• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kehadiran Pemilih Pada

Prosentase Kehadiran (%)

Pileg Pilpres Pileg Pilpres

1. Klojen 61,80 75,00 65,00 71,10

2. Sukun 67,80 75,80 68,80 73,80

3. Kedungkandang 66,80 74,30 69,95 71,00

4. Lowokwaru 67,20 80,60 67,80 75,10

5. Blimbing 64,20 76,20 67,30 73,10

Sumber: KPU Kota Malang 2014

Namun pada pemilihan umum untuk memilih calon presiden dan wakil presiden Tahun 2014 angka kehadiran atau partisipasi pemilih menunjukkan penurunan yang signifikan dibanding dengan pemilu presiden pada Tahun 2009. Pada pemilu presiden Tahun 2014 rata – rata terjadi penurunan prosentase kehadiran atau partisipasi pemilih sebesar 3,56% dari lima kecamatan yang ada di Kota Malang. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah ada faktor – faktor yang mempengaruhi angka tingkat kehadiran atau angka partisipasi dalam pemilu legislative dan pemilu presiden selama dua periode pelaksanaan pemilu di Kota Malang.

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kehadiran Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden di Kota Malang

Tidak seperti pada pemilihan umum pada masa orde baru dimana partisipasi pemilih tetap stabil di atas angka 90%, terlepas apakah ada intimidasi atau tidak oleh pemerintah pada waktu itu. Pemilihan umum yang dilaksanakan di Kota Malang semenjak tahun 2004 memiliki fluktuasi yang disebabkan oleh berbagai macam factor. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti dan tim pada pemilih yang ada di ke-5 Kecamatan yang ada di Kota Malang ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kehadiran pemilih dalam pelaksanaan pemilu Tahun 2009 dan Tahun 2014. Dengan melakukan wawancara secara langsung dan

33

menyebarkan kuisioner kepada para pemilih di ke-5 Kecamatan di Kota Malang pada pileg dan pilpres Tahun 2014, hasil temuan tim peneliti dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Sumber: Data yang diolah

Gambar 4 - 3Prosentase Faktor-Faktor Ketidakhadiran Pemilih

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Linier Systematic Sampling pada seluruh populasi pemilih yang ada pada ke-5 Kecamatan di Kota Malang pada pileg dan pilpres Tahun 2014. Dengan menggunakan rumus Slovin dalam menentukan besarnya sampel penelitian, maka didapatkan sampel sebanyak 399 orang pemilih dari 198.615 orang pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya pada pileg tahun 2014. Sedangkan pada pilpres tahun 2014, peneliti dan tim melakukan survey kepada 399 orang pemilih dari 170.579 orang pemilih yang tidak hadir dan menggunakan hak pilih di Kota Malang. Hasil rekapitulasi responden dapat dilihat pada tabel 4-9.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Pekerjaan Kandidat letak TPS alasan lain

Rekapitulasi Faktor-Faktor Ketidakhadiran

34

Tabel 4 - 9 Rekapitulasi Faktor-Faktor Ketidakhadiran Pemilih pada Pileg dan Pilpres Tahun 2014 No Faktor-Faktor Ketidakhadiran Pemilih Jumlah Responden Prosentase (%) Pileg Pilpres 1. Pekerjaan 88 88 22 2. Kandidat Caleg /

Capres & Cawapres 279 279 70

3. Letak TPS 12 12 3

4. Lain-lainnya 20 20 5

Total 399 399 100

Sumber: Data diolah

Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Malang, pada pemilihan umum tahun 2009 baik untuk pemilu legislative maupun pemilu presiden didapat respon ketidakhadiran pemilih pada TPS sebagai berikut:

Tabel 4 - 10 Rekapitulasi Faktor-Faktor Ketidakhadiran Pemilih pada Pileg dan Pilpres Tahun 2009 No Faktor-Faktor Ketidakhadiran Pemilih Jumlah Responden Prosentase (%) Pileg Pilpres 1. Pekerjaan 40 40 10 2. Kandidat Caleg /

Capres & Cawapres 259 259 65

3. Letak TPS 88 88 22

4. Lain-lainnya 12 12 3

Total 399 399 100

Sumber: Data diolah KPU Kota Malang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih untuk hadir di TPS untuk menggunakan hak pilihnya yaitu antara lain:

1) Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan mendominasi ketidakhadiran pemilih untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Pemilih di Kota Malang mempunyai pertimbangan – pertimbangan tertentu dalam menggunakan hak pilihnya. Mayoritas

35

penduduk Kota Malang yang mempunyai hak pilih mempunyai profesi sebagai pedagang, pengusaha kecil dan menengah, pengrajin, petani, pekerja di bidang jasa perhotelan dan pariwisata, buruh pabrik, dan ibu rumah tangga.Pertimbangan faktor pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan merupakan alasan yang sangat kuat bagi pemilih untuk tidak hadir dan menggunakan hak pilihnya. Data Prosentase Kegiatan Ekonomi Kota Malang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Sumber: Litbang Pemkot Malang, 2000

Gambar 4 - 4Distribusi Persentase Kegiatan Ekonomi Kota Malang

Sebagian pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan alasan pekerjaan lebih penting daripada menghadiri proses pemilihan umum sebanyak 22% pada pemilu tahun 2014 dari jumlah pemilih yang tidak hadir di TPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan oleh tim peneliti pada responden di lima kecamatan yang ada di Kota Malang dengan menggunakan kuesioner. Beberapa alasan yang diberikan oleh responden adalah jadwal masuk kerja yang tidak dapat ditinggalkan karena mendapatkan giliran masuk (shif) pagi, sehingga tidak dapat

36

hadir di TPS, seperti pernyataan hasil wawancara dari salah satu responden sebagai berikut:

“…iya mbak, saat pemilu presiden kemarin saya tidak ikut walaupun sudah dapat surat panggilan milih. Karena kebarengan dengan saya harus kerja kena sift pagi-memang sih diberi kesempatan untuk bisa datang milih di TPS tapi ya gak nutut waktunya, kerja saya kan di Pandaan mbak” (WW-R3/Lw/25/7/2015).

Hal senada juga disampaikan oleh informan lain yang menyatakan:

“maaf mbak…saya memang tidak datang ke TPS saat pemilu presiden waktu itu, karena mengantar juragan ke Sragen. Kebetulan ada saudaranya yang meninggal di sana” (WW-R29/Kk/28/7/2015).

Penyebab lain masih dalam lingkup yang berkaitan dengan pekerjaan adalah tidak mendapatkan ijin libur penuh sehari dari perusahaan juga mengakibatkan pemilih yang mempunyai hak pilih tidak hadir di TPS. Hal ini terjadi pada para pekerja baru yang belum diangkat sebagai karyawan tetap, sehingga harus mematuhi persyaratan yang telah disepakati dalam kontrak kerja sebelumnya. Berdasarkan hasil kuesioner dari beberapa responden memberikan alasan sebagaimana hal tersebut diatas. Letak tempat kerja yang jauh dari tempat tinggal juga menyebabkan mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka daripada datang untuk menggunakan hak pilihnya ke TPS yang telah ditentukan.

2) Faktor Kandidat

Kandidat calon anggota legislative dan pasangan calon presiden dan wakil presiden juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pemilih enggan datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya. Banyak faktor yang menyebabkan pemilih tidak menggunakan hak pilihnya disebabkan karena ketidaktahuan mereka pada calon anggota legislative (kandidat) yang akan mewakili mereka dalam Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan temuan peneliti diatas, pada pileg tahun 2009 tingkat kehadiran pemilih lebih rendah dibandingkan dengan pileg tahun 2014. Hal ini dikarenakan para pemilih mayoritas adalah pemilih pemula dan pemilih tidak mengenal para kandidat yang harus dipilihnya. Pada pemilihan umum legislative tahun 2009 partai peserta pemilu juga banyak, sehingga membuat bingung para

37

pemilih untuk menentukan pilihannya. Sedangkan pada pileg tahun 2014 para pemilih sudah mengetahui kinerja calon anggota legislative sehingga para pemilih sudah bias menentukan pilihannya.

