• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK

PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER

PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL

GUNUNG HALIMUN SALAK

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN dengan judul “Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak” dengan sumber dana dari BOPTN-DIKTI 2013. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Rizqiyyah Yasmin K

(4)

ABSTRAK

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA.

Kawasan Wisata Gunung Bunder terletak di Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Semenjak tahun 2003 kawasan ini masuk ke dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sehingga kawasan ini termasuk ke dalam zona pemanfaatan. Pengalihan status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS diharapkan memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar maupun pengunjung. Oleh karena itu diperlukan estimasi nilai dan dampak ekonomi serta prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS untuk mengetahui besaran pengaruh keberadaan wisata terhadap masyarakat sekitar dan keberlanjutan wisata tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi wisata dan nilai ekonomi di estimasi dengan menggunakan Individual Travel Cost Method

(ITCM). Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan 3 faktor yang mempengaruhi minat wisata, antara lain (1) lama mengetahui objek wisata (2) umur dan (3) jarak. Nilai ekonomi Gunung Bunder yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu sebesar Rp 3 163 231 383. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut berupa dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan yang diukur dengan metode nilai efek pengganda. Hasil perhitungan nilai efek pengganda menunjukkan nilai keynesian income multiplier

sebesar 1.77, ratio income multiplier tipe 1 sebesar 1.91, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar 2.43. Namun dari total pengeluaran wisatawan terjadi kebocoran ekonomi (economic leakages) sebesar 53.23%. Prospek pengembangan keberlanjutan wisata diidentifikasi berdasarkan aspek fisik, sosial-ekonomi dan spasial yang menunjukkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki potensi untuk dijadikan kawasan wisata alam yang harus dijaga keberlanjutannya karena dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar.

(5)

ABSTRACT

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimation of Economic Value and Economic Impact as well as Development Prospect of Gunung Bunder after The Expansion of Gunung Halimun Salak National Park. Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA.

Gunung Bunder tourism area is located in Gunung Bunder village Pamijahan district Bogor. Since 2003 this location was included in expansion of Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) so that this area belongs to the utilization zone. The diversion status of Gunung Bunder tourism area to the National Park expected to have a benefit impact for the local community and visitors. Therefore, it was necessary to analyze economic value, economic impact and prospects of the development of the tourist area of Gunung Bunder area to determine how much the generated influences from Gunung Bunder existence for surrounding community and the tourism sustainability. Factors that affect the tourism and economic value was estimated by Individual Travel Cost Method. Based on the study, three factors that affect the interests of tourists to visit Gunung Bunder were (1) the period of tourism object determined (2) age, and (3) distance which subsequently obtained the economic value of Gunung Bunder was Rp 3 163 231 383. Economic impact generated from tourism activities could be direct, indirect and induced impacts which measured by the value of the multiplier effect where the results of this research was 1.77 for the keynesian income multiplier, 1.91 for ratio income multiplier type 1, and 2.43 for ratio income multiplier type 2. However from the total tourist expenditure have occurred the economic leakages about 53.23%. The development prospect analyzed based on the physical, socio-economic and spatial aspect which indicates that the tourist area of Gunung Bunder deserve to be a a natural tourism so the sustainability must be maintained because it could provide a positive benefit for the surrounding community.

.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK

PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER

(8)
(9)

Judul Skripsi : Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Nama : Rizqiyyah Yasmin Khoirunnisaa NIM : H44090091

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing I

Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Papa tercinta (Dr. Ir. Irzaman, M.Si) dan Mama tercinta (Ir. Linda Safanah Ayu Hamidah) serta adik-adik tersayang (Aufa dan Bilqis) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan dukungan

2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberi arahan, saran, ilmu, dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian

3. Rizal Bachtiar, S.Pi, M.Si dan Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran terkait penelitian 4. Dr. Meti Ekayani S.Hut selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat dan menginspirasi penulis dalam melakukan penelitian 5. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf

terimakasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), dan Kepala Resort Gunung Bunder II 7. Sahabat penelitian terbaik (Fernando dan Laode) terimakasih atas semangat,

kerja sama, dan keceriaannya selama ini

8. Sahabat penulis (Nita, Hastin, Susan, Rahayu, Renita, Miranty, Nadia, Charra, Febriana, Khoirunnisa, Dear, Gugat dan Romil) kalian adalah sahabat-sahabat yang sangat berharga, sahabat satu bimbingan (Nurul, Annisia, Galuh, Sandra dan Dita), serta seluruh sahabat di ESL 46

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi panduan penelitian yang bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi panduan dalam pengembangan suatu kawasan wisata.

Bogor, Februari 2014

(12)

DAFTAR ISI

2.6 Metode Biaya Perjalanan ... 11

2.7 Dampak Ekonomi Pariwisata ... 11

2.8 Persepsi ... 13

2.9 Penelitian Terdahulu ... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

IV METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 19

4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 20

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.4.1 Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung ... 21

4.4.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi ... 21

4.4.3 Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar... 23

4.4.4 Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS ... 24

4.4.5 Hipotesis Penelitian ... 25

V GAMBARAN UMUM ... 26

5.1 Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder... 26

5.2 Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata ... 26

(13)

5.2.2 Curug Cihurang ... 27

5.2.3 Kawah Ratu ... 27

5.3 Karakteristik Responden ... 28

5.3.1 Karakteristik Responden Pengunjung ... 28

5.3.1.1 Sosial Ekonomi Responden Pengunjung ... 29

5.3.1.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata 31 5.3.2 Karakteristik Responden Unit Usaha ... 32

5.3.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja ... 34

VI HASIL DAN PEMBAHASAN... 37

6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata... 37

Gunung Bunder ... 37

6.2 Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Gunung Bunder ... 40

6.3 Dampak Ekonomi ... 42

6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung ... 45

6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung ... 46

6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ... 48

6.3.4 Nilai Efek Pengganda ... 50

6.4 Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder... 51

6.4.1 Aspek Fisik ... 51

6.4.1.1 Potensi Alam ... 52

6.4.1.2 Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang ... 54

6.4.2 Aspek Sosial-Ekonomi ... 55

6.4.3 Aspek Spasial ... 58

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 61

7.1 Simpulan ... 61

7.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun 2011-2012 ... 2

2 Matriks metode analisis data ... 20

3 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun 2013 ... 29

4 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun 2013 ... 30

5 Karakteristik berwisata responden pengunjung Gunung Bunder tahun 2013 ... 31

6 Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung Gunung Bunder ... 32

7 Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun 2013 ... 33

8 Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun 2013 ... 35

9 Regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder ... 38

10 Perhitungan nilai ekonomi wisata Gunung Bunder pada tahun 2012 ... 41

11 Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dengan keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 42

