• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Setiap individu pada dasarnya memiliki persepsinya masing-masing terhadap suatu kejadian. Persepsi seseorang terhadap suatu obyek tergantung pada suatu kerangka, ruang, dan waktu (Hilgard, 1985 dalam Kasidi 2007: 36). Dengan demikian persepsi setiap individu sangat tergantung dengan keadaan atau kondisi.

Perbedaan persepsi tiap orang disebabkan oleh berbagai faktor. Kreitner dan Kinicki dalam Pinasti (2007:324) menyatakan bahwa perbedaan interprestasi disebabkan oleh perbedaan informasi dalam

penerapan kategori kognitif terkini, serta perbedaan individual. Sedangkan Ikhsan dan Ishak (2008: 59) menyatakan bahwa perbedaan persepsi antara orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama sekali disebabkan kecenderungan perbedaan.

Kiryanto dkk. (2001: 203), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor perhatian dari luar yang meliputi intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan, dan hal-hal baru berikut ketidakasingan, dan faktor-faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain proses belajar, motivasi, dan kepribadian.

Robbins (2002: 46), menjelaskan ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu :

1. Orang yang mempersepsikan (pemersepsi) sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.

2. Karakteristik objek atau sasaran yang diamati juga dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi maka latar belakang sasaran dapat mempengaruhi persepsi.

3. Konteks dimana persepsi dibuat juga dapat mempengaruhi persepsi seperti waktu, lokasi, cahaya, panas atau sejumlah faktor-faktor situasional lainnya dimana objek atau peristiwa diamati.

Pengusaha kecil dan menengah juga memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu hal yang sama dalam hal ini adalah informasi akuntansi. Kiryanto dkk. (2001: 209) mengungkapkan bahwa proses belajar, motivasi, dan kepribadian secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi keuangan. Senada dengan penelitian Kiryanto dkk. (2001), hasil penelitian Wulandari (2008) melalui analisis Konkordans Kendall diketahui bahwa variabel proses belajar, motivasi dan kepribadian berpengaruh secara simultan terhadap persepsi manajer atas informasi keuangan, sedangkan dengan analisis Rank Sperman

diketahui bahwa secara parsial hanya variabel kepribadian yang mempunyai pengaruh dengan persepsi manajer atas informasi akuntansi.

Pinasti (2007: 330) menyatakan bahwa pengalaman dalam informasi akuntansi yang diukur dari penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa penyelenggaraan informasi akuntansi adalah pencatatan kegiatan-kegiatan usaha/transaksi kedalam catatan-catatan akuntansi, sedangkan penggunaan informasi akuntansi adalah pemanfaatan informasi-informasi akuntansi yang berasal dari catatan-catatan akuntansi dalam pengambilan keputusan bisnis. Selanjutnya dalam penelitiannnya dijelaskan, terdapat tiga persepsi atas informasi akuntansi yang diukur (2007: 326), yaitu:

1. Persepsi terhadap manfaat informasi akuntansi, merupakan persepsi pengusaha kecil mengenai manfaat yang akan diperoleh dari informasi akuntansi dalam pengelolaan usaha.

2. Persepsi terhadap perbandingan biaya dan manfaat informasi akuntansi, merupakan persepsi pengusaha kecil mengenai perbandingan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh dalam menyelenggarakan informasi akuntansi.

3. Persepsi terhadap kesediaan menyelenggarakan informasi akuntansi merupakan persepsi pengusaha kecil mengenai kesediaannya untuk menyelenggarakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya.

Pamungkas (2008: 18) menyatakan bahwa pada koperasi di Kabupaten Grobogan dalam pengelolaanya belum memanfaatkan informasi akuntansi secara optimal, hal itu dipengaruhi antara lain tingkat pendidikan dan pengalaman manajer koperasi yang berbeda, yang pada akhirnya akan mempengaruhi persepsi manajer koperasi tentang informasi akuntansi.

Pinasti menyatakan, berdasarkan temuan-temuan terdahulu menunjukkan bahwa pengusaha kecil mempunyai persepsi negatif atas nilai informasi akuntansi, persepsi tersebut muncul bebarengan dengan ketiadaan penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi (2007: 325). Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya penyiapan/penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah ditentukan oleh persepsi pengusaha (manajer) atas informasi akuntansi itu sendiri. Beberapa penelitian telah mengungkapkan

faktor-faktor yang mempengaruhi penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil dan menengah yang berarti bahwa hal tersebut juga dapat berpengaruh pada persepsi pengusaha (manajer) atas informasi akuntansi.

Penelitian Holmes dan Nicholls (1988) mengungkapkan bahwa ukuran usaha, lamanya perusahaan beroperasi pada manajemen yang sudah ada, sektor industri, dan pendidikan pemilik/manajer berpengaruh terhadap jumlah dan sifat informasi akuntansi yang diolah perusahaan kecil di Australia.

