• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio-budaya dan religi.

2.2. Perilaku

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” (Notoatmodjo 2007). Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut,maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar organisme atau organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor yang memengaruhi perilaku manusia yang disebabkan oleh lingkungan. Sedangkan faktor internal adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo,2003).

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yaang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

3. Tindakan

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Pengetahuan gizi yang sudah baik maka kemungkinan untuk melakukan suatu tindakan akan lebih baik juga. Tetapi walaupun pengetahuan kita baik dan sikap kita keras tanpa dibarengi oleh tindakan yang nyata maka tidak akan tercapai apa yang kita kehendaki. Dari tindakan seseorang dalam mengkonsumsi suatu zat gizi maka dapat dinilai perilaku makannya baik atau tidak.

Beberapa perilaku / gaya hidup yang kurang tepat dapat menimbulkan kegemukan, seperti (Purwati, dkk, 2007):

1. Makan berlebihan

Mempunyai nafsu makan yang berlebihan merupakan kebiasaan yang buruk, baik dilakukan di rumah, restoran, pertemuan-pertemuan, maupun pesta. Apabila sudah kenyang jangan sekali-sekali menambah porsi makanan meskipun makanan yang tersedia sangat lezat dan merupakan makanan favorit.

2. Makan terburu-buru

Kebiasaan makan secara terburu-buru akan menyebabkan efek kurang menguntungkan bagi pencernaan dan dapat mengakibatkan cepat merasa lapar kembali. Padahal jika makanan dikunyah lebih lama selain kelezatan makanan dapat dinikmati, juga dapat membuat lama waktu makan.

3. Menghindari makan pagi

Banyak orang yang menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak. Dengan kondisi ini, jika dihitung jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak jika dibandingkan kalau makan pagi.

4. Waktu makan tidak teratur

Jika jarak antara dua waktu makan terlalu panjang, ada kecenderungan untuk mengonsumsi makanan secara berlebihan. Jika keadaan tersebut berlangsung relatif lama maka akan mengakibatkan kegemukan.

5. Salah memilih dan mengolah makanan

Ada beberapa faktor atau karena ketidaktahuan seseorang salah dalam memilih makanan. Sementara itu banyak juga orang memilih makanan hanya karena prestise

atau gengsi semata. Makanan cepat saji yang banyakditawarkan sekarang banyak mengandung lemak, kalori, dan gula berlebih.

6. Kebiasaan mengemil makanan ringan

Mengemil merupakan kegiatan makan diluar waktu makan. Biasanya makanan yang dikonsumsi berupa makanan kecil ( makanan ringan ) yang rasanya gurih,

manis, dan digoreng. Bila tidak dikontrol, hal ini akan mengakibatkan kegemukan karena jenis makanan tersebut adalah makanan tinggi kalori.

2.3. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (Rizky, 2011). Seseorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seseorang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2004). Aktivitas fisik dan aktivitas dalam berolahraga memiliki peranan penting terhadap kejadian overweight dan

obesitas yang berdampak terhadap angka kesakitan dan angka kematian.

Dalam proses kehidupan selalu diperlukan aktivitas fisik yang meliputi gerak tubuh untuk berjalan dan gerakan lainnya. Seluruh aktivitas tersebut memerlukan energi di dalam tubuh yang terbuang,begitu juga sebaliknya dengan berkurangnya aktivitas fisik maka banyak cadangan energi yang tersimpan. Aktivitas terebut diperlukan untuk membakar energi di dalam tubuh. Dalam penelitian Hadi (2003) menunjukkan bahwa penurunan aktivitas fisik dan peningkatan perilaku hidup sedentarian (kurang gerak) mempunyai peranan penting dalam peningkatan berat badan dan terjadinya obesitas.

Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolahraga, karena akan membantu memelihara berat badan yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolahraga berbeda dengan gerak saat menjalankan aktivitas sehari-hari berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan, hal ini merupakan gerak anggota tubuh yang tidak seimbang (Mursito,2003).

Pengeluaran energi dikelompokkan menurut jenis kegiatan yaitu tidur, pekerjaan (ringan, sedang, berat), santai dan kegiatan lainnya (kegiatan rumah tangga, sosial dan olahraga).

Tingkat aktivitas fisik (physical activity level) tidak dapat dihitung pada ibu hamil dan ibu menyusui, namun berlaku pada orang,adapun perhitungan tingkat aktivitas fisik yaitu:

PAL =

Sedangkan untuk menentukan total aktivitas fisik dengan cara: Total aktivitas fisik = Aktivitas fisik x PAL

Sebagai contoh dari tingkat aktivitas fisik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas Fisik

Aktivitas Jenis Aktivitas PAL

Tidak beraktivitas Tidur 0,5

Ringan sekali Hanya duduk (untuk usia > 65 tahun, sakit)

1,2 Ringan sedang Kerja kantor, pekerja toko 1,4 – 1,5 Sedang Mengemudi, belajar, mengajar, makan 1,6 – 1,7

Berat Kegiatan yang membutuhkan waktu

untuk berdiri, melakukan pekerjaan rumah, polisi

1,8 – 1,9

Berat sekali Atlet 2,0 – 2,4

Sumber: Energi dan persyaratan protein dari Lokakarya IDECG Universitas PBB 1994 yang diperoleh tahun 2009

2.4. Gizi Lebih

Gizi lebih atau kelebihan berat badan ditandai dengan ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energi yang berubah menjadi lemak (Pritasari,2006). Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal (Rimbawan & Albiner, 2004).