12 Proporsi pengeluaran responden wisatawan dan tingkat kebocoran di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 44

13 Dampak ekonomi langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder ... 46

14 Total pengeluaran unit usaha di dalam dan di luar daerah tujuan wisata tahun 2013 ... 47

15 Dampak ekonomi tidak langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 48

16 Proporsi pengeluaran tenaga kerja di Gunung Bunder tahun 2013... 49

17 Dampak Ekonomi Lanjutan di Gunung Bunder Tahun 2013 ... 49

18 Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 50

19 Daya tarik wisata Gunung Bunder ... 52

20 Pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan Taman Nasional di Gunung Bunder ... 53

21 Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana di Gunung Bunder ... 54

22 Perubahan penghasilan responden unit usaha di Gunung Bunder ... 56

23 Perubahan penghasilan tenaga kerja semenjak penetapan kawasan Gunung Bunder menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak ... 57

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Alur Berpikir ... 18

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Hasil model regresi frekuensi kunjungan Gunung Bunder... 66

2 Uji normalitas ... 67

3 Uji F ... 67

4 Uji multikolerasi ... 68

5 Uji autokorelasi ... 68

6 Uji heteroskedastisitas ... 69

7 Jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir ... 70

8 Model hasil jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan ... 71

9 Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah) ... 72

10 Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah) ... 75

11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) ... 77

12 Pengeluaran tenaga kerja ... 77

13 Perhitungan efek pengganda ... 78

14 Dokumentasi ... 79

(16)
(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada kawasan tropis dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Keberadaan sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam adalah dengan mengembangkan potensi sumberdaya tersebut ke dalam sektor pariwisata. Potensi sumberdaya alam yang berlimpah merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap sektor pariwisata di Indonesia.

Salah satu daya tarik wisata yang dapat menjadi pilihan alternatif bagi wisatawan adalah kegiatan wisata alam. Potensi keindahan dan kekayaan alam dari suatu kawasan wisata memiliki nilai yang tinggi dalam pasar industri wisata alam. Potensi alam tersebut dapat terus terpelihara apabila kawasan wisata dapat tetap terjaga kelestarian oleh karena itu diperlukan pengelolaan wisata yang dapat menaruh perhatian besar terhadap keberlanjutan sumberdaya. Bentuk pengelolaan wisata yang dapat meminimalisir terjadinya ancaman terhadap keberadaan potensi wisata alam adalah dengan menerapkan ekowisata. Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam pengelolaan ekowisata menurut deklarasi Quebac (2002) diantaranya adalah sesuai dengan prinsip konservasi, mengikutsertakan partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan dan operasional pada kegiatan wisata agar terciptanya kesejahteraan masyarakat, dan dapat memberikan pengetahuan akan arti pentingnya konservasi kepada masyarakat sekitar maupun pengunjung (Nugroho 2011).

(18)

nama kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Pada tahun 2003 wilayah ini masuk dalam kawasan perluasan Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003.

Kawasan wisata GSE memiliki beberapa sub-kawasan objek wisata alam yakni Gunung Bunder, air terjun (curug), dan pemandian air panas. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata beragam dan lokasinya mudah dicapai. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata yang terdiri dari

camping ground, pendakian Kawah Ratu dan Curug Cihurang. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di kawasan wisata Gunung Bunder pada tahun 2011-2012 tergolong cukup besar sehingga objek wisata ini potensial untuk dikembangkan (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun 2011-2012

No Bulan Jumlah Pengunjung (orang/tahun)

2011 2012

(19)

komunikasi dengan banyak pihak terkait wisata juga memberikan nilai tambah dalam menjaga lingkungan. Dampak negatif yang mungkin terjadi dengan adanya keberadaan kawasan wisata adalah rusaknya sumber-sumber hayati ataupun tercemarnya lingkungan di sekitar kawasan wisata (Yoeti 2008).

Status pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini dikelola oleh taman nasional mempunyai fungsi untuk perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan konservasi sumberdaya alam. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian mengenai pengembangan wisata di Gunung Bunder saat ini perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengembangan yang dapat dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder. Pengembangan tersebut dapat diamati melalui pendekatan ekonomi sehingga perlu diketahui bagaimana nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder untuk mengetahui pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan bagi pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder agar tetap lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

1.2 Perumusan Masalah

Kawasan wisata Gunung Bunder sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Pada tahun 2003, kawasan wisata Gunung Bunder termasuk ke dalam kawasan perluasan TNGHS sehingga pengembangan wisata yang dilakukan harus berada pada koridor konservasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung keberlanjutan dan kelestarian sumber daya alam yang ada di lokasi wisata. Berdasarkan kondisi tersebut kawasan wisata Gunung Bunder saat ini berada dalam zona pemanfaatan yang merupakan bagian dari kawasan taman nasional dimana letak, kondisi dan potensi alamnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan parwisata alam dan jasa lingkungan.

(20)

3) Curug Cihurang. Adanya potensi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan tersebut tidak hanya diharapkan dapat terjaga kelestariannya namun juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, perhitungan manfaat ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder perlu dilakukan. Manfaat yang ditimbulkan dari adanya keberadaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat dari adanya aktivitas wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu penting bagi pengelola untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung sehingga dapat diketahui informasi mengenai karakteristik pengunjung yang dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan selanjutnya.

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana prospek pengembangan wisata dari adanya perubahan status kawasan Gunung Bunder menjadi TNGHS. Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas maka pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder ?

2. Bagaimana estimasi dari nilai ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder setelah perluasan TNGHS ?

3. Bagaimana estimasi dampak ekonomi yang timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar ? 4. Bagaimana prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca

perluasan TNGHS ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder.

