• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP NEGERI 1 PRAMBANAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP NEGERI 1 PRAMBANAN."

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN

INTENSI PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA

SMP N 1 PRAMBANAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fitriyati Muslifah NIM

09104244030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Ceroboh dan tidak bisa menahan emosi adalah sikap yang bisa berakibat fatal” (Penulis)

“Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati suci. Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman. Itulah

tantangan hidup.” (Penulis)

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar” (Terjemahan Al-Baqarah: 153)

“Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, dan istiqomah dalam menghadapi cobaan”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Persembahkan karyaku sebagai tanda kasihku kepada:

1. Ayah tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan nasihatmu kepadaku sehingga memandirikanku untuk menjadi pribadi yang mandiri. 2. Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa yang tidak selalu

putus, dan nasihat yang kamu curahkan kepadaku. Semoga aku dapat menjadi yang ibu harapkan. Skripsi ini aku persembahkan untuk hadiah terindah dari jasa-jasamu.

(7)

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP NEGERI 1 PRAMBANAN

Oleh Fitriyati Muslifah NIM 09104244030 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kontrol diri dan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan dan mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Subjek penelitian adalah kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Prambanan dengan ukuran sampel sebesar 132 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified random sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala kontrol diri dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,922 dan skala intensi perilaku menyontek dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,973. Teknik analisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment dengan bantuan SPSS For Window seri 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar 66%

siswa. Intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1 Prambanan termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar 68% siswa. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,512dan nilai p= 0,000. Hasil analisis korelasi yang mendukung perolehan koefisien determinasi (R square) Prambanan, maka semakin rendah intensi perilaku menyontek. Sebaliknya, semakin rendah kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan, maka semakin tinggi intensi perilaku menyontek.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak untuk itu, pada kesempatan kali ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan informasi dan ijin penelitian.

4. Bapak Fathur Rahman, M. Si., selaku Dosen pembimbing I yang dengan kesabaran memberikan masukan, dukungan, dan keluangan waktu selama membimbing dari awal sampai akhir.

5. Ibu Dr. Budi Astuti, M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan disela-sela kesibukannya.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kontrol Diri ... 12

1. Pengertian Kontrol Diri ... 12

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri ... 13

3. Jenis-Jenis Kontrol Diri ... 14

4. Aspek-Aspek Kontrol Diri ... 18

(11)

B. Intensi Perilaku Menyontek ... 22

1. Pengertian Intensi Perilaku Menyontek ... 22

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek ... 24

3. Aspek-Aspek Intensi Perilaku Menyontek ... 30

4. Kriteria Intensi Perilaku Menyontek ... 32

C. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Intensi Perilaku Menyontek ... 34

D. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Subjek Penelitian ... 40

1. Populasi Penelitian ... 40

2. Sampel Penelitian ... 41

E. Definisi Operasional Penelitian ... 43

1. Definisi Kontrol Diri ... 43

2. Definisi Intensi Perilaku Menyontek ... 43

F. Metode Pengumpulan Data ... 44

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 44

1. Instrumen Pengumpulan Data ... 44

2. Kisi-Kisi Instrumen ... 45

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48

I. Teknik Analisis Data ... 53

1. Uji Persyaratan Analisis ... 53

2. Uji Hipotesis... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Deskripsi Lokasi ... 56

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 56

(12)

x ii

4. Uji Normalitas ... 65

5. Uji Linearitas ... 66

6. Pengujian Hipotesis ... 67

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

C. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA... 82

(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Data Populasi Penelitian ... 41 Tabel 2. Sampel Penelitian ... 43 Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Sebelum Uji Coba... 46 Tabel 4. Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Sebelum

Uji Coba ... 47 Eabel 5. Subjek Uji Coba... ... 48 Tabel 6. Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Setelah Uji Coba ... 50 Tabel 7. Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Setelah

Uji Coba ... 51 Tabel 8. Distribusi Fenomena Kontrol Diri ... 57 Tabel 9. Deskripsi Variabel Kontrol Diri ... 59 Tabel 10. Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri Siswa Kelas VII dan

VIII SMP Negeri 1 Prambanan ... 59 Tabel 11. Distribusi Fenomena Intensi Perilaku Menyontek ... 61 Tabel 12. Deskripsi Variabel Intensi Perilaku Menyontek ... 63 Tabel 13. Kategorisasi Tingkat Intensi Perilaku Menyontek Siswa

Kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Prambanan ... 64 Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ... 66 Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ... 67 Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi antara Kontrol Diri

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Kontrol Diri dengan Intensi

hal

Perilaku Menyontek ... 37 Gambar 2. Grafik Kontrol Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Negeri

1 Prambanan ... 60 Gambar 3. Grafik Intensi Perilaku Menyontek Kelas VII dan VIII

(15)

Lampiran 1. Skala Uji Coba... hal 88 Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen

...

96 Lampiran 3. Skala Penelitian ... 117 Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ... 123 Lampiran 5. Surat –Surat Ijin Penelitian ... 150

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hasbullah (2006: 1), bahwa pendidikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat. Inti dari proses pendidikan adalah belajar yang melibatkan mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Fuad Ihsan,

2003: 2). Pelaksanaan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut tercantum dalam Undang- Undang nomor 20 tahun 2013 bab 2 pasal 3 (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia,

2013). Menurut Sindhunata (Indarto, Y., dan Masrun, 2004: 412), secara singkat tujuan pendidikan nasional untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas secara utuh yaitu bermutu dalam kepribadian, intelektual, dan kesehatannya.

(17)
(18)

3

siswa hanya dengan nilai bukan pada proses dalam belajar dan tidak ada penghargaan yang diberikan kepada siswa yang semangat dalam mengikuti proses belajar. Menurut Muhibbin Syah (2000: 142) kebanyakan pelaksanaan pengukuran hasil belajar cenderung bersifat kuantitatif, lantaran simbol angka atau skor untuk menentukan kualitas keseluruhan kinerja akademik siswa. Hal tersebut membuat siswa tertekan dan memiliki keharusan dalam meraih nilai yang tinggi bukan pada ilmu yang disampaikan.

(19)

Kemungkinan mengalami kegagalan dalam pencapaian nilai dianggap sebagai ancaman dan merupakan hal yang tidak menyenangkan. Untuk menghadapi ancaman kegagalan ada berbagai respon yang dilakukan oleh siswa, misalnya mempelajari kembali materi yang diberikan guru dan latihan mengerjakan soal-soal. Ada juga siswa yang menghindar dari ancaman kegagalan dengan cara menyontek (Uni Setyani,

2007: 32).

