• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Kalium

2.6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan K

faktor tanah seperti jenis mineral liat, Kapasitas Tukar Kation (KTK), jumlah K- dapat dipertukarkan, kapasitas untuk fiksasi K, K-lapisan bawah dan kedalaman perakaran, kelembaban tanah, aerasi, suhu tanah, reaksi tanah, pengaruh Kalsium dan Magnesium, pengaruh unsur lain dan pengaruh pengolahan tanah. Sedangkan faktor tanaman yang mempengaruhi ketersediaan K , antara lain kapasitas tukar kation akar, sistem perakaran, varietas atau hibrida, populasi tanaman dan jarak tanam, tingkat produksi, faktor waktu, dan konsumsi mewah atau pengambilan K melampaui kebutuhan tanpa penambahan produksi.

2.7. Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) adalah salah satu jenis sayuran yang banyak digemari orang, sudah lama dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Tomat termasuk sayuran yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tetapi biasa dibudidayakan dengan baik di dataran tinggi (Rudiyanto, 2003).

Waktu tanam yang baik dua bulan sebelum musim hujan berakhir. Hal ini untuk menghindari tumbuh suburnya patogen atau penyakit yang biasa menyerang seperti cendawan Fusarium Sp. terutama saat musim hujan (Cahyono, 2008). Masa tanamnya singkat 3-4 bulan. Umur tanaman tomat berkisar 60-100 hari sampai panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan sejak benih disebar. Tingginya dapat mencapai 0,5-2,5 meter (Makmun, 2007) sehingga tomat perlu diberi penopang atau ajir yang terbuat dari bambu atau turus kayu agar tidak roboh dan tetap berdiri tegak secara vertikal ke atas (Cahyono, 2008), pemberian ajir dilakukan saat tanaman tomat berumur 3-4 minggu (Makmun, 2007). Benih tomat diperbanyak secara generatif atau dengan biji.

2.8. Tanaman Kailan (Brassica alboglabra)

Kailan atauBrassica alboglabra.Bentuknya yang mirip dengan sawi/caisim atau kembang kol atau biasa disebut dengan sawi cina. Berasal dari Mediterania Timur dan merupakan bahan makanan utama sejak 4000 tahun lalu. Meskipun di Indonesia kailan tergolong jenis sayuran baru, dan termasuk sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim. Sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol.

Kailan merupakan sayuran dataran tinggi yang dapat tumbuh sepanjang tahun, semusim atau berumur pendek, tumbuh baik pada suhu udara 15-250C dan pada ketinggian 300-1900 meter di atas permukaan laut (dpl). Kailan sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan antara bulan Maret sampai bulan April. Pagi atau sore hari adalah waktu yang tepat untuk penanaman dari bibit ke lapang. Kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur dengan pH 5,5-6,5. Kailan mulai dipanen umur 25 hari setelah tanam, tingginya berkisar 35-45 cm (www.cherryfarms.co.uk/kailan.html.). Adapun pemanenan dilakukan dengan cara dicabut.

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yang berada pada ketinggian sekitar 984 m di atas permukaan laut. Tanahnya adalah Inceptisol dan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tomat dan kailan. Analisis kimia tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Bogor, dari bulan Mei sampai November 2009. Tata letak dari petak percobaan disajikan pada (Gambar 1) berikut ini.

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan U S U 0,5 m 0,5 m 0,5 m 10 m 1 m F2 KT AT F3 10 m 1 m F2 F1 F4 F3 10 m 1 m 0,3 m KP KT KS F3 F4 AP 0,3 m AT 10 m 1 m K F1 F2 10 m 1 m F1 KS F4 AP 10 m 1 m KT AT KS AP 0,3 m K 10 m 1 m K KP KP III II I

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan di lapang adalah bibit kailan, bibit tomat. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman digunakan beberapa bahan organik seperti pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, hijauan Tithonia, kompos kirinyuh, dan kompos sisa tanaman penutup tanah yaitu kacang tanah. Untuk meningkatkan kandungan hara, bahan organik dikombinasikan dan diperkaya dengan dolomit dan fosfat alam.

Dalam penelitian ini dicobakan 10 perlakuan beberapa bahan/pupuk organik dengan kombinasi berbeda dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Adapun bahan/pupuk organik pada setiap perlakuan disajikan pada (Tabel 1), sedangkan dosis perlakuan disajikan pada (Tabel 2).

