• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

A. Penyesuaian diri

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (1964: 122-128) terdapat lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, diataranya adalah sebagai berikut:

a. Kondisi fisik (physical conditions and determinants)

Seringkali kondisi fisik memiliki pengaruh kuat terhadap sebuah proses penyesuaian diri. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yang mampu mempengaruhi penyesuaian diri imdividu adalah sebagai berikut:

1) Hereditas serta kondisi fisik. Untuk mengidentifikasi pengaruh hereditas terhadap penyesuaian diri individu, biasanya digunakan pendekatan fisik. Hal ini dikarenakan hereditaas dipandang lebih dekat dan juga tak terpisahkan dari mekanisme fisik. Dari sinilah berkembang sebuah prinsip umum bahwa semakin dekat sifat, kapasitas pribadi ataupun kecenderungan yang berkaitan dengan konstruksi fisik maka akan semakin besar oula pengaruhnya terhadap penyesuaian diri. Bahkan dalam hal-hal tertentu, kecenderungan kearah maladjustment diturunkan secara genetis terkhusus melalui media temperamen. Temperamen adalah komponen utama karena berasal dari temperamenlah muncul karakteristik yang paling

mendasar dari sebuah kepribadian, terkhusus dalam konteks hubungan emosi dengan penyesuaian diri. (Schneiders, 1964: 122)

2) Sistem tubuh utama. Yang masuk kedalam sistem tubuh utama yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri yaitu sistem syaraf, otot serta kelenjar. Sistem syaraf yang berkembang secara normal serta sehat adalah syarat mutlak bagi fungsi-fungsi psikologis supaya dapat berfungsi secara maksimal yang pada akhirnya akan berpengaruh secara baik terhadap penyesuian diri. Dengan kata lain, fungsi yang baik dari sisitem syaraf adalah kondisi umum yang sangat diperlukan bagi penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya penyimpangan dalam sistem syaraf dapat berpengaruh terhadap kondisi mental individu yang memiliki penyesuaian diri kurang baik. (Schneiders, 1964: 122) 3) Kesehatan fisik individu. Penyesuaian diri individu akan lebih mudah

dilakukan serta dipelihara dalam kondisi fisik yang baik serta sehat dari pada kondisi fisik yang kurang sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat menciptakan penerimaan diri, harga diri, kepercayaan diri dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang dapat menguntungkan bagi sebuah proses penyesuaian diri. Sebaliknya kondisi fisik yang kurang sehat akan mengakibatkan perasaan kurang percaya diri, rendah diri atau bahkan menyalahkan diri sendirisehingga akan menimbulkan pengaruh buruk bagi proses penyesuaian diri. (Schneiders, 1964: 123)

b. Kepribadian (development and maturation)

Unsur-unsur kepribadian yang memiliki pengarunya terhadap penyesuaian diri adalah :

1) Kemauan serta kemampuan untuk berubah (modifiability). Kemauan dan juga kemampuan untuk dapat berubah adalah karakteristik kepribadian yang pengaruhnya sangat terlihat terhadap proses penyesuaian diri. Sebagai sebuah bentuk proses yang dinamis serta berkelanjutan, penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk sikap, perilaku, kemauan, karakteristik serta sejenis yang lainnya. Oleh karenanya akan semakin kaku serta tidak ada kemauan dan juga kemampuan untuk merespon lingkungan, semakin besar pula kemungkinan untuk mengalami kesulitan dalam proses penyesuaian diri. (Schneiders, 1964: 123)

2) Pengaturan diri sendiri (self regulation). Pengaturan diri sama pentingnya dengan penyesuaian diri dan menjaga stabilitas mental, kemampuan dalam mengatur diri dapat mencegah individu dari kedaan malasuai (maladjustmen) serta penyimpangan kepribadian. Kemampuan dalam mengatur diri dapat membantu mengarahkan kepribadian normal mencapai pengendalian diri serta realitas diri. (Schneiders, 1964: 123)

3) Realitas diri (self relization). Pengaturan kemampuan diri dapat mengimplikasikan potensi serta kemampuan kearah realisasi diri. Proses penyesuaian diri serta pencapaian hasilnya secara bertahap

memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan kepribadian. Jika perkembangan kepribadian dapat berjalan dengan normal mulai dari anak-anak hingga masa sekarang, maka di dalamnyaa tersirat potensi laten dalam manifestasi sikap, tanggungjawab, penghayatan nilai-nilai, penghargaan terhadap diri serta lingkungan, dan juga karakteristik lainnya menuju pembentukan kepribadian yang dewasa. Semua hal tersebut merupakan unsur penting yang mendasari realitas diri seseorang. (Schneiders, 1964: 124)

4) Intelegensi. Kemampuan dalam mengatur diri sesungguhnya muncul serta tergantung pada kualitas dasar lainnya yang memiliki peran penting dalam penyesuaian diri, yakni kualitas dari intelegensi seseorang. Baik buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan oleh kapasitas intelektual atau intelegensinya. Intelegensi sangatlah penting bagi perolehan prinsip, gagasan, serta tujuan yang memainkan peranan penting selama proses penyesuaian diri. Misalnya dalam segi kualitas pemikiran seseorang dapat memungkinkan orang tersebut dalam melakukan pemilihan serta pengambilan keputusan dalam konteks penyesuaian diri secara intelegensi dan juga akurat. (Schneiders, 1964: 124)

c. Faktor psikologis (psychologycal determinants)

