• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA IBU PASCASALIN DI KLINIK

BERSALIN SURYA MEDAN TAHUN 2013

ANA ROSIDAH 125102013

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013.

ABSTRAK

Ana Rosidah

Latar Belakang : dampak tidak dilakukannya mobilisasi dini adalah menyebabkan kontraksi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah dan plasenta tidak dapat keluar dengan baik, involusi uterus yang tidak baik dan perdarahan yang abnormal. Dengan pelayanan kesehatan yang optimal diharapkan ibu pascasalin mendapatkan pemulihan seperti sebelum melahirkan. Perawatan yang selama 24 jam bersama pasien memegang peranan penting dalam perawatan ibu postpartum.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013.

Metodologi : desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross

sectional dengan jumlah sampel adalah 37 orang ibu pascasalin. Pengambilan sampel

dilakukan dengan tekhnik total sampling. Instrumen penelitian adalah lembar observasi yang diisi sendiri oleh peneliti, berisi data tentang faktor fisiologis.

Hasil : penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan mobilisasi dini mayoritas yang melakukan mobilisasi sebanyak 24 orang (64.9%) dan berdasarkan suhu tubuh normal ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 22 orang (91.7%), ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan normal sebanyak 24 orang (100%) dan ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan nyeri sedang sebanyak 21 orang (87.5%).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat meningkatkan pemberian konseling dan bimbingan kepada ibu bersalin tentang manfaat mobilisasi dini dan untuk lebih baik lagi dalam memberikan informasi berupa penyuluhan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini sehingga meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan

Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013”

yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bimbingan, masukan

dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah

ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku Ketua Program D IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Christoffel. L. Tobing, SpOG (K). selaku pembimbing yang telah mamberikan

bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. dr. M. Fahdhy, SpOG, M.Sc. selaku penguji yang telah memberikan masukan dan

(6)

5. Ibu Deviana Purba, SST yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

meneliti di Klinik Bersalin Surya Medan.

6. Seluruh staf dan dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Almarhum Ayahanda Syafaruddin Nasution atas

kasih sayang dan motivasi besar yang telah beliau curahkan semasa hidupnya,

semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Ibunda Zulfa Bandar,

terimakasih yang tak terhingga atas ketulusan dan kasih sayang yang tak pernah

putus engkau limpahkan serta doa restu yang telah menguatkan penulis selama

mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah

memberikan keberkahan umur dan kesehatan.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Sumatera Utara terutama Seri Haryani dan Noerma Syahputri yang telah

memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan,

untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan

dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri,

semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Ibu ... 4

2. Bagi Pelayanan Kesehatan ... 4

3. Bagi Peneliti ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas ... 6

1. Pengertian Nifas ... 6

2. Tahapan Masa Nifas ... 6

3. Perubahan-perubahan Masa Nifas ... 7

4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas ... 9

(8)

B. Mobilisasi Dini ... 13

1. Pengertian Mobilisasi Dini ... 13

2.Manfaat Mobilisasi Dini ... 13

3. Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini ... 13

4. Macam-Macam Mobilisasi ... 14

5. Rentang Gerak dalam Mobilisasi ... 14

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini ... 16

1. Faktor Fisiologis ... 16

a. Suhu tubuh ... 16

b. Perdarahan ... 16

c. Tingkat nyeri ... 17

D. Waktu Pelaksanaan Mobilisasi Dini ... 19

1. Pelaksanaan 2 Jam Postpartum ... 19

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 22

B. Defenisi Operasional ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 24

1. Populasi ... 24

2. Sampel ... 24

C. Tempat Penelitian ... 25

D. Waktu Penelitian ... 25

E. Etika Penelitian ... 25

(9)

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 26

H. Analisa Data ... 26

1. Pengolahan Data ... 26

2. Analisis Data ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

1. Karakteristik Responden ... 28

2. Mobilisasi Dini ... 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini dilihat dari faktor fisiologis ... 29

a. Suhu tubuh ... 29

b. Perdarahan ... 30

c. Tingkat nyeri ... 30

B. Pembahasan ... 31

1. Mobilisasi Dini ... 31

2. Faktor Fisiologis ... 32

a. Suhu tubuh ... 32

b. Perdarahan ... 33

c. Tingkat nyeri ... 34

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tabel Definisi Operasional... ... 23

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden di Klinik

Bersalin Surya Medan Tahun 2013.. ………... 28

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini pada ibu

pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013... 29

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi

Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan Suhu Tubuh di Klinik

Bersalin Surya Medan Tahun 2013... 29

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi

Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan perdarahan di Klinik

Bersalin Surya Medan Tahun 2013... 30

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi

Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan tingkat nyeri di Klinik

(11)

DAFTAR SKEMA

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Observasi

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4 : Master Data Penelitian

Lampiran 5 : Hasil Data Out Put Penelitian

Lampiran 6 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

(13)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013.

