KAILAN (
Brassica alboglabra
) DENGAN PEMBERIAN
BEBERAPA BAHAN ORGANIK PADA TANAH INCEPTISOL
CISARUA
HANIFAH
A24102023
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
KAILAN (
Brassica alboglabra
) DENGAN PEMBERIAN
BEBERAPA BAHAN ORGANIK PADA TANAH INCEPTISOL
CISARUA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
HANIFAH
A24102023
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
(Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica Alboglabra) dengan
Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Tanah Inceptisol Cisarua
Nama : Hanifah NIM : A24102023
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc.) (Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si.)
NIP : NIP :
Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.) NIP : 19621113 198703 1 003
Judul Skripsi : Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan
Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Tanah Inceptisol Cisarua
Nama : Hanifah NIM : A24102023
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si NIP . 19660315 199103 2 002 NIP . 19620416 198603 2 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP . 19571222 198203 1 002
HANIFAH.
Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik pada Tanah Inceptisol Cisarua. (Dibawah bimbinganLILIK TRI INDRIYATI
danWIWIK HARTATIK).
Tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup dan lingkungan yang sehat
akhir-akhir ini semakin meningkat. Kesadaran masyarakat tersebut didukung oleh
pemerintah dengan mengeluarkan SNI tentang Sistem Pangan Organik yang
tersusun dalam SNI 01-6729-2002 berisi panduan antara lain tentang cara-cara
budidaya pangan dan ternak organik. Pertanian organik dalam proses produksinya
mendorong kesuburan (kesehatan) tanah dan tanaman seperti pendaurulangan
unsur hara dari bahan-bahan organik dan menghindarkan penggunaan pupuk serta
pestisida sintetik (IASAdalam Dimyati, 2002).
Penelitian ini dilakukan melalui kerjasama dengan Balai Penelitian Tanah
Bogor dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kotoran ayam yang
bercampur dengan sekam, kotoran kambing + abu sekam, kompos Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam, dan dolomit terhadap kandungan N, P, dan K dalam tanah, serapan dalam tanaman dan
produksinya.
Lokasi penelitian dilakukan pada lahan di Permata Hati Farm, Desa Tugu
Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian dirancang berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sepuluh perlakuan dan diulang tiga
kali. Perlakuan-perlakuannya antara lain F1 (kotoran ayam yang bercampur
dengan sekam diperkaya komposTithonia + fosfat alam + dolomit), F2 (kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit), F3 (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya kompos kirinyuh + fosfat
alam + dolomit), F4 (kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos kirinyuh +
fosfat alam + dolomit), AT (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam +
hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman), KT (kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman), KS (kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman), AP (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam). KP
yang diamati. Tetapi secara umum kotoran ayam yang bercampur dengan sekam
baik yang diberikan secara tunggal maupun kombinasinya dengan kompos
Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam dan dolomit cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap parameter
HANIFAH.
An Increasing of The Growth and The Uptake of N, P, and K of Tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) and Kailan (Brassica alboglabra) with The Application Some of Organic Matter in Inceptisol of Cisarua. (Under supervision ofLILIK TRI INDRIYATI
andWIWIK HARTATIK).
Social awareness belong to a good and healthy life lately is going
increased. Those social awareness is supported by government policy of Organic
Food System that arranged in SNI 01-6729-2002 contained guidelines organic for
food production and cattle. Production process in organic farming increased soil
fertility (health) and plant such as nutrients of recycling from organic matters and
to ignore syntetic fertilizer and pesticide useness (IASAin Dimyati, 2002).
The experiments was done with Balai Penelitian Tanah Bogor aimed to
know the effect of chicken manure mingled with rice husk, goat manure + rice
husk ash, compost of Tithonia, compost of kirinyuh, green manure of Tithonia, plant residue compost, natural phosphate, and the dolomite application contained
of N, P, and K nutrient in soil and the uptake in the plant and in the production.
The experiment was conducted in the land of Permata Hati Farm, Desa
Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. The experiment was arranged
based on Block Randomized Design with ten treatment and three replication. The
treatments were chicken manure mingled with rice husk enriched from compost of
Tithonia + natural phosphate + the dolomite (F1), goat manure + rice husk ash enriched from compost of Tithonia + natural phosphate + the dolomite (F2). Chicken manure mingled with rice husk enriched from compost of kirinyuh +
natural phosphate + the dolomite (F3). Goat manure + rice husk ash enriched from
compost of kirinyuh + natural phosphate + the dolomite (F4). AT (chicken
manure mingled with rice husk + green manure of Tithonia + plant residue compost). Goat manure + rice husk ash + green manure of Tithonia + plant residue compost (KT). Goat manure + rice husk ash + plant residue compost (KS).
Chicken manure mingled with rice husk (AP). Goat manure + rice husk ash (KT),
and control, with no fertilized (K).
The result from the experiment showed that the effect of the application
plant residue compost, natural phosphate, and the dolomite application indicated a
Bismillahirrahmanirrahim.
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang
menguasai ilmu, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul
“Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik pada Tanah Inceptisol Cisarua” ini dengan
baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dari tingkat awal
hingga akhir sekaligus sebagai pembimbing pertama yang telah dengan
sabar membimbing dan tak henti-hentinya memberi masukan kepada
penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktunya disela-sela kesibukan beliau yang sangat padat
untuk memberikan semua arahan, bimbingan, serta memberi
kesempatan kepada penulis untuk bekerjasama dengan Ibu dalam
pelaksanaan penelitian.
3. Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc selaku dosen penguji skripsi ini.
4. Bapak Asep Miswan. Terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya
selama di lapang.
5. Staff di Balai Penelitian Tanah Bogor Bu Widati, Bu Mariam, Bu Eti
dan seluruh staff Laboratorium Kimia Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H.
Djuanda Bogor (Bu Evi, Bu Lenita, Pak Tia, Mbak Vita, Rini, Pak
Yoyok, Pak Usman, Pak Azis, Pak Maksum, dan Bu Leni) serta
seluruh staff Laboratorium Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah,
6. Staff Komdik dan Perpustakaan Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan (Mbak Hesti, Pak Suratman, dan Bu Tini). Terima
kasih atas informasi dan bantuannya.
7. Bapak, Ibu, Ua, Mamah dan Papah mertua di Lampung yang selalu
mendo’akan dan mendukung dari belakang. Terutama untuk Ibunda
tercinta yang selama perkulihan, penelitian hingga penyusunan skripsi
selalu mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayang yang tulus
dari Ibunda yang mungkin tak akan bisa terbalaskan, semoga Ridha
mu Ridha Allah juga, Amien.
8. Suami tercinta mas Suheri yang dengan sabar menyemangatiku,
memahami dengan sepenuh hati, dan terus mendo’akanku.
9. Ghania Rahma Suheri putriku tersayang, sabar ya dek...
10.Teh Lia kakakku, Bahri adikku, A’ Agus, Desi, Hadim adik ipar,
Muthia, Keiza, Enin, Tante Eli, Bebe Sri, Bi Heti serta semua keluarga
besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas do’a
dan bantuannya.
11. Hapsari Arianne, Harni Rahmawati, Astri Supraptini, Renti, Dewi Titi,
teman-teman di Wisma Balsem semuanya.terima kasih atas do’a dan
semangat kebersamaannya.
12. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Tanah Angkatan 39, 40, 41, 42, dan 43.
13. Teh Ai, Bu Elin, Teh Endah, Mbak Evi, Bu Dina, Zahro, Rika, Anna,
Teh Ireta, Teh Mila,Fitri. Terima kasih atas do’a dan dukungannya.
Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi perbaikan skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
KAILAN (
Brassica alboglabra
) DENGAN PEMBERIAN
BEBERAPA BAHAN ORGANIK PADA TANAH INCEPTISOL
CISARUA
HANIFAH
A24102023
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
KAILAN (
Brassica alboglabra
) DENGAN PEMBERIAN
BEBERAPA BAHAN ORGANIK PADA TANAH INCEPTISOL
CISARUA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
HANIFAH
A24102023
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
(Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica Alboglabra) dengan
Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Tanah Inceptisol Cisarua
Nama : Hanifah NIM : A24102023
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc.) (Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si.)
NIP : NIP :
Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.) NIP : 19621113 198703 1 003
Judul Skripsi : Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan
Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Tanah Inceptisol Cisarua
Nama : Hanifah NIM : A24102023
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si NIP . 19660315 199103 2 002 NIP . 19620416 198603 2 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP . 19571222 198203 1 002
HANIFAH.
Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik pada Tanah Inceptisol Cisarua. (Dibawah bimbinganLILIK TRI INDRIYATI
danWIWIK HARTATIK).
Tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup dan lingkungan yang sehat
akhir-akhir ini semakin meningkat. Kesadaran masyarakat tersebut didukung oleh
pemerintah dengan mengeluarkan SNI tentang Sistem Pangan Organik yang
tersusun dalam SNI 01-6729-2002 berisi panduan antara lain tentang cara-cara
budidaya pangan dan ternak organik. Pertanian organik dalam proses produksinya
mendorong kesuburan (kesehatan) tanah dan tanaman seperti pendaurulangan
unsur hara dari bahan-bahan organik dan menghindarkan penggunaan pupuk serta
pestisida sintetik (IASAdalam Dimyati, 2002).
Penelitian ini dilakukan melalui kerjasama dengan Balai Penelitian Tanah
Bogor dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kotoran ayam yang
bercampur dengan sekam, kotoran kambing + abu sekam, kompos Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam, dan dolomit terhadap kandungan N, P, dan K dalam tanah, serapan dalam tanaman dan
produksinya.
Lokasi penelitian dilakukan pada lahan di Permata Hati Farm, Desa Tugu
Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian dirancang berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sepuluh perlakuan dan diulang tiga
kali. Perlakuan-perlakuannya antara lain F1 (kotoran ayam yang bercampur
dengan sekam diperkaya komposTithonia + fosfat alam + dolomit), F2 (kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit), F3 (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya kompos kirinyuh + fosfat
alam + dolomit), F4 (kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos kirinyuh +
fosfat alam + dolomit), AT (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam +
hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman), KT (kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman), KS (kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman), AP (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam). KP
yang diamati. Tetapi secara umum kotoran ayam yang bercampur dengan sekam
baik yang diberikan secara tunggal maupun kombinasinya dengan kompos
Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam dan dolomit cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap parameter
HANIFAH.
An Increasing of The Growth and The Uptake of N, P, and K of Tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) and Kailan (Brassica alboglabra) with The Application Some of Organic Matter in Inceptisol of Cisarua. (Under supervision ofLILIK TRI INDRIYATI
andWIWIK HARTATIK).
Social awareness belong to a good and healthy life lately is going
increased. Those social awareness is supported by government policy of Organic
Food System that arranged in SNI 01-6729-2002 contained guidelines organic for
food production and cattle. Production process in organic farming increased soil
fertility (health) and plant such as nutrients of recycling from organic matters and
to ignore syntetic fertilizer and pesticide useness (IASAin Dimyati, 2002).
The experiments was done with Balai Penelitian Tanah Bogor aimed to
know the effect of chicken manure mingled with rice husk, goat manure + rice
husk ash, compost of Tithonia, compost of kirinyuh, green manure of Tithonia, plant residue compost, natural phosphate, and the dolomite application contained
of N, P, and K nutrient in soil and the uptake in the plant and in the production.
The experiment was conducted in the land of Permata Hati Farm, Desa
Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. The experiment was arranged
based on Block Randomized Design with ten treatment and three replication. The
treatments were chicken manure mingled with rice husk enriched from compost of
Tithonia + natural phosphate + the dolomite (F1), goat manure + rice husk ash enriched from compost of Tithonia + natural phosphate + the dolomite (F2). Chicken manure mingled with rice husk enriched from compost of kirinyuh +
natural phosphate + the dolomite (F3). Goat manure + rice husk ash enriched from
compost of kirinyuh + natural phosphate + the dolomite (F4). AT (chicken
manure mingled with rice husk + green manure of Tithonia + plant residue compost). Goat manure + rice husk ash + green manure of Tithonia + plant residue compost (KT). Goat manure + rice husk ash + plant residue compost (KS).
Chicken manure mingled with rice husk (AP). Goat manure + rice husk ash (KT),
and control, with no fertilized (K).
The result from the experiment showed that the effect of the application
plant residue compost, natural phosphate, and the dolomite application indicated a
Bismillahirrahmanirrahim.
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang
menguasai ilmu, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul
“Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik pada Tanah Inceptisol Cisarua” ini dengan
baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dari tingkat awal
hingga akhir sekaligus sebagai pembimbing pertama yang telah dengan
sabar membimbing dan tak henti-hentinya memberi masukan kepada
penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktunya disela-sela kesibukan beliau yang sangat padat
untuk memberikan semua arahan, bimbingan, serta memberi
kesempatan kepada penulis untuk bekerjasama dengan Ibu dalam
pelaksanaan penelitian.
3. Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc selaku dosen penguji skripsi ini.
4. Bapak Asep Miswan. Terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya
selama di lapang.
5. Staff di Balai Penelitian Tanah Bogor Bu Widati, Bu Mariam, Bu Eti
dan seluruh staff Laboratorium Kimia Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H.
Djuanda Bogor (Bu Evi, Bu Lenita, Pak Tia, Mbak Vita, Rini, Pak
Yoyok, Pak Usman, Pak Azis, Pak Maksum, dan Bu Leni) serta
seluruh staff Laboratorium Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah,
6. Staff Komdik dan Perpustakaan Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan (Mbak Hesti, Pak Suratman, dan Bu Tini). Terima
kasih atas informasi dan bantuannya.
7. Bapak, Ibu, Ua, Mamah dan Papah mertua di Lampung yang selalu
mendo’akan dan mendukung dari belakang. Terutama untuk Ibunda
tercinta yang selama perkulihan, penelitian hingga penyusunan skripsi
selalu mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayang yang tulus
dari Ibunda yang mungkin tak akan bisa terbalaskan, semoga Ridha
mu Ridha Allah juga, Amien.
8. Suami tercinta mas Suheri yang dengan sabar menyemangatiku,
memahami dengan sepenuh hati, dan terus mendo’akanku.
9. Ghania Rahma Suheri putriku tersayang, sabar ya dek...
10.Teh Lia kakakku, Bahri adikku, A’ Agus, Desi, Hadim adik ipar,
Muthia, Keiza, Enin, Tante Eli, Bebe Sri, Bi Heti serta semua keluarga
besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas do’a
dan bantuannya.
11. Hapsari Arianne, Harni Rahmawati, Astri Supraptini, Renti, Dewi Titi,
teman-teman di Wisma Balsem semuanya.terima kasih atas do’a dan
semangat kebersamaannya.
12. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Tanah Angkatan 39, 40, 41, 42, dan 43.
13. Teh Ai, Bu Elin, Teh Endah, Mbak Evi, Bu Dina, Zahro, Rika, Anna,
Teh Ireta, Teh Mila,Fitri. Terima kasih atas do’a dan dukungannya.
Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi perbaikan skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 3
1.3. Hipotesis ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Pertanian Organik... 4
2.2. Inceptisol... 5
2.3. Bahan Organik... 6
2.4. Nitrogen ... 8
2.4.1. Bentuk-bentuk Nitrogen di dalam Tanah... 8
2.4.2. Transformasi Nitrogen di dalam Tanah ... 9
2.4.3. Kemampuan Tanah Menyediakan Nitrogen ... 10
2.4.4. Retensi N-ion dalam Tanah... 10
2.4.5. Kehilangan Nitrogen dalam Bentuk Gas ... 10
2.4.6. Ketersediaan Nitrogen... 11
2.5. Fosfor... 11
2.5.1. Kandungan P di dalam Tanah ... 11
2.5.2. Bentuk-bentuk P di dalam Tanah ... 12
2.5.3. Ketersediaan P Tanah ... 12
2.5.4. Transformasi P-Anorganik ... 12
2.5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi P di dalam Tanah 13 2.5.6. Kehilangan Fosfor dari Tanah ... 13
2.6. Kalium ... 13
2.8. Tanaman Kailan (Brassica alboglabra) ... 15 III. BAHAN DAN METODE ... 16
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 16
3.2. Bahan dan Alat... 17
3.3. Metode... 19
3.3.1.Pengomposan Pupuk Kandang,Tithonia, dan Kirinyu ... 19 3.3.2.Persiapan Contoh... 19
3.3.3.Pelaksanaan di Lapang ... 20
3.3.4.Penetapan Sifat Kimia Tanah dan Tanaman ... 22
3.4. Rancangan Percobaan... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 23
4.2. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik ... 25
4.3. Kandungan Nitrogen Total dalam Tanah ... 27
4.4. Kandungan P (Potensial dan Tersedia) dalam Tanah ... 28
4.5. Kandungan K (Potensial dan Dapat Dipertukarkan dalam Tanah . 32
4.6. Serapan Hara N, P, dan K oleh Tanaman Tomat ... 34
4.7. Serapan N, P, dan K Tanaman Kailan... 37
4.8. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat dan Kailan ... 38
4.8.1. Pertumbuhan Tanaman Tomat ... 38
4.8.2. Produksi Tanaman Tomat ... 39
4.8.3. Pertumbuhan Tanaman Kailan ... 42
4.8.4. Produksi Tanaman Kailan... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1. Kesimpulan ... 44
5.2. Saran... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Perlakuan yang Digunakan dalam Penelitian ... 17
2. Perlakuan dan Dosis Pada Petak Percobaan ... 18
3. Sifat Kimia Inceptisol di Permata Hati Farm Sebelum Perlakuan... 24
4. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik
yang Digunakan dalam Penelitian ... 25
5. Sumbangan Hara dari Bahan/Pupuk Organik
yang Diberikan ke Dalam ... 27
6. Serapan N, P, dan K dalam Buah, Brangkasan, dan akar
pada Tanaman Tomat ... 36
7. Serapan N, P, dan K pada Tanaman Kailan... 38
8. Tinggi dan Produksi Tanaman Tomat ... 41
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Tata Letak Petak Percobaan... 16
2. Tata Letak Tumpangsari Tanaman Tomat dan Kailan... 21
3. Kandungan N total dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan
Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST)... 28
4. Kandungan P potensial dalam Tanah Sebelum Pemberian
Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST)... 31
5. Kandungan P2O5 Tersedia dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan
dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) ... 31
6. Kandungan K Potensial dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan
dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) ... 34
7. Kandungan K-dd dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983)... 49
2. Tinggi Tanaman Tomat 21, 35, 49, 56, 63, 77, 91 dan 105 HST ... 50
3. Tinggi Tanaman Tomat 21dan 35 HST ... 51
4. Bobot Kering Buah, Brangkasan, Akar,
dan Total Bobot Kering Tomat... 52
5. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta
Serapan Hara N dan P Buah Tomat ... 53
6. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta
Serapan Hara K Buah Tomat... 54
7. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta
Serapan Hara N dan P Brangkasan Tanaman Tomat... 55
8. Bobot Kering, Kandungan Hara K dan
Serapan Hara K Brangkasan Tanaman Tomat ... 56
9. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan
Serapan Hara N AkarTanaman Tomat... 57
10. Bobot Kering, Kandungan Hara P dan
Serapan Hara P Akar Tanaman Tomat... 58
11. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta
Serapan Hara K Akar Tanaman Tomat ... 59
12. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta
Serapan Hara N dan P Tanaman Sayur Kailan... 60
13. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta
Serapan Hara K Tanaman Sayur Kailan ... 61
14. Analisis Ragam Kandungan Hara Tanah ... 62
15. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tomat ... 63
16. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kailan ... 64
17. Analisis Ragam Produksi Buah Tomat dan Sayur Kailan... 65
dalam Brangkasan Tanaman Tomat... 67
20. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Akar Tanaman Tomat .... 68
21. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K Tanaman Sayur Kailan ... 69
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup dan lingkungan yang sehat
akhir-akhir ini semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
dan pendidikan masyarakat akan pentingnya kesehatan yang semakin membaik.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kecenderungan masyarakat untuk memilih
produk-produk yang bersifat alami, sehat, bergizi, aman, serta bebas dari
bahan-bahan kimia berbahaya.
Salah satu alternatif menghindari efek negatif dari bahan-bahan kimia
sintesis dan penggunaan hormon tumbuh bagi kesehatan manusia dan lingkungan,
berkembanglah produk-produk organik yang dipengaruhi oleh arah kebijakan
pemerintah yang mencanangkan program “Go Organic 2010”, dukungan dari
industri pengolahan pangan, daya serap dari pasar modern (supermarket) terhadap
produk organik yang mencapai 50%, dan adanya harga premium atau harga tinggi
ditingkat konsumen yang bersedia membayar lebih mahal (Setyorini dan Husnain,
2004).
Permintaan pasar akan produk pertanian organik tersebut dibeberapa negara
seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan Singapura, kemajuannya mencapai
lebih dari 20% setiap tahunnya (FAO, 1999 dalam Rosita, 2007). Tingginya permintaan produk organik di negara maju, mendorong negara berkembang untuk
memanfaatkan peluang tersebut dengan cara mempercepat dan memacu
peningkatan areal pengembangan dan produksi pertanian organik.
Proses produksi dalam pertanian organik sebaiknya menganut sistem
produksi tertutup (closed system) dan menghindari penggunaan bahan-bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia dan pestisida. Pupuk atau bahan organik yang
disediakan dalam praktek budidaya pertanian organik memiliki sumber bahan
yang sangat beranekaragam, seperti bahan dasar pupuk organik yang berasal dari
sisa tanaman menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) umumnya sedikit
mengandung bahan yang berbahaya.
Karakteristik atau sifat fisik maupun kimia pupuk organik berbeda-beda
tergantung dari sumber bahan tersebut berasal, hal ini tentu saja akan berpengaruh
untuk jangka panjang adalah yang dapat meningkatkan produksi tanaman dan
kualitas lahan secara berkelanjutan atau dapat meningkatkan produktivitas lahan
dan mencegah terjadinya degradasi lahan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Bahan organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi
butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar
pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan
suhu tanah. Bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting antara lain
penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo,
Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan
organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang
telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang.
Bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah
(Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, kotoran ternak, sisa
tanaman, sampah organik yang telah dikomposkan serta bahan pembenah tanah
(amelioran) merupakan sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sumber hara yang
disediakan antara lain nitrogen, fosfor, dan kalium.
Nitrogen yang diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat (NO3-) dan
amonium (NH4+). Peranan nitrogen dalam tanaman sangat penting terutama pada
fase pertumbuhan vegetatif untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang
memadai sebelum pembungaan. Selain itu, nitrogen berperan pada pembentukan
protein, pertumbuhan dan memberikan warna hijau yang sehat pada daun
(Rismunandar, 1990).