Jumlah lemak pada tubuh seseorang umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,terutama disebabkan melambatnya metabolisme dan berkurangnya aktivitas fisik.

Orang gemuk sebagian besar menyimpan lemaknya di bagian perut dan selebihnya di bagian pinggul atau paha. Pada umumnya orang gemuk memiliiki kadar trigliserid tinggi dan disimpan di bawah kulit. Seseorang dikatakan mengalami kelebihan berat badan jika indeks masa tubuhnya 25—29,9 dan dikatakan obesitas jika indeks masa tubuhnya lebih dari 30

2.4.1. Tipe-tipe Kegemukan

Menurut (Purwati, 2000), kegemukan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berikut dibawah ini merupakan tipe-tipe kegemukan dibedakan berdasarkan letak timbunan lemak dan penambahan usia.

1. Kegemukan berdasarkan Letak Timbunan Lemak

Kegemukan akan menjadi masalah kesehatan jika kelebihan lemak di dalam tubuh tersebar pada bagian-bagian tertentu seperti bagian perut, dada, lengan, dan muka. Lemak yang menumpuk pada bagian tubuh sebelah atas tersebut lebih membahayakan dibandingkan lemak yang menumpuk disekitar tubuh bagian bawah seperti pinggul, paha, pantat, dan perut. Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada dua tipe kegemukan, yaitu tipe buah apel (tipe android) dan tipe buah pear (tipe ginoid).

Tubuh gemuk tipe android ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Pada umumnya, tipe ini dialami oleh wanita yang sudah menopause dan pada pria. Lemak yang terdapat pada tipe android merupakan lemak jenuh yang mengandung sel-sel lemak yangg besar, dan mempunyai resiko lebih tinggi terhadap penyakit degeneratif.

b. Kegemukan tipe buah pir ( tipe ginoid)

Gemuk tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak pada bagian bawah tubuh, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe ini banyak diderita oleh kaum hawa. Jenis timbunan lemaknya merupakan lemak tidak jenuh, ukuran sel lemaknya kecil dan lembek, namun tipe ini lebih sulit dalam menurunkan berat badan (Purwati, 2000).

2. Berdasarkan Usia

Kegemukan berdasarkan usia dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu kegemukan pada masa bayi (infancy-onset obesity), kegemukan pada masa anak-anak (childhood-onset obesity), kegemukan pada saat dewasa(adult-onset obesity).

a. Kegemukan pada masa bayi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam memberi makanan kepada bayinya.

b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan karena perilaku makan yang salah dan kurangnya anak melakukan aktivitas fisik. Di sisi lain, maraknya iklan makanan pada media elektronik dan media cetak membuat anak-anak cenderung konsumtif. Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan arahan kepada anaknya, bukan mustahil makanan jajanan yang dipilih anak akan mengandung gizi yyang

tidak seimbang. Keadaan ini akan membuat anak menjadi gemuk bila didukung anak tersebut malah berolahraga dan bergerak.

c. Kegemukan saat dewasa sekarang ini banyak terjadi, terlebih menjelang usia 30 tahun. Hal ini disebabkan pada usia ini karir seseorang sudah semakin mantab sehingga terlalu disibukkan dengan pekerjaan, dan kebanyakan mereka tidak memiliki waktu untuk berolahraga. Oleh karena itu, jika kurang hati-hati mengontrol makanan dan segan untuk melakukan aktivitas fisik lambat laun tubuh akan menderita kegemukan. Padahal jika kegemukan dibiarkan berlarut,pada usia 45-60 tahun akan dihinggapi berbagai penyakit degeneratif. 2.4.2. Penyebab Gizi Lebih

Menurut (Purwati, 2000), ada beberapa faktor utama yang menyebabkan seseorang menderita kelebihan berat badan atau bahkan kegemukan. Beberapa faktor tersebut yaitu faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang kurang tepat,kurang melakukan aktivitas fisik, dan beberapa faktor lain.

1. Faktor genetik

Bila salah satu orangtuanya menderita kegemukan, maka peluang untuk resiko kegemukan akan meningkat menjadi 40-50%. Bila kedua orangtuanya mengalami kegemukan maka peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70-80%.