Menyontek merupakan salah satu gejala yang merugikan siswa. Menurut Indarto, Y., dan Masrun (2004: 419), perilaku menyontek menjadi masalah karena akan menimbulkan kesalahan dalam pengukuran kemampuan siswa, guru menjadi sulit untuk menentukan penilaian secara objektif. Masing-masing siswa memiliki perbedaan dalam bersikap dan penilaian terhadap perilaku menyontek yang dipengaruhi oleh keyakinan akan dirinya. Banyak siswa yang beranggapan bahwa menyontek itu adalah hal yang biasa. Menurut Dody Hartanto (2012: 2), siswa mengemukakan bahwa seseorang

yang memasuki masa remaja menganggap perilaku menyontek merupakan hal yang tidak menyalahi aturan.

(20)

5

(21)

berlangsungnya ujian, menggunakan media elektronik untuk

memperoleh jawaban, dan mengizinkan seseorang melihat atau menyalin jawabannya.

Maraknya kasus menyontek pada kalangan pelajar terjadi terutama pada pelajar tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Berdasarkan penelitian di luar negeri yang dilakukan Brandes, Eric M. Anderman, dan Tamera B. Murdock (Dody Hartanto, 2012: 16), di California pada 1.037 siswa kelas VI di 45 sekolah dasar dan 2.265 siswa sekolah menengah di 105 sekolah menengah atas ditemukan lebih suka menyontek dibandingkan siswa kelas VI sekolah dasar. Anderman dan Midgley (Dody Hartanto, 2012: 16), menyatakan bahwa siswa sekolah menengah pertama dan siswa sekolah menengah atas lebih banyak menyontek pada saat awal kelas delapan atau akhir kelas sembilan. Berdasarkan data survey nasional yang dilakukan Josephson Institute of ethics di Amerika pada tahun 2006 (Paris S Strom; Robert D Strom dalam Dody Hartanto, 2012: 20), dari 36.000 responden yaitu siswa Sekolah Menengah Pertama, 60% siswa mengakui pernah menyontek pada saat ujian dan mengerjakan tugas. Lloyd Emily (2004: 179), menyatakan bahwa perilaku menyontek selama ujian di sekolah meningkat setiap tahunnya.

(22)

7

(23)

langsung bertanya kepada teman mencapai 46,5%; 20% menggunakan kode; dan 14,9% mengandalkan lirikan. Jumlah siswa yang lolos dari pengamatan guru sebanyak 65,3%. Sejalan dengan hal tersebut. Menurut Ali dalam liputan 6 SCTV (2012), mengungkapkan sejumlah siswa di Grobokan, Jawa Tengah menyontek dengan bertukar jawaban dan membawa kunci jawaban dari HP saat pelaksanaan ujian nasional.

Begitu juga yang terjadi di SMP N 1 Prambanan, kasus menyontek terus menyertai setiap ujian yang dilangsungkan bagi siswanya. Hal ini berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti saat KKN tanggal 23

Juli 2012 terdapat beberapa siswa yang menyontek dengan melihat jawaban teman ketika pretes berlangsung. Lebih lanjut dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tersebut mengungkapkan bahwa perilaku menyontek terjadi pada diri siswa–siswinya dalam proses belajar mengajar dan sering menemukan beberapa jawaban ujian yang sama antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Sedangkan dilain pihak, hal ini sangat bertentangan dengan visi sekolah yaitu unggul dalam prestasi berlandaskan imtaq dan berkarakter serta terampil berkarya.

(24)

9

(25)

tidak berkembang, dan ketidakmampuan bersaing di dunia kerja. Abdullah Alhadza (2004: 34), menyatakan bahwa dampak yang dirasakan oleh siswa atas perilaku menyontek dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya pengawasan dari guru, tuntutan untuk mendapatkan nilai tinggi, seringnya siswa menunda-nunda pekerjaan akademik, keyakinan terhadap kemampuan diri rendah, siswa memiliki tingkat kecerdasan rendah, dan kontrol diri yang dimiliki siswa rendah.

Perilaku menyontek terbentuk karena adanya intensi yang dapat membentuk suatu perilaku. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Fishbein dan Ajzen (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2006: 143), bahwa terbentuknya intensi pada diri seseorang terikat dengan perilaku tertentu. Intensi terbentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang memiliki dampak pada perilaku. Intensi juga menandakan bagaimana upaya seseorang mempunyai niatuntuk

mencoba dan berencana menampilkan perilaku tertentu seperti perilaku menyontek.

Intensi perilaku menyontek dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

(26)

11

(27)

motivasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi intensi perilaku menyontek adalah kontrol diri. Menurut Ghufron, N. M., dan Risnawita, R., (2010: 10), kontrol diri terkait dengan kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya, kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi, kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan

menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu sesuai dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.

Menurut John W. Santrock (2003: 524), bahwa kontrol diri memainkan peran penting dalam intensi perilaku menyontek. Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri satu individu dengan individu lain tidaklah sama, ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Semakin tinggi kontrol diri siswa, maka semakin rendah keinginan siswa untuk melakukan perilaku menyontek. Sebaliknya semakin rendah kontrol diri yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi keinginan siswa untuk melakukan perilaku menyontek. Pernyataan tersebut didukung oleh Calvin dan Gardner (1993:

(28)

13

(29)

Uraian latar belakang diatas, menunjukkan bahwa kontrol diri merupakan hal yang penting dalam diri seorang remaja karena kontrol diri tersebut mempengaruhi seseorang memiliki intensi untuk berperilaku menyontek. Oleh karena itu peneliti bermaksud meneliti sejauh mana hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sistem pendidikan di Indonesia masih mengutamakan teori sehingga masyarakat memandang bahwa pencapaian prestasi tinggi ditentukan oleh tingkat perolehan nilai yang dicapai.

2. Guru dalam mengukur tingkat keberhasilan siswa hanya terpaku pada nilai bukan pada proses dalam belajar.

3. Beberapa siswa menghindar dari ancaman kegagalan akademik dengan cara menyontek.

4. Perilaku menyontek dapat menimbulkan kesalahan dalam pengukuran kemampuan akademik siswa sehingga guru menjadi sulit untuk menentukan penilaian secara objektif.