Fosfor sebagai unsur utama bersama-sama dengan nitrogen dan kalium
namun diabsorpsi oleh tanaman dalam jumlah kecil dari kedua unsur tersebut.
Tanaman mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer, H2PO4- dan
sebagian kecil dalam bentuk sekunder, HPO42-, Tanaman dapat juga mengabsorpsi
fosfat dalam bentuk P-organik seperti asamnukleik danphytin. Fosfat diperlukan tanaman untuk pertumbuhan biji dan banyak dijumpai di dalam buah, serta
memperbesar pertumbuhan akar (Leiwakabessyet al., 2003).
Kalium merupakan unsur hara mineral paling banyak dibutuhkan tanaman
Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain, kalium tidak dijumpai di dalam
bagian tanaman namun berfungsi sebagai katalisator. Kalium berperan terhadap
peristiwa-peristiwa fisiologis antara lain seperti fotosintesis, translokasi
karbohidrat, sintesis protein, dan lain-lain (Foth, 1990).
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian
beberapa bahan organik terhadap pertumbuhan dan serapan N, P, dan K tanaman
tomat dan kailan yang ditanam secara tumpangsari dalam sistem pertanian
organik.
1.3. Hipotesis
Pemberian beberapa bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Organik
Standar Nasional Indonesia tentang Sistem Pangan Organik SNI 01-6729
(2002) memberikan pengertian pertanian organik sebagai suatu sistem produksi
pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan
pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Pertanian organik
Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) (2005) yaitu proses pertanian yang melestarikan dan meningkatkan kesuburan
(kesehatan) tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan
tak terpisahkan. Adapun sistem pertanian organik didefinisikan sebagai “kegiatan
usahatani secara menyeluruh sejak proses produksi (prapanen) sampai proses
pengolahan hasil (pascapanen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola
secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika),
sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi” (SNI No. 01-6729-, 2002).
Sedangkan Departemen Pertanian Amerika Serikat (1980) dalam Dinarti (2005) memberikan definisi pertanian organik sebagai suatu sistem produksi yang
menghindarkan atau sebagian besar tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida,
hormon tumbuh, pakan ternak tanpa zatadditive.
Syarat dan ketentuan tersebut menurut International Federation of Organic Agriculture Movements/IFOAM (2005) yaitu benih yang bukan hasil rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO). Penggunaan GMO tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga
pasca panen (Anonim, 2000).
Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan
bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002
dalam Rosita 2007). Teknik pertanian yang dimaksud pada dasarnya adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari
pertanian konvensional yang biasa menggunakan pupuk buatan pabrik (Sutanto,
2002). Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pertanian
pendaurulangan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan
tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik
(IASAdalamDimyati, 2002).
Pertanian organik sebaiknya menggunakan pupuk organik dari bahan yang
aman contohnya pupuk organik dari kotoran ternak yang tidak berasal darifactory farming. Factory farming adalah sistem industri peternakan yang sangat bergantung pada penggunaan input pangan dan obat-obatan yang tidak diijinkan
dalam sistem pertanian organik (Hartatik dan Setyorini, 2007).
Hal tersebut terangkum dalam prinsip pertanian organik yaitu lahan untuk
budidaya harus bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida,
menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetik atau Genetically Modified Organism (GMO), menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh, menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, menghindari
penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis pada pakan ternak sebagai
kotoran, penanganan pascapanen dan pengawetan bahan pangan menggunakan
cara-cara yang alami (SNI No. 01-6729-, 2002).
Hal ini mendorong terutama produsen pangan untuk menghasilkan produk
yang diinginkan oleh konsumen seperti aman dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi yang tinggi (nutritional attributes), dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Produk pangan yang memiliki ketiga atribut tersebut adalah produk yang dihasilkan dari sistem pertanian organik (Sulaeman,
2008).
2.2. Inceptisol
Inceptisol menurut Sistem Taksonomi Tanah (1999) adalah tanah yang
mempunyai epipedon umbrik, dengan kejenuhan basanya kurang dari 60%, dan
mempunyai horizon penciri kambik. Tanah Inceptisols di daerah humid umumnya
mempunyai kandungan liat cukup tinggi (37-78%), pH masam hingga agak
masam (pH 4,6-5,5), kandungan bahan organik rendah hingga sedang, P-HCl
Jumlah basa-basa dapat ditukar tergolong sedang sampai tinggi dengan
kompleks adsorpsi didominasi oleh kation Ca dan Mg. KTK pada lapisan atas
sebagian besar sedang sampai tinggi dan kejenuhan basanya umumnya tinggi
sampai sangat tinggi (Subagyoet al., 2000dalam Nursyamsiet al.,2002). Dengan demikian, secara umum tanah Inceptisol mempunyai tingkat kesuburan sedang
hingga tinggi.
2.3. Bahan Organik
Definisi pupuk organik menurut Peraturan Menteri Pertanian
No.28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang pupuk organik adalah pupuk yang
berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses
rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral
alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah,
dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, kotoran, sisa
panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah
ternak, limbah industri yang menggunakan bahan baku pertanian, dan limbah kota
yang berasal dari tanaman. Sebagai contoh bahan organik dari tanaman adalah
sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Tanaman kirinyu (Chromolaena odorata) juga dapat digunakan sebagai bahan organik (Tjitrosemito, 1996). Tanaman lain yang juga dapat digunakan
sebagai bahan organik adalah paitan (Tithonia diversifolia) (Hartatik, 2007). Adapun yang berasal dari hewan yang dapat digunakan sebagai bahan organik,
yaitu seperti kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran sapi, kotoran babi, dan
kotoran kuda (Hartatik dan Widowati, 2006).
Pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor, dan
kalium. Bagi tanaman tertentu kebutuhan hara untuk pertumbuhannya dipenuhi
dari kotoran. Penggunaan kotoran sudah dilakukan petani sejak lama, tapi
penggunaannya dalam jumlah besar menimbulkan kesulitan dalam sumber
Pupuk kandang ayam sebagai salah satu sumber bahan organik mengandung
unsur hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Pada kotoran
ayam tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam dari alas kandang yang
dapat menyumbangkan tambahan hara kedalam pukan. Kandungan hara dalam
pupuk kandang ayam ini sangat dipengaruhi oleh konsentrat yang diberikan.
Pupuk kandang ayam lebih cepat terdekomposisi dan mempunyai kandungan hara
yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk
kandang lainnya, sehingga dalam beberapa hasil penelitian pupuk kandang ayam
menunjukkan respon yang baik terhadap tanaman (Hartatik dan Widowati, 2006).
Adapun pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas, berbentuk
butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga berpengaruh
terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan hara. Nilai rasio pupuk
kandang kambing masih diatas (> 30) sehingga dalam penggunaannya akan lebih
baik jika dikomposkan terlebih dahulu (Hartatik dan Widowati, 2006).
Pupuk organik berupa kombinasi kotoran dan hijauan Tithonia serta Kirinyu (Chromolaena odorata) dapat meningkatkan hara dalam tanah. Hijauan
Tithonia mengandung hara P dan K relatif tinggi, mudah tumbuh, murah, dan banyak terdapat di sekitar lokasi lahan budidaya organik. Hijauan Tithonia
berpotensi sebagai sumber N, P,dan K bagi tanaman. Hijauan Tithonia
mengandung 3,5% N, 0,37% P, dan 4,10% K (Hartatik, 2007). Tanaman kirinyu
(Chromolaena odorata) menghasilkan biomas yang berlimpah sehingga dapat menyumbang bahan organik dalam tanah (Tjitrosemito, 1996).