(21)

3. Mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata Gunung Bunder bagi masyarakat sekitar.

4. Menilai prospek pengembangan wisata di Gunung Bunder.

1.4 Ruang Lingkup

(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional

Definisi taman nasional menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,dan rekreasi alam. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya menyatakan bahwa taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman flora dan fauna dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari. Kegiatan yang diperbolehkan untuk dilakukan di kawasan taman nasional diantaranya adalah penelitian, pendidikan, kegiatan yang dapat menunjang budi daya, budaya, dan wisata alam sedangkan semua kegiatan yang akan berdampak negatif terhadap fungsi ekosistem taman nasional tidak diperbolehkan untuk dilakukan yaitu seperti mengubah bentang alam kawasan secara permanen, atau yang akan mengakibatkan satwa terancam punah

Kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang terdiri atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lain menurut keperluan. Fasilitas wisata dapat dibangun di zona pemanfaatan intensif, sesuai dengan rencana pengelolaan dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan. Terkait kegiatan pariwisata dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat.

(23)

1. Zona inti, merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi.

2. Zona rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.

3. Zona pemanfaatan, adalah bagian dari taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.

4. Zona lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus.

Penentuan tata batas zonasi taman nasional tidak hanya dilakukan oleh pihak balai taman nasional saja tetapi melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Masyarakat dan Mitra Kerja. Begitu pula dalam hal pengelolaan pihak balai taman nasional memiliki wewenang penuh dalam mengelola kawasan taman nasional tetapi dalam hal kebijakan yang menyangkut kawasan juga turut melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti yang disebutkan diatas.

2.2 Konservasi

(24)

Kawasan konservasi dibagi menjadi kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa sedangkan kawasan pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam sedangkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan tidak digunakan istilah kawasan konservasi, tetapi hutan konservasi yang terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan taman buru.

2.3 Pariwisata

Definisi pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya)

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.

(25)

Suwantoro (2004) mendefinisikan bahwa pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Pengertian pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah tetapi bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya.

2.4 Ekowisata

Ekowisata secara konseptual merupakan konsep pengembangan dan penyelengaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan serta berintikan partisipatif aktif masyarakat dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran berdampak negatif minimum terhadap lingkungan, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan daerah dan diberlakukan pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya (Sekartjakrarini 2004)

Yoeti (2008) menyatakan bahwa ekowisata berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata sehingga ekowisata dapat dipandang dari tiga perspektif yaitu:

1. Ekowisata sebagai produk yang merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam.

2. Ekowisata sebagai pasar yang merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan.

(26)

Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari pengembangan kawasan konservasi. Jasa ekowisata dianggap sebagai pintu masuk, sebagai suatu pendekatan ekonomi, yang menelaah dan mengkaji manfaat sumber daya alam dan lingkungan dalam kaidah-kaidah konservasi. Jasa ekowisata adalah sektor riil terdepan yang mengemas jasa lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat bagi banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (Nugroho 2011).

2.5 Permintaan Wisata

Menurut Wahab (1992) Permintaan wisata dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu seseorang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum memiliki waktu luang untuk bepergian sebagai wisatawan 2) permintaan aktual atau nyata (actual demand), yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu. Middleton (2001) dalam Vanhove (2005) merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata kedalam sembilan faktor, antara lain: faktor ekonomi, perbandingan harga, faktor demografi, faktor geografi, kondisi sosial dan budaya, mobilitas, pemerintah atau peraturan pemerintah, media komunikasi, dan teknologi informasi dan komunikasi.

(27)

2.6 Metode Biaya Perjalanan

Fauzi (2006) menyatakan bahwa metode biaya perjalanan atau travel cost method yang digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji tentang semua biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi yang diinginkan. Tujuan dasar dari travel cost method adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga dari sumber daya alam tersebut. Asumsi dasar dari travel cost method adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas misalnya rekreasi bersifat dapat dipisahkan. Terdapat dua teknik yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan travel cost method yaitu:

1. Pendekatan sederhana melalui zonasi (Zonal Travel Cost Method / ZTCM). 2. Pendekatan individualdengan menggunakan data sebagian besar dari survey

(Individual Travel Cost Method / ITCM).

Pada awal perkembangannya, penggunaan metode biaya perjalanan untuk menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan zonal, namun belakangan ini metode biaya perjalanan yang digunakan telah beralih menjadi pendekatan individual. Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei.

2.7 Dampak Ekonomi Pariwisata

(28)

ialah berubahnya nilai budaya penduduk di daerah obyek wisata itu dan ditirunya tingkah-laku wisatawan oleh penduduk (Soemarwoto 2009).

Dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam suatu bentuk kontribusi alam atau manfaat produk wisata berbasiskan alam terhadap ekonomi suatu wilayah. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk taman nasional, hotel, campground, restoran, atraksi, transportasi dan retail (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan, (4) pemerintah melalui berbagai pajak dan dan retribusi (Fretchling 1987).

Stynes et al. (2000) menjelaskan bahwa pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak lanjutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan lanjutan biasanya disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa. Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan di sektor-sektor yang mensuplai barang dan jasa kepada komponen usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung. Sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata.

(29)

pengganda uang terus sampai akhirnya 'kebocoran' dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (impor).

2.8 Persepsi

Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki pengaruh terhadap konsep diri seperti:

1. Pengetahuan: apa yang kita ketahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya. 2. Pengharapan: gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan

maumelakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa.

3. Evaluasi: kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaiman seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan kita tentang dia.

Adapun persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (1999) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Adapun alat untuk memahaminya, yaitu kesadaran kognisi. Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini komunikasi non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh dan lain sebagainya) atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada di balik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab kondisi saat ini. Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa berbeda dari persepsi pada umumnya, persepsi sosial sangat menggantungkan diri pada komunikasi. Persepsi seseorang tentang sesuatu sangat tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya.