Pada pemilihan presiden tahun 2009 angka kehadiran pemilih pada TPS di kota Malang lebih signifikan dibandingkan pada pemilu presiden tahun 2014. Hal ini terjadi karena pemilih sudah mengenal dengan baik kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta pemilu. Tingkat kehadiran pemilih pada pemilu presiden tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 5% dibandingkan pada tahun 2009. Pada pemilu presiden tahun 2009, terdapat kandidat calon presiden dan wakil presiden yang sudah menjabat pada periode sebelumnya, sehingga pemilih bisa menilai kinerja para kandidat.

Pemilu presiden tahun 2014, tidak terdapat pasangan calon presiden dan wakil presiden yang telah menjabat pada periode sebelumnya, sehingga pemilih masih ragu – ragu untuk menentukan pilihannya. Dengan adanya amandemen pada Undang – Undang Dasar 1945 tentang masa jabatan presiden dan wakil presiden yang dibatasi selama 2 (dua) periode berturut – turut memungkinkan terjadinya calon – calon pasangan presiden dan wakil presiden yang belum pernah mempunyai pengalaman sebagai presiden dan wakil presiden. Pemilih lebih banyak tidak menggunakan hak pilihnya karena tidak mempunyai kepercayaan dan keyakinan pada calon pasangan presiden dan wakil presidenyang dicalonkan oleh partai – partai pemenang pemilu legislative.

Faktor kandidat peserta pemilu sangat besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat kehadiran pemilih untuk hadir di TPS. Hasil wawancara dengan beberapa responden mengatakan bahwa mereka sedikit banyak mengenal para kandidat caleg yang ikut pada pemilu 2014, sedangkan kandidat calon pasangan presiden dan wakil presiden pada pilpres 2014 kebanyakan responden tidak yakin dengan kemampuan dan kompetensi dalam memimpin Negara. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya calon petahana yang sudah bisa dinilai kinerjanya oleh pemilih dalam pemilu. Sebagaimana pernyataan hasil wawancara dari salah seorang responden berikut ini:

38

“ Iya mbak, saya memang tidak datang ke TPS pas pemilu presiden karena saya tidak kenal dengan Pak Jokowi, Pak Prabowo, dan Pak Hatta Rajasa daripada saya bingung mau pilih yang mana?” (WW-R20/Sk/26/7/2015)

Pernyataan senada disampaikan oleh informan yang lain:

“ Saya memang tidak datang ke TPS mbak karena saya tidak yakin bagaimana kerja Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Pak Jokowi kan masih belum lama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan belum kelihatan hasilnya.” (WW-R45/BL/29/7/2015)

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, menunjukkan bahwa factor kandidat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Figure atau profil kandidat dan kepopuleran kandidat sangat menentukan kehadiran pemilih ke TPS dan menggunakan hak pilihnya. Adapun jumlah kandidat tidak berpengaruh signifikan terhadap kehadiran pemilih di TPS. Hal ini terbukti bahwa pada pilpres tahun 2014, hanya terdapat dua calon pasangan presiden dan wakil presiden namun ketidakhadiran pemilih di TPS menunjukkan peningkatan sebesar 5% dibandingkan pada pilpres tahun 2009.

3) Faktor Letak TPS

Ketidak hadiran pemilih dalam menggunakan hak pilihnya juga dipengaruhi oleh letak Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan ketidaktahuan pemilih tentang posisi TPS dimana mereka harus menggunakan hak pilihnya. Kurang sosialisasinya tentang tempat pemungutan suara disebabkan banyak hal. Beberapa diantaranya adalah keterlambatan pembagian surat keterangan pemanggilan hak pilih oleh petugas dan aparat desa yang ditunjuk, jarak tempuh yang harus dilalui oleh pemilih untuk sampai ke tempat pemungutan suara, dan letak tempat pemungutan suara yang terpencil dan susah untuk dijangkau, terutama oleh kaum ibu dan lansia.

Metode pengacakan tempat pemungutan suara juga menyebabkan pemilih yang mempunyai hak pilih enggan untuk datang ke TPS. Tak jarang pada satu rumah dengan beberapa pemilih berbeda tempat pemungutan suaranya sehingga

39

tidak sedikit yang enggan datang untuk menggunakan hak pilihnya. Sering kali TPS tidak berada pada satu lingkungan RT dimana para pemilih berdomisili jadi pemilih malas untuk pergi ke TPS. Pemilih yang enggan pergi ke TPS sebagian besar didominasi oleh kaum ibu rumah tangga dan lansia, karena tempat yang jauh dari rumah.