ABSTRAK

Ana Rosidah

Latar Belakang : dampak tidak dilakukannya mobilisasi dini adalah menyebabkan kontraksi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah dan plasenta tidak dapat keluar dengan baik, involusi uterus yang tidak baik dan perdarahan yang abnormal. Dengan pelayanan kesehatan yang optimal diharapkan ibu pascasalin mendapatkan pemulihan seperti sebelum melahirkan. Perawatan yang selama 24 jam bersama pasien memegang peranan penting dalam perawatan ibu postpartum.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013.

Metodologi : desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross

sectional dengan jumlah sampel adalah 37 orang ibu pascasalin. Pengambilan sampel

dilakukan dengan tekhnik total sampling. Instrumen penelitian adalah lembar observasi yang diisi sendiri oleh peneliti, berisi data tentang faktor fisiologis.

Hasil : penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan mobilisasi dini mayoritas yang melakukan mobilisasi sebanyak 24 orang (64.9%) dan berdasarkan suhu tubuh normal ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 22 orang (91.7%), ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan normal sebanyak 24 orang (100%) dan ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan nyeri sedang sebanyak 21 orang (87.5%).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat meningkatkan pemberian konseling dan bimbingan kepada ibu bersalin tentang manfaat mobilisasi dini dan untuk lebih baik lagi dalam memberikan informasi berupa penyuluhan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini sehingga meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Berlangsung selama kira-kira enam minggu. Berbagai bentuk

ketidaknyamanan dirasakan oleh ibu pada masa nifas sebagai proses adaptasi

adanya perubahan. Bila hal tersebut tidak mendapatkan penanganan yang baik

maka akan terjadi komplikasi pada masa nifas yang berdampak pada gangguan

proses involusi dan lochia serta gangguan pengeluaran ASI atau laktasi (Mochtar,

1998).

Menurut WHO (World Health Organization) di seluruh dunia setiap menit

seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan

dan persalinan. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau

lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan

persalinan (Riswandi, 2005).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Pencapaian

derajat kesehatan ditandai dengan menurunnya Angka Kematian Bayi dan

menurunnya Angka Kematian Ibu. Angka Kematian Ibu menurun dari 307 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 Kelahiran

Hidup di Indonesia pada tahun 2007, meskipun demikian angka tersebut masih

tertinggi di Asia. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah

(15)

tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai

sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari

hasil survei yang dilakukan tersebut Angka Kematian Ibu telah menunjukkan

penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target

tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras

yang terus menerus.

Dampak tidak dilakukannya mobilisasi dini adalah menyebabkan

kontraksi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah dan plasenta tidak dapat

keluar dengan baik, involusi uterus yang tidak baik, perdarahan yang abnormal.

Perdarahan dapat terjadi pada masa kehamilan maupun setelah melahirkan atau

perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga sangat

diperlukan perhatian besar pada ibu postpartum. Dengan pelayanan kesehatan

yang optimal diharapkan ibu pascasalin mendapatkan pemulihan seperti sebelum

melahirkan. Perawatan yang selama 24 jam bersama pasien memegang peranan

penting dalam perawatan ibu postpartum (Varney, 2001).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam

24 jam pertama (Prawirohardjo, 2002).

Salah satu perawatan ibu postpartum adalah mobilisasi dini. Pada masa

nifas dini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Mobilisasi dini atau

aktivitas segera yang dilakukan segera setelah beristirahat dan diperbolehkan

bangun dari tempat tidur dalam 24 – 48 jam postpartum dengan beranjak dari

(16)

Pada masa nifas ini dianjurkan melakukan aktifitas fisik yang

mempengaruhi kebutuhan otot akan oksigen, yang kebutuhannya akan meningkat

berarti memerlukan aliran darah yang kuat. Seperti halnya otot rahim, lalu

dirangsang kontraksinya dengan aktifitas fisik maka aliran darah akan meningkat

dan lancar, kontraksi uterus semakin baik. Pengeluaran lochia menjadi lancar

sehingga mempengaruhi pengecilan rahim (Manuaba, 1998).

Menurut Varney (2001), bahwa kebanyakan ibu nifas enggan untuk

melakukan pergerakan, mereka khawatir gerakan yang dilakukan justru

menimbulkan dampak seperti nyeri dan perdarahan. Kenyataanya pada ibu nifas

yang tidak melakukan mobilisasi dini berdampak kurang baik seperti timbul

perdarahan atau infeksi. Masih banyak ibu-ibu nifas takut untuk bergerak

sehingga menggunakan sebagian waktunya untuk tidur terus menerus.

Menurut Saleha (2009), Periode masa nifas atau puerperium adalah

periode waktu selama 6–8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah

selesainya persalinan dan berakhir setelah alat–alat reproduksi kembali seperti

keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan

fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di Klinik

Bersalin Surya Medan Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu pascasalin di klinik bersalin surya

medan tahun 2013

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di klinik bersalin surya

medan tahun 2013

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di klinik bersalin surya

medan tahun 2013 berdasarkan suhu tubuh

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di klinik bersalin surya

medan tahun 2013 berdasarkan perdarahan

e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di klinik bersalin surya

medan tahun 2013 berdasarkan tingkat nyeri

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu

Sebagai sumber informasi bagi ibu untuk mengetahui tentang faktor-faktor

(18)

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu

pascasalin.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat, sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang

telah di pelajari serta dapat menambah pengetahuan penulis tentang

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan

(Suherni, 2009).