2.9 Penelitian Terdahulu

(30)

untuk biaya transportasi. Artinya dampak ekonomi yang berasal dari tingkat pembelanjaan pengunjung masih rendah. Dampak ekonomi langsung (direct impact) yang berasal dari unit usaha berkisar 38-43 persen sedangkan dampak tidak langsung (indirect impact) yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah berkisar 0-6 persen. Dampak ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai pengganda (multiplier) yang dihasilkan di sejumlah lokasi relatif rendah, nilai keynesian income multiplier tertinggi adalah 1.96, ratio income multiplier

tipe 1 tertinggi adalah 1.65 dan ratio income multiplier tipe 2 tertinggi sebesar 2.00.

Susilowati (2009) melakukan penelitian mengenai Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan pendekatan travel cost method. Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi Tahura Ir. H. Djuanda. Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 24 926 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 3 193 579 412.

(31)

Dritasto dan Anggraeni (2013) melakukan penelitian mengenai Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai keynesian income multiplier sebesar 0.28 , nilai ratio income multiplier tipe I yang telah didapatkan sebesar 1.35, ratio income multiplier tipe IIsebesar 1.59. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha

(32)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kawasan GSE di TNGHS merupakan kawasan konservasi yang memiliki beragam kekayaan sumberdaya alam yang dapat dikembangkan sebagai objek pariwisata alam yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Penetapan kawasan GSE sebagai salah satu kawasan TNGHS tentunya akan mempengaruhi kebijakan yang dilakukan di kawasan wisata. Salah satu kawasan wisata di GSE adalah kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder tidak terlepas dari keterkaitan aktivitas wisatawan dan masyarakat sekitar lokasi wisata. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dari adanya kegiatan wisata selain itu pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS juga perlu dilakukan.

Aktivitas wisata yang dilakukan akan menunjukkan bagaimana permintaan wisata Gunung Bunder dan nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Permintaan wisata tersebut dapat diamati dengan melihat faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi permintaan wisata Gunung Bunder yang dianalisis dengan analisis regresi linear berganda sedangkan nilai ekonomi dapat diestimasi dengan metode individual travel cost method. Aktivitas wisata yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sekitar membuat keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder memberikan dampak yang positif bagi perekonomian masyarakat. Dampak ekonomi tersebut dapat diketahui dengan mengestimasi nilai dari dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung

(indirect impact) dan dampak lanjutan (induced impact). Perhitungan ketiga dampak ekonomi tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dalam perekonomian masyarakat sekitar yang dinilai melalui analisis multiplier.

(33)

dengan tujuan agar dapat mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang perlu ditingkatkan. Aspek sosial-ekonomi digunakan untuk melihat sberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata. Adapun aspek spasial, dilakukan dengan menganalisis pengelolaan yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder.

(34)

Gambar 1 Kerangka alur berpikir Keterangan: batasan penelitian

Kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor

Gunung Bunder sebagai wisata Alam yang Potensial

Analisis Multiplier Pengelolaan Kawasan Wisata Gunung

Bunder Dampak Ekonomi

Pengunjung Masyarakat Prospek

Pengembangan

Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

Pemanfaatan Pengembangan

Regresi

linear

(35)

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan GSE, Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kawasan GSE merupakan kawasan yang termasuk ke dalam perluasan TNGHS sehingga status tersebut akan mempengaruhi pengelolaan wisata saat ini. Hal ini sangat berpeluang untuk meningkatkan manfaat wisata berbasiskan prinsip pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Obyek wisata yang dijadikan lokasi penelitian di kawasan GSE adalah Kawasan Wisata Gunung Bunder.

Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2013. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder.

4.2 Jenis dan Sumber Data

(36)

4.3 Teknik Penarikan Sampel

Responden yang dijadikan penelitian adalah responden wisatawan lokal, pemilik unit usaha, dan tenaga kerja yang mendapatkan manfaat dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden wisatawan yang dipilih berdasarkan pengamatan dan observasi lapang menggunakan metode non probability sampling

yaitu dengan teknik purposive sampling. Hal ini disesuaikan untuk mengidentifikasi tipe-tipe tertentu dari sejumlah sampel dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yaitu berdasarkan keterwakilan dari unsur demografi dan sosial.Responden pengunjung yang dipilih adalah sebanyak 80 orang dengan kriteria yang dimaksud diantaranya merupakan wisatawan lokal, berusia diatas 15 tahun, dan dapat mewakili unsur demografi dan motivasi kunjungan. Unit usaha dan tenaga kerja yang dijadikan responden adalah sebanyak 30 unit usaha dan 10 orang tenaga kerja dengan kriteria dapat mewakili semua jenis unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata Gunung Bunder.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang didapatkan selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan program SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data

1 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata

Wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Analisis Regresi linear berganda

2 Mengestimasi nilai ekonomi dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata di Gunung Bunder

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

Individual Travel Cost Method (ITCM)

3 Mengestimasi dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar

Wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Keynesian income multiplier

4 Menganalisis penilaian prospek pengembangan wisata di kawasan Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS

Wawancara dengan menggunakan kuesioner.

(37)

4.4.1 Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung

Analisis karakteristik pengunjung dilakukan dengan wawancara kepada responden terkait untuk mengumpulkan data-data berupa jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah tanggungan, domisili, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan intensitas wisata pada periode waktu tertentu.

4.4.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi

Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi permintaan diestimasi dengan pendekatan biaya perjalanan atau individual travel cost method. Metode yang digunakan dalam pengelolaan data adalah metode regresi linier berganda. Adapun fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +

е………(1)

Keterangan :

Y = Jumlah kali kunjungan (kali kunjungan) X1 = Biaya perjalanan (Rp)

X2 = Pendapatan total (Rp) X3 = Umur (tahun)

X4 = Jarak (km)

X5 = Tingkat pendidikan (tahun)

X6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun)

е = error term

Dalam regresi linier berganda perlu dilakukan uji parameter untuk mengetahui mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain adalah :

1. Uji Normalitas

(38)

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Gujarati (2007), multikolinearitas merupakan hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Kolinearitas seringkali terjadi pada model yang memiliki R2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Model memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF lebih besar dari 10.

3. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang mengalami masalah heteroskedastisitas.Konsekuensi dari heteroskedastisitas salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan melakukan regresi nilai standar residual terhadap variabel bebas dalam model. Jika P-value lebih besar dari taraf nyata yang dipakai (α) maka model tersebut

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.Sebaliknya, jika P-value lebih kecil dari

taraf nyata yang dipakai (α) maka model tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error).Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW). Masalah autokorelasi umumnya terdapat pada data time series, sehingga penelitian ini tidak dilakukan uji autokolinearitas karena menggunakan data cross section (Gujarati 2007).

Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lain. Dihitung dengan rumus: BP = TR + DC + KR + LL………(2) Keterangan :

(39)

TR = Biaya transportasi (Rp/orang/hari) DC = Biaya dokumentasi (Rp)

KR = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) LL = Biaya lain-lain (Rp)

Analisis nilai ekonomi dilakukan dengan teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP dengan demikian, maka untuk mendapakan nilai ekonomi perlu diketahui nilai dari surplus konsumen. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula :

WTP ≈ Consumer Surplus ≈ �2

2�1………(3)

Dimana nilai N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi 2006).

4.4.3 Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar

Informasi yang didapat dari responden akan memberikan informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung dan ikutan (induced impact) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat local terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META 2001):

1. Keynesian local income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact).

Secara matematis dirumuskan :

Keynesian income multiplier = �+�+�

(40)

Ratio income multiplier, Tipe I = �+�

� ………..…….…(5)

Ratio income multiplier, Tipe II = �+�+�

� ……….……..(6)

Keterangan:

E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)

D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)

Identifikasi yang dilakukan terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata dapat menunjukkan produk atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola dan Pemerintah Daerah untuk pengembangan objek wisata tersebut.

4.4.4 Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS

Penetapan suatu kawasan pelestarian menjadi kawasan wisata alam baik pada Taman Nasional maupun Taman Wisata Alam akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di dalam kawasan, yakni pengembangan kegiatan harus selaras dengan tujuan pengelolaan pada taman nasional dan taman wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian terhadap prospek pengembangan kegiatan wisata di taman nasional dan taman wisata alam ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial (Adirahmanta 2005).

(41)

pengembangan penting untuk dilakukan guna memberikan gambaran kebijakan yang harus dilakukan dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder kedepannya.

4.4.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian disusun untuk mempermudah proses analisis (Juanda 2007). Hipotesis tersebut disesuaikan berdasarkan rancangan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Biaya perjalanan ke lokasi wisata dan jarak tempuh dan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder

2. Total pendapatan, tingkat pendidikan, umur dan lama mengetahui obyek wisata berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder.

(42)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder

Kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan wisata dalam ruang lingkup Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE) TNGHS (Lampiran 15). Kawasan GSE merupakan kawasan yang berada di bagian barat Kota Bogor , berupa hutan yang memiliki udara yang bersih dan sejuk serta pemandangan alam yang khas. Adapun wilayah kawasan GSE secara geografis terletak pada 106o 36’ 30” BT sampai 106o 45’ 55” BT dan 6o 31’ 0” LS sampai 6o 47’ 15” LS. Luas keseluruhan wilayah kawasan GSE adalah 168,8 km2, meliputi kecamatan Pamijahan dengan luas 80.9 km2, Kecamatan Ciampea 55.6 km2 dan Kecamatan Tamansari 33.2 km2. Batas Kawasan GSE dengan daerah sekitar adalah Desa Pamijahan sebelah utara, Desa Gunung Picung sebelah timur, Kabupaten Sukabumi sebelah selatan, dan Desa Ciasihan sebelah barat (Disbudpar 2003).

Kawasan wisata Gunung Salak Endah awalnya merupakan kawasan hutan yan berstatus hutan lindung dikenal sebagai Hutan Lindung Gunung Salak (HL-GS) yang merupakan gabungan dari lima kelompok hutan yaitu hutan Gunung Salak Utara, Gunung Salak selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Salak Kendang Kulon, dan Ciampea. Masing-masing kawasan tersebut memperoleh pengesahan tata batas pada tanggal 3 Mei 1941, 5 November 1906, 7 November 1934, 8 Juni 1916 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 92/Kpts/Um/8/1945 Tanggal 31 Agustus 1954.

Adapun Kawasan Wisata yang dijadikan tempat penelitian merupakan kawasan wisata yang dikenal dengan nama kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder sebelum dijadikan TNGHS dilakukan oleh Perum Perhutani. kawasan wisata Gunung Bunder yang dikelola oleh Perum Perhutani tersebut terdiri dari 3 objek wisata yaitu Bumi Perkemahan Gunung Bunder (camping ground), Curug Cihurang dan Kawah Ratu.

5.2 Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata

(43)

awalnya ketiga Objek wisata tersebut dikelola dan dikembangkan oleh Perum Perhutani dalam ruang lingkup kawasan wisata Gunung Bunder kemudian pengelolaan saat ini dialihkan kepada TNGHS. Gambaran umum mengenai ketiga objek wisata tersebut dijelaskan dalam keterangan berikut ini.

5.2.1 Bumi Perkemahan Gunung Bunder

Bumi Perkemahan Gunung Bunder merupakan objek wisata yang terletak pada ketinggian 830 mdpl dengan temperatur udara 18-23oC. Objek Wisata ini diresmikan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1982 dengan luas sekitar ± 30 Ha yang terletak di lereng gunung Gunung Salak. Kondisi alamnya terdiri dari hutan pinus yang awalnya merupakan hutan produksi milik Perum Perhutani.

Adapun areal ini terdapat gerbang pintu masuk dengan failitas pos tiket,

visitor centre dan kantor resort. Areal Bumi Perkemahan dibagi dalam beberapa zona dengan topografi datar dan bergelombang. Vegetasi berupa hutan homogeny

dengan jenis Pinus, Rasamala, Tepus dan Meranti. Fasilitas umum yang berada di Bumi Perkemahan terdiri dari Toilet, Musholla dan Warung Makan (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009).

