• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

Analisis berikutnya yang dilakukan pada penelitian ini setelah mengetahui proses pengambilan keputusan konsumen adalah dengan menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki produk bakery BReAD Unit. Preferensi konsumen terhadap suatu produk tergantung dari selara konsumen dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut sehingga konsumen menjadi suka untuk mengkonsumsi produk tersebut. Dengan analisis faktor atribut-atribut yang memberikan manfaat tersebut dianalisis dan dilihat hubungannya. Atribut- atribut tersebut akan mengelompok dan akan membentuk satu faktor baru.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen bakery BReAD Unit dinilai berdasarkan dimensi-dimensi kualitas produk. Terdapat delapan dimensi kualitas produk untuk menganalisis preferensi konsumen bakery BReAD Unit, yaitu kinerja produk (performance), keistimewaan tambahan (features), kehandalan (reliability), kesesuaian produk (conformance), daya tahan produk (durability), pelayanan (serviceability), estetika (aesthetics), kesan kualitas (perceived quality).

Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis faktor adalah melakukan pengujian korelasi antar variabel dalam faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen menggunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Metode KMO digunakan untuk melihat syarat kecukupan data untuk analisis faktor. Dengan metode KMO atribut-atribut yang memenuhi syarat akan diolah pada tahap selanjutnya. Nilai KMO dianggap layak apabila nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 0,5. Hasil pengujian korelasi yang didapat pada penelitian ini menghasilkan korelasi nilai KMO sebesar 0,837 dengan nilai signifikansi 0,00 (Lampiran 4). Nilai KMO yang dihasilkan lebih besar dari 0,5 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel-variabel tersebut sudah layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

Setelah proses korelasi dilakukan pengukuran MSA untuk menyaring variabel-variabel yang layak untuk dianalisis lebih lanjut. Syarat agar variabel-variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut harus memiliki nilai MSA lebih besar dari atau sama dengan 0,5. Jika terdapat nilai MSA kurang dari 0,5 maka variabel yang dianalisis harus dikeluarkan dari variabel lainnya yang memenuhi syarat dan dilakukan pengukuran ulang dengan tidak

mengikutsertakan veriabel yang tidak memenuhi syarat. Nilai MSA hasil dari pengolahan data dapat dilihat pada Tabel anti image matrices dengan melihat sejumlah angka yang membentuk diagonal bertanda “a” yang menandakan besarnya nilai MSA pada sebuah variabel. Hasil dari pengolahan data dari 30 variabel dalam penelitian ini menunjukkan nilai MSA lebih besar dari 0,5 dan tidak terdapat variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0,5 (Lampiran 5). Dari hasil tersebut menunjukkan tidak ada variabel yang dikeluarkan dan variabel tersebut layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

Langkah selanjutnya adalah proses ekstraksi faktor yang digunakan untuk mereduksi data dari beberapa variabel untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi antara variabel yang dianalisis. Proses ekstraksi faktor menggunakan metode Principal Components Analysis yang akan menghasilkan nilai communalities. Nilai communalities menunjukkan seberapa besar faktor yang terbentuk dapat menjelaskan varian suatu variabel (Lampiran 6).

Berdasarkan Tabel Total Variance Explained (Lampiran 7) yang ditampilkan terdapat tujuh faktor yang terbentuk. Terbentuknya faktor-faktor tersebut karena memiliki nilai eigenvalue yang lebih besar dari satu dimana faktor tersebut dapat menjelaskan variabel dengan baik. Sebaliknya jika nilai eigenvalue kurang dari satu tidak diikutsertakan dalam pembentukan faktor karena faktor tersebut tidak dapat menjelaskan variabel dengan baik. Hasil nilai eigenvalue dari masing-masing faktor pada Tabel Total Variance Explained (Lampiran 7), yaitu faktor pertama sebesar 10,488, faktor kedua sebesar 2,387, faktor ketiga sebesar 1,922, faktor keempat sebesar 1,568, faktor kelima sebesar 1,351, faktor keenam sebesar 1,198, faktor ketujuh sebesar 1,156.