Menurut Sulistyawati (2009, dalam Juliana, 2010), Masa ini merupakan

masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan

pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu

mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa

nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu,

infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan

sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang

tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada

kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan

perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan

mortalitas bayi pun akan semakin meningkat.

(20)

2. Tahapan Masa Nifas

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setalah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.

Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi

uterus, pengeluaran lochia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam–1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lochia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu–5 minggu)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi (Saleha, 2009).

3. Perubahan–Perubahan Masa Nifas

a. Tekanan darah

Dalam beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan

menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit–penyakit lain

yang menyertainya dalam

½

bulan tanpa pengobatan.

b. Nadi dan Pernapasan

Nadi berkisar antara 60–80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat

terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin

ada perdarahan berlebihan. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil

dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit

(21)

c. Suhu tubuh

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat

naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 80C.

setelah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali

normal. Bila suhu badan lebih dari 380C, mungkin terjadi infeksi pada klien

(Ambarwati, 2009).

d. Involusi alat kandungan

1) Uterus

Uterus secara berangsur–angsur menjadi kecil (involusi) akhirnya kembali

seperti sebelum hamil.

2) Bekas implantasi uri

Plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan

diameter 7,5 cm. setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4

cm, dan akhirnya pulih.

3) Luka pada jalan lahir

Bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6–7 hari.

4) Rasa sakit yang disebut after pains, (merian atau mules-mules) disebabkan

kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2–4 hari pasca persalinan.

5) Lochia

Cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

(a) Lochia rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa–sisa selaput ketuban, sel–sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

(22)

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3–7 pasca

persalinan.

(c) Lochia serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7–14 pasca

persalinan.

(d) Lochia alba

Cairan putih, setelah 2 minggu.

(e) Lochia purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan berupa nanah berbau busuk.

(f) Lochiostatis

Lochia tidak lancar keluarnya (Mochtar, 1998).

6) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang–kadang terdapat perlukaan–

perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim.

Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2–3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui

1 jari.

7) Ligamen–ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi lahir, secara berangsur–angsur menjadi mengecil dan pulih

kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi

(23)

4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

a. Mobilisasi dini

Merupakan suatu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing ibu

keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk

berjalan (Ambarwati, 2009).

Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24–48 jam

postpartum kemudian melakukan mobilisasi agar tidak terjadi pembengkakan

akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu (Saleha, 2009).

b. Nutrisi dan Cairan

Menurut Saleha (2009), ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan

gizi sebagai berikut :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan

vitamin yang cukup

3) Minum sedikitnys 3 liter air tiap hari

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40

hari pasca persalinan

5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui Air Susu Ibu (ASI).

c. Eliminasi

1) Buang Air Kecil

Ibu diminta untuk BAK 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum

belum dapat berkemih atau sekali berkemih melebihi 100 cc maka dilakukan

kateterisasi. Akan tetapi kalau kandung kemih tidak penuh tidak perlu

(24)

2) Buang Air Besar

Ibu postpartum diharapkan dapat BAB setelah hari kedua postpartum.

Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral

atau perrektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum BAB maka

dilakukan klisma.

3) Personal Hygiene

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk

tetap dijaga (Ambarwati, 2009).

4) Istirahat

Hal–hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat

dan tidur adalah :

(a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan

(b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan–kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan, untuk tidur siang atau beristirahat secukupnya.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

(a) Mengurangi jumlah Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi

(b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

(c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

5) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi

(25)

(a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang

bersangkutan (Saleha, 2009).

(b) Latihan dan Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah

persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas

merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan

keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Senam nifas sebaiknya

dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara teratur setiap hari.

Kendala yang sering ditemui adalah tidak sedikit ibu yang setelah

melakukan persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut

merasa sakit atau menambah perdarahan.

Banyak sekali manfaat dari melakukan senam nifas. Secara umum adalah untuk

mengembalikan keadaan ibu agar kondisi ibu kembali seperti sediakala sebelum

kehamilan, antara lain :

(a) Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan

(trombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai

(b) Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan

memulihkan dan menguatkan otot–otot punggung

(c) Memperbaiki tonus otot pelvis

(d) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah

(e) Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil

(26)

(g) Memperlancar terjadinya involusio uteri.

5. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati,

dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2009).

B. Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin membimbing

ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat

mungkin untuk berjalan. Setelah itu, ibu sudah diperbolehkan bangun dari

tempat tidur dalam 24–48 jam postpartum kemudian melakukan mobilisasi agar

tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu (Saleha,

2009).

