• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue, antara lain:

1. Faktor Sanitasi Lingkungan Rumah

Faktor fisik lingkungan rumah yang berkaitan dengan kejadian DBD adalah:

a. Pemasangan kawat kasa pada ventilasi

Ventilasi yang dipasang kawat kasa akan mengurangi jalan masuk bagi nyamuk Aedes aegypti ke dalam rumah sehingga akan mengurangi kontak langsung dengan penghuni rumah. Berdasarakan penelitian Maria (2013) di Kota Makassar diketahui bahwa ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak berkasa menjadi faktor risiko terhadap kejadian DBD dengan nilai OR = 9,048. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamza, Suhartono dan Darminto (2013) di Kelurahan Perumnas Way Halim Kota Bandar Lampung menyimpulkan bahwa pemasangan kawat kasa pada ventilasi mempunyai hubungan dengan kejadian DBD (p=0,038) nilai OR = 4,753.

b. Kerapatan dinding

Dinding yang memenuhi syarat yaitu terbuat dari pasangan batu bata atau papan, bersifat kokoh dan kuat sehingga tidak mudah runtuh. Apabila sebagian dinding menggunakan papan maka susunannya harus rapat agar nyamuk tidak mudah masuk ke dalam rumah, harus tegak lurus, dan harus terpisah dari pondasi agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung

(2015), diketahui bahwa terdapat hubungan antara kerapatan dinding rumah dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan Perjuangan dengan OR = 0,196.

c. Langit-langit/Plafon

Langit-langit/Plafon rumah adalah area yang membatasi antara lantai dan atap. Pemasangan langit-langit yang baik berguna untuk menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, dan harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan. Syarat yang baik untuk langit-langit adalah dengan tinggi dari lantai minimal 2,5 meter. Jika terlalu pendek dapat mengakibatkan ruangan menjadi pengap dan terasa panas sehingga mengurangi kenyamanan di dalam ruangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2015), diketahui bahwa terdapat hubungan antara langit-langit/plafon rumah dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan Perjuangan dengan OR = 0,036. d. Pencahayaan

Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media (tempat) yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat hinggap dan beristirahat di tempat-tempat yang agak gelap. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 10% sampai 20% dari luas lantai rumah. Berdasarkan penelitian Salawati, dkk (2010), di Kecamatan Banyumanik diketahui

bahwa terdapat hubungan pencahayaan ruangan dengan kejadian DBD (p=0,013) dengan OR=1,460. Demikian pula dengan penelitian Sholihah (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan kejadian DBD (p=0,021). e. Kelembaban

Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat hinggap dan beristirahat di dalam ruang relatif lembab dengan intensitas cahaya yang rendah (agak gelap). Pengaruh buruk akibat kurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar gas CO2, adanya bau pengap, suhu udara ruang naik dan kelembaban udara ruang bertambah. Menurut Mardihusodo (1988) disebutkan bahwa kelembaban udara yang berkisar 81,5 - 89,5% merupakan kelembaban yang optimal untuk proses embriosasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk. Berdasarakan penelitian Maria (2013) di Kota Makassar diketahui bahwa kelembaban berisiko terhadap kejadian DBD (Odds ratio = 3,364). Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti dan Vidiyani (2005) di Kota Surabaya menunjukkan bahwa kelembaban berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.

f. Pengelolaan Sampah

Berdasarkan penelitian yan dilakukan oleh Stiawati (2013) di Kota Palembang diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan sampah padat dengan kejadian DBD pada anak SD di Kota Palembang (p=0,0004 dan Odds Ratio=3,9).

g. Saluran Pembuangan Air Limbah

Berdasarkan Penelitian Wahyuni (2013) di Gorontalo diperoleh kesimpulan bahwa saluran pembuangan air limbah menjadi faktor risiko kejadian DBD dengan nilai OR=1,42.

h. Tempat penampungan air sebagai tempat perindukan

Keadaan tempat penampungan air bersih yang tidak memenuhi syarat mendukung terjadinya penyakit DBD, dimana tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak menutup rapat, merupakan tempat yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Agar tidak menjadi media pertumbuhan nyamuk, maka tempat penyimpanan air hendaknya berupa wadah yang tertutup, mudah dibersihkan minimal seminggu sekali dan diberikan bubuk abate minimal 2-3 bulan. Untuk wadah-wadah penyimpanan air yang biasa digunakan seperti tong, bak mandi, dan pada tempat cadangan air harus diberi penutup yang rapat untuk mencegah tempat tersebut agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes. Berdasarkan penelitian Hanike, dkk (2015) di Kecamatan Manggala Kota Makassar diketahui bahwa terdapat hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD (p=0,001).

2. Karakteristik Individu a. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus Dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus

Dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Berdasarkan penelitian Hasyimi (2011) diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian DBD (p=0,014). b. Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian Darjito (2008) di Banyumas menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian DBD dengan OR sebesar 4,896.

c. Pendidikan

Kelompok masyarakat yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mengetahui cara-cara mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue, misalnya dengan melakukan PSN, program 3M, dan pemberian bubuk abate. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roose (2008) di Bukit Raya diketahui bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian DBD (p<0,05).

d. Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit diantaranya pekerjaan yang banyak terdapat di sekitar rumah pada pagi maupun sore hari akan beresiko terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roose (2008) di Bukit Raya diketahui bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian DBD (p<0,05).

e. Perilaku

Upaya pencegahan penyakit DBD salah satunya adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat dengan tujuan akhirnya adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat.

Selain faktor di atas, menurut Depkes RI (2014) dalam Lestari (2015), ada beberapa faktor lain yang menjadi faktor risiko terjadinya penularan dan berkembangnya penyakit DBD, yaitu pertumbuhan jumlah penduduk, faktor urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik, semakin majunya sistem transportasi sehingga mobilitas penduduk sangat mudah, sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktor tersebut, status imunologi dan strain virus yang menginfeksi, umur dan riwayat genetik juga berpengaruh terhadap penyakit.

Dokumen terkait