Tabel 1. Perlakuan yang Digunakan dalam Penelitian

No. Kode Perlakuan

1 F1 Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya komposTithonia + fosfat alam + dolomit

2 F2 Kotoran kambing + abu sekam diperkaya komposTithonia+ fosfat alam + dolomit

3 F3 Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit

4 F4 Kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit

5 AT Kotoran ayam becampur dengan sekam * + hijauanTithonia + kompos sisa tanaman

6 KT Kotoran kambing + abu sekam + hijauanTithonia+ kompos sisa tanaman

7 KS Kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman 8 AP Kotoran ayam becampur dengan sekam *

9 KP Kotoran kambing + abu sekam 10 K Kontrol, tanpa dipupuk

Tabel 2. Perlakuan dan Dosis Pada Petak Percobaan

Alat yang digunakan kantong plastik, karung plastik, pelepah pisang untuk pembibitan dan plastik yang berfungsi sebagai naungan untuk pengomposan. Selain itu, peralatan untuk tanam menggunakan alat-alat seperti cangkul, sekop, sendok, perangkap hama, ajir, tali rafia, palang perlakuan, dan peralatan pasca panen seperti timbangan, kantong plastik, spidol, ember untuk mencampur/mengaduk tanah komposit, dan bak kontainer untuk menaruh hasil panen, serta komputer dan alat tulis seperti kertas dan tinta untuk mengolah data produksi dan hasil analisis kimia tanah dan tanaman.

Kotoran ayam* Kotoran kambing + abu sekam Kompos Tithonia Kompos Kirinyuh Hijauan Tithonia Kompos sisa tan. P- alam Dolomit Kode Perlakuan ………kg/petak……… F1 3,5 - 1,5 - - - 0,05 0,05 F2 - 3,5 1,5 - - - 0,05 0,05 F3 3,5 - - 1,5 - - 0,05 0,05 F4 - 3,5 - 1,5 - - 0,05 0,05 AT 5 - - - 1 1 - - KT - 5 - - 1 1 - - KS - 5 - - - 1 - - AP 25 - - - - KP - 25 - - - - K - - - -

3.3. Metode

3.3.1. Pengomposan Pupuk Kandang,Tithonia, dan Kirinyu

Kegiatan pengomposan kotoran dilakukan di lapang dalam bak kayu berukuran panjang 100 cm, tinggi 50 cm dan lebar 50 cm. Dalam pengomposan ini pupuk kandang, kotoran ayam bercampur dengan sekam padi yang digunakan sebagai alas, sedangkan kotoran kambing ditambah abu sekam, masing-masing dimasukkan ke dalam bak kayu dan diinkubasi selama 14 hari untuk kotoran kambing ditambah abu sekam dan 21 hari untuk kotoran ayam bercampur dengan sekam sampai kompos matang. Selama masa pengomposan, secara rutin dilakukan pembalikan setiap seminggu sekali agar aerasi cukup. Sebelum diaplikasikan ke lapang, kompos ditambahkan dengan fosfat alam dan dolomit sesuai dengan perlakuan, yaitu sebesar 1% dari dosis pupuk kandang ayam maupun kambing.

Tanaman Tithonia diversifolia dan kirinyu digunakan karena mudah diperoleh, di sekitar areal kebun lokasi penelitian sebagai tanaman pagar. Sebelum pengomposan baik Tithonia, kirinyu dan kacang tanah terlebih dahulu diptong- potong dengan ukuran kurang lebih lima sampai sepuluh sentimeter, ditumpuk pada wadah/tempat secara terpisah kemudian disiram dengan air dan kemudian ditutup dengan plastik dan diinkubasi selama dua hari. Setiap seminggu sekali kompos dibalik. Pada hari ke-21 kompos telah matang dengan ciri-ciri warna kompos lebih hitam, struktur kompos lebih remah, dan tidak berbau. Adapun bentuk tanaman Tithonia diversifolia, dan kirinyu atau Chromolaena odorata

yang telah matang terlihat sama.

3.3.2. Persiapan Contoh

Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia dilakukan saat sebelum tanam untuk mengetahui kesuburan tanah dan contoh tanah saat umur tanaman 30 hari setelah tanam (HST) contoh tanah diambil, secara komposit dari lima titik pada setiap petak dengan kedalaman 0-20 cm. Selanjutnya tanah dicampur secara merata dan diambil sebanyak 1 kg. Proses berikutnya contoh tanah komposit dikeringanginkan dan dianalisis sifat kimia. Analisis sifat kimia tanah setelah perlakuan (30 HST) yaitu N-total Tanah, P dan K potensial (ekstrak HCl 25%), P-

tersedia (Olsen), K dapat ditukar (K-dd). Adapun, analisis sifat kimia tanaman yaitu N, P, dan K total.