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan

menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan

kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

2. Manfaat Mobilisasi Dini

Adapun manfaat dari mobilisasi dini tersebut yaitu :

a. Penderita lebih merasa sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan

panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan

(27)

b. Mobilisasi dini bisa memungkinkan ibu belajar merawat anaknya. Dengan

mobilisasi dini memungkinkan ibu merawat anakya, misalnya mengganti

pakaian dan menyusui bayinya sesuai posisi yang diinginkan.

c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dengan mobilisasi dini

sirkulasi darah akan lancar sehingga resiko trombosis dan tromboemboli dapat

dihindarkan (Suherni, 2009).

3. Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini adalah :

a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uteri yang tidak normal

sehingga sisa darah tidak bisa dikeluarkan dan menyebabkan infeksi.

b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik

sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan abnormal dapat

dihindarkan karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang

terbuka.

c. Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi dini akan

menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan

terganggunya kontraksi uterus.

Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan

pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk

mencegah komplikasi (Hidayat, 2008).

4. Macam-Macam Mobilisasi

Mobilisasi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh ini menunjukkan bahwa syaraf motorik dan sensorik mampu

(28)

b. Mobilisasi sebagian

Umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik dan motorik pada area tubuh.

Mobilisasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu : mobilisasi temporer dan

permanen.

5. Rentang Gerak dalam Mobilisasi

Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan

miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada

hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan–jalan. Hari

keempat dan kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi

tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka

(Marmi, 2012).

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena

merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam

24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting

dalam mencegah trombosit vena. Tujuan dari mobilisasi dini adalah untuk

membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan

bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah

atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh dengan mengeluarkan cairan

vagina (lochia). Keuntungan dari mobilisasi dini ini adalah :

a. Dengan dilakukannya mobilisasi dini ibu merasa lebih sehat dan kuat

b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik

c. Ambulasi dini memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya.

Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan (Saleha,

(29)

Para wanita menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan lebih kuat

setelah mobilisasi awal. Komplikasi kandung kencing dan konstipasi kurang

sering terjadi. Yang penting, mobilisasi dini juga menurunkan banyak frekuensi

trombosis dan emboli paru pada masa nifas. Mobilisasi dini tentu tidak

dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit

jantung, penyakit paru–paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan

dengan early ambulation harus berangsur–angsur, jadi bukan maksudnya ibu

segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Yeyeh,

2011).

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini

1. Faktor fisiologis

a. Suhu Tubuh

Menurut Ambarwati (2009), suhu ibu kembali normal dari suhu yang

sedikit meningkat selama periode pascasalin dan stabil dalam 24 jam pertama

pascasalin. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C dalam satu hari (24

jam). Dapat naik ≤ 0,50C dari keadaan normal menjadi sekitar (37,50C – 380C)

namun tidak akan melebihi 380C. Hal ini sebagai akibat kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Sesudah 2 jam pertama melahirkan

umumnya suhu badan akan kembali normal.

b. Perdarahan

Perdarahan pascasalin paling sering diartikan sebagai keadaan kehilangan

darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi.

Perdarahan pascasalin adalah merupakan penyebab penting kehilangan darah

(30)

antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pascasalin.

Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin

karena hal ini dapat menurunan insiden perdarahan pascasalin akibat atonia uteri.

Semua ibu pascasalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan

fase persalinan. Atonia uteri merupakan sebagian besar penyebab terjadinya

perdarahan pascasalin. Ada beberapa keadaan yang menjadi predisposisi

terjadinya atoni uteri, yaitu distensi dinding rahim yang berlebihan (kehamilan

ganda, polihidramnion atau makrosomia janin), pemanjangan masa persalinan dan

grandemultiparitas (Saleha & Marmi, 2012).

c. Tingkat Nyeri

Menurut Kozier dan Erb (dalam Tamsuri, 2007), nyeri adalah sensasi

ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan

oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan fantasi luka. Mengacu pada teori dari

Asosiasi Nyeri Internasional, pemahaman tentang nyeri menitikberatkan bahwa

nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan nyeri

menitikberatkan pada manipulasi fisik atau menghilangkan kausa fisik. Intensitas

nyeri juga merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan

oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua

orang yang berbeda.

1) Pengukuran intensitas nyeri

Menurut Perry dan Potter (2005), nyeri tidak dapat diukur secara objektif

seperti dengan menggunakan sinar- X atau pemeriksaan darah. Tipe nyeri yang

muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang hanya

(31)

kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya tersebut

sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau nyeri berat. Bagaimanapun makna dari

istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala

nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala

nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat

mengevaluasi perubahan kondisi klien.

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk

menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri yang dirasakan,

skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian

kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri. Intensitas nyeri dapat

dilihat sebagai berikut :

1) Skala intensitas nyeri deskriptif

2) Skala identitas nyeri numerik

0 : Tidak nyeri

(32)

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat

diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

D. Waktu Pelaksanaan Mobilisasi

Menurut Bahiyatun (2009), pengeluaran lochia salah satunya dipengaruhi

oleh kesediaan ibu untuk menyusui. Isapan anak akan merangsang otot polos

payudara untuk berkontraksi yang kemudian merangsang susunan saraf

disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otot. Otot akan memerintahkan

kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih banyak,

sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang masih ada menjadi lebih

rendah. Pengeluaran hormon pituitarin yang lebih banyak akan mempengaruhi

kuatnya kontraksi otot–otot polos payudara dan uterus. Kontraksi otot–otot polos

payudara berguna untuk mempercepat involusi sehingga proses mobilisasi pun

dapat berjalan dengan lancar sesuai kemampuan dan keinginan ibu.