Setelah melihat banyaknya faktor yang terbentuk pada Tabel Total Variance Explained langkah selanjutnya adalah melihat Tabel Component Matrix (Lampiran 8) yang menyediakan informasi variabel mana yang masuk pada faktor-faktor yang telah terbentuk. Angka yang ada merupakan besarnya loading factor yang menunjukkan korelasi antara suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Untuk memperkuat perbedaan angka loading factor tersebut

dilakukan rotasi dengan metode varimax. Metode ini akan memperjelas korelasi suatu variabel dengan faktor yang terbentuk pada besarnya angka loading factor yang dapat dilihat pada Tabel Rotated Component Matrix (Lampiran 9). Suatu variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk harus memiliki angka loading factor-nya lebih besar dari 0,5 sebagai syarat untuk masuk ke dalam faktor.

Berikut merupakan hasil analisis faktor dari variabel-variabel yang diolah dan terbentuk menjadi tujuh faktor :

Tabel 22. Hasil Analisis Faktor

Faktor yang Terbentuk Variabel Loading Factor Faktor Pertama Nuansa

1. Gambar dan tampilan kemasan 0,690 2. Tampilan, warna dan bentuk bakery 0,697

3. Kepopuleran produk 0,798

4. Adanya iklan/promosi produk bakery 0,724 5. Citra atau image yang baik 0,663

6. Nama merek bakery 0,738 Faktor Kedua

Higiene dan Komposisi

1. Teruji secara klinis dan disahkan oleh BPOM

0,727 2. Produk bakery yang aman untuk

dikonsumsi

0,829 3. Kehigienisan dan kesterilan produk

bakery

0,689 4. Kesesuaian komposisi bakery dalam

pembuatannya 0,698

5. Konsumen dapat mengganti produk bakery apabila terdapat kecacatan atau kerusakan secara gratis

0,517

Faktor Ketiga

Citarasa 1. Citarasa bakery yang disajikan 2. Kekonsistenan citarasa bakery yang 0,706 enak

0,753 3. Tidak memakai bahan pengawet dan

bahan yang berbahaya untuk kesehatan

0,689

Faktor Keempat Daya Tahan

1. Daya tahan bakery ketika ingin disimpan terlebih dahulu (tidak langsung dimakan)

0,823

2. Ketahanan bakery terhadap cahaya

dan suhu 0,803

3. Kekuatan kemasan, wadah dan tempat penyimpanan bakery

Lanjutan Tabel 22. Faktor yang Terbentuk Variabel Loading Factor Faktor Kelima

Ukuran 1. Ukuran bakery yang besar 0,727

Faktor Keenam Kebutuhan

1. Dapat menghilangkan rasa lapar 0,829 2. Sebagai camilan yang bergizi 0,665 Faktor Ketujuh

Fitur 1. Variasi jenis produk bakery 0,507 2. Tekstur yang dirasakan saat mengunyah bakery

0,593 3. Komposisi bahan yang berbeda

dengan produk lain dalam

pembuatan bakery (dengan tepung jagung/tepung ubi jalar)

0,708

Berdasarkan hasil dari analisis faktor pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tujuh faktor yang terbentuk dengan variabel yang berkorelasi di dalamnya, yaitu faktor nuansa, faktor higiene dan komposisi, faktor citarasa, faktor daya tahan, faktor ukuran, faktor kebutuhan, dan faktor fitur. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat tujuh variabel yang tidak memenuhi syarat agar dapat masuk ke dalam faktor-faktor yang terbentuk karena nilai loading factor-nya kurang dari 0,5, yaitu kemudahan untuk memperoleh produk, tidak mudah ditiru atau dipalsukan, memiliki keunikan dan berbeda dari produk bakery lain (dari rasa atau komposisi bakery yang digunakan), kecepatan pelayanan dalam melayani pemesanan bakery, costumer service untuk melayani keluhan konsumen, aroma bakery yang mempengaruhi selera konsumen dan harga bakery.

4.5.1. Faktor Pertama (Nuansa)

Faktor pertama yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor nuansa. Faktor ini terdiri dari enam variabel di dalamnya, yaitu gambar dan tampilan kemasan bakery, tampilan, warna dan bentuk bakery, kepopuleran produk, adanya iklan/promosi produk bakery, citra atau image yang baik, serta nama merek bakery. Faktor nuansa berdasarkan Tabel Total Variance Explained memiliki nilai eigenvalue paling besar yaitu sebesar 10,488 dan dapat menjelasan keragaman sebesar 34, 961 persen. Hal ini menunjukkan faktor pertama ini

merupakan faktor yang paling mempengaruhi preferensi konsumen bakery BReAD Unit karena ketika konsumen membeli suatu produk bakery konsumen menganggap produk bakery yang bernuansa baik dianggap sebagai produk makanan yang memiliki citrasa yang lezat dan merupakan makanan yang berkualitas.