5.2.2 Curug Cihurang

Curug Cihurang berada dalam areal kawasan Wisata Gunung Bunder yang merupakan Kawasan Wisata Air Terjun dengan tinggi air terjun sebesar 10 m dengan kolam air terjun seluas 10 m x 7,5 m. Areal penerimaan dengan bangunan pos jaga, pusat informasi, toilet, shelter dan mushola. Fasilitas areal parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Fasilitas lain berupa camping ground dengan topografi relatif datar dan terdapat warung makan. Akses jalan berbatu dengan lebar ± 1 m. Vegetasi berupa Pinus, Meranti, Rasamala, dan Anthurium (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009).

5.2.3 Kawah Ratu

(44)

pendakian yang cocok untuk dijadikan wisata hiking. Selain itu kawah ratu memiliki daya tarik lain yang berupa panorama alam yang indah serta terdapat areal Kawah Mati I yang berjarak sekitar 1.330 mdpl dan Kawah Mati II yang berjarak 1.335 di sebelah utara Kawah Ratu. Sarana yang terdapat di Kawah Ratu diantaranya terdapat akses jalan dengan lebar 2.5 m, warung, papan informasi dan areal terbuka dengan luas ± 0.1 Ha yang bertopografi landai.

Pengunjung yang datang rata-rata memiliki motivasi untuk mendaki dan

hiking. Setiap pengunjung dianjurkan untuk ditemani oleh Pemandu Wisata yang mana pemandu wisata (guide) tersebut merupakan tenaga kerja yang dibina oleh TNGHS yang sudah terlatih dan mengetahui kawasan Kawah Ratu. Guide tersebut merupakan tenaga kerja yang dinamakan volunteer.

5.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu diantaranya pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder, pemilik unit usaha yang ada di kawasan wisata dan tenaga kerja lokal. Hasil dari wawancara dengan responden dapat menyimpulkan karakteristik dari masing-masing kelompok responden.

5.3.1 Karakteristik Responden Pengunjung

(45)

5.3.1.1 Sosial Ekonomi Responden Pengunjung

Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder diamati dengan melihat faktor-faktor sosial ekonomi dari masing-masing responden. Hal tersebut dilakukan untuk melihat jenis karakteristik apa saja yang paling dominan dalam status sosial ekonomi pengunjung. Karakteristik responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

4 Informasi Objek wisata

Informasi dari Teman 58 72.50

Sumber: Data Primer, diolah 2013

(46)

Sebanyak 61.25% pengunjung berasal dari Bogor sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar pengunjung berasal dari daerah yang dekat dengan kawasan wisata. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar mendapatkan informasi mengenai objek wisata dari teman yaitu sebanyak 72.5% sehingga kedatangan mereka dikarenakan unsur kedekatan lokasi dan akses yang lebih cepat dijangkau. Kedatangan pengunjung dari luar daerah Bogor sebanyak 38.75 % yaitu terdiri berasal kota Depok, Jakarta, Bekasi dan Tanggerang hal tersebut dikarenakan 4 kota tersebut letaknya tidak terlalu jauh dari kota bogor sehingga kawasan wisata Gunung Bunder menjadi pilihan mereka untuk berwisata.

Tabel 4 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi lanjutan (demografi) pada tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Status Pernikahan

Perguruan Tinggi 28 35.00

Jumlah 80 100.00

3. Pekerjaan Pokok

PNS 5 6.25

Karyawan Swasta 22 27.5

Pelajar/mahasiswa 11 13.75

Wiraswasta 21 26.25

Buruh 2 2.5

Guru 5 6.25

Lainnya 14 17.5

Jumlah 80 100.00

4. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan)

< 500.000 1 1.25

Sumber : Data Primer, diolah 2013

(47)

pendapatan yang beragam dimana tingkat pendapatan paling dominan berkisar antara Rp 500 001 sampai Rp 1 500 000 yaitu sebanyak 33.75%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden pengunjung yang datang memiliki penghasilan yang cukup sehingga pengelola kawasan dapat mengembangkan penawaran wisata yang sesuai dengan standar ekonomi.

5.3.1.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata

Karakteristik berwisata responden pengunjung di kawasan wisata Gunung Bunder dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir, jumlah rombongan, jenis rombongan dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden.

Tabel 5 Karakteristik berwisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder Tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Frekuensi Kunjungan (kali/tahun)

1 – 2 64 80.00

Sumber : Data Primer, diolah 2013

(48)

dapat menampung banyak pengunjung wisata sehingga banyak yang mengajak kelompok atau temannya untuk mendatangi kawasan wisata Gunung Bunder. Jenis kendaraan yang dipergunakan oleh pengunjung mayoritas adalah kendaraan pribadi yaitu sebanyak 80% hal tersebut dikarenakan keberadaan angkutan umum yang melalui jalur Kawasan Wisata Gunung Bunder sangat terbatas adapun angkutan umum lain yang melewati kawasan tersebut merpakan angkutan umum yang disewakan sehingga pengunjung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Karakteristik motivasi pengunjung dalam berwisata dapat dibagi menjadi dua karakteristik yaitu dengan melihat motivasi kunjungan dan tujuan kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Karakteristik motivasi wisata tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Motivasi Kunjungan

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Pada umumnya pengunjung datang dengan keinginan sendiri yaitu sebesar 32.50%. Rata-rata pengunjung memiliki motivasi wisata dengan tujuan untuk melakukan rekreasi yaitu sebesar 85% hal tersebut dikarenakan umumnya pengunjung memilih kawasan wisata Gunung Bunder untuk berkumpul bersama teman, keluarga atau instansi sehingga tujuan utama mereka adalah rekreasi.

5.3.2 Karakteristik Responden Unit Usaha

(49)

Keberadaan unit usaha di kawasan wisata juga akan memudahkan transaksi pengunjung sehingga akan mendukung sektor pariwisata. Adapun unit usaha yang berada di kawasan wisata Gunung Bunder terdiri dari unit usaha kecil dimana mayoritas pemilik unit usaha adalah masyarakat asli yang tinggal di sekitar kawasan wisata. Unit usaha yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 unit usaha dengan jenis dan karakteristik yang bervariasi, karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun 2013

Sumber : Data Primer, diolah (2013)

Unit usaha di kawasan wisata Gunung Bunder umunya sudah beroperasi semenjak pengelolaan dilakukan oleh Perum Perhutani yaitu semenjak tahun 1998 saat itu nama daerah wisata Gunung Bunder adalah Wana Wisata Gunung Bunder (WWGB) sehingga rata-rata responden unit usaha mendirikan unit usaha lebih dari 9 tahun atau sebesar 40%. Jenis usaha yang memiliki presentase tertinggi adalah jenis usaha warung yaitu sebesar 65.7% hal ini dikarenakan keberadaan warung disesuaikan dengan kondisi kawasan wisata dan kebutuhan wisatawan.