1. Pelaksanaan 2 Jam Postpartum

Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena.

Penatalaksanaan asuhan masa nifas pada hari pertama yaitu 2 jam postpartum

(33)

kemudian segera melakukan mobilisasi untuk mengurangi pembekuan darah

pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang dapat menyebabkan masalah. Pada

persalinan normal ini, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus

atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya ibu juga

diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu. Mobilisasi dini

atau aktifitas segera dilakukan setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak

dari tempat tidur ibu. Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lochia dalam

rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat

(34)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel

yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo,

2010).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin di

Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013.

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada

skema 3.1 dibawah ini :

Dependen Independen

Skema 3.1 : Kerangka Konsep

Faktor Fisiologis

- Suhu tubuh

- Perdarahan

- Tingkat nyeri

(35)

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional

No Variabel Definisi ibu untuk secepat mungkin berjalan. dari 150 ml pascasalin.

Sensasi ketidaknyamanan

yang dimanifestasikan

(36)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian

deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin

di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek berupa benda.

Semua benda yang memiliki sifat atau ciri, adalah subjek yang bisa diteliti

(Machfoedz, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu pascasalin

yang ada di Klinik Bersalin Surya Medan periode September s/d Desember

dengan jumlah 37 orang ibu pascasalin.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010).

Berdasarkan perhitungan diperoleh sampel sebanyak 37 orang.Sampel diambil

secara total sampling, yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006).

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah :

1. Ibu pascasalin normal

(37)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Surya Medan Tahun 2013. Alasan

peneliti mengambil lokasi berdasarkan pertimbangan karena belum pernah

dilakukan sebelumnya penelitian tentang mobilisasi dini.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret s/d Mei 2013.

E. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan

permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian

tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon

responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon

responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses

pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi

individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikologis.

Confidentiality (kerahasiaan) catatan mengenai data responden dijaga dengan

cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan menuliskan nomor

kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang

diberikan. Data – data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian.

(38)

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka, yang terdiri dari data

demografi dan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

mobilisasi dini pada ibu pascasalin yaitu suhu tubuh, perdarahan dan tingkat nyeri

di Klinik Bersalin Surya Medan.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti yaitu dengan mengajukan

permohonan izin kepada program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas

Sumatera Utara untuk melakukan penelitian di Klinik Bersalin Surya Medan,

kemudian setelah mendapat izin dari Klinik Bersalin Surya Medan peneliti

mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuan

sebagai sampel penelitian, sebelumnya diberikan penjelasan tentang tujuan dan

manfaat penelitian kemudian meminta persetujuan kepada calon responden untuk

menjadi responden dengan menandatangani informed consent, kemudian peneliti

melakukan penelitian dengan menggunakan lembar observasi yang telah

disediakan oleh peneliti sendiri.

H. Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis data, data yang dikumpulkan dianalisa secara

(39)

a) Editing

Editing adalah peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang

dikumpulkan dan memastikan semua data yang terkumpul sesuai dengan data

yang diperlukan.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2010).

c) Proses Processing

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program komputer yang digunakan untuk “entry data” peneliti yaitu program

SPSS for Windows.

d) Proses Cleaning

Memeriksa semua data dari setiap sumber data atau responden yang telah

selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan selanjutnya dilakukan pembetulan

atau koreksi (Muhammad, 2011).

2. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data, sehingga data tersebut dapat ditarik kesimpulannya. Adapun

data di analisis dengan menggunakan rumus statistik, yang meliputi :

a) Analisa Univariat

Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung

(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan diuraikan data hasil dan pembahasan mengenai

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di

Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013”. Secara rinci dapat dilihat pada tabel

5.1 sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013

No Karakteristik Responden Jumlah

(f)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

karakteristik diperoleh mayoritas berumur 20-35 tahun sebanyak 21 orang (56.8%),

(41)

Tangga sebanyak 28 orang (75.7%) dan paritas primipara sebanyak 24 orang

(64.9%).