Penelitian Solovida (2003: 70) mengungkapkan bahwa skala usaha, masa memimpin perusahaan, umur perusahaan, pendidikan formal pemilik, sektor industri, pelatihan akuntansi, serta budaya organisasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil dan menengah di Jawa Tengah. Namun secara sendiri-sendiri skala usaha dan sektor industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi.

Penelitian Fitriyah (2006: 85), mengungkapkan bahwa pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi pada industri menengah di Kabupaten Sidoharjo, sedangkan ketidakpastian lingkungan hanya memoderasi pengaruh pengalaman usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

Penelitian Ismail dan King (2007: 14) menunjukkan bahwa faktor utama yang mempenagaruhi penerapan sistem informasi akuntansi adalah pengalaman, pengetahuan akuntansi pemilik/manajer, komitmen pemilik/manajer, keahlian eksternal, dan keahlian internal. Ukuran usaha yang diukur berdasarkan jumlah karyawan juga memperlihatkan pengaruh dengan penerapaan sistem informasi akuntansi pada perusahaan manuaktur kecil dan menengah di Malaysia.

Penelitian Astuti (2007: 40) menunjukkan bahwa skala usaha, masa memimpin, pendidikan manajer/pemilik, pelatihan akuntansi, dan umur perusahaan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi perusahaan kecil dan menengah di Kabupaten Kudus. Sedangkan secara parsial hanya skala usaha, masa memimpin, dan pelatihan akuntansi yang berpengaruh positif terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi perusahaan kecil dan menengah di Kabupaten Kudus.

Berdasarkan berbagai pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kaitannya dengan pemanfaatan informasi akuntansi, maka persepsi seseorang akan berbeda-beda walaupun yang dipersepsikan sama. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing individu, karakteristik target yang dipersepsikan, dan juga faktor lingkungan yang melingkupinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pengusaha kecil dan menengah atas informasi akuntansi yang diguankan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam diri

pengusaha kecil dan menengah. Skala usaha dan umur perusahaan merupakan faktor yang berasal dari luar, sedangkan pengetahuan akuntansi dan pengalaman dalam informasi akuntansi merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pengusaha kecil dan menengah.

2.3.3.1 Skala Usaha

Skala usaha merupakan ukuran dari perusahaan yang dapat diukur melalui jumlah modal kerja , jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, besarnya investasi, dll. Dalam penelitian ini skala usaha diukur berdasarkan jumlah karyawan. Seiring dengan perkembangan perusahaan selalu diharapkan oleh pemiliknya yang berakibat pada skala perusahaan. Semakin besar skala usaha maka aktivitas perusahaan semakin banyak, hal ini ditandai dengan jumlah karyawan yang semakin banyak pula. Sehingga semakin besar skala usaha maka akan dibutuhkan semakin banyak informasi untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil perusahaan dimasa yang akan datang. Salah satu informasi yang dibutuhkan perusahaan tersebut adalah informasi akuntansi.

Hasil penelitian Holmes dan Nicholls (1988) menunjukkan bahwa jumlah informasi akuntansi yang digunakan tergantung pada ukuran usaha yang dikategorikan menurut jumlah karyawannya. Hasil penelitian Fitriyah (2006: 70) menunjukkan bahwa skala usaha yang diukur berdasarkan jumlah karyawan berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi pada industri menengah di Kabupaten Sidoharjo. Hasil penelitian Ismail dan King (2007: 12) menunjukkan skala usaha yang diukur berdasarkan jumlah

karyawan memiliki pengaruh terhadap penerapan sistem informasi akuntansi pada perusahaan manufaktur kecil dan menengah di Malaysia. Hasil penelitian Astuti (2007: 40) menunjukkan skala usaha yang diukur berdasarkan jumlah karyawan berpengaruh positif terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi perusahaan kecil dan menengah di Kabupaten Kudus.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi dapat dipengaruhi oleh skala usaha. Hal tersebut dapat berarti bahwa persepsi pengusaha (manajer) atas informasi akuntansi dipengaruhi oleh skala usaha, karena pengusaha (manajer) sebagai penentu yang memutuskan akan menyiapkan dan menggunakan informasi akuntansi dalam usahanya atau tidak. Penelitian yang tidak berhasil mengungkapakan pengaruh skala usaha terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi adalah penelitian Solovida (2003).

Penelitian ini dilakukan pada pengusaha kecil dan menengah, sehingga jumlah karyawan yang akan mengukur variabel skala usaha dibatasi. Berdasarkan pengelompokan usaha yang dilakukan BPS (1988) dalam Suryana (2006: 119), maka kisaran jumlah karyawan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berkisar dari 1 hingga 99 karyawan.

