• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kebahagiaan

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Ryff (Oetami & Yuniarti, 2011: 106) mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan cita-cita tertinggi yang selalu ingin diraih oleh setiap manusia dalam tindakannya. Oleh karenanya, seseorang selalu berusaha memunculkan perilaku yang mengarah pada kebahagiaan. Seseorang akan lebih mudah memunculkan perilaku yang mengarah pada kebahagiaan apabila dirinya diliputi oleh emosi positif.

Seligman (2005: 80) membagi emosi positif yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang dalam tiga rentang waktu, yaitu emosi pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ketiga bentuk emosi tersebut termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam

mempersepsikan kebahagiaan mereka. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan kebahagiaannya yaitu faktor yang berasal dari lingkungan atau di luar diri seseorang (Seligman, 2005: 66).

a. Faktor Internal

Seligman (2005) mengklasifikasikan emosi positif seseorang ke dalam tiga rentang waktu. Kepuasan akan masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimis akan masa depan. Ketiga kategori ini berbeda dan tidak selalu berkaitan.

1) Kepuasan masa lalu

Sikap positif dalam menanggapi masa lalu dapat menghasilkan emosi positif berupa kepuasan, kelegaan, kebanggaan, kedamaian atau ketenangan (Seligman, 2005: 80). Kepuasaan terhadap masa lalu dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu:

a) Melepaskan pandangan masa lalu

Melepaskan pandangan masa lalu merupakan cara yang dapat dilakukan oleh seseorang guna melangkah maju dalam kehidupannya. Peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat menjadi hal yang berpengaruh pada apa yang akan terjadi di masa selanjutnya. Maka melepaskan belenggu atau ikatan negatif pada masa lalu menjadi pilihan tepat bagi seseorang agar dapat melangkah ke depan. Cara untuk melepaskan belenggu

masa lalu yaitu dengan menerima dan berdamai dengan masa lalu tersebut.

Melepaskan belenggu masa lalu dipandang sebagai penentu langkah hidup selanjutnya. Misalnya ada seorang siswi SMA yang memiliki pengalaman buruk ketika mendapatkan hasil belajar kurang baik selalu dimarahi oleh Guru dan Orangtuanya. Kejadian ini cukup lama dialami oleh siswi tersebut hingga menjadikannya semakin sulit untuk belajar. Timbul pemikiran bahwa sekeras apapun dia belajar pasti akan mendapat hasil yang buruk dan dimarahi oleh Guru dan Orangtuanya. Hal ini menjadikan anak ini malas dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Dengan mengolah batinnya anak memiliki pandangan baru bahwa usaha untuk belajar dan mendapat nilai yang baik harus dia lakukan agar dapat membuktikan bahwa dirinya mampu untuk mendapat hasil belajar yang baik.

b) Bersyukur (Gratitude)

Bersyukur terhadap apa yang dimiliki dan dilalui dalam hidup dapat menambah kepuasan hidup. Dengan bersyukur, individu tidak akan membanding-bandingkan hidup dan segala yang dimiliki dengan milik orang lain. Misalnya seorang siswi mendapatkan hasil belajar yang tergolong baik. Ketika dia bersyukur atas apa yang telah didapatkan dan menyadari bahwa

ada usaha yang telah dicurahkan untuk hasil tersebut, maka siswi tersebut akan menerima dengan ikhlas dan tidak timbul iri dengan hasil belajar orang lain yang lebih baik darinya.

c) Memaafkan (Forgiving)

Salah satu cara untuk menata ulang pandangan seseorang mengenai emosi negatif pada kehidupan masa lalu yang buruk adalah dengan cara memaafkan. Memaafkan dapat dilakukan dengan cara mengubah kepahitan menjadi kenangan yang netral dan positif sehingga kepuasan hidup akan lebih mudah didapatkan.

2) Kebahagiaan pada masa sekarang

Emosi positif yang terkait dengan sikap pada masa sekarang mencakup kegembiraan, ketenangan, keriangan, semangat yang meluap-luap, rasa senang, dan flow. Selain itu menurut Seligman (2005: 132), kebahagiaan masa sekarang melibatkan dua hal, yaitu: a) Kenikmatan (Pleasure)

Kenikmatan merupakan kesenangan yang memiliki komponen sensori dan emosional yang kuat. Sifatnya adalah sementara dan biasanya hanya sedikit melibatkan kognisi atau pikiran. Kenikmatan diperoleh setelah satu motif seseorang terpenuhi. Kenikmatan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kenikmatan ragawi dan kenikmatan yang sifatnya lebih tinggi.