3.3.3. Pelaksanaan di Lapang

Penyemaian benih sebelum tanam, benih terlebih dahulu disemaikan pada suatu tempat atau seedbed yang terbuat dari pelepah pisang. Media penyemaian menggunakan campuran tanah dan kompos kotoran ayam yang telah diperkaya dengan fosfat alam dan dolomit dengan perbandingan 1:1. Pada saat umur bibit di persemaian berumur 21 hari, pemindahan bibit ke lapang dilakukan sewaktu bibit berumur 1 bulan atau daunnya telah berjumlah 4 helai.

Lahan yang siap ditanam sebelumnya telah ditanami tanaman penutup tanah yaitu kacang tanah selama dua bulan dan sisa tanamannya digunakan sebagai bahan tambahan untuk pupuk yang disesuaikan dengan perlakuan. Bibit kailan dan tomat ditanam secara tumpangsari pada petak ukuran 1m x 10m sebanyak 30 petak. Jarak tanam tomat (60cm x 50cm), sedangkan jarak tanam kailan (20cm x 20cm) ditanam diantara 2 baris tanaman tomat. Populasi tomat per petak sebanyak 40 tanaman, sedangkan populasi kailan per petak sebanyak 100 tanaman.

Pada pinggiran petak ditanami rumput sebagai penahan. Untuk mengantisipasi tanaman terserang hama dan penyakit adalah dengan menanam tanaman perangkap hama seperti kemangi, kenikir, Tephrosia di sekitar petakan, selain itu, bila terjadi serangan hama penyakit tanaman (HPT) secara manual yang dapat dilakukan antara lain dengan menangkap langsung (hand picking), membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman tomat pada batang dan cabang agar tidak rebah. Penyiraman tanaman dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dengan air yang berasal dari mata air dari dalam tanah setempat yang bebas kontaminasi.

Gambar 2.Tata Letak Tumpangsari Tanaman Tomat dan Kailan

Keterangan:

Tomat (jarak tanam : 60 x 50 cm)

Kailan (ditanam diantara 2 baris tanaman tomat, jarak tanam 20 x 20 cm)

Pengamatan terhadap keragaan pertumbuhan tanaman kailan dan tomat dilakukan setiap dua minggu, dipilih lima tanaman contoh di setiap bedeng perlakuan, yaitu dua tanaman pada baris di depan, satu tanaman di baris bagian tengah, dan dua tanaman di bagian baris belakang. Pengukuran terhadap tinggi tanaman kailan dilakukan saat umur 21 HST dan pengamatan berikutnya pada saat umur 35 HST. Pengukuran tinggi tanaman tomat yang berumur lebih panjang dari tanaman kailan dilakukan saat umur 21 hari setelah tanam (HST), dan pengukuran dua minggu berikutnya dilakukan pada umur 35 HST, 49 HST, 63 HST, 77 HST, 91 HST, dan 105 HST.

Tanaman kailan sudah dapat dipanen pada umur 21 hari setelah tanam. Sedangkan tanaman tomat berumur lebih panjang sehingga mulai dapat dipanen pada umur 90 hari dari mulai benih disemai atau 3 bulan. Buah, daun, batang, dan akar dipisahkan kemudian dibersihkan dan dicuci dengan air dan ditimbang berat basah untuk kemudian ditimbang produksinya.

Selain itu untuk mengetahui adanya serapan hara N, P, dan K diperoleh dari bobot kering dan kandungan hara tanaman yang berasal dari hasil panen.

3.3.4. Penetapan Sifat Kimia Tanah dan Tanaman

Penetapan sifat kimia tanah dan tanaman, cara kerja serta rumus perhitungan kadar hara hasil pengukuran berdasarkan petunjuk teknis analisis kimia tanah (Balittanah, 2005).

Metode yang digunakan untuk analisis tanah adalah N-total menggunakan pembangkit warna indofenol biru. Penetapan P dan K potensial tanah

10 m 1 m 60 cm 20 cm 20 cm 20 cm 20 cm 50 cm

menggunakan ekstrak HCl 25%. Penetapan P tersedia tanah sebelum perlakuan menggunakan metode Bray 1 (pH <5,5), sedangkan penetapan P tersedia setelah perlakuan menggunakan metode Olsen (pH >5,5). Penetapan K-dd tanah menggunakan ekstrak Amonium asetat (NH4OAc pH 7,0).

Metode yang digunakan untuk analisis tanaman adalah N, P, dan K total tanaman dengan cara Pengabuan Basah menggunakan campuran asam pekat HNO3 dan HClO4.

3.4. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sepuluh perlakuan dan tiga kali ulangan. Data pengamatan diolah dengan analisis analisis ragam dan untuk mengetahui beda antar dua perlakuan dilakuan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%.

Model matematika percobaan tersebut adalah sebagai berikut : Yij = µ +τi+βj+εij

Keterangan :

Yijk = Pengaruh serapan hara pada tanaman tomat dan kailan akibat pengaruh

τ

ke-i danβke-j

µ = Nilai tengah umum

τ

i = Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10) βj = Pengaruh kelompok ke-j (1,2,3)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Deskripsi profil tanah pada kebun organik Permata Hati Farm dilakukan pada penampang tanah di bagian lereng atas. Pada lapisan pertama atau horison Ap pada kedalaman 0-30 cm, tanah berwarna coklat gelap (7.5 YR 3/2), teksturnya lempung liat berpasir, struktur tanah remah, halus, banyak akar halus, gembur, perbedaan lapisan dengan lapisan di bawahnya jelas rata. Horison Bw1 atau lapisan kedua, kedalamannya 30-68 cm, berwarna coklat gelap (7.5 YR 4/4), teksturnya lempung liat berdebu, strukturnya gumpal membulat, sangat halus, gembur, perbedaan dengan lapisan di bawahnya rata berangsur.

Horison Bw2 berada pada kedalaman 68-98 cm, berwarna coklat (7.5 YR 5/4), tekstur tanahnya liat berdebu, struktur tanah gumpal membulat, halus, dan gembur, perbedaan dengan bawahnya baur rata. Lapisan keempat Bw3 yang berada pada kedalaman 98-125 cm, berwarna coklat-coklat kuat (7.5 YR 5/4-5/6), teksturnya liat berdebu, struktur gumpal membulat, halus, dan gembur, serta sangat sedikit akar halus, perbedaan dengan lapisan di bawahnya baur rata. Horison Bw4, pada kedalaman lebih dari 120 cm, berwarna coklat-coklat kuat (7.5 YR 5/4-5/6), tekstur tanahnya liat berdebu, struktur tanahnya gumpal membulat, halus, gembur, sudah tidak dijumpai lagi akar, perbedaan lapisan sudah baur rata.

Dari sifat-sifat morfologi di atas klasifikasi tanah dikelompokkan menurut Sistem Taksonomi Tanah (1999) termasuk ordo Inceptisol, dengan alasan karena tanahnya mempunyai epipedon umbrik, dengan kejenuhan basanya kurang dari 60%, memiliki horison penciri kambik. Tanah Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah. Bahan induk berasal dari volkan intermediet. Sifat kimia Inceptisol di Permata Hati Farm ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Kimia Inceptisol di Permata Hati Farm Sebelum Perlakuan

Inceptisol di Permata Hati Farm memiliki pH masam sebesar 5,5. Tanah ini memiliki pH H2O yang lebih tinggi dibandingkan dengan pH KCl. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini memiliki muatan negatif yang mampu menjerap kation-kation tanah (Tan, 1991). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kandungan C-organik sebesar 2,7%, nitrogen total tanah sebesar 0,3% serta C/N sebesar 10,5 termasuk sedang.

Kandungan P (ekstrak HCl 25% atau P potensial) dan P (Bray 1 atau P tersedia) sangat tinggi, masing-masing sebesar 139,3 mg/100g dan 40,7 ppm. Kandungan K (ekstrak HCl 25% atau K potensial) tergolong cukup tinggi, yaitu 57,6 mg/100g, sedangkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah termasuk sedang, yaitu 20,7 me/100g.