2. Faktor psikologis

Emosi seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku, bahkan mungkin perilaku yang salah. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius. Faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Ada dua pola makan abnormal yang bisa

menjadi penyebab kegemukan maupun kelebihan berat badan yaitu makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini dipicu oleh stres dan kekecewaan (Anonym,2006). Hal ini disebabkan karena sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi yang dipecah dan digunakan untuk melakukan aktivitas fisik. Namun jika seseorang yang sedang mengalami stress tidak melakukan aktivitas fisik yang mampu membakar energi maka kelebihan energi tersebut akan disimpan menjadi lemak. 3. Pola hidup yang kurang tepat

Demikian juga jika ada kebiasaan yang kurang baik dilakukan terus menerus maka akan menjadi pola hidup yang kurang tepat. Beberapa kebiasaan kurang baik yang dapat menimbulkan gemuk bahkan kegemukan yaitu makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari makan pagi, waktu makan tidak teratur, salah memilih dan mengolah makanan, kebiasaan mengemil makanan ringan.

4. Kurang melakukan aktivitas fisik

Dewasa ini, kemajuan teknologi banyak menciptakan alat-alat yang mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam tubuh. Dengan demikian, jika asupan kalori ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan menyebabkan tubuh mengalami kegemukan (Pritasari,2006).

5. Beberapa faktor lain pemicu kegemukan

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa faktor lagi yang dapat menyebabkan kegemukan,sebagai berikut: Metabolisme basal dilihat dari berat badan akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Secara alami, metabolisme

basal pada usia yang semakin senja akan semakin menurun. Sejalan dengan itu, aktivitas fisik pun juga semakin berkurang. Oleh karena itu,energi yang dibutuhkan tubuh juga lebih rendah jika dibandingkan ketika masih muda. Untuk mencegah terjadinya kegemukan, hendaknya asupan kalori dikurangi sesuai dengan peningkatan umur. (Purwati,2000).

Selain metabolisme basal ada hormon, yaitu hormon tiroid, hormon insulin yang dapat menyebabkan kegemukan (Arief, 2007). Enzim tubuh juga merupakan salah satu faktor selain metabolisme basal dan hormon. Enzim adipose tissue lipoprotein lipase memiliki peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan. Enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam-asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan. Sel tubuh akan memilih di antara glikogen atau lemak untuk energinya. Namun beberapa orang lebih cenderung menggunakan glikogen yang dapat menurunkan glukosa darah sehingga membuat orang merasa lebih sering lapar.

Efek samping penggunaan obat-obatan dapat juga menjadi salah satu faktor penyebab kegemukan,beberapa obat dapat merangsang pusat lapar di dalam tubuh seperti OAD (obat oral antidiabetes) dan plikontrasepsi. Dengan demikian,seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkatkan nafsu makan. Apalagi jika penggunaannya dalam waktu relatif lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka akan memicu suatu penyakit, maka akan memicu terjadinya kegemukan (Arief,2007).

Cara untuk menentukan seseorang mengalami gizi lebih dapat dilakukan dengan cara:

1. Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985:batasan BB normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI/IMT)IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun ke atas),khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asites dan hepatomegali Batas Ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal 20,1-25,0 ) dan perempuan (normal18,7-23,8)

Cara untuk menentukan seseorang menderita gizi lebih dapat dilakukan dengan mengukur IMT individu. Rumus dalam perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Katagori Ambang Batas Indeks Masa Tubuh (IMT) untuk Indonesia adalah seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Katagori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan Berat Badan (BB) Tingkat Berat < 17,0 Kekurangan Berat Badan (BB) Tingkat Ringan 17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan Berat Badan (BB) Tingkat Ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan Berat Badan (BB) Tingkat Berat > 27,0

Sumber: Dit. Gizi Departemen Kesehatan RI Jakarta, 1994 dalam Depkes 2006

Berdasarkan hasil penelitian Maulidyah (2010) hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan anak tentang gizi dengan status gizi lebih bersamaan dengan itu Mardatilah (2008) juga melakukan penelitian dan diperoleh hasil bahwa pengetahuan gizi memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gizi lebih.

2.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gizi Lebih

Berdasarkan hasil penelitian Maulidyah (2010) diperoleh hasil penelitian bahwa ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi lebih demikian halnya dengan Cahyati (2008) juga melakukan penelitian dan hasil penelitiaan diperoleh ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi lebih.

2.8. Kerangka Konsep

Hubungan antara perilaku konsumsi pangan meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan serta aktivitas fisik dengan gizi lebih dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 2.1. Kerangka konsep kaitan antara pengetahuan, sikap, tindakan, konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih.

Gizi lebih Pengetahuan

Sikap Tindakan

Dari skema terlihat bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan konsumsi pangan serta aktivitas fisik merupakan variabel independen dan gizi lebih merupakan variabel dependen. Pengetahuan, sikap dan tindakan serta aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya gizi lebih.

2.9. Hipotesis

1) Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

2) Ho: Tidak ada hubungan antara sikap dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara sikap dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

3)Ho: Tidak ada hubungan antara tindakan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara tindakan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

3) Ho: Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Dokumen terkait