Karakteristik Jumlah (unit) Persentase (%)

1. Pendiri Unit Usaha

Masyarakat Asli 30 100.00

Bukan Masyarakat Asli 0 0.00

Jumlah 80 100.00

2. Lama Mendirikan Unit Usaha

1-3 tahun 5 16.67

4-6 tahun 7 23.33

7-9 tahun 6 20.00

> 9 tahun 12 40.00

Jumlah 30 100.00

3. Jenis Unit Usaha

Warung 24 65.70

4. Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu)

2 hari 8 26.67

7 hari 22 73.33

Jumlah 30 100.00

5.Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan)

(50)

Unit usaha warung juga banyak dipilih oleh pengunjung untuk bersantai atau berkumpul dengan rombongan. Selanjutnya, jenis unit usaha umumnya beroperasi setiap hari yaitu sebanyak 73.33% dari total keseluruhan respoden unit usaha hal tersebut dikarenakan unsur kedekatan tempat tinggal dengan keberadaan unit usaha sehingga mayoritas pemilik unit usaha membuka warungnya setiap hari. Mayoritas pendapatan unit usaha rata-rata berkisar antara Rp 1 500 000 sampai dengan Rp 2 500 000 per bulannya yaitu sebanyak 43.33% dari total keseluruhan responden unit usaha.

5.3.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja

(51)

Tabel 8 Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

4. Status Kependudukan

Masyarakat asli 8 80.00

Bukan masyarakat asli 2 20.00

Jumlah 10 100.00

5. Status Pekerjaan di Bidang Pariwisata

Pekerjaan utama 10 100.00

Sumber : Data Primer, dioleh (2013)

(52)

volunteer semenjak tahun 2007 atau setelah ditetapkannya GSE menjadi TNGHS. Rata-rata pendapatan tenaga kerja berkisar antara Rp 500 000 hingga Rp 1 000 000 yaitu sebanyak 80%. Umumnya tenaga kerja bekerja sebagai volunteer

(53)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder sangat dipengaruhi oleh kegiatan wisata yang dilakukan oleh para pengunjung maupun masyarakat yang terlibat di dalamnya. Adanya kegiatan wisata di Gunung Bunder dapat menunjukkan bahwa kawasan wisata tersebut memiliki nilai ekonomi yang dipengaruhi oleh aktivitas wisatawan. Selain itu keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan adanya kawasan wisata gunung bunder diantaranya adalah dampak secara ekonomi dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru dan peningkatan pendapatan. Dampak sosial yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan peningkatan kesadaran untuk menjaga lingkungan sedangkan dampak lingkungan yang dirasakan dapat berupa banyaknya sampah yang ditimbulkan dari adanya aktivitas wisata di Gunung Bunder.

6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Gunung Bunder

Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki daya tarik berupa keindahan alam dan udara yang sejuk. Daya tarik tersebut membuat wisatawan rela untuk melakukan kegiatan wisata menuju tempat ini. Dengan adanya motivasi serta tujuan untuk mencapai kawasan wisata ini tentunya pengunjung akan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan keinginan untuk menikmati nuansa alam di kawasan wisata. Daya tarik tersebut menunjukkan bahwa kawasan gunung bunder memiliki manfaat bagi keberlangsungan wisata. Manfaat yang ditimbulkan dapat dilihat dari seberapa besar nilai ekonomi yang dihasilkan oleh kawasan tersebut. Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata penting untuk diketahui hal tersebut dapat dilihat berdasarkan fungsi permintaan wisata yang didapatkan.

(54)

(independent variable) yang diduga mempengaruhi variable terikat (dependent variable) dimana variable terikat dalam fungsi permintaan adalah jumlah kunjungan wisatawan. variabel bebas (independent variable) terdiri dari biaya total, pendapatan, umur, jarak, tingkat pendidikan dan lama mengetahui obyek wisata. Berikut ini merupakan model persamaan fungsi permintaan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder :

Y = 0.540 – 1.055 X1 – 6.895 X2 + 0.42 X3 – 0.12 X4 – 0.46 X5 + 0.340 X6 Keterangan:

Y = Jumlah kali kunjungan wisatawan (per tahun) X1 = Biaya Perjalanan (Rp)

X2 = Pendapatan (Rp) X3 = Umur (tahun) X4 = Jarak (km)

X5 = Tingkat pendidikan formal (tahun) X6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun)

Hasil output analisis regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat pada Tabel 9 dan Lampiran 1.

Tabel 9 Fungsi permintaan wisata Gunung Bunder

Variabel Koefisien P value VIF

Constant 899999 0.559

X1 (Biaya perjalanan) -1.055E-7 0.986 1.371

Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013

Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variable berturut-turut pada α : 1% dan 5%

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan nilai R2 sebesar 66.9% dan R2 (adj)

sebesar 64.2% . Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 64.2% dan sisanya sebesar 35.8% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model.

(55)

1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sisaan data menyebar normal. Pengujian normalitas dapat dilihat melalui hasil analisis regresi yang telah diketahui yaitu nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata 5%) sebesar 0.097 (Lampiran 2).

2 Uji Multikolinearitas

Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang nilainya kurang dari 10 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas.

3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dapat dilihat berdasarkan nilai Durbin-Watson. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1.805 dari model yang berada dalam selang 1.65 dan 2.35 (Lampiran 5) sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Berdasarkan hasil analisis regresi beganda yang dilakukan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh secara signifikan dalam model. Adapun variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Lama Mengetahui Objek Wisata

Variabel lama mengetahui objek wisata yaitu lamanya pengunjung mengetahui kawasan wisata Gunung Bunder dalam jumlah tahun. Variabel lama mengetahui objek wisata berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 1% dengan tanda positif . Artinya apabila terjadi peningkatan lama mengetahui lokasi wisata sebesar 10 tahun, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 3.4 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu semakin lama seseorang mengetahui objek wisata maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Berdasarkan hasil wawancara rata-rata pengunjung memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi wisata.

