• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam dokumen TESIS DWI WAHYUNI NIM : S (Halaman 67-74)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal siswa, yaitu faktor yang ada di luar diri individu yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: fasilitas belajar, penggunaan model pembelajaran untuk mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, dan lain-lain. Faktor internal siswa, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: kecerdasan siswa, kreativitas, kemampuan inferensi, motivasi belajar, dan lain-lain (Ewintri, 2008).

a. Kreativitas

Kreativitas didefinisikan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam ciri berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada (Satiadarma, 2003).

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa sikap kreatif merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional. Namun, kenyataan di lapangan pengembangan kreativitas tampaknya selalu menjadi wilayah yang paling sering terabaikan. Kreativitas sangat bermakna dan perlu dikembangkan dalam diri anak didik. Munandar (2009) mengemukakan beberapa alasannya, pertama dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasi dirinya. Sebagaimana dikemukakan Maslow bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok tertinggi dalam hidup manusia. Kedua sebagai kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Pembelajaran yang terjadi saat ini lebih menekankan pada penerimaan pengetahuan, ingatan dan penalaran (berpikir logis). Ketiga bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberi kepuasan kepada individu. Keempat memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Kesejahteraan masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Bertolak dari pendapat di

atas, maka sekolah sebagai lembaga formal pembelajaran wajib untuk mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Siswa yang kreatif mempunyai kemampuan luar biasa untuk menyesuaikan diri dalam segala situasi dan dengan keterampilannya, ia mampu melaksanakan pekerjaan untuk mencapai yang mereka inginkan. Ciri-ciri kepribadian yang kreatif adalah: 1) individu yang kreatif memiliki energi fisik yang besar yang memungkinkan bekerja berjam-jam; 2) individu yang kreatif cerdas dan cerdik. Suatu saat memiliki kebijakan, tetapi juga bisa seperti anak-anak. Ia mampu berpikir secara konvergen dan divergen; 3) individu yang kreatif memiliki kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja, keuletan ketekunan untuk menyelesaikan masalah, dengan mengatasi masalah yang sering dihadapi; 4) individuyang kreatif dapat memiliki salah satu alternatif antara lain fantasi dan kenyataan. Kedua hal tersebut dibutuhkan untuk memisahkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan masa sekarang tanpa menghilangkan sentuhan masa lalu; 5) individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan yang berbeda dalam merengkaikan hal-hal yang bersifat introversi maupun ekstroversi. Sebagian besar diantara individu cenderung untuk menjadi salah satu ciri di atas. Sebaliknya individu yang kreatif mampu mengekspresikan kedua cirri tersebut pada saat yang sama; 6) individu yang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama; 7) individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan andragoni, yaitu mereka dapat melepaskan

diri dari stereotip gender maskulin-feminin; 8) individu yang kreatif cenderung mandiri, suka menentang; 9) kebanyakan orang yang kreatif sangat suka dengan pekerjaan mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karyanya; 10) sikap terbuka dan sensitif pada individu kreatif sering membuat menderita dan jengkel jika banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namum juga dapat menjadikan suatu kegembiraan baginya.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Munandar (2009) adalah rasa ingin tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasanatau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapatnya, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai rasa imajinasi, dan orisinal dalam ungkapan gagasan dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pribadi yang kreatif mempunyai ciri-ciri menonjol, antara lain: 1) imajinatif; 2) inisiatif; 3) rasa ingin tahu; 4) mandiri; 5) penuh energi dan bersibuk diri; 6) berani mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan. Ciri-ciri tersebut merupakan modal yang dimiliki siswa yang kreatif yang sangat dibutuhkan dan diharapkan untuk pengembangan pembelajaran demi keberhasilan proses pembelajaran.

Siswa yang memiliki kreativitas mempunyai 4 faktor penting, yaitu: 1) Kelancaran berpikir (fluency of thinking) yang menggambarkan banyaknya

gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang; 2) Fleksibilitas (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan; 3) Orisinalitas (keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli; 4) Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci 5) Perumusan kembali (Redefinition) (Satiadarma, 2003).

Pada penelitian ini, tes kreativitas yang digunakan perpaduan antara berbagai jenis tes kreativitas yang disebutkan di atas, disusun dalam bentuk tes kreativitas belajar Biologi yang indikatornya disesuaikan dengan kondisi siswa di SMA Negeri 1 Bojonegoro antara lain sebagai berikut: 1) Kelancaran berpikir (fluency of thinking); 2) Fleksibilitas (keluwesan); 3) Orisinalitas (keaslian); 4) Elaborasi (Elaboration); 5) Perumusan kembali (Redefinition).

b. Kemampuan Inferensi

Facione (2011) mengungkapkan enam kemampuan berpikir utama yang terlibat di dalam proses berpikir kritis, yaitu: 1)Interpretasi; 2) Analisis; 3) Evaluasi; 4) Inferensi; 5) Eksplanasi; 6) Regulasi diri. Penelitian ini menggunakan kemampuan inferensi siswa.

Menurut Facione (2011) untuk mengevaluasi inferensi dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim pertama akan membenarkan klaim kedua, dari klaim

kedua tersebut, kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme. Contoh: Semua A adalah B; C adalah bagian dari A; Kesimpulan: C adalah B; 2) Asumsi dan argumen-argumen lain yang relevan juga merupakan kriteria evaluasi inferensi.

Kemampuan inferensi dapat diartikan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan melalui proses berpikir untuk memecahkan suatu masalah, melalui diskusi dengan teman, memikirkan alternatif (defferential diagnosis) dan pada akhirnya dapat membuat kesimpulan untuk memecahkan suatu masalah (Facione, 2011).

Hubungan antara kemampuan inferensi dengan hasil belajar siswa, siswa yang memiliki kemampuan inferensi tinggi diharapkan dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran di kelas dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui proses berpikir positif, akan menghasilkan suatu keputusan yang baik. Keputusan tersebut merupakan hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada (Sumadi, 2005).

Dewey (2003) kemampuan inferensi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mengambil keputusan. Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim

pertama akan membenarkan klaim kedua, dari klaim kedua kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme.

Keputusan untuk memecahkan masalah merupakan hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Pembentukaan pendapat berarti meletakkan hubungan antara dua pengertian atau lebih. Pendapat dibedakan menjadi tiga jenis. Ketiga jenis pendapat tersebut dijelaskan oleh Sumadi (2005) sebagai berikut: 1) pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang secrara tegas menyatakan dalam kedaaan sesuatu; 2) pendapat negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu hal; dan 3) pendapat modalitas, yaitu pendapat yang menerangkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal.

Pemecahan masalah melalui proses berpikir akan menghasilokan suatu keputusan. Keputusan dapat diartikan sebagai hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Keputusan menurut Sumadi (2005) terdiri atas tiga macam sebagaimana berikut ini: 1) keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum; 2) keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus; dan 3) keputusan analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.

Kemampuan inferensi merupakan faktor internal yang masing-masing siswa memiliki tingkat berpikir yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan. Namun belum semua guru dalam menentukan metode pembelajaran memperhatikan faktor internal kemampuan inferensi.

Dalam dokumen TESIS DWI WAHYUNI NIM : S (Halaman 67-74)

Dokumen terkait