Jumlah basa-basa dapat ditukar tergolong rendah sampai tinggi, kandungan Mg dan K termasuk tinggi, masing-masing sebesar 2,1 me/100g dan 0,8 me/100g, kadar Ca tanah termasuk sedang, yaitu 8,4 me/100g, kandungan Na tergolong rendah, yaitu 0,3 me/100g. Kejenuhan basa termasuk tinggi yaitu 58,4%. Dengan demikian, secara umum tanah Inceptisol di Permata Hati Farm mempunyai tingkat

Sifat Tanah Nilai Kriteria*

pH H2O (1:5) 5,5 masam pH KCl (1:5) 5,1 C-organik (%) 2,7 sedang N Total (%) 0,3 sedang C/N 10,5 sedang P2O5 HCl 25% (mg/100g) 139,3 sangat tinggi

P2O5Bray 1 (ppm) 40,7 sangat tinggi

K2O HCl 25% (mg/100g) 57,6 tinggi

KTK (me/100g tanah) 20,7 sedang

0,0 Kandungan basa-basa (me/100g) 0,0

Ca 2,9 sedang

Mg 2,1 tinggi

K 0,8 tinggi

Na 0,3 rendah

Kejenuhan Basa (%) 58,4 tinggi

kesuburan yang sedang sampai tinggi, yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman.

4.2. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik

Sebelum penanaman dilakukan analisis sifat kimia kotoran ayam yang bercampur dengan sekam, kotoran kambing ditambah abu sekam, kompos

Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, hijauanTithonia, dan fosfat alam terlebih dahulu. Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik yang Digunakan dalam Penelitian

Keterangan : * Kotoran ayam yang bercampur dengan sekam padi sebagai alas, F1 (3,5 kg kotoran ayam yang bercampur sekam diperkaya 1,5 kg komposTithonia + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit) F2 (3,5 kg kotoran kambing ditambah abu sekam diperkaya 1,5 kg komposTithonia+ 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit); F3 (3,5 kg kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit); F4 (3,5 kg kotoran kambing ditambah abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit).

Berdasarkan Tabel 4, hasil pengukuran kandungan C-organik kotoran ayam yang bercampur dengan sekam padi sebagai alas dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing sebesar 37,30% dan 19,82%. Kandungan C-organik kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauan Tithonia

masing-masing sebesar 44,85%, 27,97%, 20,63%, dan 37,73%. Adapun nilai kandungan C-organik tersebut sesuai dengan persyaratan teknis minimal pupuk organik No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 mengenai kandungan C-organik adalah 12%.

Kandungan N-total dalam kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing sebesar 1,97% dan 1,18%. Kandungan N-total dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa

Kotoran ayam* Kotoran Kambing + abu sekam Kompos Tithonia Kompos Kirinyu Kompos sisa tanaman Hijauan

Tithonia Fosfat alam

Sifat Kimia ……….…………..…….. % ………... C 37,30 19,82 44,85 27,97 20,63 37,73 N 1,97 1,18 4,66 1,77 1,49 2,57 C/N 23 17 10 18 16 15 P2O5 3,22 1,31 1,79 0,60 0,70 0,42 0,14 K2O 2,14 1,79 3,31 1,58 1,76 0,89

tanaman, dan hijauanTithonia masing-masing sebesar 4,66%, 1,77%, 1,49%, dan 2,57%.

Hasil pengukuran kandungan C/N rasio kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing sebesar 23 dan 17. Kandungan C/N rasio dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauan Tithonia masing-masing yaitu 10, 18, 16, dan 15. Nilai kandungan C/N rasio tersebut sesuai persyaratan teknis minimal pupuk organik No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 mengenai tingkat kematangan bahan organik untuk rasio C/N berkisar 10-25.

Kandungan P2O5 dalam kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing yaitu 3,22% dan 1,31%. Kandungan P2O5dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauanTithonia masing-masing yaitu 1,79%, 0,60%, 0,70%, dan 0,42%.

Kandungan K2O dalam kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing yaitu 2,14% dan 1,79%. Kandungan K2O dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauanTithonia masing-masing yaitu 3,31%, 1,58%, 1,76%, dan 0,89%.

Adapun sumbangan hara dari bahan/pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Sumbangan Hara dari Bahan/Pupuk Organik yang Diberikan ke Dalam Tanah N P2O5 K2O Kode Perlakuan Perlakuan ……….… (kg/petak) ………... F1 Kotoran ayam + sekam + komposTithonia