5. Banyak siswa beranggapan bahwa menyontek itu adalah hal biasa dan tidak menyalahi aturan.

(30)

15

7. Siswa yang memiliki kontrol diri rendah akan memunculkan intensi perilaku menyontek.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti memberi batasan masalah pada: siswa yang memiliki kontrol diri rendah akan memunculkan intensi perilaku menyontek.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan pada batasan masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan? 2. Bagaimana intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1

Prambanan?

3. Apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan. 2. Mengetahui intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1

(31)

3. Mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian tentang kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek pada remaja awal ini akan memberikan kontribusi ilmu bagi pengembangan layanan bimbingan dan konseling terutama peningkatan kualitas layanan bimbingan pribadi dan belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Mata Pelajaran

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru dalam penyusunan metode pembelajaran untuk mengurangi intensi perilaku menyontek.

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dapat mengembangkan layanan bimbingan dan konseling untuk mencegah terjadinya intensi perilaku menyontek pada siswa dan bekerjasama dengan guru mata pelajaran dalam pencegahan terjadinya perilaku menyontek.

c. Bagi Siswa

(32)

17

(33)

d. Bagi Orang Tua

Diharapkan orang tua mampu memberikan perhatian dan pengawasan dalam proses belajar anak dan menerapkan sikap disiplin pada anak.

e. Bagi Peneliti

(34)

19

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Menurut Chaplin (2006: 451), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri atau kemampuan untuk menekan tingkah laku impulsif. Ghufron, N. M., dan Risnawita, R., (2010: 25), menyatakan kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya, selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor- faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.

Goldfried dan Merbaum (Muhid, 2009: 65), mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang

dapat membawa individu ke arah

konsekuensipositif. Kontrol diri juga

(35)
(36)

21

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk-bentuk perilaku melalui pertimbangan kognitif sehingga dapat membawa ke arah konsekuensi positif.

Berdasarkan pengertian kontrol diri di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk mengatur, mengarahkan, dan mengubah perilaku melalui pertimbangan kognitif ke arah yang lebih positif, sehingga perilaku yang timbul tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

(37)
(38)

23

Menurut Surbakti (2010: 405), kontrol diri tidak lepas dari berbagai faktor seperti dorongan atau keinginan dalam diri. Pada dasarnya setiap manusia memiliki dorongan untuk melakukan perilaku tertentu. Tetapi pada kebanyakan orang dorongan-dorongan tersebut biasanya tidak diwujudkan dalam penyimpangan. Hal tersebut karena seseorang yang normal mampu menahan diri dari dorongan-dorongan untuk berperilaku menyimpang. Dorongan dalam diri yang rendah maka kontrol diri seseorang baik. Sebaliknya dorongan dalam diri yang kuat maka seseorang memiliki kontrol diri yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan faktor-faktor kontrol diri adalah faktor-faktor sosial dan faktor-faktor personal. Faktor sosial meliputi lingkungan dimana seseorang berada. Sedangkan faktor personal adalah dorongan dalam diri dan harga diri yang dipengaruhi oleh emosi.

3. Jenis-Jenis Kontrol Diri

Averill (Herasti Widyari, 2011), mengemukakan kontrol diri dengan sebutan kontrol personal yaitu meliputi kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).

a. Kontrol Perilaku (Behavior Control)

(39)
(40)

25

suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration)

dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulusmodifiability).Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.

b. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)

(41)
(42)

27

yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

c. Kontrol Keputusan (Decisional Control)

Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Sedangkan menurut Ghufron, N. M., dan Risnawita, R., (2010: 45), bahwa jenis-jenis kontrol diri diantaranya sebagai

berikut. a. Kemampuan mengontrol perilaku

(43)

b. Kemampuan mengontrol stimulus

Kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan stimulus yang tidak dikehendaki muncul. Ada beberapa cara yang dapat digunakan agar stimulus yang tidak dikehendaki muncul yaitu mencegah atau menjauhi

stimulus, menghentikan stimulus sebelum berakhir, dan melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dari stimulus.

c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa

Kemampuan individu untuk mengolah informasi dengan cara menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif. Informasi yang dimiliki individu berkenaan dengan suatu keadaan yang tidak menyenangkan akan membuat individu mampu mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan secara objektif.

d. Kemampuan menafsirkan peristiwa

Penilaian yang dilakukan individu merupakan suatu usaha untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

e. Kemampuan mengambil keputusan

(44)

29

kesempatan dalam diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan.

Menurut Block dan Block (Ghufron, N. M., dan Risnawita, R., 2010: 96), ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under control, dan appropriate control. Over control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus. Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. Sementara Appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan impuls secara tepat.

Dari uraian mengenai jenis-jenis kontrol diri dapat disimpulkan bahwa kontrol diri ada berbagai jenis yaitu kontrol diri kognitif, stimulus, mengantisipasi peristiwa, perilaku, keputusan over control, under control, dan appropriate control.

4. Aspek-Aspek Kontrol Diri

Liebert, Poulus, dan Marmor (1979: 98), mengemukakan terdapat tiga aspek yang berhubungan dengan kontrol diri yaitu: a. Kemampuan untuk melawan godaan

(45)

b. Kemampuan menunda kepuasan atau kesenangan

Kemampuan menunda kepuasan atau kesenangan sebagai aspek kontrol diri yang dapat dilihat dari perilaku individu ketika menunda pemenuhan keinginan yang muncul tiba-tiba sebagai usaha memperoleh hasil yang lebih baik pada masa mendatang.

c. Kemampuan membangun standar prestasi pribadi

Kemampuan membangun standar prestasi pribadi merupakan segala bentuk tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk memperoleh persetujuan dan menghindari ketidaksetujuan dari diri sendiri atau orang lain dalam menampilkan kompetensi pribadi.

Menurut Gillom et al (Singgih D. Gunarsa, 2004: 251), kontrol diri yang dimiliki seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu:

a. Kemampuan mengkontrol tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain.

b. Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang

berlaku.

c. Kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain tanpa menyelidiki atau menyinggung perasaan orang lain.