2.3.3.2 Umur Perusahaan

Umur perusahaan merupakan lamanya suatu perusahaan telah berdiri dan menjalankan operasi usahanya yang dapat dinyatakan dalam tahun. Perusahaan yang telah lama berdiri mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan perusahaan maka aktivitas perusahaan akan semakin meningkat, sehingga semakin dibutuhkan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis. Oleh karena itu, perusahaan yang telah lama berdiri seharusnya memiliki informasi akuntansi lebih banyak dibandingkan perusahaan yang baru berdiri. Holmes dan Nicholls (1988) memperlihatkan bahwa penyediaan informasi akuntansi dipengaruhi oleh umur perusahaan, yaitu semakin muda umur perusahaan terdapat kecenderungan menyatakan informasi akuntansi secara ekstensif untuk membuat keputusan dibandingkan dengan perusahaan yang lebih tua umurnya.

Hasil penelitian Holmes dan Nicholls (1988) tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Solovida (2003: 59) yang menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil dan menengah di Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi dapat dipengaruhi oleh umur perusahaan. Hal tersebut juga dapat berarti bahwa persepsi pengusaha (manajer) atas informasi akuntansi dipengaruhi oleh umur perusahaan, karena pengusaha (manajer) sebagai pembuat keputusan. Penelitian yang

tidak berhasil mengungkapkan pengaruh umur perusahaan terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi adalah penelitian Astuti (2007).

2.3.3.3 Pengetahuan Akuntansi

Pengetahuan akuntansi merupakan pengetahuan keakuntansian yang dimiliki pengusaha kecil dan menengah. Menurut Jusup (2003: 5) akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Proses belajar mengenai akuntansi akan meningkatkan pengetahuan akuntansi pengusaha (manajer), sehingga pemahaman pengusaha (manajer) untuk menerapkan informasi akuntansi juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian Kiryanto dkk. (2001: 206) menunjukkan bahwa proses belajar berpengaruh terhadap persepsi manajer perusahan kecil atas informasi keuangan.

Ismail dan King (2007: 4), dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan dengan pemilik/manajer yang mempunyai tingkat pengetahuan akuntansi yang tinggi akan memiliki tingkat persetujuan yang tinggi pula terhadap penerapan sistem informasi akuntansi dibandingkan dengan pemilik/manajer yang memiliki tingkat pengetahuan akuntansi yang rendah.

Pengusaha (manajer) UKM yang memiliki pengetahuan akuntansi akan memahami pentingnya keberadaan informasi akuntansi dalam usahanya. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pengetahuan akuntansi yang dimiliki pengusaha (manajer) maka akan semakin positif persepsi

mereka terhadap nilai informasi akuntansi. Hasil penelitian Fitriyah (2006) menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi pada industri menengah di Kabupaten Sidoharjo.

Pengetahuan akuntansi dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah (2006: 18) diukur melalui dua indikator yaitu pengetahuan deklaratif yang merupakan pengetahuan tentang fakta-fakta dan berdasarkan konsep seperti kas merupakan bagian dari harta lancar, dan pengetahuan prosedural yang merupakan pengetahuan yang konsisten dengan aturan-aturan. Penelitian ini akan mengukur pengetahuan akuntansi berdasarkan pengetahuan deklaratif mengenai akuntansi dasar saja. Hal ini didasarkan pada karakteristik dari responden penelitian yang kebanyakan menempuh pendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana ditingkat SMA baru dikenalkan mengenai akuntansi dasar.

2.3.3.4 Pengalaman Dalam Informasi Akuntansi

Pengalaman dalam informasi akuntansi merupakan suatu pembelajaran yang diperoleh pengusaha dalam menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi pada saat menjalankan usahanya. Penyelenggaraan informasi akuntansi adalah pencatatan kegiatan-kegiatan usaha/transaksi kedalam catatan-catatan akuntansi, sedangkan penggunaan informasi akuntansi adalah pemanfaatan informasi-informasi akuntansi yang berasal dari catatan-catatan akuntansi untuk pengambilan keputusan bisnis.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah memiliki persepsi negatif atas nilai dari informasi akuntansi. Menurut Pinasti (2007: 325), persepsi negatif dari pengusaha kecil atas nilai informasi akuntansi didasari oleh gambaran yang bukan berasal dari pengalaman pengusaha kecil dalam menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi. Dengan kata lain pengalaman penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi dapat mengubah persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi.

Pengalaman pengusaha kecil dan menengah dalam menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi pada usahanya memberikan gambaran bahwa pengusaha tersebut telah merasakankan manfaat dari informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya. Sehingga mereka memiliki persepsi positif atas informasi akuntansi. Sedangkan, pengusaha kecil dan menengah yang tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam usahanya memberikan gambaran bahwa mereka tidak memiliki pengalaman menggunakan informasi akuntansi dalam usahanya sehingga mereka tidak merasakan maanfaat dari informasi akuntansi. Oleh karena itu, para pengusaha kecil tersebut akan memiliki persepsi yang negatif terhadap informasi akuntansi.

Dokumen terkait