• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Perilaku Menyimpang

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Pergaulan teman sebaya mampu mempengaruhi perilaku anak. Menurut Santrock (Ahmad Juntika, 2013: 47) setidaknya terdapat tiga perilaku yang dapat lahir dari kegiatan pertemanan teman sebaya, yaitu (a) melahirkan populeritas biasanya anak-anak popular yang terpilih karena sering membantu, terbuka, dan menjadi pendengar yang baik; (b) aka nada anak yang diabaikan, yaitu anak-anak sedikit menerima perhatian dari teman-teman sebaya mereka; (c) anak-anak yang ditolak, yakni anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebayanya.

Fidelis Waruwu dalam Singgih D. Gunarsa (2006:169) menyatakan pengaruh televisi terhadap perilaku anak-anak sangat nyata. Televisi mampu menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku mereka. Tayangan televisi mempengaruhi pola pikir, pola rasa dan pola tingkah laku anak-anak.

Hal senada juga disampaikan Jenny Gichara (2006:24) bahwa tayangan televisi sangat mempengaruhi perilaku anak apalagi bila orang tua tidak membatasi waktu anak menonton tv. Idealnya, anak cukup menonton televisi selama dua-tiga jam sehari, selebihnya dialihkan pada kegiatan lain. Bahan tontonan pun sebaiknya harus melewati sensor orang tua. Orang tua harus lebih peka memilih mana tontonan yang cocok untuk

19

anak dan mana yang tidak. Kata kuncinya adalah memberikan batasan waktu selama menonton televisi.

Keluarga memiliki peranan penting dalam mempengaruhi perilaku anak. Bagaimana cara orang tua dalam mendidik anak dapat berpengaruh besar pada perilaku yang ditunjukkan anak. Adapun beberapa sikap orang tua yang perlu mendapat perhatian dalam mendidik anak menurut Singgih D Gunarsa (1991:62):

1. Konsistensi dalam mendidik dan mengajar anak-anak.

Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orang tuanya pada suatu waktu, harus pula dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu lain. Harus ada konsistensi dalam hal-hal apa yang mendatangkan pujian atau hukuman pada anak. Antara ayah dan ibu harus ada kesesuaian dalam melarang atau memperbolehkan tingkah- tingkah laku tertentu pada anak. Tidak adanya konsistensi akan mengaburkan pengertian anak tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk dilakukan.

2. Sikap orangtua dalam keluarga

Bagaimana sikap ayah terhadap ibu atau sikap ibu terhadap ayah, bagaimana sikap orangtua terhadap saudara-saudaranya, pembantu rumah tangga, sopir, dan lainnya, semua ini merupakan contoh-contoh nyata yang dapat dilihat anak setiap hari. Sikap–sikap ini dapat berpengaruh perilaku anak secara tidak langsung, yaitu melalui proses

20

peniruan. Anak meniru sikap dari orang-orang yang paling dekat dengan dirinya dan yang ditemuinya setiap hari.

3. Penghayatan orang tua akan agama yang dianutnya.

Orang tua yang sungguh-sungguh menghayati kepercayaannya kepada Tuhan, akan mempengaruhi sikap dan tindakan mereka sehari- hari. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap cara-cara orang tua mengasuh, memelihara, mengajar, dan mendidik anak-anaknya. Anak yang banyak dibekali dengan ajaran-ajaran agama, hidup dalam kepercayaan dan kesetiaan kepada Tuhan, semua itu dapat menjadi dasar yang kuat untuk anak berperilaku sesuai ajaran agama.

4. Sikap konsekuen dari orang tua dalam mendisiplinkan anak.

Orangtua yang tidak menghendaki anak-anaknya untuk berbohong dan bersikap tidak jujur, harus pula ditunjukkan orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Meski ada aturan-aturan tertentu yang khusus berlaku bagi anak, tapi ada pula aturan-aturan yang berlaku bagi seluruh anggota keluarga, termasuk orang tua. Dalam hal ini orang tua perlu menjaga sikapnya. Adanya ketidak sesuaian antara apa yang diajarkan atau dituntut orangtua terhadap anaknya, dengan apa yang dilihat anak sendiri dari kehidupan orang tuanya, dapat menimbulkan konflik dalam diri anak dan anak dapat menggunakan hal tersebut sebagai alasan untuk tidak melakukan apa yang diajarkan orang tuanya.

21

Menurut Santrock (2007:135) selain peranan orang tua, sekolah dapat mempengaruhi perilaku anak yaitu melalui:

1. Kurikulum Tersembunyi

John Dewey (1933) (Santrock, 2007:135) menyadari bahwa meskipun sekolah tidak memiliki program spesifik mengenai pendidikan moral, mereka tetap menyediakan pendidikan moral

melalui “kurikulum tersembunyi”. Kurikulum tersembunyi ini berupa

atmosfer moral yang diciptakan oleh peraturan sekolah, peraturan kelas, yang orientasi moralnya berasal dari guru, administrasi sekolah dan juga materi teks pelajaran.

2. Pendidikan Karakter

Lawrence Walker (Santrock, 2007:136) berpendapat bahwa sangat penting bagi pendidikan karakter untuk terlibat lebih dalam daripada sekedar membuat daftar kebajikan moral untuk dipajang di kelas. Walker juga mendukung agar anak diperkenalkan kepada contoh moral yang patut untuk ditiru dan mendorong anak berpartisipasi dalam pengabdian masyarakat. Pendekatan pendidikan karakter mencerminkan domain kepribadian dari perkembangan moral.

3. Pendidikan Moral Kognitif

Pendidikan moral kognitif adalah sebuah konsep yang didasari dari kepercayaan bahwa anak harus belajar menghargai hal-hal seperti demokrasi dan keadilan seiring dengan perkembangan moral mereka.

22

Menurut Abu Darwis (2006: 36) perilaku menyimpang yang dialami oleh umur 7-12 tahun adalah antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Pengalaman-pengalaman anak yang buruk selama ia dibesarkan oleh orang tuanya.

b. Tidak diterima oleh kelompok sebaya.

c. Kurang pengalaman tentang cara-cara memasuki lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh interaksi dengan teman sebaya, media massa seperti televisi, peranan orang tua dalam mendidik anak serta pihak sekolah yang terkait langsung pada perilaku peserta didik yang ditunjukkan di sekolah. Sekolah mampu menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku peserta didik melalui kurikulum tersembuyi, pendidikan karakter, dan pendidikan moral kognitif.

Sedangkan perilaku menyimpang dapat dipengaruhi oleh pengalaman buruk yang dialami anak, tidak diterima teman sebaya dan kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Dokumen terkait