Kenikmatan ragawi dapa diperoleh melalui rangsangan indera dan sensori. Biasanya kenikmatan ragawi cepat untuk memudar. Dengan kata lain waktu menetap kenikmatan ragawi pada diri seseorang biasanya tidak bertahan lama setelah seseorang telah mampu beradaptasi dengan situasi yang ada. Kenikmatan yang lebih tinggi umumnya hampir sama dengan kenikmatan ragawi, namun yang membedakan adalah cara perolehannya yang lebih rumit daripada kenikmatan ragawi.

Terdapat tiga hal yang dapat meningkatkan kebahagiaan sementara, yaitu dengan menghindari kebiasaan dengan cara memberi selang waktu cukup panjang antar kejadian menyenangkan; meresapi (savoring) yaitu menyadari serta dengan sengaja memperhatikan sebuah kenikmatan; serta kecermatan (mindfullnes) yaitu mencermati dan menjalani segala pengalaman dengan tidak terburu–buru karena terpaku pada masa depan.

b) Gratifikasi (Gratification)

Gratifikasi merupakan emosi positif pada masa sekarang yang berkaitan dengan kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang. Gratifikasi tidak selalu melibatkan perasaan dasar serta memiliki rentang waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kenikmatan (pleasure). Gratifikasi membuat seseorang merasa terlibat dan memiliki kekuatan terkait dengan kegiatan

yang dilakukannya. Kegiatan yang memunculkan gratifikasi pada umumnya memiliki komponen tantangan, membutuhkan keterampilan, konsentrasi, adanya tujuan, dan terdapat umpan balik secara langsung, sehingga seseorang dapat larut di dalamnya.

3) Optimis akan masa depan

Emosi positif yang terkait dengan sikap pada masa depan mengandung unsur optimisme, harapan, kepercayaan, keyakinan, dan kepastian pada diri seseorang untuk membentuk pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Optimisme dan harapan memberikan kemampuan bagi seseorang untuk semakin kuat dalam menghadapi tekanan dalam hidupnya.

b. Faktor Eksternal

Seligman (2005: 64) mengatakan bahwa sebagian lingkungan memang mengubah kebahagiaan menjadi lebih baik. Berikut adalah beberapa faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi kebahagiaan.

1) Uang

Tidak sedikit orang yang menilai bahwa uang merupakan salah satu alasan dirinya hidup dengan bahagia. Padahal uang memiliki sifat yang subyektif, artinya bahwa penilaian uang pada tiap orang berbeda-beda. Orang yang menempatkan uang di atas tujuan

hidupnya akan cenderung merasa kurang puas akan kehidupannya secara keseluruhan.

2) Kehidupan sosial

Orang yang bahagia dengan orang yang tidak bahagia dapat terlihat perbedaannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kehidupan sosial orang tersebut. Orang yang bahagia menjalani hidupnya lebih banyak bersosialisasi dengan orang lain, sedangkan orang yang tidak bahagia biasanya lebih sering menjalani kehidupan dalam kesendirian. Maka relasi sosial yang positif ditandai dengan kemampuan seseorang untuk membangun komunikasi dan hubungan yang dipenuhi dengan keterbukaan, kehangatan, kepercayaan, dan keakraban.

3) Kesehatan

Kesehatan yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang bersifat subyektif. Artinya bahwa kesehatan sebagai persepsi pribadi. Orang yang mempersepsikan dirinya sehat akan memperoleh kontribusi positif terhadap kebahagiaan dibandingkan dengan orang yang mempersepsikan dirinya tidak sehat.

4) Agama

Terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan kebahagiaan. Banyak agama yang melarang penggunaan narkotika, kejahatan, dan perselingkuhan, melainkan mendorong untuk berbuat baik (Seligman, 2005: 76). Orang yang beragama lebih merasa

tenang. Dengan mengikuti ritual keagamaan yang dipercayai, orang merasa hidup dengan harapan untuk masa depan dan menciptakan makna hidup.

5) Emosi negatif

Orang yang sering mengalami emosi negatif dalam hidupnya akan lebih sedikit mengalami emosi yang positif begitu juga sebaliknya. Hal ini mendorong orang berusaha untuk semakin banyak mengalami perasaan yang positif dalam hidupnya. Namun perlu diingat bahwa tidak selalu orang yang mengalami emosi negatif pasti tidak bisa merasa bahagia. Begitu pula orang yang sering mengalami perasaan positif tidak selalu merasa bahagia. 6) Usia

Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Perasaan mencapai puncak dan terpuruk dalam keputusasaan di kehidupan individu menjadi berkurang seiring bertambahnya usia dan pengalaman seseorang. 7) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kunci bagi seseorang untuk dapat menjalani masa depan yang lebih baik lagi. Terpenuhinya sarana dan prasarana dunia pendidikan menjadi faktor yang menentukan kebahagiaan dalam pendidikan.

Dokumen terkait