+ fosfat alam + dolomit 0,14 0,14 0,12

F2 Kotoran kambing + abu sekam + komposTithonia

+ fosfat alam + dolomit 0,11 0,07 0,11

F3 Kotoran ayam + sekam + kompos kirinyu

+ fosfat alam + dolomit 0,10 0,12 0,10

F4 Kotoran kambing + sekam + kompos

kirinyu + fosfat alam + dolomit 0,07 0,05 0,09

AT Kotoran ayam + sekam + hijauanTithonia

+ kompos sisa tanaman 0,14 0,17 0,13

KT Kotoran kambing + abu sekam + hijauan

Tithonia + kompos sisa tanaman 0,10 0,08 0,12

KS Kotoran kambing + abu sekam + kompos

sisa tanaman 0,07 0,07 0,11

AP Kotoran ayam + sekam 25 kg/petak 0,49 0,81 0,54 KP Kotoran kambing + abu sekam 25 kg/petak 0,30 0,33 0,45

K Kontrol, tanpa dipupuk - - -

4.3. Kandungan Nitrogen Total dalam Tanah

N total tanah terdiri atas N organik dan N-inorganik. Adapun tanaman menyerap N dalam bentuk N-inorganik (NO3- dan NH4+). Pemberian beberapa bahan/pupuk organik ke dalam tanah akan terjadi penambahan jumlah nitrogen. Pengaruh perlakuan beberapa bahan organik terhadap N total dalam tanah sebelum perlakuan dan setelah diberi perlakuan (30 HST) disajikan pada Gambar 3 berikut ini.

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K N Total (%) Perlakuan

Sebelum Perla kua n Setela h Perla kua n (30 HST)

Gambar 3. Kandungan N total dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST)

Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 13) menunjukkan bahwa kandungan N-total tanah pada beberapa bahan/pupuk organik tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena jumlah N-total tanah termasuk sedang (N-total tanah adalah 0,26%), sehingga pemberian bahan organik ke dalam tanah tidak memperlihatkan hasil yang nyata.

Kandungan N-total tertinggi setelah diberi perlakuan bahan/pupuk organik terdapat pada perlakuan AP, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam 25 kg/petak sebesar 0,30%. Kandungan N-total terkecil terdapat pada perlakuan F3, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit sebesar 0,21%.

Sumbangan N-total dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam pada perlakuan AP menyumbangkan 0,49 kg N/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran ayam pada perlakuan F1, F3 dan AT masing-masing menyumbangkan 0,14 kg N/petak, 0,10 kg N/petak dan 0,14 kg N/petak. Adapun sumbangan N- total dari kotoran kambing ditambah abu sekam pada perlakuan KP menyumbangkan 0,30 kg N/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran kambing lainnya pada perlakuan F2 dan F4 masing-masing menyumbangkan 0,11 kg N/petak dan 0,07 kg N/petak serta untuk perlakuan KT dan KS masing-masing menyumbangkan 0,10 kg N/petak dan 0,07 kg N/petak.

Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap kandungan N-total

dalam tanah. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam menyumbangkan N-total lebih tinggi terhadap kandungan N-total dalam tanah. Hal ini sesuai dengan (Tabel 5) sumbangan N- total tertinggi diperoleh dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik yang lebih banyak diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh terhadap kandungan N- total dalam tanah.

4.4. Kandungan P (Potensial dan Tersedia) dalam Tanah

Hasil pengukuran P potensial (P ekstrak HCl 25%) sebelum perlakuan sebesar 139,3 mg/100g. Berdasarkan Gambar 4, kandungan P potensial tanah setelah diberi perlakuan (30 HST) meningkat. Peningkatan kandungan P potensial terbesar pada perlakuan F1, yaitu kotoran ayam yang bercampur sekam diperkaya komposTithonia + fosfat alam + dolomit sebesar 256%. Peningkatan kandungan P potensial tanah juga terjadi pada kontrol, tanpa dipupuk. Peningkatan kandungan P potensial tanah tersebut diduga berasal dari kandungan P potensial tanah (139,3 mg/100g) sudah sangat tinggi, selain itu terjadi mineralisasi bahan/pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah untuk perlakuan F1, pada perlakuan kontrol, tanpa dipupuk diduga kemampuan menyerap oleh tanaman yang rendah sehingga P yang diserap tidak terlalu banyak, selain itu efek residu pada penelitian terdahulu dan adanya kemungkinan P masih terfiksasi tanah. Penurunan kandungan P potensial tanah terbesar terdapat pada perlakuan AT, yaitu kotoran ayam ditambah hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman sebesar 29%. Penurunan kandungan P potensial tanah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya P potensial yang melarut menjadi P tersedia sehingga kemungkinan diserap oleh tanaman, sedangkan pada perlakuan lain diduga P dalam bahan organik belum dilepaskan atau masih terfiksasi oleh tanah.

Dokumen terkait