• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

BAB II RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, merupakan faktor penting yang berperan dalam menentukan baik dan buruknya tingkah laku

seseorang (Ali Mas‟ud, 2012: 39). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, meliputi:

17

Instink (naluri) adalah pola perilaku yang tidak dipelajari, mekanisme yang dianggap ada sejak lahir dan juga muncul pada setiap spesies (A. Budiarjo, 1987: 208-209). Dari definisi di atas, dapat ditarik pengertian bahwa setiap kelakuan manusia, lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri. Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan suatu pembawaan asli manusia. Naluri dapat mendatangkan manfaat dan mendatangkan kerusakan, tergantung cara pengekspresiannya. Naluri makan misalnya, jika diperturutkan begitu saja dengan memakan apa saja tanpa melihat halal haramnya, juga cara mendapatkanya sesuai dengan keinginan hawa nafsu, maka pastilah akan merusak diri sendiri. Islam mengajarkan agar naluri ini disalurkan dengan memakan dan meminum barang yang baik, halal, suci, dan tidak memperturutkan hawa nafsu. Sebagaimana firman Allah:

ْمُكَل ُوَّنِإ ِناَطْيَّشلا ِتاَوُطُح اْوُعِبَّتَ ت َلاَو اَبِّيَط ًلا َلََح ِضْرَْلاا ِفِ اَِّمِ اْوُلُك ُساَّنلا اَهُّ يَأ اَي

ٌْيِبُّم ُّوُدَع

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik, dari apa yang ada di bumi, dan jangan lah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al- Baqarah: 168)

b. Keturunan

Keturunan adalah kekuatan yang menjadikan anak menurut gambaran orang tua. Ada yang mengatakan turunan adalah persamaan antara cabang dan pokok. Ada pula yang mengatakan bahwa turunan adalah yang terbelakang mempunyai persediaan persamaan dengan terdahulu (Rahmad Djatmika, 1985: 76).

18

Seperti halnya doa nabi Zakariā kepada Allah agar diberi anak yang baik, yang terdapat dalam surat Ali-„Imrān ayat 38:

ءاَعُّدلا ُعيَِسَ َكَّنِإ ًةَبِّيَط ًةَّيِّرُذ َكْنُدَّل نِم ِلِ ْبَى ِّبَر َلاَق ُوَّبَر اَّيِرَكَز اَعَد َكِلاَنُى

“Di sanalah Zakariya mendo'a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a". (QS. Ali-„Imrān: 38)

Sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya, pada garis besarnya ada dua macam:

1) Sifat Jasmaniah. Yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua yang kekar ototnya, kemungkinan mewariskan kekekaran itu pada anak cucunya, misalnya orang-orang Negro. Dan orang tua yang lemah fisiknya, kemungkinan mewariskan pula kelemahan itu pada anak cucunya. 2) Sifat Rohaniah. Yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat

diturunkaan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang melingkupi atau mengelilingi individu sepanjang hidupnya (Hamzah Ya‟qub, 1993: 71-72).

Karena luasnya pengertian “segala sesuatu” itu maka dapat disebut:

lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik yang meliputi rumahnya, orangtuanya, sekolahmya, teman-temannya, dan sebagainya. sedangkan lingkungan spikologis seperti aspirasinya, cita-citanya, masalah- masalah yang dihadapinya, dan lain sebagainya.

19

Faktor lingkungan dipandang cukup menentukan bagi pematangan watak dan kelakuan seseorang. Hal ini sejalan dengan penjelasan Allah dalam al-Qur‟an:

ًلَْيِبَس ىَدْىَأ َوُى ْنَِبِ ُمَلْعَأ ْمُكُّبَرَ ف ِوِتَلِكاَش ىَلَع ُلَمْعَ ي ُّلُك ْلُق

“Katakanlah: tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan masing-masing.

Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanya”. (QS. A-

Isrā‟ [17]: 84)

Sabda nabi Muhammad yang diriwayatkan At-Tirmidzi:

ا َم ُث ْي َح َللا ُق َّت ِا : َم َّل َس َو ِو ْي َل َع ُللا ى َّل َص ِللا ُل ْو ُس َر َلا َق : َلا َق ُو ْن َع ُللا َي ِض َر ي ِرا َف ِغ ْلا ر َذ ِب َأ ْن َع

. ٍن َس َح ٍق ُل ُِب ُسا َّنلا َق َلا َخ َو ،ا َه ِح ُْت ِة َن َس َْلا ِة َئ ِّي َّسلا ُع ْب ِت َأ َو ، َت ْن ُك

dari Abi Dzar Al Ghifari r.a. berkata, sabda Rasulullah SAW:

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutlah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka akan menghapuskanya, dan bergaullah dengan manusia dengan sebaik-baik pergaulan”. (HR. At-

Tirmidzi no.1987) d. Kebiasaan

Salah satu faktor penting dalam akhlak manusia adalah kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. Sebuah adat istiadat yang dilakukan dalam kehidupan sehari- hari selalu menimbulkan dampak positif dan bisa juga dampak negatif, tapi nilai adat tersebut tetap berfungsi sebagai pedoman manusia untuk hidup bersama masyarakat dimana ia tinggal. Apabila adat kebiasaan telah lahir dalam suatu masyarakat ataupun pada diri seseorang, maka sifat dari adat itu sendiri adalah:

1) Mudah melakukan apapun pekerjaan yang sudah biasa dikerjakan tersebut.

20

2) Tidak memakan waktu lama dan perhatian berlebihan dari sebelumnya (Istighfarotun Rahmaniyah, 2010: 98-99)

e. Kehendak

Kehendak merupakan faktor yang menggerakkan manusia untuk berbuat dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam, dan pergi menuntut ilmu di negeri seberang berkat kekuatan kehendak.

Kehendak ini mendapatkan perhatian khusus dalam lapangan etik, karena itulah yang menentukan baik buruknya suatu perbuatan, dari kehendak inilah menjelma niat yang baik dan memburuk, sehingga perbuatan atau tingkah laku manusia menjadi baik dan buruk karena kehendaknya.

Menurut Hamzah Ya‟qub (1993: 74) bahwa kadang-kadang kehendak itu terkena penyakit sebagaimana halnya tubuh kita, antara lain: 1) Kelemahan Kehendak

Seseorang mudah menyerah kepada hawa nafsu, kepada lingkungan atau kepada pengaruh yang jelek. Kelemahan kehendak ini melahirkan kemalasan dan kelemahan dalam perbuatan.

2) Kehendak Yang Kuat Tetapi Salah Arah

Yaitu pada pola hidup yang merusak dalam berbagai bentuk kedurhakaan dan kerusakan. Misalnya, kehendak orang merampok seorang hartawan.

21

Pendidikan merupakan faktor penting yang memberikan pengaruh dalam pembentukan akhlak. Pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterimanya.

Seperti halnya firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Mujādilah ayat 11:

ٌيِْبَخ َنوُلَمْعَ ت اَِبِ ُوَّللاَو ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو ْمُكنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا ُوَّللا ِعَفْرَ ي

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujādilah: 11)

Sistem perilaku atau akhlak dapat dididikkan atau diteruskan dengan menggunakan sekurang-kurangnya dua pendekatan:

1) Rangsangan-jawaban (stimulus-response) atau yang disebut proses

mengkondisi, sehingga terjadi automatisasi, dan dapat dilakukan dengan melalui latihan, tanya jawab, dan mencontoh.

2) Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis, yang dapat dilakukan dengan cara melalui dakwah, ceramah, diskusi, dan lain-lain (Zakiah Daradjat, 1990: 545-555).

Dokumen terkait