• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah sistol adalah tekanan yang terjadi ketika ventrikel kiri jantung berkontraksi untuk mengalirkan darah ke aorta sedangkan tekanan darah diastol terjadi ketika ventrikel kiri jantung relaksasi. Tekanan darah sistol normal berkisar antara 120 ± 10 mmHg dan tekanan darah diastol normal berkisar antara 80 ± 10 mmHg (Gunstream, 2000).

2.4.2 Tekanan arteri rata-rata

Tekanan darah arteri rata-rata adalah tekanan rata-rata selama satu siklus denyut jantung. Besarnya tekanan arteri biasanya sedikit lebih rendah daripada rata-rata tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Pada orang dewasa muda yang normal tekanan arteri rata kira-kira 96 mmHg, sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistolik dan tekanan diastolik, yaitu 120 dan 80 mmHg (Guyton, 1993).

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah jaringan sistemik. Jika tekanan darah arteri rata-rata rendah, otak dan jaringan

tidak akan menerima aliran darah dari jantung. Sebaliknya, jika terlalu tinggi menyebabkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh serta perdarahan pada arteri-arteri kecil (Sherwood, 2001).

2.4.3 Curah jantung (Cardiac Output)

Selama periode waktu tertentu, jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel kiri dan ventrikel kanan sama besarnya. Jika tidak, akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu di jantung atau paru-paru. Volume darah yang dipompa oleh tiap-tiap ventrikel per menit disebut curah jantung. Peningkatan atau penurunan curah jantung berbanding lurus dengan perubahan tekanan darah. Curah jantung dipengaruhi oleh volume sekuncup dan denyut jantung (Sherwood, 2001).

curah jantung = volume sekuncup x denyut Jantung

Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifkan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat kurang lebih 5 liter. Dengan kata lain, setiap menit ventrikel kanan memompa 5 liter darah ke paru-paru dan ventrikel kiri memompa 5 liter darah ke sirkulasi sistemik. Curah jantung akan meningkat saat bekerja berat, stres, dan olahraga lalu menurun saat tidur (Sherwood, 2001).

2.4.4. Volume sekuncup (Stroke Volume)

Volume sekuncup (SV) adalah jumlah darah yang dipompa ke luar dari ventrikel setiap berkontraksi. Volume sekuncup dipengaruhi oleh selisih antara volume diastolik akhir atau end diastolic volume (EDV) dengan volume sistolik akhir, end systolic volume (ESV).

Volume diastolik akhir adalah jumlah darah di ventrikel sebelum berkontraksi sedangkan volume sistolik akhir adalah jumlah darah di ventrikel setelah berkontraksi. Dengan kata lain, semakin besar selisih antara volume diastolik akhir dan volume sistolik akhir semakin besar juga jumlah darah yang dialirkan ke sirkulasi sistemik saat ventrikel berkontraksi (Sherwood, 2001).

Berdasarkan hukum Frank Starling menyatakan:

a. Semakin besar darah di jantung saat diastol maka semakin besar jumlah darah yang dipompakan ke aorta.

b. Dalam batas fisiologis, jantung memompakan darah kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan darah di vena.

c. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali ke vena.

Hubungan langsung antara volume diastolik akhir dan volume sekuncup bergantung pada panjang tegangan otot jantung disebut kontrol intrinsik. Pada keadaan istirahat, panjang serat otot jantung lebih kecil daripada panjang optimum. Peningkatan volume diastolik akan meningkatkan panjang serat otot awal sebelum kontraksi (preload) dan menyebabkan volume sekuncup lebih besar. Preload dinyatakan sebagai beban kerja yang diberikan jantung sebelum kontraksi dimulai. Ketika berkontraksi, ventrikel harus menghasilkan cukup tekanan untuk mengatasi tekanan darah di arteri-arteri besar agar katup-katup semilunaris dapat terbuka. Tekanan ini disebut dengan afterload.afterload adalah tekanan yang harus dilawan oleh jantung selama kontraksi untuk mempertahankan volume sekuncup normal. Volume sekuncup juga diatur oleh kontrol ekstrinsik melalui aktivitas sistem saraf simpatis dengan memperkuat kontraktilitas jantung

dan meningkatkan aliran balik vena. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir dan secara langsung akan meningkatkan volume sekuncup (Sherwood, 2001).

2.4.5 Aliran balik vena

Darah meninggalkan jaringan sistemik menuju pembuluh darah vena untuk dibawa kembali ke jantung. Selain berfungsi sebagai aliran bagi darah kembali ke jantung, vena juga berfungsi sebagai reservoir darah; yaitu, apabila kebutuhan akan darah rendah, vena-vena dapat menyimpan darah ekstra sebagai cadangan karena sifat mereka yang mudah diregangkan. Dalam keadaan istirahat, pembuluh darah vena mengandung 60% volume darah total. Apabila, simpadan darah dibutuhkan, faktor-faktor ekstrinsik melalui aktivitas saraf simpatis akan mendorong darah dari vena ke jantung. Darah yang tersimpan di vena terlalu banyak akan menyebabkan penurunan volume sekuncup dan curah jantung (Sherwood, 2001).

Aliran balik vena adalah jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena cava superior (Scanlon, 2007). Aliran balik vena dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu aktivitas saraf simpatis, aktivitas otot rangka, efek katup vena, aktivitas pernafasan dan efek penghisapan oleh jantung (cardiac suction effect). a. Aktivitas saraf simpatis, otot polos vena dipersarafi oleh banyak saraf

simpatis. Stimulasi saraf simpatis menimbulkan vasokontriksi vena yang cukup meningkatkan tekanan vena; hal ini kemudian meningkatkan gradien tekanan untuk mendorong lebih banyak darah dari vena ke dalam atrium kanan.

b. Aktivitas otot rangka, vena-vena besar banyak terletak diantara otot-otot rangka sehingga pada saat otot-otot ini berkontraksi, vena-vena tersebut tertekan. Penekanan ini akan menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena, sehingga darah mengalir ke jantung.

c. Efek katup vena, katup vena berbeda dengan katup atrioventrikular (trikuspidalis dan bikuspidalis) dan katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada jantung. Katup vena bersifat satu arah yang berfungsi mendorong darah ke jantung tetapi mencegah darah kembali ke jaringan. Katup-katup vena ini juga berperan melawan efek gravitasi yang ditimbulkan oleh posisi berdiri dengan memperkecil aliran balik darah yang cenderung terjadi ketika seseorang dalam posisi berdiri.

d. Aktivitas pernafasan, Tekanan di dalam rongga dada rata-rata 5 mmHg di bawah tekanan atmosfer. Pada saat mengalir melalui rongga dada, sistem vena yang mengembalikan darah ke jantung dari bagian bawah tubuh terpapar ke tekanan subatmosfer tersebut. Karena sistem vena di tungkai dan abdomen mendapat tekanan normal, terjadi gradien tekanan eksternal antara vena-vena bawah (tekanan atmosfer) dan vena-vena dada (5 mmHg lebih kecil dari tekanan atmosfer). Perbedaan tekanan ini akan mendorong darah dari vena-vena bagian bawah menuju vena-vena dada sehingga aliran balik vena-vena meningkat. Mekanisme fasilitasi aliran balik vena ini dikenal sebagai pompa respirasi karena terjadi akibat aktivitas pernafasan. Peningkatan aktivitas respirasi akan meningkatkan aliran balik vena.

e. Efek penghisapan oleh jantung, Jantung memiliki peran pengisian darah sendiri. Selama kontraksi ventrikel, katup-katup atrioventrkular (AV) tertarik

ke bawah, sehingga rongga atrium membesar. Akibatnya, tekanan atrium sementara turun dibawah 0 mmHg. Sehingga gradien tekanan vena ke atrium meningkat dan aliran balik vena juga meningkat. Tekanan ventrikel akan lebih negatif dari pada tekanan vena dan atrium. Hal ini akan meningkatkan gradien tekanan vena ke atrium lalu ke ventrikel. Dengan demikian, jantung berfungsi sebagai “pompa penghisap” untuk mempermudah pengisian jantung (Sherwood, 2001).

2.4.6 Tahanan perifer total

Tahanan perifer total adalah gesekan antara darah melawan dinding pembuluh darah. Arteriol berperan penting dalam pengaturan tekanan darah berdasarkan perubahan diameternya, mengubah tahanan perifer total. Ketika arteriol berkontraksi, tahanan perifer dan tekanan darah meningkat. Namun sebaliknya, ketika arteriol dilatasi tahanan perifer total dan tekanan darah menurun (Gunstream, 2000).

2.4.7 Denyut jantung

Denyut jantung adalah denyut yang terjadi pada saat depolarisasai sinus atrial node berkisar antara 60-80 kali permenit. Perlambatan denyut jantung di bawah normal disebut bradikardia dan percepatan denyut jantung disebut takikardia. Denyut jantung sangat mempengaruhi curah jantung. Secara tidak langsung jika denyut jantung meningkat maka tekanan darah akan meningkat melalui peningkatan curah jantung (Sherwood, 2001).

2.4.8 Elastisitas pembuluh arteri

Ketika ventrikel kiri berkontraksi, darah masuk ke aorta dan meregangkan dinding pembuluh arteri. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat menahan

berbagai tekanan. Ketika ventrikel kiri relaksasi, pembuluh arteri kembali menjadi normal. Elastisitas normal arteri mengatur tekanan darah sistol maupun diastol (Scanlon, 2007).

2.4.9 Viskositas darah

Viskositas darah normal bergantung pada jumlah sel-sel darah merah dan protein plasma, terutama albumin. Penurunan jumlah sel darah merah seperti pada penderita anemia, atau menurunnya albumin, penyakit hati dan ginjal kronik dapat menurunkan viskositas darah dan tekanan darah. Pada kondisi ini, mekanisme lain seperti vasokontriksi akan mengatur tekanan darah menjadi normal (Scanlon, 2007).

Dokumen terkait