• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep Kecemasan

2.3. Anak Usia Prasekolah

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Menurut Hidayat (2009), Proses percepatan dan perlambatan tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Faktor Herediter. Faktor herediter merupakan faktor dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang, 2) Faktor Lingkungan.

17

meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, penggunaan obat-obatan, alkohol atau kebiasaan merokok.Fakptor lingkungan pacsa lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga, nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. 2.3.3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Santrock (2011), perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian dimana pertimbuhan yang tercepat selalu jadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas ke bawah, perkembangan sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya menggunakan bagian atas sebelum mereka menggunakan tubuh bagian bawahnya.

Prinsip proximodistal (dari dalam ke luar) yaitu pertumbuhan dan perkembangan bergerak dari tubuh bagian dalam ke luar. Anak-anak belajar mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas (yang lebih dekat dengan bagian tengah tubuh) kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki (Papalia,dkk, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Anak merupakan anugerah, karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan matabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisk, psikologis, sosial, dan spritual) yang berbeda dengan orang dewasa, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehantannya terjaga, sedangkan bila anak sakit maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spritual (Ramdaniati, 2011).

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak yang yang mengalami masalah kesehatan juga sangat mempengaruhi proses perkembangannya. Anak yang tidak terbiasa dengan kondisi di rumah sakit akan banyak mengalami kesulitan dalam proses penyembuhan tersebut. Anak yang dirawat di rumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya dan tenaga kesehatan yang menanganinya, pergaulan dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Wong, 2009).

2

Sehat dan sakit merupakan sebuah rentang yang dapat dialami oleh semua manusia, tidak terkecuali oleh anak. Anak dengan segala karakteristiknya memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami sakit jika dikaitkan dengan respon imun dan kekuatan pertahanan dirinya yang belum optimal (Makum, 2002 dalam Ramdaniati, 2011).

Kecemasan adalah salah satu masalah yang sering muncul pada anak yang dirawat inap di rumah sakit. Hal ini dikarenakan anak merasa asing dengan lingkungan di rumah sakit yang berbeda jauh dengan lingkungan rumah, berpisah dengan keluarga dan merasakan nyeri karena penyakitnya sehingga berdampak pada kondisi psikologis anak (Wong, 2009).

Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan pada semua tingkat usia.Hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh tekanan, terutama karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan (Potter & Perry, 2005). Hospitalisasi juga merupakan sebuah situasi yang penuh stress bagi anak dimana anak harus menjalani perawatan selama di rumah sakit dan diperhadapkan dengan lingkungan atau prosedur yang tidak diharapkan untuk dilakukan (Tsai, 2007).

Menurut Potter & Perry (2005), kemampuan koping pada anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi meliputi protes, putus asa, agresi (tersinggung, frustasi) dan regresi (kehilangan pengendalian, ketergantungan). Dampak hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak sering

3

merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman. Tingkat rasa aman pada setiap anak berbeda. Beberapa anak lebih pemalu dan cepat cemas dibanding anak lain.

Hospitalisasi dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan menjadi stressor sehingga dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa ia dirawat/ terluka, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan, kebiasaan sehari-hari dan keterbatasan mekanisme koping. Pada anak yang dirawat akan muncul tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang merawatnya, dan kerapkali harus berhubungan atau bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan bagi anak-anak (June, 2003 dalam Mardaningsih, 2011).

Anak yang tidak terbiasa dengan kondisi di rumah sakit akan banyak mengalami kesulitan dalam proses penyembuhan tersebut. Anak yang dirawat di rumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya dan tenaga kesehatan yang menanganinya, pergaulan dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Wong, 2009).

Rawat inap atau hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Lingkungan rumah

4

tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih yang dikenakan oleh perawat. Dengan adanya stressor tersebut, anak dapat mengalami distress seperti gangguan tidur, pembatasan aktivitas, distress psikologis mencakup marah, takut, sedih, dan rasa bersalah (Wong, 2009).

Anak-anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres (Kain, 2006 dalam Apriliawati, 2011). Anak-anak yang menjalani hospitalisasi di Indonesia diperkirakan 35 per 1000 anak (Sumarko, 2008 dalam Purwandari, 2009). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga tahun 2005, menunjukkan persentase angka kesakitan anak (Morbidity Rate) sebanyak 15,50% (Susenas, 2005). Perawatan anak selama sakit selama dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi menimbulkan krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan keluarganya. Saat anak berada di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing dan pemberian asuhan yang tidak dikenal. Anak juga sering kali berhadapan dengan prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui (Wong, 2009).

Kecemasan pada anak-anak telah diakui sebagai masalah selama bertahun-tahun yang menyebabkan anak sering menunda dan menolak untuk melakukan perawatan. Suatu penelitian di Australia memperkirakan bahwa antara 50% hingga 80% dari seluruh kasus penyakit yang terjadi berkaitan secara langsung dengan kecemasan sebagai faktor etiologi (Amaliah, 2014).

5

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa penting melakukan penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan nyata dengan judul pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia sekolah yang di rawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Dokumen terkait