Bahan organik tersebut dapat diperkaya dengan bahan amelioran/pembenah
tanah alami yang diperbolehkan dalam budi daya pertanian organik seperti fosfat
alam dan dolomit. Bahan amelioran dapat mengantisipasi apabila terjadi kahat
hara P pada tanah yang tidak dapat diatasi hanya dengan penambahan pupuk
organik yang berasal dari kotoran ternak saja. Bahan mineral seperti dolomit, dan
fosfat alam diharapkan dapat meningkatkan kadar hara dalam pupuk organik
(Hartatik dan Setyorini, 2006).
Pada dasarnya, kandungan unsur hara dalam bahan organik relatif kecil dan
lambat tersedia. Penggabungan beberapa bahan organik yang memiliki komposisi
mensuplai hara bagi tanaman, walaupun manfaatnya bagi tanaman umumnya
tidak secara langsung sehingga respon tanaman relatif lambat. Selain itu,
kandungan hara bahan organik yang cukup di dalam tanah mampu
mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Adapun cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah yaitu dengan pengembalian
sisa panen/serasah tanaman ke dalam tanah dalam bentuk segar atau dikomposkan
terlebih dahulu.
2.4. Nitrogen
Sumber nitrogen untuk tanaman adalah gas N2 di udara yang menempati
78% dari kandungan gas atmosfer. Nitrogen dalam bentuk unsur tidak dapat
digunakan oleh tanaman. Nitrogen harus diubah menjadi bentuk nitrat (NO3-) dan
amonium (NH4+) melalui proses-proses tertentu.
Pengadaan nitrogen di dalam tanah terjadi melalui proses mineralisasi N
dari bahan organik dan immobilisasi, fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme,
melalui hujan dan bentuk-bentuk presipitasi lain, serta pemupukan.
2.4.1. Bentuk-bentuk Nitrogen di dalam Tanah
Nitrogen merupakan unsur penting bagi tanaman dan dapat tersedia melalui
pemupukan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Nitrogen di dalam tanah
jumlahnya sedikit, sedangkan tanaman mengambil nitrogen dalam jumlah banyak
(Soepardi, 1983).
Nitrogen tanah dibagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk organik dan
anorganik. Bentuk organik di dalam tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk
asam-asam amino, protein, gula-gula amino dan lain-lain. Sedangkan bentuk
anorganik yaitu NH4+, NO2-, NO3-, N2O, NO dan gas N2 yang hanya dimanfaatkan
oleh Rizhobium. Bentuk N2O dan N2merupakan bentuk-bentuk yang hilang dari tanah dalam bentuk gas sebagai akibat proses denitrifikasi. Tanaman mengambil
nitrogen dari tanah dalam bentuk NH4+ dan NO3- yang berasal dari pupuk-pupuk
2.4.2. Transformasi Nitrogen di dalam Tanah
Bahan organik tanah secara umum dibedakan atas bahan organik yang
relatif sulit didekomposisi dan bahan organik yang mudah didekomposisi. Dalam
proses dekomposisi bahan organik, apabila bahan organik yang didekomposisikan
mengandung kadar N yang tinggi dibandingkan dengan kadar C maka tidak ada N
yang diimobilisir, artinya pelepasan nitrogen dari bentuk N-anorganik menjadi
bentuk N-organik. Sebaliknya, apabila bahan organik yang didekomposisikan
kadar N-nya rendah dibandingkan kadar C maka akan terjadi immobilisasi N
tanah, akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia.
Perubahan nitrogen dari bentuk N-organik menjadi bentuk N-anorganik dilakukan
oleh mikroorganisme (Tisdaleet al., 1999).
Perbandingan kadar C dan N dikenal dengan nama rasio C/N. Nilai C/N
memberikan gambaran tentang mudah tidaknya bahan organik dilapuk, selain itu
menunjukkan tingkat kematangan dari bahan organik ataupun immobilisasi dari
N-tanah. Untuk menghindari imobilisasi hara bahan yang digunakan perlu
dilakukan pengomposan terlebih dahulu. Pengomposan adalah suatu proses
penguraian bahan organik dari bahan dengan nisbah C/N tinggi (mentah) menjadi
bahan yang mempunyai nisbah C/N rendah (< 15), yang berarti bahwa bahan atau
pupuk organik telah matang. Bahan organic digunakan oleh mikroorganisme
untuk memperoleh energi. Populasi mikroorganisme yang tinggi memerlukan hara
untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang seharusnya
digunakan oleh tanaman, sehingga mikroorganisme dan tanaman saling bersaing
memperebutkan hara yang ada (Atmojo, 2003).
Nitrogen yang diberikan dalam jumlah banyak akan menyebabkan
pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat dan warna daun menjadi hijau tua.
Kelebihan N juga dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses
pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K dan S.
Sebagai unsur yang mobil, gejala khlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua
sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Apabila kekurangan nitrogen
menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun mengering
2.4.3. Kemampuan Tanah Menyediakan Nitrogen
Pengadaan nitrogen di dalam tanah terjadi melalui proses mineralisasi N
dari bahan organik dan immobilisasi, fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme,
dan melalui hujan atau bentuk-bentuk presipitasi lain, serta pemupukan.
Jumlah N di dalam tanah merupakan hasil kesetimbangan antara faktor
kadar bahan organik, iklim dan vegetasi, topografi, sifat fisika dan kimia tanah,
kegiatan manusia, dan waktu.
2.4.4. Retensi ion-N dalam Tanah
Nitrogen di dalam tanah akan diuraikan menjadi bentuk ion NH4+ dan NO3-.
Dalam bentuk NH4+ dapat ditahan lebih lama oleh tanah selama nitrifikasi belum
terjadi, selain itu tergantung dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah, apabila
banyak atau sedikit kation terutama NH4+ yang diikat. Bentuk NO3-mudah tercuci
terutama saat musim hujan dan relatif tidak diikat oleh tanah sehingga pada
musim kemarau akan bergerak ke lapisan-lapisan di atasnya bersama-sama air
kapiler (Tisdaleet al., 1999).
Adapan imobilisasi nitrogen menurut Tisdale et al.,(1999) terjadi apabila penambahan bahan organik memiliki C/N yang tinggi. Adapun retensi ion-N
dalam tanah selanjutnya adalah fiksasi amonium yang dilepaskan dari mineral liat
tipe 2:1.
2.4.5. Kehilangan Nitrogen dalam Bentuk Gas
Kehilangan nitrogen di dalam tanah terjadi tidak hanya melalui pencucian,
produksi tanaman, tetapi juga melalui penguapan gas-gas nitrogen, seperti N2,
N2O, dan NH3. Adapun mekanisme kehilangan antara lain melalui denitrifikasi,
merupakan reduksi nitrat secara bio-kimia dalam anaerobik yang dipengaruhi oleh
jumlah dan sifat bahan organik, kadar air tanah (kelembaban tanah), aerasi, pH
tanah, suhu tanah, dan kadar serta bentuk N-organik yang ada di dalam tanah,
reaksi-reaksi termasuk nitrit dalam suasana aerobik, serta penguapan gas dari
2.4.6. Ketersediaan Nitrogen
Ketersediaan nitrogen berarti nitrogen harus berada dalam bentuk siap
diabsorpsi tanaman , selain itu nitrogen berada di sekitar perakaran, dan berada di
lingkungan yang baik bagi proses absorpsi tanaman (Tisdaleet al., 1999).
Jumlah nitrogen N (NO3- dan NH4+) dalam larutan tanah dipengaruhi oleh
dari sifat perakaran tanaman, kehilangan N melalui penguapan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses penguapan, selain itu adanya pergerakan vertikal dan
pencucian NO2-, serta ada tidaknya sisa-sisa tanaman yang dapat
mengimobilisasikan nitrogen (Tisdaleet al., 1999).
