• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal : (a) Mengurangi jumlah Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi

(b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan (c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri. 5) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut :

(a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Saleha, 2009).

(b) Latihan dan Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara teratur setiap hari. Kendala yang sering ditemui adalah tidak sedikit ibu yang setelah melakukan persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut merasa sakit atau menambah perdarahan.

Banyak sekali manfaat dari melakukan senam nifas. Secara umum adalah untuk mengembalikan keadaan ibu agar kondisi ibu kembali seperti sediakala sebelum kehamilan, antara lain :

(a) Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan (trombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai

(b) Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan memulihkan dan menguatkan otot–otot punggung

(c) Memperbaiki tonus otot pelvis

(d) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah

(e) Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil

(g) Memperlancar terjadinya involusio uteri.

5. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari. d. Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2009).

B. Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Setelah itu, ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24–48 jam postpartum kemudian melakukan mobilisasi agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu (Saleha, 2009).

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

2. Manfaat Mobilisasi Dini

Adapun manfaat dari mobilisasi dini tersebut yaitu :

a. Penderita lebih merasa sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit.

b. Mobilisasi dini bisa memungkinkan ibu belajar merawat anaknya. Dengan mobilisasi dini memungkinkan ibu merawat anakya, misalnya mengganti pakaian dan menyusui bayinya sesuai posisi yang diinginkan.

c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dengan mobilisasi dini sirkulasi darah akan lancar sehingga resiko trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan (Suherni, 2009).

3. Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini adalah :

a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uteri yang tidak normal sehingga sisa darah tidak bisa dikeluarkan dan menyebabkan infeksi.

b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan abnormal dapat dihindarkan karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

c. Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Hidayat, 2008).

4. Macam-Macam Mobilisasi

Mobilisasi dibagi menjadi 2 yaitu : a. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh ini menunjukkan bahwa syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh.

b. Mobilisasi sebagian

Umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik dan motorik pada area tubuh. Mobilisasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu : mobilisasi temporer dan permanen.

5. Rentang Gerak dalam Mobilisasi

Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan–jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka (Marmi, 2012).

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosit vena. Tujuan dari mobilisasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh dengan mengeluarkan cairan vagina (lochia). Keuntungan dari mobilisasi dini ini adalah :

a. Dengan dilakukannya mobilisasi dini ibu merasa lebih sehat dan kuat b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik

c. Ambulasi dini memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan (Saleha, 2009).

Para wanita menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan lebih kuat setelah mobilisasi awal. Komplikasi kandung kencing dan konstipasi kurang sering terjadi. Yang penting, mobilisasi dini juga menurunkan banyak frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas. Mobilisasi dini tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru–paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur–angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Yeyeh, 2011).

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini

1. Faktor fisiologis a. Suhu Tubuh

Menurut Ambarwati (2009), suhu ibu kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode pascasalin dan stabil dalam 24 jam pertama pascasalin. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C dalam satu hari (24 jam). Dapat naik ≤ 0,50C dari keadaan normal menjadi sekitar (37,50C – 380C) namun tidak akan melebihi 380C. Hal ini sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.

b. Perdarahan

Perdarahan pascasalin paling sering diartikan sebagai keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi. Perdarahan pascasalin adalah merupakan penyebab penting kehilangan darah serius yang paling sering dijumpai di bagian obstetrik. Penilaian resiko pada saat

antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pascasalin. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunan insiden perdarahan pascasalin akibat atonia uteri. Semua ibu pascasalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan. Atonia uteri merupakan sebagian besar penyebab terjadinya perdarahan pascasalin. Ada beberapa keadaan yang menjadi predisposisi terjadinya atoni uteri, yaitu distensi dinding rahim yang berlebihan (kehamilan ganda, polihidramnion atau makrosomia janin), pemanjangan masa persalinan dan grandemultiparitas (Saleha & Marmi, 2012).

c. Tingkat Nyeri

Menurut Kozier dan Erb (dalam Tamsuri, 2007), nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan fantasi luka. Mengacu pada teori dari Asosiasi Nyeri Internasional, pemahaman tentang nyeri menitikberatkan bahwa nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan nyeri menitikberatkan pada manipulasi fisik atau menghilangkan kausa fisik. Intensitas nyeri juga merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

1) Pengukuran intensitas nyeri

Menurut Perry dan Potter (2005), nyeri tidak dapat diukur secara objektif seperti dengan menggunakan sinar- X atau pemeriksaan darah. Tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang hanya bisa mengkaji nyeri dengan mengacu pada ucapan dan perilaku klien. Klien

kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau nyeri berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien.

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri yang dirasakan, skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri. Intensitas nyeri dapat dilihat sebagai berikut :

1) Skala intensitas nyeri deskriptif

2) Skala identitas nyeri numerik

0 : Tidak nyeri

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

D. Waktu Pelaksanaan Mobilisasi

Menurut Bahiyatun (2009), pengeluaran lochia salah satunya dipengaruhi oleh kesediaan ibu untuk menyusui. Isapan anak akan merangsang otot polos payudara untuk berkontraksi yang kemudian merangsang susunan saraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otot. Otot akan memerintahkan kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih banyak, sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon pituitarin yang lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot–otot polos payudara dan uterus. Kontraksi otot–otot polos payudara berguna untuk mempercepat involusi sehingga proses mobilisasi pun dapat berjalan dengan lancar sesuai kemampuan dan keinginan ibu.

1. Pelaksanaan 2 Jam Postpartum

Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Penatalaksanaan asuhan masa nifas pada hari pertama yaitu 2 jam postpartum seorang ibu harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan

kemudian segera melakukan mobilisasi untuk mengurangi pembekuan darah pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang dapat menyebabkan masalah. Pada persalinan normal ini, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya ibu juga diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu. Mobilisasi dini atau aktifitas segera dilakukan setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu. Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lochia dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat mobilisasi alat kelamin ke keadaan semula (Marmi, 2012).

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013.

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema 3.1 dibawah ini :

Dependen Independen

Skema 3.1 : Kerangka Konsep

Faktor Fisiologis

- Suhu tubuh

- Perdarahan

- Tingkat nyeri

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasinal

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Independen :

Mobilisasi dini

Kebijaksanaan selekas mungkin membimbing ibu bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk secepat mungkin berjalan.

Cheklist Observasi 1 = melakukan

0 = tidak melakukan Ordinal 1 Dependen : faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini a. Suhu Tubuh b. Perdarahan pada masa pascasalin c. Tingkat nyeri Peningkatan suhu mencapai 38,5oC pascasalin.

kehilangan darah lebih dari 150 ml pascasalin.

Sensasi ketidaknyamanan

yang dimanifestasikan

sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan fantasi luka.

Thermometer Observasi Observasi Observasi Cheklist Cheklist 1 : Normal (Suhu 360C–37,50C) 0 : Tidak Normal (Suhu > 37,50C) 1 : Normal (1-2 Kali ganti Pembalut dalam 1 jam ) 0 : Tidak Normal (> 2 kali ganti Pembalut dalam 1 jam) 0 : Tidak nyeri 1–3 : Nyeri ringan 4–6 : Nyeri sedang 7–9 : Nyeri berat 10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol Interval Interval Interval

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek berupa benda. Semua benda yang memiliki sifat atau ciri, adalah subjek yang bisa diteliti (Machfoedz, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu pascasalin yang ada di Klinik Bersalin Surya Medan periode September s/d Desember dengan jumlah 37 orang ibu pascasalin.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010).

Berdasarkan perhitungan diperoleh sampel sebanyak 37 orang.Sampel diambil secara total sampling, yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006).

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah : 1. Ibu pascasalin normal

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Surya Medan Tahun 2013. Alasan peneliti mengambil lokasi berdasarkan pertimbangan karena belum pernah dilakukan sebelumnya penelitian tentang mobilisasi dini.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret s/d Mei 2013.

E. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon

responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikologis.

Confidentiality (kerahasiaan) catatan mengenai data responden dijaga dengan

cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data – data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka, yang terdiri dari data demografi dan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin yaitu suhu tubuh, perdarahan dan tingkat nyeri di Klinik Bersalin Surya Medan.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti yaitu dengan mengajukan permohonan izin kepada program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian di Klinik Bersalin Surya Medan, kemudian setelah mendapat izin dari Klinik Bersalin Surya Medan peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai sampel penelitian, sebelumnya diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian kemudian meminta persetujuan kepada calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti sendiri.

H. Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis data, data yang dikumpulkan dianalisa secara deskriptif. Dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a) Editing

Editing adalah peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang dikumpulkan dan memastikan semua data yang terkumpul sesuai dengan data yang diperlukan.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2010).

c) Proses Processing

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan untuk “entry data” peneliti yaitu program

SPSS for Windows.

d) Proses Cleaning

Memeriksa semua data dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan selanjutnya dilakukan pembetulan atau koreksi (Muhammad, 2011).

2. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, sehingga data tersebut dapat ditarik kesimpulannya. Adapun data di analisis dengan menggunakan rumus statistik, yang meliputi :

a) Analisa Univariat

Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2010).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan diuraikan data hasil dan pembahasan mengenai “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013”. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013

No Karakteristik Responden Jumlah

(f) Persentase (%) 1. Umur <20 tahun 10 27.0 20-35 tahun 21 56.8 >35 tahun 6 16.2 2. Pendidikan SD 2 5.4 SMP 6 16.2 SMA 22 59.5 Perguruan tinggi 7 18.9 3. Pekerjaan Wiraswasta 6 16.2 IRT 28 75.7 PNS 3 8.1 4. Paritas Primipara 24 64.9 Skundipara 8 21.6 Multipara 5 13.5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan karakteristik diperoleh mayoritas berumur 20-35 tahun sebanyak 21 orang (56.8%), berpendidikan SMA sebanyak 22 orang (59.5%), memiliki pekerjaan Ibu Rumah

Tangga sebanyak 28 orang (75.7%) dan paritas primipara sebanyak 24 orang (64.9%).

2. Mobilisasi Dini

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013 No Mobilisasi Dini F % 1. Melakukan 2. Tidak Melakukan 24 13 64.9 35.1 Jumlah 37 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan mobilisasi dini diperoleh mayoritas yang melakukan mobilisasi sebanyak 24 orang (64.8%) dan minoritas yang tidak melakukan mobilisasi dini sebanyak 13 orang (35.1%).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Berdasarkan Faktor Fisiologis

a. Suhu Tubuh

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan Suhu Tubuh

di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013

No Variabel

Mobilisasi Dini

Suhu tubuh Jumlah

Normal Tidak normal

N % N % N % 1. Melakukan 2. Tidak melakukan 22 91.7 2 8.3 24 64.9 9 69.2 4 30.7 13 35.1 Jumlah 31 6 37 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh mayoritas ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan suhu tubuh normal sebanyak 22 orang dan minoritas ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan suhu tidak normal sebanyak 2 orang, ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan suhu normal sebanyak 9 orang, serta ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan suhu tidak normal sebanyak 4 orang.

b. Perdarahan

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan Perdarahan

di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013

No Variabel

Mobilisasi Dini

Perdarahan Jumlah

Normal Tidak normal

N % N % N % 1. Melakukan 2. Tidak melakukan 24 100 0 0 24 64.9 10 76.9 3 23.1 13 35.1 Jumlah 34 3 37 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh mayoritas ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan normal yaitu sebanyak 24 orang, tidak ada ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan tidak normal, ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan normal sebanyak 10 orang, serta minoritas ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan tidak normal sebanyak 3 orang.

c. Tingkat Nyeri

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan Tingkat Nyeri

di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013

No Variabel Mobilisasi

Dini

Tingkat nyeri Jumlah

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri berat Nyeri sangat berat

nyeri ringan sedang terkontrol tidak terkontrol N % N % N % N % N % N % 1. Melakukan 2. Tidak melakukan 0 0 3 12.5 21 87.5 0 0 0 0 24 64.9 0 0 0 0 6 46.2 7 53.8 0 0 13 35.1 Jumlah 0 0 3 27 7 0 0 37 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh mayoritas ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan nyeri sedang sebanyak 21 orang, minoritas ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan nyeri ringan sebanyak 3 orang, tidak ada ibu yang melakukan mobilisasi dini dengan nyeri berat, tidak ada ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini pada tingkat nyeri ringan, ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan nyeri sedang sebanyak 6 orang serta ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan nyeri berat sebanyak 7 orang.

B. Pembahasan 1. Mobilisasi Dini

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Bersalin Surya Medan pada tabel 5.2 diperoleh bahwa mayoritas responden yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 24 orang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu yang sebagian besar normal sehingga ibu dapat melakukan mobilisasi dini dengan dibimbing oleh petugas kesehatan.

Pada ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini ditemukan 6 orang dengan suhu tubuh yang tidak normal. Suhu yang tidak normal membuat ibu malas bergerak dan keluar dari tempat tidur karena kondisi tubuhnya yang tidak normal. Ibu pascasalin juga merasa lebih baik istirahat ditempat tidur karena keadaan suhu tubuhnya dengan kondisi demam.

Menurut Yeyeh (2011), mobilisasi dini tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru–paru, demam, dan sebagainya.

Pada penelitian ini juga ditemukan dari 13 ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini terdapat 3 orang dengan perdarahan yang abnormal. Perdarahan yang abnormal yang dialami ibu pascasalin membuat ibu tidak mau melakukan mobilisasi dini. Ibu merasa takut keluar dari tempat tidur dengan anggapan perdarahan akan banyak keluar sehingga ibu lebih memilih untuk istirahat di

Dokumen terkait