2. Mobilisasi Dini

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

mobilisasi dini diperoleh mayoritas yang melakukan mobilisasi sebanyak 24

orang (64.8%) dan minoritas yang tidak melakukan mobilisasi dini sebanyak 13

orang (35.1%).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Berdasarkan Faktor Fisiologis

a. Suhu Tubuh

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan Suhu Tubuh

(42)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh mayoritas ibu

pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan suhu tubuh normal

sebanyak 22 orang dan minoritas ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi

dini dengan suhu tidak normal sebanyak 2 orang, ibu pascasalin yang tidak

melakukan mobilisasi dini dengan suhu normal sebanyak 9 orang, serta ibu

pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan suhu tidak normal

sebanyak 4 orang.

b. Perdarahan

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan Perdarahan

di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013

No Variabel

Mobilisasi Dini

Perdarahan Jumlah

Normal Tidak normal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh mayoritas ibu

pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan normal yaitu

sebanyak 24 orang, tidak ada ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini

dengan perdarahan tidak normal, ibu pascasalin yang tidak melakukan

mobilisasi dini dengan perdarahan normal sebanyak 10 orang, serta minoritas

ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan tidak

(43)

c. Tingkat Nyeri

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Berdasarkan Tingkat Nyeri

di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013

No Variabel

Mobilisasi Dini

Tingkat nyeri Jumlah

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri berat Nyeri sangat berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh mayoritas ibu

pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan nyeri sedang sebanyak 21

orang, minoritas ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi dini dengan nyeri

ringan sebanyak 3 orang, tidak ada ibu yang melakukan mobilisasi dini dengan

nyeri berat, tidak ada ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini pada

tingkat nyeri ringan, ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini

dengan nyeri sedang sebanyak 6 orang serta ibu yang tidak melakukan

mobilisasi dini dengan nyeri berat sebanyak 7 orang.

B. Pembahasan 1. Mobilisasi Dini

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Bersalin Surya Medan

pada tabel 5.2 diperoleh bahwa mayoritas responden yang melakukan

mobilisasi dini sebanyak 24 orang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik

ibu yang sebagian besar normal sehingga ibu dapat melakukan mobilisasi dini

(44)

Pada ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini ditemukan 6 orang

dengan suhu tubuh yang tidak normal. Suhu yang tidak normal membuat ibu

malas bergerak dan keluar dari tempat tidur karena kondisi tubuhnya yang tidak

normal. Ibu pascasalin juga merasa lebih baik istirahat ditempat tidur karena

keadaan suhu tubuhnya dengan kondisi demam.

Menurut Yeyeh (2011), mobilisasi dini tidak dibenarkan pada ibu

postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit

paru–paru, demam, dan sebagainya.

Pada penelitian ini juga ditemukan dari 13 ibu yang tidak melakukan

mobilisasi dini terdapat 3 orang dengan perdarahan yang abnormal. Perdarahan

yang abnormal yang dialami ibu pascasalin membuat ibu tidak mau melakukan

mobilisasi dini. Ibu merasa takut keluar dari tempat tidur dengan anggapan

perdarahan akan banyak keluar sehingga ibu lebih memilih untuk istirahat di

tempat tidur. Ibu tidak tahu dengan mobilisasi dini dapat memperbaiki

kontraksi uterus sehingga dapat menghindari perdarahan abnormal.

Menurut Hidayat (2008), dengan tidak dilakukan mobilisasi dini akan

menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan

terganggunya kontraksi uterus.

Dari ibu pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini terdapat 7

orang dengan nyeri berat terkontrol. Nyeri berat yang dialami oleh ibu

pascasalin membuat ibu tidak mau keluar dari tempat tidur karena merasa tidak

nyaman dengan kondisi yang dialaminya. Kemudian ditemukan juga 6 orang

yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan nyeri sedang. Sebagian ibu tidak

mau keluar dari tempat tidur karena malas dan lebih memilih untuk ditempat

(45)

Menurut Suherni (2009), dengan mobilisasi dini penderita merasa lebih

sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali

normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi

rasa sakit.

Menurut Potter (2005), yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi

dini diantaranya adalah kondisi fisik. Kondisi fisik meliputi suhu tubuh ibu,

perdarahan yang dialami oleh ibu dan tingkat nyeri pada ibu pascasalin.

Sedangkan ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini ditemukan sebanyak 13

orang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh paritas ibu yang mayoritas primipara,

sehingga pengalaman ibu tentang pascasalin belum ada dan tidak tahu manfaat

mobilisasi dini.

Pendidikan pada penelitian ini masih ditemukan berpendidikan SMP

yaitu sebanyak 6 orang dan berpendidikan SD sebanyak 2 orang, dengan

demikian dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang manfaat mobilisasi

dini sehingga pelaksanaan mobilisasi dini tidak dilakukan oleh ibu pascasalin.

2. Faktor Fisiologis

a. Suhu Tubuh

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Bersalin Surya Medan

suhu tubuh seluruh responden berada dalam keadaan normal (360C – 37,50C)

dan pada tabel 5.3 diperoleh bahwa mayoritas responden berdasarkan suhu

tubuh dengan kategori normal sebanyak 31 orang, yang artinya bahwa petugas

kesehatan yang ada di Klinik Bersalin Surya Medan benar-benar menjalankan

tugas sesuai prosedur sehingga dapat meminimalisasi pasien yang demam dan

(46)

Pada penelitian ini diperoleh ibu pascasalin yang melakukan mobilisasi

dini dengan suhu tubuh yang normal sebanyak 22 orang. Dengan demikian

terlihat bahwa dengan suhu tubuh yang normal ibu mau menggerakkan

tubuhnya dengan miring kiri dan miring kanan serta keluar dari tempat

tidurnya dengan dibimbing oleh petugas kesehatan sehingga dapat

mempertahankan fungsi fisiologis. Namun diperoleh juga ibu pascasalin yang

tidak melakukan mobilisasi dini dengan suhu yang normal sebanyak 9 orang.

Hal demikian dapat dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu mayoritas primipara

yang belum mempunyai pengalaman melahirkan sehingga masih kurang tau

manfaat mobilisasi dini.

Menurut Ambarwati (2009), suhu ibu kembali normal dari suhu yang

sedikit meningkat selama periode pascasalin dan stabil dalam 24 jam pertama

pascasalin. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C dalam satu hari

(24 jam). Dapat naik ≤ 0,5 0C dari keadaan normal menjadi sekitar (37,50C –

380C) namun tidak akan melebihi 380C. Hal ini sebagai akibat kerja keras

waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Sesudah 2 jam pertama

melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.

b. Perdarahan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Bersalin Surya Medan

pada tabel 5.4 diperoleh bahwa mayoritas responden berdasarkan perdarahan

dengan kategori normal sebanyak 34 orang, yang artinya bahwa ibu mampu

melaksanakan mobilisasi dini dengan baik, karena apabila terjadi perdarahan

maka mobilisasi dini tidak akan bisa dilakukan oleh ibu pascasalin.

Pada penelitian ini diperoleh ibu yang melakukan mobilisasi dini

(47)

tidak normal ibu pascasalin tidak susah untuk keluar dari tempat tidur karena

hal-hal yang tidak diperbolehkan pada saat perdarahan yaitu salah satunya

dianjurkan untuk bed rest atau istirahat. Tapi masih ditemukan juga ibu

pascasalin yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan perdarahan yang

normal yaitu sebanyak 10 orang. Hal demikian dapat dipengaruhi oleh faktor

lain, misalnya karena kondisi tubuh tidak normal atau demam sehingga ibu

pascasalin tidak mau untuk melakukan mobilisasi dini.

Pada penelitian ini juga diperoleh 3 orang ibu pascasalin yang

perdarahan abnormal yang disebabkan oleh atonia uteri dan laserasi jalan lahir.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu primipara namun ada juga yang

multipara. Dengan perdarahan abnormal yang dialami oleh ibu pascasalin

menyebabkan ibu tidak melakukan mobilisasi dini.

Menurut Lia (2012), dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik

sehingga fundus uteri keras maka resiko perdarahan abnormal dapat

dihindarkan.

Selain itu menurut Suherni (2009), mobilisasi dini dapat mencegah

terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dengan mobilisasi dini sirkulasi darah

akan lancar sehingga resiko trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

c. Tingkat Nyeri

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Bersalin Surya Medan

pada tabel 5.5 diperoleh bahwa mayoritas responden berdasarkan tingkat nyeri

dengan kategori nyeri sedang sebanyak 27 orang, yang artinya bahwa

responden berada pada nyeri sedang yaitu pada skala 4-6 yang secara obyektif

(48)

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. Dimana responden

masih mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik, ini juga karena petugas

benar-benar menjalankan tugasnya sesuai prosedur sehingga nyeri pasien

hanya pada batas yang wajar.

Nyeri yang dialami oleh ibu pascasalin pada penelitian ini sebagian

besar karena proses melahirkan yaitu nyeri sedang pada jalan lahir. Namun ada

juga nyeri berat terkontrol yang diakibatkan nyeri pada luka episiotomi.

Dengan demikian pada ibu pascasalin yang mengalami nyeri berat tidak dapat

melakukan mobilisasi dini. Namun nyeri sedang juga tidak semua melakukan

mobilisasi dini karena faktor lain, diantaranya karena ibu pascasalin mengalami

perdarahan dan demam.

Menurut Suherni (2009), dengan mobilisasi dini penderita merasa lebih

sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali

normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi

rasa sakit.

Selain itu menurut Yeyeh (2011), para wanita menyatakan bahwa

mereka merasa lebih baik dan lebih kuat setelah mobilisasi awal. Komplikasi

kandung kencing dan konstipasi kurang sering terjadi. Yang penting,

mobilisasi dini juga menurunkan banyak frekuensi trombosis dan emboli paru

pada masa nifas. Mobilisasi dini tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum

dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru–paru,

demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus

berangsur–angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan

(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan

Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun

2013”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Mayoritas responden dari segi karakteristik berumur 20-35 tahun sebanyak 21

orang (56.8%), berpendidikan SMA sebanyak 22 orang (59.5%), memiliki

pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebanyak 28 orang (75.7%) dan primipara

sebanyak 24 orang (64.9%).

2. Mayoritas responden yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 24 orang

(64.9%).

3. Mayoritas responden yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada

ibu pascasalin berdasarkan suhu tubuh normal sebanyak 22 orang (91.7%).

