BAB II : KAJIAN TEORI
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang lainnya pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi dari luar dirinya seperti adat/kebiasaan dan lingkungan sekitar.
a. Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh insting seseorang (gharīzah). Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting (naluri) berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.79
78
Hanya saja mereka keluar dari garis akhlāq al-karīmah. Kira-kira tahun 586 SM Yerusalem, ibu kota Bani Israil dihancurkan oleh Nebukadnezar dan orang-orang Yahudi ditawan. Tahun 539 SM kerajaan Babilonia dikalahkan oleh Raja Persia, Cyrus dan orang –orang Yahudi terlepas dari penindasan. Pada tahun 520 SM Bani Israil dapat membangun kembali kota Yerusalem. Namun pada tahun 70 SM Titus memasuki Yerusalem dan memusnahkan kembali kota yang telah dibangun tersebut. Lihat Yatimin Abdullah,Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,……….. hlm 243
Insting (naluri) merupakan asas tingkah laku perbuatan manusia. Manusia dilahirkan dengan membawa naluri yang berbentuk proses pewarisan urutan nenek moyang. Naluri dapat diartikan sebagai kemauan tak sadar yang dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan tanpa berpikir ke arah tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latihan berbuat. Tingkah laku perbuatan manusia sehari-hari dapat ditunjukkan oleh naluri sebagai pendorong.80
Banyak insting yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang menjurus pada akhlāq karīmah maupun akhlāq al-madzmūmah, bergantung orang yang mengendalikannya.
b. Adat atau kebiasaan
Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, dan sebagainya.81 Dan semua perbuatan baik dan buruk itu menjadi adat kebiasaan karena adanya kecenderungan hati terhadapnya dan menerima kecenderungan tersebut disertai perbuatan berulang-ulang secukupnya.82
Kebiasaan ialah tingkah laku yang sudah distabilkan. Umumnya pembentukan kebiasaan itu dibantu oleh refleks-refleks, maka refleks itu menjadi khas dasar bagi pembentukan kebiasaan. Pada akhirnya kebiasaan itu berlangsung otomatis dan mekanis, terlepas dari pemikiran dan keasadaran, namun sewaktu-waktu pikiran
80 Yatimin Abdullah,Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,………. hlm. 81
81
Zahruddin AR, dkk, Pengantar Studi Akhlak………., hlm. 95
dan kesadaran bisa difungsikan lagi untuk memberikan pengarahan baru bagi pembentukan kebiasaan baru.83
c. Lingkungan
Lingkungan adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan manusia yang dapat berwujud benda-benda seperti air, udara, bumi, langit, dan matahari. Berbentuk selain benda seperti pribadi, kelompok, institusi, undang-undang, dan adat kebiasaan. Lingkungan dapat memainkan peranan dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan, sehingga manusia dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya dan sebaliknya juga dapat merupakan penghambat yang menyekat perkembangan, sehingga seseorang tidak dapat mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi.84
Lingkungan dapat juga suatu yang melingkupi tubuh manusia yang hidup yaitu meliputi tanah dan udara. Sedangkan lingkungan manusia yaitu apa yang mengelilinginya seperti gunung, lautan, udara, negeri, perkampungan, dan masyarakat sekitarnya.85
Lingkungan ada dua jenis, yaitu: 1) Lingkungan alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam ini dapat mematahkan dan mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Jika kondisi alamnya jelek, maka hal itu merupakan penghalang dalam
83 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an ……….,, hlm. 88
84
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 55
mematangkan bakat seseorang, sehingga hanya mampu berbuat menurut kondisi yang ada. Sebaliknya jika kondisi alam itu baik, kemungkinan seseorang akan dapat berbuat lebih mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya sejak lahir dapat turut menentukan. Dengan kata lain, kondisi alam ini ikut mencetak akhlak manusia yang dipangkunya.86
Sebagai contoh, masyarakat yang hidup di gunung dan hutan, mereka hidup sebagai seorang pemburu dan petani yang berpindah-pindah, sedang tingkat kehidupan ekonomi dan kebudayaannya terbelakang dibandingkan dengan mereka yang hidup di kota. Adapun orang-orang yang tinggal di daerah pantai, dipengaruhi oleh kondisi yang mencetak budaya mereka sebagai nelayan dan tingkah laku mereka selalu berafiliasi ke laut. Itulah lingkungan alam yang bisa membentuk kepribadian manusia sesuai dengan lingkungan alamnya.
2) Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku.
Lingkungan pergaulan dapat dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
a) Lingkungan dalam rumah tangga: akhlak orang tua di rumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya.
b) Lingkungan sekolah: akhlak anak di sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru di sekolah.
c) Lingkungan pekerjaan: suasana pekerjaan selaku karyawan dalam suatu perusahaan atau pabrik dapat mempengaruhi pula perkembangan pikiran, sifat, dan kelakuan seseorang.
d) Lingkungan organisasi jama’ah: orang yang menjadi anggota suatu organisasi akan memperoleh aspirasi cita-cita yang digariskan oleh organisasi itu. Cita-cita itu mempengaruhi tindak-tanduk anggota organisasi. Hal ini bergantung pula kepada longgar dan disiplinnya organisasi.
e) Lingkungan ekonomi/perdagangan: karena masalah ekonomi adalah primer dalam hajat hidup manusia, hubungan-hubungan ekonomi turut mempengaruhi pikiran dan sifat-sifat seseorang. f) Lingkungan pergaulan bebas/umum: contohnya akibat
pergaulan seorang remaja dengan rekan-rekannya yang sudah ketagihan obat bius, maka diapun akan terlibat menjadi pecandu obat bius. Sebaliknya jika remaja itu bergaul dengan sesama remaja dalam bidang kebajikan, niscaya pikirannya, sifatnya, dan tingkah lakunya akan terbawa kepada kebaikan.87
87
Lihat Zahruddin AR, dkk, Pengantar Studi Akhlak,hlm.101 dan Yatimin Abdulloh, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an ……….., hlm. 89-91
B. Deskripsi Singkat Surat Yusuf