• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing

2.4.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dijadikan proksi ketidakpastian, karena perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal masyarakat dibandingkan perusahaan yang berskala kecil. Menurut Siregar dan Siddharta (2006), “semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi saham semakin banyak”. Informasi yang dapat dipercaya mengenai perusahaan sangat diperlukan investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.

Menurut Sawir (2004:101) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:

1) Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan

perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.

2) Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam

kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih

menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.

3) Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat

perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen

Menurut Helen (2005) mengemukakan tentang ukuran perusahaaan bahwa, “Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan”. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh investor di masa depan dapat diperkecil dengan banyaknya informasi yang diperoleh.

2.4.2. Underwriter

Underwriter berperan membantu perusahaan yang membutuhkan dana dengan memasarkan saham kepada para investor. Perusahaan menunjuk underwriter untuk menjual saham di pasar perdana. Menurut Sunariyah (2003:116):

”Penjamin emisi (underwiter) merupakan lembaga yang mempunyai peran kunci pada setiap emisi efek di pasar modal. Mereka memberi informasi

yang perlu diperhatikan emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat

melakukan penawaran. Dalam menjalankan fungsinya, underwiter

dituntut untuk profesional dan memiliki integritas yang tinggi di mata masyarakat. Penjamin emisi akan menolak perusahaan yang menyediakan informasi yang menyesatkan untuk masyarakat. Apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian informasi dalam prospektus yang mengakibatkan kerugian bagi investor, underwriter akan bertanggung jawab atas kesalahan tersebut”.

Emiten yang menggunakan underwriter dengan tingkat kualitas yang baik dapat mengurangi informasi yang tidak pasti mengenai perusahaan yang dapat merugikan investor.

Menurut Rusdin (2008:37) terdapat empat jenis kontrak penjaminan emisi berdasarkan tipe kesanggupan penjaminan yaitu:

1) Kesanggupan Penuh (Full Firm Commitment)

Penjamin model ini mengambil risiko penuh. Penjamin emisi menyatakan kesanggupan penuh (full commitment). Dalam hal saham/obligasi terjual sebagian maupun seluruhnya, penjamin emisi akan membeli seluruh saham/obligasi yang tidak laku itu dengan harga yang sama dengan harga

penawaran kepada pemodal secara umum. Penjaminan full commitment

seperti itu berlaku urutan “menjual dan membeli” (sell and purchase), karena bila tidak laku baru dibeli.

2) Kesanggupan Terbaik (Best Efforts Commitment)

Kesanggupan model ini hanya menuntut penjaminan emisi agar berusaha sebaik mungkin menjual saham/obligasi emiten supaya banyak/semuanya laku. Bila pada akhir masa penjualan masih ada saham/obligasi yang tidak laku, saham/obligasi itu akan dikembalikan kepada emiten. Tidak ada

kewajiban bagi penjamin emisi untuk membeli saham-saham yang tidak laku itu.

3) Kesanggupan Siaga (Standby Commitment)

Menurut kesanggupan siaga ini, bila ada saham/obligasi yang tidak laku sampai batas waktu penjualan yang telah ditentukan, penjamin emisi akanbersedia pula membeli saham/obligasi yang tidak laku itu. Hanya saja harga pembelian oleh penjamin emisi itu tidak sama dengan harga penawaran umum.

4) Kesanggupan Semua atau Tidak Sama Sekali (All of None Commitment)

Penjamin emisi akan berusaha menjual saham/obligasi emiten sampai laku semua. Bila saham/obligasi yang ditawarkan itu tidak laku semua, maka saham/obligasi yang telah dipesan oleh pemodal, transaksinya dibatalkan. Jadi semua saham/obligasi tidak jadi dijual, dikembalikan kepada emiten dan emiten tidak mendapat sedikit danapun. Komitmen ini timbul dengan latar belakang bahwa perusahaan membutuhkan modal dalam skala tertentu. Bila jumlah itu tidak tercapai berarti investasi perusahaan kurang bermanfaat. Oleh karena itu lebih baik tidak jadi.

Fungsi underwriter pada IPO yaitu menjamin terjualnya saham sesuai dengan tipe penjaminan yang disepakati dan menentukan harga penawaran yang tepat bersama-sama dengan emiten. Underwriter juga memberi nasehat mengenai hal yang perlu diperhatikan oleh emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk melakukan penawaran.

2.4.3. Leverage

Leverage (leverage ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar utang dalam pembelajaan perusahaan. Posisi utang suatu perusahaan menunjukkan besarnya dana dari luar yang digunakan untuk memperoleh laba. Menurut Syafri (2008:303) menyatakan bahwa “rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya/kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi”.

Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan maka akan semakin tinggi faktor ketidakpastian perusahaan dan berpengaruh negatif terhadap initial return.

2.4.4. Return on Equity

Return on Equity atau ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Sartono (2001:124), “Return on Equity dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar”. ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak yang dimiliki perusahaan.

Menurut Sudana (2011:22) “Return on Equity penting bagi pihak

pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak perusahaan”. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula efisensi perusahaan dalam mengelola modal sendiri yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Dokumen terkait