4. Mayoritas responden yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada

ibu pascasalin berdasarkan perdarahan normal sebanyak 24 orang (100%).

5. Mayoritas responden yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada

ibu pascasalin berdasarkan tingkat nyeri sedang sebanyak 21 orang (87.5%).

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagi Ibu

Agar lebih meningkatkan pengetahuan khususnya tentang faktor-faktor yang

(50)

kemauan dalam mempersiapkan proses kelahiran sehingga ibu tidak merasakan

dampak negatif akibat dari perubahan yang dialami pada pascasalin.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan pada bidan agar dapat memberikan informasi berupa penyuluhan

yang lebih baik lagi tentang mobilisasi dini sehingga meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan khususnya di Klinik Bersalin Surya Medan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian ini dengan

variabel-variabel lain yang lebih bervariasi yang memiliki pengaruh terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati & Wulandari. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahiyatun. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Varney, H. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Henniari, (2010). Gambaran faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini

pada ibu secsio sesarea. www.repository.usu.ac.id. diakses pada tanggal 28

Pebruari 2012.

Hidayat, A.A.A. (2008). Keterampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

, (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba, I.B.G. (1998) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta: EGC.

Marmi, (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mochtar, R.(1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Notoadmodjo, S., (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka.

, (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

(52)

Potter, Perry, (2005). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 1, Jakarta : EGC.

Potter, Perry, (2005). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Jakarta : EGC.

Safitri, (2010). Pengetahuan Ibu Tentang Mobilisasi Dini Pasca Persalinan

Normal Pervaginam.www.repository.usu.ac.id. diakses pada tanggal 28

Desember 2012.

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sitohang, N.A dan Siregar, F.L.S. (2012). Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan: Tidak dipublikasikan.

Sulistyawati. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: C.V Andi offset.

Suherni, Widyasih, H., Rahmawati, A., (2009).Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Tamsuri, A. (2007). Seri Kebutuhan Dasar Manusia, Konsep dan Penatalaksanaan

Nyeri. Jakarta : EGC

(53)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul :Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi

Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013.

Nama peneliti : Ana Rosidah

Nim : 125102013

Saya adalah mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di

program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi ibu dalam melakukan penelitian ini. Saya

akan menjamin kerahasiaan identitas, melakukan penelitian dengan menggunakan

lembar observasi yang telah tersedia. Data yang diperoleh juga hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian.

Dengan demikian saya mengharapkan kerja sama dan dukungan dari ibu

klinik, serta memberi kesempatan untuk saya melakukan penelitian menandatangani

surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu

menyetujui menjadi penelitian ini. Atas perhatian ibu saya ucapkan terima kasih.

Tanda tangan

(54)

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan

Tahun 2013

No Responden :

A. Petunjuk Pengisian :

1. Data akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

dengan ibu pada kotak yang sudah tersedia

2. Berilah tanda cheklist (√) pada kotak yang telah disediakan

B. Data Demografi

1. Hari / Tanggal :

2. Umur : □ < 20 tahun

□ 20-35 tahun

□ > 35 tahun

3. Pendidikan : □ SD

□ SMP

□ SMA

□ Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan : □ Wiraswasta

□ IRT

□ PNS

5. Paritas : □ Primipara

□ Skundipara

(55)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013

(56)
(57)

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Ana Rosidah

Nim : 125102013

Tempat/Tgl Lahir : Tapus, 16 Juni 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Kel. Tapus, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten

Mandailing Natal

B. Riwayat Keluarga

Nama Ayah : Alm. Syafaruddin Nasution

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Nama Ibu : Zulfa Bandar

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kel. Tapus, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten

Mandailing Natal

C. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1996-2002 : SD Negeri Tapus

2. Tahun 2002 - 2005 : MTs. Muhammadiyah 20 Natal

3. Tahun 2005 - 2008 : MAN Natal

4. Tahun 2008 – 2011 : D-III Akademi Kebidanan Namira Madina

5. Tahun 2012 - 2013 : D-IV Bidan Pendidik Fkep Universitas

(58)
(59)

Gambar

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

5 Saya sering memposting nama musuh saya sebagai orang yang telah melakukan perbuatan jahat kepada saya untuk mendorong orang lain ikut mengganggunya 6 Saya akan

[r]

Hidayat Nursiddieq FKIP

Landasan Pokok Landasan pokok dalam perkoperasian Indonesia bersumber pada UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Pasal ini mengandung cita-cita untuk mengembangkan perekonomian

Dari beberapa operasi militer yang dilakukan oleh NATO, kita dapat melihat kesuksesan-kesuksesan operasi militer mereka yang kemudian mampu untuk mengatasi konflik

beberapa daerah pemasaran belum adanya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat yaitu dalam menentukan jalur distribusi ke customer yang mengakibatkan

Dalam lingkungan WLAN yang sifatnya peer-to-peer (ad hoc), beberapa pengguna dalam area yang terbatas, seperti ruang rapat, dapat membentuk suatu jaringan sementara tanpa