2.5. Fosfor
Fosfor merupakan unsur hara kedua yang penting bagi tanaman setelah
nitrogen. Fosfor umunya diserap tanaman sebgai orto-fosfat primer (H2PO4-) atau
bentuk sekunder (HPO42-). Fosfor kadarnya di dalam tanaman lebih rendah dari N,
K, dan Ca. Hal ini disebabkan retensi yang tinggi terhadap unsur P di dalam tanah
menyebabkan konsentrasinya di dalam larutan tanah cepat sekali berkurang
(Leiwakabessy et al., 2003). Tanaman memerlukan P pada semua tingkat pertumbuhan terutama pada awal pertumbuhan dan pembungaan (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999). Apabila terjadi kekurangan P akibat retensi di dalam tanah,
tanaman akan menunjukkan gejala di dalam jaringan yang tua terlebih dahulu baru
diangkut ke bagian-bagian meristem atau jaringan yang lebih muda (Tisdaleet al., 1999).
Peranan fosfor (P) menurut Rismunandar (1990) dalam tanaman digunakan
dalam pembentukan protein terutama dalam transfer metabolik ATP, ADP,
fotosintesis dan respirasi, serta termasuk komponen dari fosfolipid, selain itu,
peranan fosfor lainnya dalam pembentukan akar, mempercepat matangnya buah,
dan memperkuat tubuh tanaman.
2.5.1. Kandungan P di dalam Tanah
Kadar P total di dalam tanah umumnya rendah, dan berbeda-beda menurut
tanah. Jumlah fosfat yang tersedia di tanah-tanah pertanian biasanya lebih tinggi
diduga karena unsur ini tidak tercuci (residunya tinggi), sedangkan yang hilang
melalui produksi tanaman sangat kecil (Tisdaleet al., 1999).
2.5.2. Bentuk-bentuk P di dalam Tanah
Secara umum fosfat di dalam tanah dibagi dalam dua bentuk, bentuk
P-organik dan P-anP-organik. Jumlah kedua bentuk ini disebut sebagai P-total. Bentuk
yang tersedia bagi tanaman atau jumlah yang dapat diambil oleh tanaman hanya
merupakan sebagian kecil dari jumlah yang ada di dalam tanah.
Bentuk P-organik, biasanya terdapat di lapisan atas tanah yang lebih banyak
mengandung bahan organik. Kadar P-organik dalam bahan organik kurang lebih
sama dengan kadarnya dalam tanaman, yaitu antara 0,2% - 0,5% dan terdiri dari
inositol fosfat, asam nukleat, fosfolida dan berbagai senyawa ester yang stabil.
Bentuk P-anorganik, pada bentuk ini satu ataupun ketiga ion H+ dari asam
fosfat terikat dengan ikatan ester (ester linkage), sedangkan ion H+ yang sisa, sebagian atau seluruhnya diganti oleh ion logam. Fosfor dalam tanah berasal dari
mineral apatit, yaitu fluoroapatit Ca3(PO4)3CaF2(Tisdaleet al., 1999).
2.5.3. Ketersediaan P Tanah
Unsur P dalam tanah yang terikat dalam bentuk senyawa fosfat merupakan
senyawa yang mudah tersedia bagi tanaman. Fosfor bersama-sama dengan
nitrogen dan kalium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama, walaupun
diabsorpsi dalam jumlah kecil dari kedua unsur tersebut.
Tanaman mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer, H2PO4- dan
sebagian kecil dalam bentuk sekunder, HPO42-. Tanaman dapat juga mengabsorpsi
fosfat dalam bentuk P-organik. Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan
organik dan dapat langsung dipakai oleh tanaman (Tisdaleet al., 1999).
2.5.4. Transformasi P-Anorganik
Ada dua macam reaksi transformasi dalam tanah, yaitu reaksi pengendapan,
yaitu reaksi ion fosfat dengan kation-kation di dalam larutan tanah membentuk
senyawa-senyawa, yaitu Ca-fosfat, Al-fosfat dan Fe-fosfat. Reaksi-reaksi sorpsi,
terjadi baik pada permukaan mineral-mineral kristalin (permukaan dengan muatan
oksida/hidusoksida dari Fe (III) dan Al, bahan organik, alofan dan kalsit
(Leiwakabessy, Wahjudin, dan Suwarno, 2003).
2.5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi P di dalam Tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi P menurut Tisdale et al. (1999) yaitu sifat dan jumlah komponen tanah, yaitu adanya hidrus oksida dari Fe dan Al,
tipe liat, kadar liat, koloid amorf, dan kalsium karbonat. Selai itu, adanya
pengaruh pH, pengaruh kation, pengaruh anion, tingkat kejenuhan kompleks
absorpsi, suhu, dan waktu reaksi.
2.5.6. Kehilangan Fosfor dari Tanah
Hilangnya fosfor dari tanah dapat terjadi melalui mekanisme panen, yaitu
jumlah unsur hara di dalam hasil panen tergantung besarnya panen dan kadar hara.
Sehingga jumlah yang hilang melalui panen tergantung dari produksi tanaman dan
jumlah yang dikembalikan ke lahan. Selain itu, kehilangan P dapat terjadi melalui
pencucian, kadar fosfat di dalam larutan tanah sangat kecil, sehingga walaupun
terjadi drainase pencucian terhadap P juga sangat kecil. Kehilangan P melalui
penguapan sampai saat ini dapat diabaikan. Sedangkan kehilangan P melalui erosi
dapat terjadi di dalam tanah terdapat dalam bentuk yang relatif sukar larut, karena
fosfat yang diberikan dalam pupuk segera diikat oleh tanah menjadi bentuk yang
sukar larut (Tisdaleet al., 1999).
2.6. Kalium
Kalium merupakan unsur hara paling dibutuhkan tanaman setelah nitrogen
dan fosfor. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk ion K+, dan
dijumlahkan dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau
bentuk tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam
air, seperti KCl, K2SO4, KNO3, K-Mg-Sulfat dan pupuk-pupuk majemuk.
Kalium yang cukup dalam tanaman menghasilkan bahan terlarut buah tinggi
Rubatzky dan Yamaguchi (1999), sangat berpengaruh besar terhadap
proses-proses fisiologi tanaman (Sutandi dan Leiwakabessy, 2004). Kekurangan K pada
tua ke bagian-bagian yang muda atau dari bagian bawah bergerak ke bagian ujung
tanaman (Tisdale et al., 1999). Unsur kalium memegang peranan relatif banyak dalam kehidupan tanaman, transportasi unsur hara dari akar ke daun, maupun
dalam proses kerja berbagai enzim pertumbuhan (Masdar, 2003).
Tanah-tanah di daerah tropik basah termasuk Indonesia umumnya
mempunyai kandungan K sangat rendah. Kalium tanah berasal dari dekomposisi
mineral primer, yang ketersediaannya kecil. Berdasarkan ketersediaannya bagi
tanaman K-tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu K tidak dapat
dipertukarkan (non-exchangeable), yaitu K-mineral yang pelepasannya lambat dan K-difiksasi oleh mineral tipe liat 2 : 1 seperti vermikulit, mineral intergrade,
illit (hidus mika) dan khlorit biasanya lebih aktif dan lebih cepat dilepaskan,
sedangkan K dapat dipertukarkan (exchangeable) yaitu bentuk K tersedia dan merupakan bentuk yang labil yang cepat tersedia (readily available) serta ada yang lambat tersedia (relatif tersedia), dan bentuk terakhir yaitu K-larutan,
tanaman menyerap k dalam bentuk larutan.
2.6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan K bagi Tanaman Faktor-faktor yan mempengaruhi ketersediaan K bagi tanaman antara lain
faktor tanah seperti jenis mineral liat, Kapasitas Tukar Kation (KTK), jumlah
K-dapat dipertukarkan, kapasitas untuk fiksasi K, K-lapisan bawah dan kedalaman
perakaran, kelembaban tanah, aerasi, suhu tanah, reaksi tanah, pengaruh Kalsium
dan Magnesium, pengaruh unsur lain dan pengaruh pengolahan tanah. Sedangkan
faktor tanaman yang mempengaruhi ketersediaan K , antara lain kapasitas tukar
kation akar, sistem perakaran, varietas atau hibrida, populasi tanaman dan jarak
tanam, tingkat produksi, faktor waktu, dan konsumsi mewah atau pengambilan K
melampaui kebutuhan tanpa penambahan produksi.
2.7. Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) adalah salah satu jenis sayuran yang banyak digemari orang, sudah lama dibudidayakan oleh para petani di Indonesia.
Tomat termasuk sayuran yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi, tetapi biasa dibudidayakan dengan baik di dataran tinggi (Rudiyanto,
Waktu tanam yang baik dua bulan sebelum musim hujan berakhir. Hal ini
untuk menghindari tumbuh suburnya patogen atau penyakit yang biasa menyerang
seperti cendawan Fusarium Sp. terutama saat musim hujan (Cahyono, 2008). Masa tanamnya singkat 3-4 bulan. Umur tanaman tomat berkisar 60-100 hari
sampai panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan sejak benih
disebar. Tingginya dapat mencapai 0,5-2,5 meter (Makmun, 2007) sehingga tomat
perlu diberi penopang atau ajir yang terbuat dari bambu atau turus kayu agar tidak
roboh dan tetap berdiri tegak secara vertikal ke atas (Cahyono, 2008), pemberian
ajir dilakukan saat tanaman tomat berumur 3-4 minggu (Makmun, 2007). Benih
tomat diperbanyak secara generatif atau dengan biji.
2.8. Tanaman Kailan (Brassica alboglabra)
Kailan atauBrassica alboglabra.Bentuknya yang mirip dengan sawi/caisim atau kembang kol atau biasa disebut dengan sawi cina. Berasal dari Mediterania
Timur dan merupakan bahan makanan utama sejak 4000 tahun lalu. Meskipun di
Indonesia kailan tergolong jenis sayuran baru, dan termasuk sayuran daun yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim.
Sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol.
Kailan merupakan sayuran dataran tinggi yang dapat tumbuh sepanjang
tahun, semusim atau berumur pendek, tumbuh baik pada suhu udara 15-250C dan
pada ketinggian 300-1900 meter di atas permukaan laut (dpl). Kailan sebaiknya
ditanam pada akhir musim hujan antara bulan Maret sampai bulan April. Pagi atau
sore hari adalah waktu yang tepat untuk penanaman dari bibit ke lapang. Kailan
menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur dengan pH 5,5-6,5. Kailan
mulai dipanen umur 25 hari setelah tanam, tingginya berkisar 35-45 cm
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus
2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik Permata
Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yang berada
pada ketinggian sekitar 984 m di atas permukaan laut. Tanahnya adalah Inceptisol
dan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tomat dan kailan. Analisis
kimia tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah
(Balittanah) Bogor, dari bulan Mei sampai November 2009. Tata letak dari petak
[image:42.612.133.506.309.674.2]percobaan disajikan pada (Gambar 1) berikut ini.
Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan U S U 0,5 m 0,5 m 0,5 m 10 m
1 m F2
KT
AT
F3
10 m
1 m F2
F1 F4 F3 10 m 1 m 0,3 m KP KT KS F3 F4 AP 0,3 m AT 10 m
1 m K
F1
F2
10 m
1 m F1
KS
F4
AP
10 m
1 m KT
AT KS AP 0,3 m K 10 m
1 m K
KP
KP
III
II
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan di lapang adalah bibit kailan, bibit tomat. Untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman digunakan beberapa bahan organik seperti
pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, hijauan Tithonia, kompos kirinyuh, dan kompos sisa tanaman penutup tanah yaitu kacang tanah. Untuk
meningkatkan kandungan hara, bahan organik dikombinasikan dan diperkaya
dengan dolomit dan fosfat alam.
Dalam penelitian ini dicobakan 10 perlakuan beberapa bahan/pupuk organik
dengan kombinasi berbeda dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Adapun
bahan/pupuk organik pada setiap perlakuan disajikan pada (Tabel 1), sedangkan
[image:43.612.137.504.325.604.2]dosis perlakuan disajikan pada (Tabel 2).
Tabel 1. Perlakuan yang Digunakan dalam Penelitian
No. Kode Perlakuan
1 F1 Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya komposTithonia + fosfat alam + dolomit
2 F2 Kotoran kambing + abu sekam diperkaya komposTithonia+ fosfat alam + dolomit
3 F3 Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit
4 F4 Kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit
5 AT Kotoran ayam becampur dengan sekam * + hijauanTithonia + kompos sisa tanaman
6 KT Kotoran kambing + abu sekam + hijauanTithonia+ kompos sisa tanaman
7 KS Kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman
8 AP Kotoran ayam becampur dengan sekam * 9 KP Kotoran kambing + abu sekam
10 K Kontrol, tanpa dipupuk
Tabel 2. Perlakuan dan Dosis Pada Petak Percobaan
Alat yang digunakan kantong plastik, karung plastik, pelepah pisang untuk
pembibitan dan plastik yang berfungsi sebagai naungan untuk pengomposan.
Selain itu, peralatan untuk tanam menggunakan alat-alat seperti cangkul, sekop,
sendok, perangkap hama, ajir, tali rafia, palang perlakuan, dan peralatan pasca
panen seperti timbangan, kantong plastik, spidol, ember untuk
mencampur/mengaduk tanah komposit, dan bak kontainer untuk menaruh hasil
panen, serta komputer dan alat tulis seperti kertas dan tinta untuk mengolah data
produksi dan hasil analisis kimia tanah dan tanaman. Kotoran
ayam*
Kotoran kambing + abu sekam
Kompos
Tithonia
Kompos Kirinyuh
Hijauan
Tithonia
Kompos sisa tan.
P-alam Dolomit Kode
Perlakuan
………kg/petak………
F1 3,5 - 1,5 - - - 0,05 0,05
F2 - 3,5 1,5 - - - 0,05 0,05
F3 3,5 - - 1,5 - - 0,05 0,05
F4 - 3,5 - 1,5 - - 0,05 0,05
AT 5 - - - 1 1 -
-KT - 5 - - 1 1 -
-KS - 5 - - - 1 -
-AP 25 - - -
-KP - 25 - - -
-K - - -
3.3. Metode
3.3.1. Pengomposan Pupuk Kandang,Tithonia, dan Kirinyu
Kegiatan pengomposan kotoran dilakukan di lapang dalam bak kayu
berukuran panjang 100 cm, tinggi 50 cm dan lebar 50 cm. Dalam pengomposan
ini pupuk kandang, kotoran ayam bercampur dengan sekam padi yang digunakan
sebagai alas, sedangkan kotoran kambing ditambah abu sekam, masing-masing
dimasukkan ke dalam bak kayu dan diinkubasi selama 14 hari untuk kotoran
kambing ditambah abu sekam dan 21 hari untuk kotoran ayam bercampur dengan
sekam sampai kompos matang. Selama masa pengomposan, secara rutin
dilakukan pembalikan setiap seminggu sekali agar aerasi cukup. Sebelum
diaplikasikan ke lapang, kompos ditambahkan dengan fosfat alam dan dolomit
sesuai dengan perlakuan, yaitu sebesar 1% dari dosis pupuk kandang ayam
maupun kambing.
