• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Dari model faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan (Tabel 5.1) menunjukkan nilai probabilitas F statistik sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari taraf nyata yang dikehendaki yaitu 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel-variabel bebas dalam model secara signifikan berpengaruh terhadap variabel pendapatan. Disamping itu juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,66, yang berarti bahwa besarnya variabel pendapatan yang dapat dijelaskan oleh variabel tenaga kerja, lahan, investasi dan dummy kota/kabupaten adalah sebesar 66 persen. Dari empat variabel yang dimasukkan dalam model, dua variabel pengaruh yang nyata pada taraf <1 persen yaitu tenaga kerja dan investasi dan dua variabel berpengaruh nyata pada taraf <10 persen terhadap pendapatan yaitu variabel lahan dan dummy kota/kabupaten.

Koefisien regresi tenaga kerja adalah sebesar 0,0016. Hal ini bahwa setiap kenaikan tenaga kerja sebesar satu orang akan meningkatkan pendapatan sebesar 16 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya tenaga kerja

41

maka akan menurunkan pengangguran yang akan meningkatkan pendapatan nasional selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perkapita.

Tabel 5.1. Hasil Estimasi Model Pendapatan

Variabel Koefisien Peluang untuk satu sisi

Konstan -490,4733 0,2448 Lahan (L) 0,001473 0,0472 Tenaga Kerja (Tk) 0,001570 0,0047 Investasi (I) 0,000113 0,0084 Dummy Kotamadya (Dk) 774,9002 0,0317 R2 0,656506 F-statistik 9,556285 Peluang (F-stat) 0,000173 Sumber : Lampiran 2

Koefisien regresi lahan adalah sebesar 0,0015 yang berarti setiap kenaikan luas lahan pertanian sebesar satu hektar akan menyebabkan pendapatan meningkat sebesar 15 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian masih sangat penting dalam meningkatkan pendapatan. Pentingnya sektor Pertanian juga ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang masih tinggi yaitu pada tahun 2004 sebesar 13,43 persen. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafwannur (2004).

Untuk koefisien regresi variabel investasi adalah sebesar 0,0001. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan investasi sebesar satu juta rupiah akan meningkatkan pendapatan sebesar 100 ribu rupiah. Ini menunjukkan bahwa pentingnya Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang menginvestasikan dananya ke kotamadya/kabupaten di Jawa Barat. Dengan meningkatnya investasi di bidang usaha akan memperluas lapangan kerja yang akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang

42

selanjutnya akan meningkatkan pendapatan. Hal ini terlihat dari peningkatan investasi dari 221 proyek pada tahun 2003 menjadi 350 proyek pada tahun 2004 yang meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 97.832 orang pada tahun 2004 dari 58.281 orang pada tahun 2003 (BPMD, 2004).

Koefisien regresi variabel dummy antara kotamadya dan kabupatan memiliki tanda positif . Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan di kotamadya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapatan di kabupaten. Hasil ini sesuai dengan kenyataan dimana pendapatan di kotamadya yang lebih tinggi karena merupakan pusat suatu daerah dengan berbagai lapangan usaha seperti industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, dan lain-lain, sedangkan sebagian besar lapangan usaha di kabupaten adalah di sektor pertanian.

5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

Berdasarkan model kemiskinan pada Tabel 5.2, dapat ditunjukkan bahwa nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,000, yang berarti bahwa pendapatan, pendidikan, jumlah pengangguran dan tingkat ketergantungan secara bersama- sama mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat kemiskinan. Di samping itu juga ditunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah sebesar 0,73. Artinya dengan model tersebut variabel tingkat kemiskinan dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan, pendidikan, jumlah pengangguran dan tingkat ketergantungan sebesar 73 persen. Dari empat variabel bebas yang dimasukkan dalam model kemiskinan, dua variabel pengaruh yang nyata pada taraf <1 persen

43

dan dua variabel berpengaruh nyata pada taraf <10 persen terhadap tingkat kemiskinan.

Tabel 5.2. Hasil Estimasi Model Kemiskinan

Variabel Koefisien Peluang untuk satu arah

Konstan 3,985094 0,6544

Pendapatan (Y) -0,00216 0,0084

Pendidikan (Pd) -0,38908 0,0022

Jumlah pengangguran (U) 0,17250 0,0830

Tingkat ketergantungan (Dep) 0,235907 0,0872

R2 0,738774

F-statistik 14,15245

Peluang (F-stat) 0,000012

Sumber : Lampiran 2

Dari Tabel 5.2. juga dapat ditujukkan bahwa pendapatan mempunyai pengaruh yang sangat nyata pada taraf <1 persen terhadap tingkat kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen dan Thompson (1990), McDowel dan Allen (1995) serta Intania (2002). Nilai koefisien regresi untuk pendapatan bernilai -0,002 yang berarti setiap kenaikan pendapatan sebesar satu miliar rupiah akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,002 persen.

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf 1 persen terhadap tingkat kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen and Thompson (1990), McDowel and Allen (1995).Nilai koefisien regresi untuk variabel tingkat pendidikan bernilai negatif yaitu 0,38 yang berarti jika tingkat pendidikan meningkat satu persen maka akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,38 persen. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan. Dengan pendidikan yang layak, seseorang diharapkan dapat

44

memperoleh penghasilan lebih tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih baik.

Nilai koefisien regresi untuk jumlah pengangguran berpengaruh nyata pada taraf 10 persen terhadap kemiskinan. Nilai koefisien regresi untuk jumlah pengangguran bernilai positif yaitu sebesar 0,17 yang berarti jika tingkat pengangguran meningkat satu orang maka akan meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 0,17 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pengangguran merupakan masalah yang penting dalam mengurangi kemiskinan. Untuk itu diperlukan penciptaan lapangan kerja yang memadai bagi penduduk miskin khususnya di pedesaan.

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa variabel tingkat ketergantungan mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf 10 persen terhadap tingkat kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Intania (2002). Koefisien regresi untuk variabel tingkat ketergantungan sebesar 0,236. Artinya bahwa jika tingkat ketergantungan meningkat sebesar satu persen maka akan menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 0,236 persen. Hal ini terlihat bahwa peningkatan tingkat ketergantungan mengindikasikan jumlah anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan dalam keluarga lebih banyak daripada mereka yang produktif bekerja sehingga pendapatan perkapita menjadi rendah yang selanjutnya menyebabkan kemiskinan meningkat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait