• Tidak ada hasil yang ditemukan

lingkungan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan adanya kawasan wisata gunung bunder diantaranya adalah dampak secara ekonomi dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru dan peningkatan pendapatan. Dampak sosial yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan peningkatan kesadaran untuk menjaga lingkungan sedangkan dampak lingkungan yang dirasakan dapat berupa banyaknya sampah yang ditimbulkan dari adanya aktivitas wisata di Gunung Bunder.

6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Gunung Bunder

Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki daya tarik berupa keindahan alam dan udara yang sejuk. Daya tarik tersebut membuat wisatawan rela untuk melakukan kegiatan wisata menuju tempat ini. Dengan adanya motivasi serta tujuan untuk mencapai kawasan wisata ini tentunya pengunjung akan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan keinginan untuk menikmati nuansa alam di kawasan wisata. Daya tarik tersebut menunjukkan bahwa kawasan gunung bunder memiliki manfaat bagi keberlangsungan wisata. Manfaat yang ditimbulkan dapat dilihat dari seberapa besar nilai ekonomi yang dihasilkan oleh kawasan tersebut. Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata penting untuk diketahui hal tersebut dapat dilihat berdasarkan fungsi permintaan wisata yang didapatkan.

Fungsi permintaan untuk kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder dilakukan dengan pendekatan menggunakan teknik ekonometrik yaitu regresi linier berganda. Fungsi permintaan yang dibentuk terdiri dari 6 variabel bebas

(independent variable) yang diduga mempengaruhi variable terikat (dependent variable) dimana variable terikat dalam fungsi permintaan adalah jumlah kunjungan wisatawan. variabel bebas (independent variable) terdiri dari biaya total, pendapatan, umur, jarak, tingkat pendidikan dan lama mengetahui obyek wisata. Berikut ini merupakan model persamaan fungsi permintaan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder :

Y = 0.540 – 1.055 X1 – 6.895 X2 + 0.42 X3 – 0.12 X4 – 0.46 X5 + 0.340 X6 Keterangan:

Y = Jumlah kali kunjungan wisatawan (per tahun) X1 = Biaya Perjalanan (Rp)

X2 = Pendapatan (Rp) X3 = Umur (tahun) X4 = Jarak (km)

X5 = Tingkat pendidikan formal (tahun) X6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun)

Hasil output analisis regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat pada Tabel 9 dan Lampiran 1.

Tabel 9 Fungsi permintaan wisata Gunung Bunder

Variabel Koefisien P value VIF

Constant 899999 0.559

X1 (Biaya perjalanan) -1.055E-7 0.986 1.371

X2 (Pendapatan total) -6.895E-9 0.836 1.365

X3 (Umur) 0.042 0.026b 1.340

X4 (Jarak) -0.12 0.052 b 1.357

X5 (Tingkat pendidikan) -0.46 0.398 1.242

X6 (Lama mengetahui Obyek Wisata) 0.340 0.000a 1.073

R2 66.9%

R2 (adj) 64.2% Durbin Watson 1.805

Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013

Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variable berturut-turut pada α : 1% dan 5%

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan nilai R2 sebesar 66.9% dan R2 (adj)

sebesar 64.2% . Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder dapat dijelaskan oleh variabel- variabel bebas dalam model sebesar 64.2% dan sisanya sebesar 35.8% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square) dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan tidak adanya pelanggaran asumsi yaitu berupa yaitu uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sisaan data menyebar normal. Pengujian normalitas dapat dilihat melalui hasil analisis regresi yang telah diketahui yaitu nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata 5%) sebesar 0.097 (Lampiran 2).

2 Uji Multikolinearitas

Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang nilainya kurang dari 10 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas.

3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dapat dilihat berdasarkan nilai Durbin-Watson. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1.805 dari model yang berada dalam selang 1.65 dan 2.35 (Lampiran 5) sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Berdasarkan hasil analisis regresi beganda yang dilakukan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh secara signifikan dalam model. Adapun variabel- variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Lama Mengetahui Objek Wisata

Variabel lama mengetahui objek wisata yaitu lamanya pengunjung mengetahui kawasan wisata Gunung Bunder dalam jumlah tahun. Variabel lama mengetahui objek wisata berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 1% dengan tanda positif . Artinya apabila terjadi peningkatan lama mengetahui lokasi wisata sebesar 10 tahun, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 3.4 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu semakin lama seseorang mengetahui objek wisata maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Berdasarkan hasil wawancara rata-rata pengunjung memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi wisata.

2. Umur

Variabel umur dalam model berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 5% dengan memiliki tanda positif. Artinya apabila terjadi peningkatan umur sebesar 10 tahun maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata

Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 0.42 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang searah dengan frekuensi kunjungan. Nilai koefisen yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin dewasa umur seseorang akan meningkatkan pengalaman menuju akses ke tempat wisata. Lokasi kawasan wisata Gunung Bunder yang berada di pegunungan cukup membutuhkan waktu untuk mencapainya. Kondisi alam terbuka dan medan yang cukup menantang menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan bahwa semakin dewasa seseorang maka aktifitas yang dilakukan pun akan semakin beragam sehingga akan memberikan peluang rata-rata frekuensi kunjungan.

3. Jarak

Variabel jarak tempuh merupakan variable yang dilihat berdasarkan jarak dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi wisata dengan satuan km. Variabel jarak tempuh berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 5% dengan memiliki tanda negatif dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan jarak sebesar 10 km, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami penurunan sebesar 1.2 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal pengunjung maka akan semakin menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Berdasarkan kondisi di lapang rata-rata pengunjung berasal dari wilayah bogor yang dekat dengan lokasi wisata., sebaiknya promosi mengenai kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kunjungan pengunjung yang berasal dari wilayah luar bogor.

Dokumen terkait