2. Umur

(56)

Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 0.42 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang searah dengan frekuensi kunjungan. Nilai koefisen yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin dewasa umur seseorang akan meningkatkan pengalaman menuju akses ke tempat wisata. Lokasi kawasan wisata Gunung Bunder yang berada di pegunungan cukup membutuhkan waktu untuk mencapainya. Kondisi alam terbuka dan medan yang cukup menantang menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan bahwa semakin dewasa seseorang maka aktifitas yang dilakukan pun akan semakin beragam sehingga akan memberikan peluang rata-rata frekuensi kunjungan.

3. Jarak

Variabel jarak tempuh merupakan variable yang dilihat berdasarkan jarak dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi wisata dengan satuan km. Variabel jarak tempuh berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 5% dengan memiliki tanda negatif dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan jarak sebesar 10 km, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami penurunan sebesar 1.2 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal pengunjung maka akan semakin menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Berdasarkan kondisi di lapang rata-rata pengunjung berasal dari wilayah bogor yang dekat dengan lokasi wisata., sebaiknya promosi mengenai kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kunjungan pengunjung yang berasal dari wilayah luar bogor.

6.2 Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Gunung Bunder

(57)

travel cost method. Nilai ekonomi dapat diestimasi dengan menentukkan surplus konsumen terlebih dahulu yaitu dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden dalam satu tahun terakhir kemudian dibagi dengan dua dikalikan koefsien biaya perjalanan. Jumlah kunjungan responden gunung bunder adalah sebanyak 173 kali kunjungan (Lampiran 7). Koefisien biaya perjalanan akan lebih akurat maka dengan melakukan analisis regresi antara jumlah kunjungan dan biaya perjalanan. Berdasarkan analisis regresi didapatkan nilai sebagai berikut :

Y = 2.57 – 0.0000094 X1 Keterangan :

Y = Jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Gunung Bunder satu tahun terakhir (kali kunjungan)

X1 = Biaya perjalanan individu ke kawasan wsiata Gunung Bunder (Rp)

Koefisien biaya perjalanan menunjukkan nilai dari surplus konsumen, kemudian untuk mendapatkan nilai ekonomi maka nilai surplus konsumen tersebut dikalikan dengan jumlah kunjungan pengunjung gunung bunder pada tahun 2012. Perhitungan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Perhitungan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder

Keterangan Nilai Satuan

Jumlah responden (a) 80 Orang

Jumlah kunjungan responden (b) 173 Kali/Tahun

Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) 27 500 Kali/Tahun

Koefisien biaya perjalanan (d) 0.0000094 Satuan

Surplus konsumen (e) = b2/2d 1 591 968 085 Rupiah

Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b 115 027 Rupiah

Nilai ekonomi (g) = f x c 3 163 231 383 Rupiah

Sumber : Data primer, diolah (2013)

(58)

unsur-unsur keberlanjutan sesuai dengan prinsip ekowisata dan konservasi mengingat saat ini kawasan wisata Gunung Bunder telah masuk ke dalam kawasan TNGHS.

6.3 Dampak Ekonomi

Keberadaan suatu kawasan wisata dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Salah satu dampak yang timbul dari adanya aktivitas wisata adalah dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat. Vanhove (2005) mengklasifikasikan 3 jenis dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata terhadap masyarakat yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induce impact). Semenjak kawasan Wisata Gunung Bunder ditetapkan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak,masyarakat merasakan dampak ekonomi yang positif terhadap masyarakat sekitar yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar untuk menjadi volunteer. Lapangan pekerjaan tersebut saat ini menyerap beberapa masyarakat sekitar yang bersedia terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder. Jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dengan adanya kawasan ini dapat diketahui berdasarkan table 10 berikut ini,

Tabel 11 Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dengan keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder

Jenis Tenaga Kerja Total Tenaga Kerja

Unit Usaha 0

Volunteer 12

Volunteer dan Pemandu Wisata 4

Volunteer dan Sewa alat berkemah 1

Parkir 2

Total 19

Sumber : Data Primer, dioleh (2013)

Kondisi penyerapan tenaga kerja semenjak ditetapkannya kawasan wisata Gunung Bunder menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak berasal saat ini banyak menyerap tenaga kerja untuk menjadi volunteer. Umumnya tenaga kerja

Gambar

Gambar 1 Kerangka alur berpikir
Tabel 3 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor
Tabel 4 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor
Tabel 5 Karakteristik berwisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung
+7

Referensi

Dokumen terkait

berfungsi mendetektsi jika ada sampah yang masuk dan mengukur ketinggian sampah, rangkaian speker akan mengeluarkan suara ucapan terima kasih jika sensor

Sub Divisi Perencanaan &amp; Anggaran Divisi SDM Divisi Pemasaran Perbankan Sub Divisi Klaim Marine/Aviation Divisi Teknologi Informasi Sub Divisi Hubungan Kerja

II, dan III untuk peserta yang menggunakan sistem kredit semester (SKS) dan dapat menyelesaikan program kurang dari tiga tahun. Nilai S/M yang dikirimkan ke Panitia UN

Pembangunan Jaringan Pipa Air Minum Desa Mulya Abadi Kecamatan Muara Belido. ( HPS =

Fungsi inilah yang membuat pers memiliki kekuatan besar dalam kehidupan masyarakat pers (media cetak) membentuk opini publik, mempengaruhi sikap dan tingkah laku masyarakat

16 dengan konsentrasi merkuri di setiap titik pengambilan sampel, terlihat bahwa tingkat pencemaran merkuri pada titik pengambilan sampel III dan V relatif meningkat seiring

3. Peneliti memberikan tes karakteristik kemampuan berpikir lntuitif kepada siswa gaya tipe juding. Peneliti memberi kesempatan kepada subjek untuk menyelesaikan lembar