Kemampuan mengontrol diri menurut Averill (Zulkarnain, 2002: 35), terdiri dari lima aspek, yaitu:

a. Kemampuan mengatur pelaksanaan perilaku

(46)

31

(47)

perilaku dan akan meminta bantuan dari luar dirinya apabila merasa dirinya tidak mampu.

b. Kemampuan memodifikasi stimulus

Kemampuan memodifikasi stimulus merupakan kemampuan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana dan kapan menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki. c. Kemapuan memperoleh informasi

Kemampuan memperoleh informasi merupakan kemampuan yang digunakan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan dan antisipasi terhadap keadaan dengan

berbagai pertimbangan. d. Kemampuan melakukan penilaian

Kemampuan melakukan penilaian merupakan kemampuan individu untuk menilai dan menafsirkan peristiwa dengan memperhatikan dari segi positif dan negatif.

e. Kemampuan mengontrol keputusan

Kemampuan mengontrol keputusan merupakan kemampuan memilih hasil dari tindakan yang telah diyakini dan disetujui.

(48)

33

(49)

perilaku, kemampuan memodifikasi stimulus, kemampuan melakukan penilaian, dan kemampuan mengontrol keputusan.

5. Kontrol Diri Remaja

Pada remaja kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan kematangan emosi. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1990: 37), remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila pada akhir masa remajanya emosinya tidak meledak jika dihadapkan dengan seseorang melainkan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima orang lain. Masa remaja terdapat suatu periode “topan dan badai” dimana pada periode ini remaja gejolak emosinya tinggi. Pada periode tersebut remaja harus dapat mengarahkan gejolak emosi di dalam dirinya agar tidak berkembang ke arah negatif. Endang Purwanti dan Nur Widodo (2002: 113), mengemukakan pada remaja mulai adanya pengendalian emosi, terlihat dari pelampiasan emosi remaja lebih terlihat dalam gerakan tubuh yang ekspresif.

(50)

35

(51)

hidup sosial yang teratur. Remaja melaksanakan aturan bukan sekedar untuk menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan melainkan untuk menjadi individu yang menyenangkan bagi orang lain dan menjadi individu yang baik secara sosial demi tercapainya kehidupan sosial yang teratur. Adapun menurut Logue (1995) beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki kontrol tinggi diri adalah sebagai berikut.

a. Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan, walaupun menghadapi banyak hambatan.

b. Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan norma yang berlaku dimana ia berada.

c. Tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledak-ledak.

d. Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan terhadap situasi yang tidak dikehendaki

B. Intensi Perilaku Menyontek

1. Pengertian Intensi Perilaku Menyontek

Menyontek merupakan perilaku yang tidak tabu lagi dalam dunia pendidikan. Perilaku menyontek adalah wujud dari keinginan seseorang untuk menyontek dan ekspresi dari keinginan tersebut. Hal tersebut bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi merupakan hasil belajar dan pengaruh dari lingkungannya.

(52)

37

(2009: 100), mengemukakan bahwa intensi

(53)

keinginan-keinginan, ambisi, cita-cita, dan rencana seseorang. Sedangkan menurut Kartini Kartono (2003: 175), intensi merupakan dorongan keinginan yang terarah pada tujuan hidup tertentu dan dikendalikan oleh akal budi.

Fishbein dan Ajzen (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2006: 143), menyatakan bahwa intensi perilaku merupakan determinan terdekat dengan perilaku yang dimaksud dan merupakan prediktor tunggal terbaik bagi perilaku yang akan dilakukan seseorang. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Semin dan Fiedler (1996: 17), menyatakan bahwa intensi sebagai maksud, pamrih, keinginan, tujuan, suatu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri-ciri yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologi, yang mencakup referensi atau kaitannya dengan suatu objek.

(54)
(55)

2004), menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa intensi perilaku menyontek adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk melakukan perilaku yang tidak

sah demi mendapatkan keberhasilan akademik dan menghindari kegagalan akademik.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek Setiap perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam diri maupun faktor dari luar. Menurut Abdullah Alhadza (2004), faktor yang mempengaruhi seorang individu memiliki intensi perilaku menyontek adalah sebagai berikut.

a. Terpengaruh oleh orang lain yang berperilaku menyontek, meskipun awalnya tidak ada niat untuk menyontek.

b. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian sama persis dengan buku.

c. Merasa guru kurang adil dalam memberikan nilai. Karena kurang adil , maka siswa menyontek agar mendapat nilai yang baik. d. Adanya peluang untuk melakukan perilaku menyontek.

(56)

41

h. Merasa sulit menghafal atau mengingat materi.

i. Karena ingin sukses secara instan, maka siswa mencari jalan pintas dengan menyontek.

Intensi perilaku menururt Fishbein dan Ajzen (Baron dan Byrne, 2003: 133), dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

a. Sikap terhadap perilaku.

Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa dalam melakukan perilaku tertentu akan membawa pada konsekuensi-konsekuensi tertentu (behavioral beliefs) dan penilaian individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi pada individu (outcome evaluations). Keyakinan tentang konsekuensi perilaku terbentuk berdasarkan pengetahuan individu tentang perilaku tersebut yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dan informasi dari orang lain.

b. Norma subjektif terhadap perilaku.

(57)
(58)

43

tertentu yang dianggap penting terhadap individu dan motivasi individu untuk memenuhi atau menuruti

harapantersebut (motivations to comply). Keyakinan normatif diperoleh dari informasi orang yang berpengaruh (significant others) tentang apakah individu perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari pengalaman individu yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Semakin banyak orang yang dapat mempengaruhi individu untuk melakukan suatu perilaku sehingga individu semakin yakin akan perilaku tersebut untuk dilakukan dan menjadi keyakinan normatif bagi dirinya, serta semakin besar motivasi individu untuk memenuhi harapan-harapan dari orang yang berarti (significant others) bagi dirinya maka akan semakin diterima perilaku tersebut sebagai suatu norma subjektif bagi dirinya.

c. Persepsi tentang kontrol diri.

(59)
(60)

45

persepsi terhadap kontrol diri bersama dengan sikap terhadap perilaku dan norma subjektif akan membentuk intensi, sedangkan persepsi terhadap kontrol perilaku dengan intensi

akan mempengaruhi terwujudnya suatu

perilaku. Semakin positif persepsi individu terhadap kemampuannya untuk menampilkan perilaku, semakin besar kemungkinan intensi terwujud menjadi perilaku.