Dari enam variabel yang masuk ke dalam faktor nuansa memiliki nilai loading factor yang berada pada nilai 0,663 sampai 0,798. Nilai ini menunjukkan faktor nuansa memiliki nilai korelasi yang positif. Korelasi ini menunjukkan semakin produk bakery BReAD Unit bernuansa baik, maka semakin tinggi peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit.

Suatu produk makanan seperti bakery harus dapat memberikan kepuasan bagi konsumennya dengan menjaga kualitas produk dan citarasa yang dimiliki sehingga menimbulkan kepercayaan pada setiap konsumen dan menjadikan produk bakery tersebut bernuansa baik dikalangan masyarakat sekitar. Nuansa pada suatu produk makanan seperti bakery harus diikuti pemberian nama merek suatu produk bakery agar konsumen dapat mengingat produk bakery yang dikonsumsinya tersebut. Nuansa suatu produk dapat diperluas dengan mengadakan suatu promosi atau iklan agar dapat dikenal dan promosi tersebut dapat memberikan citra baik pada masyarakat. Suatu produk yang bernuansa juga harus memperhatikan tampilan dan bentuk menarik yang mencirikan produk tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, produk bakery BReAD Unit sudah cukup memiliki nuansa baik dan dikenal oleh konsumennya dengan nama bakery BReAD Unit. Produk bakery BReAD Unit juga memiliki citra atau image yang baik dimata konsumennya. Hal ini berkorelasi positif pada kesediaan konsumen untuk membeli kembali bakery BReAD Unit yang menjawab sebanyak 100 persen pada hasil proses keputusan pembelian konsumen. Selain itu konsumen bakery BReAD Unit juga bersedia untuk mempromosikan dan merekomendasikan produk bakery tersebut kepada orang lain. Dengan

adanya promosi ini akan memberikan dampak positif berupa kepercayaan konsumen dengan menceritakan kepada orang lain tentang bakery BReAD Unit yang berdampak pada adanya minat konsumen lain untuk membeli bakery BReAD Unit sehingga secara tidak langsung juga memberikan citra baik pada produk bakery BReAD Unit.

4.5.2. Faktor Kedua (Higiene dan Komposisi)

Faktor kedua yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor higiene dan komposisi. Faktor ini terdiri dari lima variabel di dalamnya, yaitu teruji secara klinis dan disahkan oleh BPOM, produk bakery BReAD Unit aman untuk dikonsumsi, kehigienisan dan kesterilan produk bakery, kesesuaian komposisi bakery dalam pembuatannya, serta konsumen dapat mengganti produk bakery apabila terdapat kecacatan atau kerusakan secara gratis. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue sebesar 2,387 dan dapat menejelaskan keragaman sebesar 7,955 persen. Nilai loading factor yang dimiliki variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,517 sampai 0,829. Nilai tersebut menunjukkan nilai korelasi positif dari kelima variabel yang masuk kedalam faktor keamanan. Hal ini memiliki arti semakin higiene dan semakin sesuai komposisis yang dimiliki bakery BReAD Unit saat dikonsumsi, maka semakin besar peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit.

Tingkat kebersihan dan kehigienisan suatu produk makanan seperti produk bakery sangat mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam melakukan pembelian dan konsumsi produk. Bakery yang aman dikonsumsi akan memberikan nilai tambah berupa tidak adanya kekhawatiran konsumen terkena penyakit atau keracunan. Oleh karena itu, keseuaian komposisi dalam pembuatan produk bakery sangat diperhatikan produsen demi menjaga keamanan produk yang diproduksinya. Produk bakery yang aman dan teruji secara klinis akan meningkatkan kepercayaan konsumen dalam mengkonsumsinya. Konsumen juga memiliki hak untuk mengganti produk yang dibelinya secara gratis apabila terdapat kerusakan pada produk. Penggantian

produk tersebut akan memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk membeli kembali produk yang dibelinya karena terdapat jaminan pada produk tersebut.