Pernyataan diatas diperkuat oleh beberapa responden yang sudah termasuk dalam ketegori lansia yang mengatakan bahwa lokasi TPS yang jauh dari rumah menyebabkan mereka enggan datang ke TPS. Sebagaimana pernyataan hasil wawancara dengan informan berikut ini:

“ Walah mas, wong tempat nyoblosnya simbah ndak tahu, terus embah juga sudah tua kalo jalan jauh suka sakit kakinya jadi yang pas pemilu saya tidak datang nyoblos saja.” (WW-R18/Lw/29/7/2015)

Tidak hanya pemilih lansia yang enggan datang ke TPS karena letaknya yang jauh dari rumah, pemilih dari kalangan ibu rumah tangga sebagian besar juga memberikan alasan yang sama untuk tidak hadir di TPS pada hari pemilihan umum dilakukan. Hal ini diperkuat dalam pernyataan hasil wawancara salah satu informan berikut ini:

“ Maaf mbak, kemarin pas pemilu saya tidak datang ke TPS karena tempatnya jauh, tempat nyoblosnya tidak sama dengan bapaknya anak – anak, ya kalau berangkat sendiri agak repot karena saya punya anak kecil (WW-R76/BL/29/7/2015)

Tingginya angka ketidakhadiran pemilih di Kota Malang bersifat sangat fluktuatif tergantung pada kondisi topografi dan keadaan demografi dari masing – masing kecamatan yang ada di Kota Malang.

4) Faktor Alasan yang Lain

Disamping ketiga faktor diatas yang mempengaruhi kehadiran pemilih di TPS, ada juga faktor alasan lain yang menyebabkan pemilih enggan untuk datang di TPS dan menggunakan hak pilihnya. Faktor alasan lain dari warga Kota Malang berkontribusi sebanyak 5% dalam menentukan tingkat kehadiran pemilih di TPS.

40

Dari penelitian ini adalah adalah sikap politik warga Kota Malang terhadap perlunya menggunakan hak suara pada pelaksanaan pemilu. Beberapa responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa menggunakan hak pilih dalam pemilu tidak akan merubah nasibnya dan meningkatkan taraf hidupnya. Pernyataan sikap politik informan tercermin pada hasil wawancara dengan informan sebagai berikut:

“ Begini lho mas, kalo saya milih salah satu calon yang ikut pemilu apa nanti saya bisa mempunyai rumah, bisa menyekolahkan anak saya, dikasih beras sama mereka, kan ya ndak toh, kalo saya ndak narik angkot darimana saya bisa beli beras untuk anak – anak saya. Jadi pemilu kemarin saya ndak datang ke TPS saja, kebetulan saya dapat carteran ngantar manten ke pasuruan.” (WW-R09/Kj/25/7/2015)

Sikap apatis dari sebagian warga Kota Malang yang terdaftar dalam daftar pemilih akan pentingnya berpartisipasi dalam pemilu juga menentukan angka kehadiran pemilih di TPS. Beberapa responden tidak menemukan pentingnya menggunakan hak pilihnya dalam pemilu bagi diri mereka. Banyak diantara responden berpendapat bahwa perbaikan kehidupan mereka didapat dengan berkerja keras bukan dari hasil menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Namun beberapa diantara responden juga berpendapat bahwa mereka hanya digunakan sebagai alat dari para kandidat peserta pemilu untuk mencapai tujuan mereka dan tujuan dari partai politik peserta pemilu. Begitu pelaksanaan pemilu janji – janji politik selama kampanye tidak pernah terrealisasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan yang menyatakan:

“ Maaf ya mas, saya kemarin tidak datang dan nyoblos pas pemilu, karena sekarang ini caleg – caleg dan capres/cawapres kebanyakan janji. Pas kampanye janji ini, janji itu tapi pas sudah jadi lupa sama janjinya.” (WW-R45/Kk/24/7/2015)

Merupakan pekerjaan rumah bagi pihak – pihak terkait dalam menurunkan angka ketidak hadiran pemilih dalam pemilu karena faktor alasan lain ini. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan peningkatan angka ketidak hadiran pemilih akibat sikap politik dan sikap apatis pemilih di Kota Malang.

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait