderman 2007: 10), menyatakan

faktor personal yang mempengaruhi

perilaku menyontek yaitu sebagai berikut. a. Kepribadian

Faktor ini melihat alasan siswa yang menyontek diakibatkan pembawaan dalam dirinya. Beberapa hal yang termasuk ke dalam kategori kepribadian antara lain dorongan dari dalam diri yang kuat untuk mencari sensasi karena ingin dianggap hebat dengan mendapat nilai yang besar padahal mendapatkannya dengan menyontek, kontrol diri yang lemah dari siswa, perkembangan moral yang belum mencapai tahap ideal, dan kendali eksternal yang dimiliki siswa sehingga siswa lebih menggantungkan harapan terhadap orang lain atau kemampuan di luar dirinya.

b. Motivasi

Perilaku menyontek didasari oleh suatu motivasi yang berbeda dari setiap siswa, adapun motivasi tersebut berasal dari dalam diri siswa seperti self efficacy serta pandangan terhadap tujuan dan alasan dalam pembelajaran. Self efficacy menjadi salah satu faktor penyebab siswa menyontek karena siswa merasa tidak yakin terhadap kemampuannya sehingga memiliki pandangan terhadap soal atau ujian yang diberikan oleh guru terlalu sulit dan tidak dapat dikerjakan dengan baik kecuali

dengan menyontek. Pandangan terhadap tujuan dan alasan pembelajaran siswa yang berorintasi terhadap nilai bukan ilmu yang didapatkan membuat siswa mencari jalan yang lebih mudah dan singkat untuk mendapat nilai yang bagus tanpa harus belajar dengan keras. Selain itu tingkat kemampuan yang berbeda pada siswa menjadikan siswa lebih sering untuk menyontek. Siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mendapat keberhasilan salah satunya dengan menyontek.

Sedangkan menurut menurut Schab (Klausmeier, 1985: 388), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah.

a. Malas belajar.

Siswa yang memiliki konsep diri negatif akan merasa pesimis dan tidak percaya pada kemampuan dirinya sehingga siswa

47 malas

berusaha karena merasa dirinya tidak kompeten dan tidak akan mampu mencapai prestasi yang diharapkan.

b. Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi.

Perasaan tidak kompeten pada siswa yang memiliki konsep diri negatif akan membuatnya merasa bahwa dirinya akan gagal. Munculnya gambaran akan kegagalan dalam meraih prestasi belajar membuat individu khawatir.

c. Tuntutan orang tua untuk memperoleh nilai baik.

Pandangan orang tua tentang penampilan, kemampuan, dan prestasi anak akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya atau dengan kata lain akan mempengaruhi konsep dirinya. Harapan orang tua yang terlalu tinggi membuat anak cenderung gagal. Kegagalan yang dialami dapat mempengaruhi konsep diri anak dan menjadi dasar dari perasaan rendah diri dan tidak mampu. Misalnya jika orang tua menganggap nilai akademis sama dengan kemampuan, orang tua akan mengharapkan anaknya mendapat nilai yang bagus tanpa berpikir sejauhmana pelajaran yang telah diserap oleh anak. Tuntutan orang tua semacam itu dapat menimbulkan keinginan pada anak untuk menyontek.

Berdasarkan uraian tersebut, maka faktor-faktor yang mempengaruhi intensi perilaku menyontek dapat disimpulkan menjadi beberapa hal antara lain: sikap terhadap perilaku, norma

49

subjektif terhadap perilaku, tentang kontrol diri, personal (kepribadian dan

motivasi), situasional, malas belajar, ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi, dan tuntutan dari orang tua untuk memperoleh nilai baik.

Dokumen terkait