Sebelum dipasarkan produk bakery BReAD Unit sudah melakukan uji laboratorium terlebih dahulu yang dilakukan di SEAFAST Centre. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan saat konsumen mengkonsumsi bakery BReAD Unit. Selain itu dalam proses pembuatannya bakery BReAD Unit sangat memperhatikan kesesuaian komposisi dalam pembuatan bakery dan selalu menjaga kebersihan tempat produksinya serta kebersihan proses penyajiannya. Bila terdapat produk bakery BReAD Unit yang rusak pihak BReAD Unit akan mengganti bakery yang dibeli konsumen dengan bakery yang baru. Hal ini dilakukan agar terjaganya kesehatan konsumen saat mengkonsumsi produk bakery BReAD Unit.

4.5.3. Faktor Ketiga (Citarasa)

Faktor ketiga yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor citarasa. Faktor ini terdiri dari tiga variabel di dalamnya, yaitu citarasa bakery yang disajikan, kekonsistenan citarasa bakery yang enak dan tidak memakai bahan pengawet dan bahan yang berbahaya untuk kesehatan. Faktor citarasa memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,922 dan dapat menejelaskan keragaman sebesar 6,406 persen. Nilai loading factor yang dimiliki ketiga variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,689 sampai 0,753. Nilai loading factor tersebut berkorelasi positif pada setiap variabel di dalam faktor citarasa yang memiliki arti semakin citarasa bakery BReAD Unit yang disajikan diterima konsumen maka semakin besar peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit.

Citarasa pada produk bakery sangat mempengaruhi pembelian konsumen. Citarasa yang disajikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu produk bakery. Setiap konsumen bakery tentu mengharapkan citarasa yang enak saat mengkonsumsi produk bakery. Citarasa yang enak akan menimbulkan rasa puas

konsumen saat mengkonsumsinya. Selain itu konsumen akan menimbulkan minat konsumen untuk membeli kembali produk jika konsumen merasa puas dengan apa yang dikonsumsinya. Citarasa yang enak ini perlu didukung oleh kekonsistenan penyajian bakery dengan terus memporoduksi bakery yang enak dan lezat untuk dikonsumsi serta tidak menggunakan bahan yang berbahaya untuk kesehatan dalam proses pembuatannya sehingga mampu menjaga kualitas produk pada citarasa yang dihasilkan.

Produk bakery BReAD Unit memiliki produk-produk bakery seperti muffin, brownies, chiffon cake, ensaymada dan roti tawar yang menghasilkan rasa yang enak dengan citarasa yang berbeda. Berdasarkan hasil pada analisis proses keputusan pembelian konsumen motivasi konsumen membeli produk bakery BReAD Unit adalah karena rasanya yang enak. Selain itu atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam tahap evaluasi alternatif adalah citarasa. Hal ini menunjukkan bahwa bakery BReAD unit memiliki citarasa yang enak sehingga menghasilkan minat konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi bakery BReAD Unit. Dalam proses pembuatan bakery, produsen bakery BReAD Unit tidak menggunakan bahan yang berbahaya sehingga menghasilkan citarasa yang asli pada bakery yang dibuatnya.

4.5.4. Faktor Keempat (Daya Tahan)

Faktor keempat yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor daya tahan. Faktor ini terdiri dari tiga variabel di dalamnya, yaitu daya tahan bakery ketika ingin disimpan terlebih dahulu (tidak langsung dimakan), ketahanan bakery terhadap cahaya dan suhu serta kekuatan kemasan, wadah dan tempat penyimpanan bakery. Faktor daya tahan memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,568 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 5,227 persen. Nilai loading factor yang dimiliki ketiga variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,755 sampai 0,823. Nilai loading factor tersebut berkorelasi positif pada setiap variabel di dalam faktor daya tahan yang memiliki arti semakin besar daya tahan

yang dimiliki bakery BReAD Unit maka peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Ketika konsumen membeli suatu produk bakery seringkali konsumen tidak langsung memakan bakery tersebut tetapi membawanya pulang atau disimpan terlebih dahulu. Oleh karena itu dibutuhkan daya tahan yang kuat agar bakery yang disimpan tersebut masih memiliki rasa yang enak saat konsumen ingin mengkonsumsinya. Selain itu tempat penyimpanan bakery harus diperhatikan produsen agar bakery yang dihasilkan tidak rusak.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terdapat konsumen bakery BReAD yang tidak langsung memakan bakery tetapi disimpan terlebih dahulu atau dibawa pulang. Konsumen bakery BReAD Unit percaya bahwa bakery tersebut memiliki daya tahan yang baik dan tidak cepat basi saat dibungkus pada kemasan atau wadah tempat menyimpan bakery saat ingin dibawa pulang.

4.5.5. Faktor Kelima (Ukuran)

Faktor kelima yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor ukuran. Faktor ini biberi nama ukuran karena hanya terdiri dari satu variabel saja dalam faktor tersebut yaitu ukuran bakery yang besar. Faktor ukuran memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,351 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 4,503 persen. Nilai loading factor yang dimiliki oleh variabel dalam faktor ukuran yaitu sebesar 0,727. Nilai loading factor tersebut menunjukkan nilai yang positif sehingga memiliki arti semakin BReAD Unit memperhatikan ukuran bakery yang disajikan peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Salah satu yang menjadi pertimbangan konsumen saat membeli produk bakery selain citarasa yang disajikan adalah ukuran dari bakery tersebut. Konsumen akan melihat ukuran bakery yang dibelinya saat mereka merasa lapar. Oleh karena itu ukuran menjadi salah satu faktor yang diperhatikan BReAD Unit dalam menyajikan bakery yang diproduksinya. Dengan memperhatikan ukuran bakery yang dibuat

BReAD unit maka akan membuka peluang preferensi konsumen terhadap bakery BReAD Unit.

4.5.6. Faktor Keenam (Kebutuhan)

Faktor keenam yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor kebutuhan. Faktor ini terdiri dari dua variabel di dalamnya, yaitu dapat menghilangkan rasa lapar dan sebagai camilan yang bergizi. Faktor kebutuhan memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,198 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 3,994 persen. Nilai loading factor yang dimiliki kedua variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,665 sampai 0,829. Nilai loading factor tersebut menunjukkan nilai yang positif sehingga memiliki arti semakin bakery BReAD Unit dapat memenuhi kebutuhan konsumennya peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Konsumen akan membeli dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan yang dimilikinya. Saat konsumen merasa lapar atau hanya ingin memakan makanan sampingan, mereka akan mencari produk makanan yang dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Bakery BReAD Unit merupakan salah satu makanan yang dijadikan alternatif konsumen dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk menghilangkan rasa lapar atau sebagai camilan. Berdasarkan hasil dari proses pengambilan keputusan pada tahap perilaku pasca pembelian, mayoritas konsumen merasa puas setelah mengkonsumsi bakery BReAD Unit. Hal ini menunjukkan konsumen percaya dengan mereka membeli dan mengkonsumsi bakery BReAD Unit kebutuhan yang mereka inginkan akan terpenuhi.

4.5.7. Faktor Ketujuh (Fitur)

Faktor terakhir yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor fitur. Faktor ini terdiri dari tiga variabel di dalamnya, yaitu variasi jenis produk bakery, tekstur yang dirasakan saat mengunyah bakery dan komposisi bahan yang berbeda dengan produk lain dalam pembuatan bakery (dengan tepung jagung/tepung ubi jalar). Faktor fitur

memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,156 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 3,852 persen. Nilai loading factor yang dimiliki ketiga variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,507 sampai 0,708. Nilai loading factor tersebut menunjukkan nilai yang positif sehingga memiliki arti semakin banyak fitur produk bakery BReAD Unit yang disajikan maka peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Variasi jenis dari suatu produk akan menentukan pilihan produk yang akan dipilih konsumen dari berbagai variasi yang ditawarkan sesuai dengan selera yang konsumen inginkan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, produk bakery BReAD unit memiliki berbagai variasi jenis produk bakery yang disajikan. Produk-produk bakery tersebut diantaranya seperti muffin, brownies, chiffon cake, ensaymada dan roti tawar. Berdasarkan hasil proses pengambilan keputusan konsumen, produk brownies menjadi produk yang paling sering dibeli oleh konsumen. Dari beberapa jenis produk yang ditawarkan, masing-masing memiliki tekstur yang berbeda. Chiffon cake memiliki tekstur yang lembut dan halus, sedangkan brownies memiliki tekstur yang kasar. Selain perbedaan tekstur, komposisi bahan baku bakery BReAD Unit memiliki perbedaan dengan bakery lainnya, yaitu bakery BReAD Unit dibuat dengan menggunakan tepung jagung atau tepung ubi jalar dan bukan menggunakan tepung terigu seperti pada bakery lainnya.

Dokumen terkait