Tanaman Tithonia diversifolia dan kirinyu digunakan karena mudah diperoleh, di sekitar areal kebun lokasi penelitian sebagai tanaman pagar. Sebelum
pengomposan baik Tithonia, kirinyu dan kacang tanah terlebih dahulu diptong-potong dengan ukuran kurang lebih lima sampai sepuluh sentimeter, ditumpuk
pada wadah/tempat secara terpisah kemudian disiram dengan air dan kemudian
ditutup dengan plastik dan diinkubasi selama dua hari. Setiap seminggu sekali
kompos dibalik. Pada hari ke-21 kompos telah matang dengan ciri-ciri warna
kompos lebih hitam, struktur kompos lebih remah, dan tidak berbau. Adapun
bentuk tanaman Tithonia diversifolia, dan kirinyu atau Chromolaena odorata
yang telah matang terlihat sama.
3.3.2. Persiapan Contoh
Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia dilakukan saat sebelum
tanam untuk mengetahui kesuburan tanah dan contoh tanah saat umur tanaman 30
hari setelah tanam (HST) contoh tanah diambil, secara komposit dari lima titik
pada setiap petak dengan kedalaman 0-20 cm. Selanjutnya tanah dicampur secara
merata dan diambil sebanyak 1 kg. Proses berikutnya contoh tanah komposit
dikeringanginkan dan dianalisis sifat kimia. Analisis sifat kimia tanah setelah
P-tersedia (Olsen), K dapat ditukar (K-dd). Adapun, analisis sifat kimia tanaman
yaitu N, P, dan K total.
3.3.3. Pelaksanaan di Lapang
Penyemaian benih sebelum tanam, benih terlebih dahulu disemaikan pada
suatu tempat atau seedbed yang terbuat dari pelepah pisang. Media penyemaian menggunakan campuran tanah dan kompos kotoran ayam yang telah diperkaya
dengan fosfat alam dan dolomit dengan perbandingan 1:1. Pada saat umur bibit di
persemaian berumur 21 hari, pemindahan bibit ke lapang dilakukan sewaktu bibit
berumur 1 bulan atau daunnya telah berjumlah 4 helai.
Lahan yang siap ditanam sebelumnya telah ditanami tanaman penutup tanah
yaitu kacang tanah selama dua bulan dan sisa tanamannya digunakan sebagai
bahan tambahan untuk pupuk yang disesuaikan dengan perlakuan. Bibit kailan
dan tomat ditanam secara tumpangsari pada petak ukuran 1m x 10m sebanyak 30
petak. Jarak tanam tomat (60cm x 50cm), sedangkan jarak tanam kailan (20cm x
20cm) ditanam diantara 2 baris tanaman tomat. Populasi tomat per petak sebanyak
40 tanaman, sedangkan populasi kailan per petak sebanyak 100 tanaman.
Pada pinggiran petak ditanami rumput sebagai penahan. Untuk
mengantisipasi tanaman terserang hama dan penyakit adalah dengan menanam
tanaman perangkap hama seperti kemangi, kenikir, Tephrosia di sekitar petakan, selain itu, bila terjadi serangan hama penyakit tanaman (HPT) secara manual yang
dapat dilakukan antara lain dengan menangkap langsung (hand picking), membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Pemasangan ajir dilakukan
pada tanaman tomat pada batang dan cabang agar tidak rebah. Penyiraman
tanaman dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dengan air yang berasal dari mata
Gambar 2.Tata Letak Tumpangsari Tanaman Tomat dan Kailan
Keterangan:
Tomat (jarak tanam : 60 x 50 cm)
Kailan (ditanam diantara 2 baris tanaman tomat, jarak tanam 20 x 20 cm)
Pengamatan terhadap keragaan pertumbuhan tanaman kailan dan tomat
dilakukan setiap dua minggu, dipilih lima tanaman contoh di setiap bedeng
perlakuan, yaitu dua tanaman pada baris di depan, satu tanaman di baris bagian
tengah, dan dua tanaman di bagian baris belakang. Pengukuran terhadap tinggi
tanaman kailan dilakukan saat umur 21 HST dan pengamatan berikutnya pada saat
umur 35 HST. Pengukuran tinggi tanaman tomat yang berumur lebih panjang dari
tanaman kailan dilakukan saat umur 21 hari setelah tanam (HST), dan pengukuran
dua minggu berikutnya dilakukan pada umur 35 HST, 49 HST, 63 HST, 77 HST,
91 HST, dan 105 HST.
Tanaman kailan sudah dapat dipanen pada umur 21 hari setelah tanam.
Sedangkan tanaman tomat berumur lebih panjang sehingga mulai dapat dipanen
pada umur 90 hari dari mulai benih disemai atau 3 bulan. Buah, daun, batang, dan
akar dipisahkan kemudian dibersihkan dan dicuci dengan air dan ditimbang berat
basah untuk kemudian ditimbang produksinya.
Selain itu untuk mengetahui adanya serapan hara N, P, dan K diperoleh dari
bobot kering dan kandungan hara tanaman yang berasal dari hasil panen.
3.3.4. Penetapan Sifat Kimia Tanah dan Tanaman
Penetapan sifat kimia tanah dan tanaman, cara kerja serta rumus perhitungan
kadar hara hasil pengukuran berdasarkan petunjuk teknis analisis kimia tanah
(Balittanah, 2005).
Metode yang digunakan untuk analisis tanah adalah N-total menggunakan
pembangkit warna indofenol biru. Penetapan P dan K potensial tanah 10 m
1 m
60 cm 20 cm
20 cm
20 cm 20 cm
menggunakan ekstrak HCl 25%. Penetapan P tersedia tanah sebelum perlakuan
menggunakan metode Bray 1 (pH <5,5), sedangkan penetapan P tersedia setelah
perlakuan menggunakan metode Olsen (pH >5,5). Penetapan K-dd tanah
menggunakan ekstrak Amonium asetat (NH4OAc pH 7,0).
Metode yang digunakan untuk analisis tanaman adalah N, P, dan K total
tanaman dengan cara Pengabuan Basah menggunakan campuran asam pekat
HNO3 dan HClO4.
3.4. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sepuluh perlakuan dan tiga kali
ulangan. Data pengamatan diolah dengan analisis analisis ragam dan untuk
mengetahui beda antar dua perlakuan dilakuan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%.
Model matematika percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
Yij = µ +τi+βj+εij
Keterangan :
Yijk = Pengaruh serapan hara pada tanaman tomat dan kailan akibat pengaruh
τ
ke-i danβke-jµ = Nilai tengah umum
τ
i = Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)βj = Pengaruh kelompok ke-j (1,2,3)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Deskripsi profil tanah pada kebun organik Permata Hati Farm dilakukan
pada penampang tanah di bagian lereng atas. Pada lapisan pertama atau horison
Ap pada kedalaman 0-30 cm, tanah berwarna coklat gelap (7.5 YR 3/2),
teksturnya lempung liat berpasir, struktur tanah remah, halus, banyak akar halus,
gembur, perbedaan lapisan dengan lapisan di bawahnya jelas rata. Horison Bw1
atau lapisan kedua, kedalamannya 30-68 cm, berwarna coklat gelap (7.5 YR 4/4),
teksturnya lempung liat berdebu, strukturnya gumpal membulat, sangat halus,
gembur, perbedaan dengan lapisan di bawahnya rata berangsur.
Horison Bw2 berada pada kedalaman 68-98 cm, berwarna coklat (7.5 YR
5/4), tekstur tana