Berbagi hal yang menyebabkan siswa menyontek dapat berasal dari dalam dirinya maupun luar dirinya. Murdock, dkk (Eric Anderman 2007: 10), menyatakan

faktor personal yang mempengaruhi

perilaku menyontek yaitu sebagai berikut. a. Kepribadian

(61)

b. Motivasi

Perilaku menyontek didasari oleh suatu motivasi yang berbeda dari setiap siswa, adapun motivasi tersebut berasal dari dalam diri siswa seperti self efficacy serta pandangan terhadap tujuan dan alasan dalam pembelajaran. Self efficacy menjadi salah satu faktor penyebab siswa menyontek karena siswa merasa tidak yakin terhadap kemampuannya sehingga memiliki pandangan terhadap soal atau ujian yang diberikan oleh guru terlalu sulit dan tidak dapat dikerjakan dengan baik kecuali

dengan menyontek. Pandangan terhadap tujuan dan alasan pembelajaran siswa yang berorintasi terhadap nilai bukan ilmu yang didapatkan membuat siswa mencari jalan yang lebih mudah dan singkat untuk mendapat nilai yang bagus tanpa harus belajar dengan keras. Selain itu tingkat kemampuan yang berbeda pada siswa menjadikan siswa lebih sering untuk menyontek. Siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mendapat keberhasilan salah satunya dengan menyontek.

Sedangkan menurut menurut Schab (Klausmeier, 1985: 388), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah.

a. Malas belajar.

(62)
(63)

berusaha karena merasa dirinya tidak kompeten dan tidak akan mampu mencapai prestasi yang diharapkan.

b. Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi.

Perasaan tidak kompeten pada siswa yang memiliki konsep diri negatif akan membuatnya merasa bahwa dirinya akan gagal. Munculnya gambaran akan kegagalan dalam meraih prestasi belajar membuat individu khawatir.

c. Tuntutan orang tua untuk memperoleh nilai baik.

Pandangan orang tua tentang penampilan, kemampuan, dan prestasi anak akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya atau dengan kata lain akan mempengaruhi konsep dirinya. Harapan orang tua yang terlalu tinggi membuat anak cenderung gagal. Kegagalan yang dialami dapat mempengaruhi konsep diri anak dan menjadi dasar dari perasaan rendah diri dan tidak mampu. Misalnya jika orang tua menganggap nilai akademis sama dengan kemampuan, orang tua akan mengharapkan anaknya mendapat nilai yang bagus tanpa berpikir sejauhmana pelajaran yang telah diserap oleh anak. Tuntutan orang tua semacam itu dapat menimbulkan keinginan pada anak untuk menyontek.

(64)

49

(65)

motivasi), situasional, malas belajar, ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi, dan tuntutan dari orang tua untuk memperoleh nilai baik.

3. Aspek-Aspek Intensi Perilaku Menyontek

Intensi sebagai niat untuk melakukan suatu perilaku demi mencapai tujuan tertentu memiliki beberapa aspek. Menurut Fishbein dan Ajzen (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2006: 146), intensi memiliki empat aspek yaitu.

a. Perilaku (behavior), yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan. Pada konteks menyontek perilaku spesifik yang akan diwujudkan merupakan bentuk-bentuk perilaku menyontek yang diungkapkan oleh Klausmeier (1985: 388), yaitu menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian atau ulangan, mencontoh jawaban siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai pada teman, dan mengelak dari aturan-aturan.

(66)

51

(67)

maupun teman. Namun sasaran diperbaharui menjadi sarana karena setelah dikaji secara mendalam kurang sesuai dengan maksud dari penjelasan di atas.

c. Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku. Pada konteks menyontek menurut perilaku tersebut dapat muncul jika siswa merasa berada dalam kondisi terdesak. Situasi lain yang mendorong siswa untuk menyontek menurut Klausmeier (1985: 388) adalah jika siswa merasa perilakunya tidak akan ketahuan. Meskipun ketahuan hukuman yang diterima tidak akan terlalu berat.

d. Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu), periode tertentu (bulan tertentu), dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).

Selanjutnya Smet (1994: 166), mengemukakan bahwa intensi memiliki empat aspek yaitu:

(68)

53

seseorang memiliki intensi positif perilaku yang ditimbulkan juga positif.

b. Sasaran (target), merupakan objek yang menjadi sasaran dari perilaku. Maksudnya tujuan yang hendak dicapai ketika seseorang melakukan suatu tindakan atau perilaku tertentu sesuai dengan intensi dirinya.

c. Konteks (context), menunjukkan pada situasi yang mendukung munculnya perilaku. Jika intensi yang dimiliki suatu individu tinggi, maka perilaku tersebut akan muncul sesuai dengan intensi dirinya.

d. Waktu (time), menunjukkan kapan suatu perilaku muncul. Ketika intensi yang dimiliki individu sudah tidak dapat di kontrol, maka perilaku tersebut akan muncul.

Berdasarkan aspek-aspek intensi perilaku menyontek yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek intensi perilaku menyontek adalah perilaku, sasaran, waktu, dan situasi.

4. Kriteria Intensi Perilaku Menyontek

Menurut Klausmeier (1985: 388), menyontek dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian atau tes.

(69)
(70)

55

menulis contekan dalam kertas yang kemudian dilipat kecil, menulis pada kertas tisu, menulis contekan di atas meja, menulis di tangan, atau mencatat pada kalkulator yang memiliki memori. b. Mencontoh jawaban siswa lain.

c. Memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman.

d. Mengelak dari peraturan-peraturan ujian, baik yang tertulis dalam peraturan ujian maupun yang ditetapkan oleh guru.

Sedangkan bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Newstead, dkk (Dody Hartanto, 2012: 19), sebagai berikut:

a. Menyalin atau menyadur materi dari sumber lain tanpa mencantumkan nama penulis.

b. Mempersiapkan data untuk digunakan dalam tes.

c. Memberikan izin kepada siswa lain untuk menyalin hasil pekerjaan.

d. Mengambil referensi tanpa sepengetahuannya. e. Menyalin pekerjaan orang lain.

Menurut Husein Syahatah (2004: 84), bentuk intensi perilaku menyontek yaitu:

a. Seorang pelajar memindahkan informasi contekan pada kertas kecil.

b. Seorang pelajar memberi bantuan kepada temannya sebagai jawaban dengan berbagai cara.

(71)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria intensi perilaku menyontek adalah membawa catatan saat ujian, menyalin pekerjaan orang lain, mencontoh jawaban teman, dan memberikan jawaban kepada teman.

C. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Intensi Perilaku Menyontek Kontrol diri yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara berperilaku, sehingga dalam menghadapi tuntutan untuk mendapatkan nilai yang baik dipengaruhi oleh kontrol diri yang dimiliki remaja. Hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek memiliki pengaruh besar terhadap perilaku individu. Menurut Ghufron, N. M., dan Risnawati, R., (2010: 25), kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya, kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi, kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai dengan orang lain, dan selalu konform dengan orang lain.

(72)

57

(73)

Menurut Ehrlich, Flexner, Carruth, dan Hawkins (Eric Anderman dan Murdock, 2007: 34), menyontek merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang melalui cara-cara yang tidak baik dengan tujuan untuk memperoleh keberhasilan akademik dan menghindari kegagalan akademi.

(74)

59

(75)

Sikap yang mengarah

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Intensi Perilaku Menyontek

D. Hipotesis

(76)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah semua cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, mulai dari perumusan masalah sampai penarikan kesimpulan. Pengadaan suatu penelitian memerlukan metodologi yang sesuai dengan objek penelitian demi tercapainya keberhasilan dalam penelitian. Metode penelitian terdiri dari kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif karena data atau informasi yang dikumpulkan dalam bentuk angka-angka sehingga analisis data menggunakan analisis statistik. Menurut Sugiyono (2010: 14), metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu.

(77)
(78)

antara kedua variabel ada hubunga. Sedangkan korelasi sebab akibat memandang bahwa variabel pertama berpengaruh terhadap variabel kedua.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif korelasional. Menurut Purwanto (2008:

177), metode kuantitatif korelasional adalah penelitian yang menggunakan dua atau lebih variabel yang terjadi pada suatu kelompok. Metode ini bertujuan untuk menentukan besar kecilnya hubungan dua variabel penelitian, yaitu variabel kontrol diri dengan variabel intensi perilaku menyontek.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Prambanan Sleman. Peneliti memilih SMP N 1 Prambanan Sleman sebagai tempat penelitian karena peneliti sudah mengetahui kondisi di lapangan.

2. Waktu Penelitian

(79)
(80)

40 C. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 9), variabel merupakan objek penelitian yang tetap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi. Purwanto (2007 :45), menyatakan bahwa variabel adalah gejala tertentu yang disederhanakan dari kerumunan alam yang dipilih dalam ukuran yang dapat dikelola. Sedangkan menurut Best (Narbuko Cholid dan Abu Achmadi, 2012: 118), variabel merupakan kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam penelitian. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel adalah objek penelitian yang akan diteliti.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 101), variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen variabel (X), sedangakan variabel akibat disebut variabel terikat atau dependen variabel (Y). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu kontrol diri (X) dan intensi perilaku menyontek (Y).

(81)
(82)

42

yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu atau sama. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang merupakan sumber data. Suharsimi Arikunto (2005:

160-161), menyatakan apabila subjek dalam populasi cukup banyak, maka subjek uji coba dan subjek penelitian diambil dari populasi yang sama secara terpisah. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Prambanan Sleman Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 204. Peneliti menjadikan kelas VII dan VIII sebagai populasi penelitian karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan kelas IX dijadian subjek penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(83)
(84)

44

kesalahan 5% adalah 131. Karena di dalam tabel tidak tertulis populasi 204, maka menggunakan jumlah populasi 210.

Dalam pengambilan jumlah sampel menggunakan teknik sampling. Menurut Nasution (2006: 86), teknik sampling adalah memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi. Sugiyono (2007:

81), menyatakan terdapat berbagi macam teknik sampling yaitu probability sampling dan non probability sampling. Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan proportionate stratified random sampling. Sugiyono (2007: 82) menjelaskan bahwa probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan proportionate stratified random sampling (Suharsimi Arikunto, 2010:

(85)

Tabel 2. Sampel Penelitian 1. Definisi kontrol diri

Kontrol diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur perilaku melalui pertimbangan kognitif. Adapun aspek-aspek yang dapat digunakan untuk mengukur kontrol diri adalah kemampuan untuk melawan godaan, kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku, kemampuan mengatur pelaksanaan perilaku,

kemampuan memodifikasi stimulus, dan kemampuan mengontrol keputusan

2. Definisi intensi perilaku menyontek

(86)

44

(87)

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 192), metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data meliputu hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta maupun angka.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127-136), jenis metode pengumpulan data adalah tes, angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan metode angket dengan model skala Likert. Angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 142). Menurut Nasution (2001: 129-130), angket dibagi menjadi angket tertutup dan angket terbuka. Penelitian ini menggunakan angket tertutup, karena responden menjawab pernyataan tergantung pada pilihan jawaban yang sudah disediakan.

G. Instrumen Pengumpulan Data 1. Instrumen pengumpulan data

(88)

46

pengumpulan data berupa skala sikap. Menurut Riduwan (2007: 12), jenis skala sikap terdiri dari skala likert, skala guttman, skala defferensial simantict, rating scale, dan skala trustone.

Berdasarkan jenis-jenis skala tersebut, maka peneliti menggunakan model skala likert. Hal ini dikarenakan skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, persepsi, dan pendapat seseorang. Dalam skala likert responden diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban tergantung dari data penelitianya yang diperlukan oleh peneliti. Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai yang berupa angka. Adapun penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala kontrol diri dan skala intensi perilaku menyontek dengan empat pilihan jawaban terdiri dari sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

2. Kisi-Kisi Instrumen

(89)

2, dan 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif (unfavourable) diberi skor 1, 2, 3, dan 4.