Unsur psikologis yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu adalah:

1) Belajar, kemauan belajar menjadi unsur terpenting dalam penyesuaian diri individu karena pada umumnya respon serta sifat kepribadian yang diperlukan dalam penyesuaian diri dapat diperoleh serta dapat diserap oleh individu melalu sebuah proses yang dinamakan belajar. Oleh karena itu kemauan untuk mau belajar adalah unsur penting karena proses belajar akan terjadi serta berlangsung dengan baik dan berkelanjutan ketika individu yang bersangkutan mempunyai kemauan yang kuat untuk mau belajar. Bersama dengan kematangan, belajar akan muncul dalam bentuk kapasitas dari dalam ataupun disposisi terhadap sebuah respon. Oleh karena itu, perbedaan pola penyesuaian diri sejak dari yang normal hingga yang malasuai, sebagian besar adalah hasil perbuatan yang dipengaruhi oleh kematangan dan juga belajar. (Schneiders, 1964: 124)

2) Pengalaman. Terdapat dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap proses penyesuaian diri, yakni (1) pengalaman sehat (salutary experiences) dan (2) pengalaman traumatis (traumatic

experience). Pengalaman sehat adalah peristiwa yang dialami oleh

individu serta dirasakan sebagai suatu yang mengasyikkan, mengenakkan atau bahkan munculnya rasa ingin mengulang kembali. Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar oleh individu ketika harus menyesuaikan diri yang mana akan di transfer kepada lingkungan yang baru. Kemudian yang kedua yaitu pengalaman traumatis. Pengalaman traumatis adalah peristiwa yang dialami oleh individu

serta dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan, menyedihkan atau bisa jadi sangat menyakitkan sehingga individu sangat tidak ingin mengulangi peristiwa tersebut. (Schneiders, 1964: 125)

3) Latihan. Latihan adalah proses belajar yang diorientasikan kepada perolehan keterampilan ataupun kebiasaan. Penyesuaian diri sebagai suatu proses yang kompleks yang mencakup proses psikologis serta proses sosiologis maka memerlukan latihan yang serius supaya dapat mencapai hasil penyesuaian diri yang baik. Tak jarang individu yang sebelumnya memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang kurang atau kaku, tetapi karena dia tekun latihan pada akhirnya lambat laun menjadi bagus dalam setiap proses penyesuaian diri dengan lingkungan baru. (Schneiders, 1964: 125)

4) Determinasi diri. Berkaitan dengan penyesuaian diri karena pada dasarnya pelaku dari penyesuaian diri itu sendiri adalah individu itu sendiri. (Schneiders, 1964: 126)

d. Lingkungan (environmental conditions)

Membicarakan tentang faktor lingkungan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri sudah tentu meliputi lingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat.

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling utama bagi seorang individu. Karena di dalam keluarga pembelajaran hidup dimulai. (Schneiders, 1964: 126)

2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah menjadi kondisi yang mendukung individu untuk berkembang atau bahkan dapat menghambat proses perkembangan penyesuaian diri individu. Pada umumnya sekolah dipandang sebagai sebuah media yang sangat berguna dalam mempengaruhi kehidupan serta perkembangan intelektual, nilai-nilai, sosial, sikap, dan juga moral individu. (Schneiders, 1964: 127)

3) Lingkungan Masyarakat

Konsistensi nilai, aturan, norma, sikap, moral serta perilaku masyarakat akan dapat diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan dapat berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian diri individu. (Schneiders, 1964: 127) e. Agama dan Budaya

Agama selalu memiliki kaitan erat dengan budaya. Agama memberikan sumbangsih terhadap nilai, praktik serta keyakinan yang memberikan makna yang sangat mendalam, tujuan, dan juga kestabilan serta keseimbangan hidup. Agama secara konsisten dan berkesinambungan akan selalu mengingatkan manusia kepada Tuhannya, bukan sekedar nilai instrumental sebagaimana yang dihasilkan oleh

manusia. Selain itu, budaya juga merupakan faktor yang berpengaruh kepada kehidupan manusia. Hal ini jelas terlihat jika ditinjau dari karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu melalui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat pada umunya. Dengan demikian faktor agama dan budaya memberikan sumbangsih yang sangat berarti terhadap perkembangan penysuaian diri individu. (Schneiders, 1964: 128)

Jadi dari seluruh faktor yang telah dijelaskan diatas, faktor yang paling banyak mempengaruhi penyesuaian diri individu adalah faktor lingkungan. Hal ini dikarenakan lingkunganlah yang menjadi komponen pendukung individu selama proses penyesuaian diri dan dari dukungan lingkungan pula, proses penyesuaian diri dapat berjalan lebih cepat dan memiliki hasil yang lebih maksimal.

6. Penyesuaian Diri dalam Perspektif Islam

Dokumen terkait