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Sebelum Uji Coba

No Indikator Sub Indikator Nomor Butira ∑

(90)

48

Tabel 4. Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Sebelum Uji Coba

No Indikator Sub Indikator Nomor Butiran ∑

(91)

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi (1999: 102), validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur. Penelitian ini hendak mengukur kontrol diri den intensi perilaku menyontek pada siswa SMPN 1 Prambanan. Penelitian ini menggunakan validitas logik karena validitas instrumen didasarkan konstruksi teoritik yang melahirkan definisi-definisi yang digunakan oleh pembuat alat ukur sebagai acuan. Subjek uji coba dalam penelitian ini sebanyak 63. Subjek uji coba bukan termasuk subjek penelitian dan cara pengambilan dengan melakukan undian. Jumlah subjek uji coba dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Subjek Uji Coba

(92)

50

digunakan rumus product moment; penghitungan dilakukan dengan menggunakan SSPS for window seri 16.0 (Sugiyono, 2008: 184).

r

xy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total ∑X = jumlah skor variabel X

∑Y = jumlah skor variabel Y

∑XY = jumlah perkalian skor X dan Y N = jumlah sampel

Kaidah pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah apabila r hitung > r tabel pada taraf signifikan 5%, maka instrumen dikatakan valid dan layak digunakan dalam pengambilan data. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel pada taraf signifikan 5%, maka instrumen dikatakan tidak valid dan tidak layak digunakan untuk pengambilan data. Uji validitas pada penelitian ini dengan taraf signifikan 5% sebanyak 63 respoden memiliki koefisien 0,254.

(93)
(94)

52

Tabel 6. Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Setelah Uji Coba

No Indikator Sub Indikator Nomor Butira ∑

(95)

Tabel 7. Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Setelah Uji Coba

No Indikator Sub Indikator Nomor Butiran ∑

(96)

54 c. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154), reliabilits menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Saifudin azwar (2007: 83), menyatakan bahwa reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berkisar antara 0 sampai 1.00. Semakin tinggi angka koefisien reliabilitas mendekati

1.00, maka semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya semakin rendah mendekati 0, maka semakin rendah reliabilitasnya.

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisien alpha. Rumus ini digunakan untuk menghitung data yang skalanya bertingkat. Penghitungan statistiknya dilakukan dengan menggunakan komputer

k = jumlah item dalam instrumen ∑ α2b = jumlah varian butir

(97)
(98)

56

intensi perilaku menyontek. Hal ini berarti bahwa skala kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek dapat dikatakan reliabel sehingga layak digunakan untuk pengumpulan data.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data yang disebarkan kepada seluruh responden terkumpul. Sejalan dengan tujuan dan hipotesis penelitian ini yaitu mencari hubungan antara variabel, maka data yang sudah diperoleh perlu uji syarat selanjutnya akan dianalisis untuk menguji hipotesis.

1. Uji Persyaratan Analisis

Agar dapat dilakukan analisis dwi varian dipersyaratkan masing-masing variabel memiliki distribusi atau sebaran yang normal dan hubungan antara dua variabel

bersifat linear, karena itu

persyaratan analisis statistik dalam penelitian ini hanya melakukan uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebuah data hasil pengukuran dalam penelitian ini berdistribusi normal. Rumus yang digunakan dalam uji normalitas sebagai berikut:

(99)

Keterangan:

X2 : Koefisien chi kuadrat

fo : Frekuensi yang diperoleh dari sampel

fh :Frekuensi yang diharapkan dalam populasi (Sutrisno Hadi, 2004: 259)

Untuk mengetahui distribusi normal atau tidaknya data, maka dilakukan pembandingan dengan chi-kuadrat yang dihitung dengan chi-kuadrat tabel signifikan 5% dengan derajat kebebasan K-1. Jika p lebih besar atau sama dengan 0,05 maka dapat dikatakan data berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linear digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dengan variabel terikat memiliki hubungan linear atau tidak. Rumus yang digunakan dalam uji linearitas sebagai berikut:

=

Keterangan:

Freg : Harga bilangan F untuk garis regresi

Rkreg : Rerata kuadrat garis regresi

RKres : Rerata kuadrat residu (Sutrisno Hadi, 1995: 14)

(100)

55

harga F adalah 1 lawan N-1. Jika harga p lebih besar dari 0,05 maka kedua variabel memiliki hubungan linear. Sebaliknya jika harga p lebih kecil dari 0,05 maka hubungan antara dua variabel tidak linear.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis koefisien korelasi bivarian. Koefisien korelasi bivarian digunakan untuk membuktikan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X dan variabel Y. Nilai korelasi antar variabel menggunakan rumus product moment. Rumus yang dipakai sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

=

[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]

Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total ∑X = jumlah skor variabel X

∑Y = jumlah skor variabel Y

∑XY = jumlah perkalian skor X dan Y

(101)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi

SMP Negeri 1 Prambanan terletak di Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SMP Negeri 1 Prambanan merupakan sebuah institusi pendidikan dasar yang secara struktural berada dalam wilayah koordinasi Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Sleman, juga salah satu sekolah yang banyak diminati oleh masarakat Prambanan. Sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar sekolah ini memiliki 9 kelas yang terdiri dari 3 ruang kelas VII, 3 ruang kelas VIII, dan 3 ruang kelas IX.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Jumlah siswa di SMP Negeri 1 Prambanan sebanyak 312 siswa. Siswa SMP Negeri 1 Prambanan Sleman yang menjadi subjek penelitian sebanyak 132 siswa yang terdiri dari 63 siswa kelas VII dan

69 siswa kelas VIII. Dari masing- masing kelas diambil diambil 21 untuk kelas VII dan 23 untuk kelas VIII.

3. Deskripsi Data dan Kategori

(102)

57

Skala kontrol diri diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui tingkatan kontrol diri yang dimiliki siswa SMP N 1 Prambanan Sleman. Sedangkan skala intensi perilaku menyontek diberikan untuk mengetahui tingkat keinginan siswa melakukan perilaku menyontek. Data mengenai kontrol diri dan intensi perilaku menyontek yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis diskriptif untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel.

a. Variabel Kontrol Diri

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran skala kontrol diri yang terdiri dari 34 item pernyataan valid dari 50 item yang diujicoba terdapat frekuensi siswa tertinggi sebesar 112 dan frekuensi siswa terrendah sebesar 0. Berikut tabel distribusi fenomena kontrol diri.

Tabel 8. Distribusi Fenomena Kontrol Diri

No Item SS S TS STS

f % f % F % F %

1 Mudah terpengaruh 1 1 30 23 92 70 9 7

2 Pendirian kuat 13 10 88 57 10 8 1 1

3 Mempertimbangkan 25 19 96 73 10 8 1 1

4 Mudah diajak teman 3 2 8 6 69 52 51 39

(103)

14 Mengambil keputusan 5 4 40 30 75 57 12 9

(104)

59

16 Mengetahui aturan 30 23 82 62 12 9 7 5

17 Tidak dapat membedakan 3 2 13 10 81 61 35 27

18 Mampu mengendalikan diri 11 8 112 85 9 7 0 0

19 Berubah pikiran 5 4 49 37 73 55 2 2

20 Tidak mendengar aturan 3 2 3 2 75 57 51 39

21 Berperilaku sesuka hati 2 2 12 9 76 58 42 32

22 Berkeinginan hal negatif 1 1 2 2 61 46 67 51

23 Berpikir ulang 32 24 83 61 14 11 3 2

24 Tidak peduli 2 2 5 4 88 67 37 28

25 Mempertimbangkan informasi 18 14 110 83 3 2 0 0

26 Berperilaku negatif 1 1 11 8 85 64 35 27

27 Mengandalkan orang lain 3 2 23 17 82 62 23 17

28 Mengabaikan peraturan 2 2 20 15 90 68 20 15

29 Menerima informasi 1 1 13 10 96 73 21 16

30 Tidak tergoda menyontek 13 10 62 47 36 27 1 1

31 Mempertimbangkan dahulu 20 15 91 69 6 5 0 0

32 Suka melanggar aturan 3 2 33 25 79 60 17 13

33 Informasi menguntungkan 2 2 17 13 99 75 14 11

34 Mudah tergoda menyontek 0 0 35 27 78 59 17 13

Σ 377 9 1776 40 1743 39 521 12 kontrol diri yang ditunjukkan dengan frekuensi seara keseluruhan sebesar 1776 dari jumlah subjek yang memilih dengan prosentase sebesar 40%.

(105)

Tabel 9. Deskripsi Variabel Kontrol Diri

N Mean Std.

Deviation Minimum Maximum

Kontrol 132 101.75 8.012 86 129

Menurut tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa skor mean sebesar 101.75 dengan setandar deviasi sebesar 8.012. Untuk menentukan kategori tingkat kontrol diri yang dimiliki siswa, maka dapat ditentukan dengan menghitung batasan kriteria menurut Saifudin Azwar (1995:109) sebagai berikut. 1) Tinggi = Mean + 1SD ≤ X

2) Sedang = Mean –1 SD ≤ X <Mean + 1SD 3) Rendah = X < Mean – 1SD

Adapun kategori tingkat kontrol diri dapat dilihat pada tabel sebagi berikut.

Tabel 10. Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Prambanan

No Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1. 110 ≤ X Tinggi 21 16%

2. 94 ≤ X<110 Sedang 87 66%

3. X<94 Rendah 24 18%

Pada tabel dapat diketahui bahwa siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Prambanan Sleman yang tergolong dalam kategori tingkat kontrol diri tinggi sebanyak 21 siswa (16%), kategori sedang sebanyak

(106)

61

yang dimiliki siswa SMP Negeri 1 Prambanan Sleman termasuk kategori sedang.

Kategori sedang pada tingkat kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan berarti bahwa siswa memiliki kemampuan dalam mengontrol keputusan, seperti berpikir sebelum

mengambil keputusan dan

mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum bertindak; siswa memiliki kemampuan melakukan penilaian, antara lain mampu memilih dan mempertimbangkan baik buruk dari informasi yang diterima, memilih segala hal yang sesuai untuk dirinya; selain itu juga siswa mampu mengontrol stimulus, yaitu mampu mengendalikan diri dari pengaruh teman; serta mampu mengontrol perilaku taat pada aturan. Disisi lain siswa mudah terpengaruh orang lain, tidak peduli atas perbuatannya, suka mengabaikan peraturan, dan menerima informasi yang hanya menguntungkan dirinya. Distribusi data dapat dilihat melalui grafik dibawah ini.

Rendah

18%

Kontrol Diri

Tinggi 16%

Sedang 66%

(107)
(108)

b. Variabel Intensi Perilaku Menyontek

Berdasarkan data yang diperoleh melalui penyebaran skala intensi perilaku menyontek yang terdiri dari 59 item pernyataan valid dari 60 item yang diuji cobakan terdapat frekuensi siswa tertinggi sebesar 102 dan frekuensi siswa terrendah sebesar 0. Berikut tabel distribusi fenomena intensi perilaku menyontek. Tabel 11. Distribusi Fenomena Intensi Perilaku Menyontek

No Item SS S TS STS

7 Menggunakan HP untuk contekan 0 0 14 11 73 55 45 34

8 Saling menyontek dengan teman 5 4 38 29 67 51 22 17

9 Saya menyontek 3 2 66 50 50 38 12 9

10 Melihat jawaban teman 1 1 26 20 84 64 21 16

11 Puas dengan hasil menyontek 0 0 5 4 93 70 34 26

12 Menggunakan waktu menyontek 1 1 3 2 102 77 26 20

13 Melihat buku ketika guru keluar 2 2 13 10 79 60 37 28

14 Masih suka menyontek 3 2 40 30 82 62 7 5

15 Menggunakan catatan 0 0 11 8 91 69 30 23

16 Menyontek jika ada kesempatan 1 1 33 25 81 61 17 13

17

Membiarkan lembar jawab

terbuka 1 1 11 8 81 61 38 29

18 Memperhatikan guru 39 30 88 67 5 4 0 0

19 Menulis contekan di kertas 0 0 14 11 93 70 25 19

20 Menyimpan buku untuk contekan 1 1 8 6 93 70 30 23

21 Mencari jawaban melalui SMS 1 1 7 5 84 64 38 29

Gambar

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan IntensiPerilaku Menyontek
Tabel 1. Data Populasi Penelitian
Tabel 2. Sampel Penelitian
Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Sebelum Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN ORIENTASI AKADEMIK DENGAN PERILAKU MENYONTEK SISWA PADA.. MATA

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan perilaku menyontek, semakin tinggi efikasi diri seseorang maka

BAB III: METODE PENELITIAN ... Identifikasi Variabel Penelitian ... Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Intensi menyontek ... Percaya diri ... Subjek Penelitian ...

Hubungan antara Self-Efficacy, Konsep Diri, dan Konformitas Terhadap Kelompok Sebaya dengan Perilaku Menyontek: Penelitian Pada Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN

Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes atau

Hasil ini menunjukkan tidak adanya hubungan negatif yang signifikan antara keyakinan diri dengan perilaku menyontek pada mahasiswa. Berdasarkan hasil tersebut

Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Kota Jambi.

Menyontek pada siswa dengan harga diri rendah merupakan kompensasi untuk mendapatkan sesuatu yang dirasakan tidak akan bisa dicapai melalui kemampuannya sendiri,