SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
UNDERPRICING
SAHAM PADA PERUSAHAAN
NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH
MITHA PRIHANTINI
120521026
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING
SAHAM PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel ukuran perusahaan, underwriter, leverage, return on equity (ROE) secara bersama-sama maupun secara individu terhadap underpricing pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data yang digunakan diperoleh dari hasil publikasi pada Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan yang telah diaudit selama periode penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi liniear berganda. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan di Bursa Efek Indonesia yang melakukan IPO (Initial Public Offering) pada periode 2010-2013, yang berjumlah 100 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 perusahaan, penarikan
sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan, ukuran perusahaan, underwriter, leverage, dan return on equity (ROE) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing. Secara parsial, ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap underpricing, underwriter dan return on equity (ROE) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap underpricing, sedangkan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing pada perusahaan non-keuangan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE FACTORS THAT AFFECT UNDERPRICING SHARE ON NON FINANCIAL COMPANY IN
THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This research aims to test the influence of variables size, underwriter, leverage, return on equity (ROE) collectively and individually towards underpricing at non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange. This research is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from data pulished by Indonesia Stock Exchange which has audited for research period. Method of data collection used study literature. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression. The population of this research is a non-financial company in Indonesia Stock Exchange that do an IPO (Initial Public Offering) in the period 2010-2013, which amounts to 100 companies. The sample of this research are 47 companies, which was done by using purposive sampling method. The results of this research show that simultaneously, size, underwriter, leverage, and return on equity (ROE) are jointly contributing positively and significantly to the underpricing. Partially, the size has a significant negative effect to underpricing, underwriter and return on equity (ROE) have a not significant and negative effect to underpricing, while leverage has a significant postive effect to underpricing at non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya berupa pengetahuan, pengalaman,
serta shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang turut berpartisipasi secara moril, materil dan spiritual. Ungkapan terima
kasih kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Farid Fadhil dan Ibunda
Rosmiati Rn, Abang Farid Faisal, Adik Khairul Imam dan Kakak Asri Pratiwi yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi yang tiada henti kepada penulis.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, M.E.dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si.,selaku Ketua dan
Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si.,danIbu Dra. Friska Sipayung,
M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Manajemen Fakultas
4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang juga telah
saran, dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah mendidik penulis dan memberikan
ilmu selama masa perkuliahan, serta seluruh pegawai dan staf Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
7. Kepada teman-teman dan sahabat penulis, khususnya sahabat seperjuangan di
Ekstensi (Ai, Seri, Tarida, Kenola, dan Hesty) yang bersedia membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini danteman-teman S1 Manajemen
Ekstensi stambuk 2012-gelombang 1 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah memberikan semangat selama ini.
8. Kepada teman-teman “attackers” (Dimi, Hazu, Iqbal dan Windy) yang selalu
memberikan semangat dan bersedia meluangkan waktu mendengarkan cerita
perjalanan skripsi ini.
9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang membutuhkannya dalam mendapatkan ilmu, khususnya
bagi penulis sendiri. Amin.
Medan, April 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal ... 9
2.2. Initial Public Offering (IPO) ... 10
2.3. Underpricing ... 13
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing ... 15
2.4.1. Ukuran Perusahaan ... 15
3.8.1. Analisis Deskripsi ... 32
3.8.2. Regresi Linier Berganda ... 33
3.9. Uji Asumsi Klasik ... 33
3.10. Pengujian Hipotesis ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 39
4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 64
4.2.1. Statistik Deskriptif ... 64
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 66
1. Uji Normalitas ... 66
2. Uji Heterokedastisitas ... 68
3. Uji Multikolinearitas ... 70
4. Uji Autokolerasi ... 72
4.2.3 Analisis Regresi ... 73
4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 75
1. Uji Signifikansi Simultan (F-test) ... 75
2, Uji Parsial ( t-test) ... 77
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 82
5.2. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Data Underwriter, Ukuran Perusahaan, Leverage,
Return on Equity dan Underpricing Saham ... 5
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
3.1 Variabel dan Definisi Operasional ... 29
3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel ... 30
4.1 Statistik Deskriptif Penelitian ... 64
4.2 Pengujian Normalitas ... 68
4.3 Pengujian Heterokedastisitas ... 70
4.4 Pengujian Multikolinearitas ... 71
4.5 Pengambilan Keputusan Durbin Watson ... 72
4.6 Pengujian Autokolerasi ... 73
4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 74
4.8 Hasil Uji-F ... 76
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Proses Penawaran Umum Perdana ... 12
2.2 Pengujian Underpricing pada Saat IPO ... 14
2.3 Kerangka Konseptual ... 25
4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ... 66
4.2 Hasil Uji Normalitas dengan P-P Plot ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Perusahaan non-Keuangan yang Terdaftar
dan Penarikan Sampel Berdasarkan Kriteria ... 87
2 Daftar Harga Saham Perdana dan
Harga Saham Sekunder ... 90
3 Daftar Total Aset, Total Kewajiban, Ekuitas
dan Laba Setelah PajakPerusahaan ... 92 4 Daftar Underwriter Perusahaan ... 94
5 Daftar Ukuran Perusahaan, Leverage,
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING
SAHAM PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel ukuran perusahaan, underwriter, leverage, return on equity (ROE) secara bersama-sama maupun secara individu terhadap underpricing pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data yang digunakan diperoleh dari hasil publikasi pada Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan yang telah diaudit selama periode penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi liniear berganda. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan di Bursa Efek Indonesia yang melakukan IPO (Initial Public Offering) pada periode 2010-2013, yang berjumlah 100 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 perusahaan, penarikan
sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan, ukuran perusahaan, underwriter, leverage, dan return on equity (ROE) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing. Secara parsial, ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap underpricing, underwriter dan return on equity (ROE) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap underpricing, sedangkan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing pada perusahaan non-keuangan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE FACTORS THAT AFFECT UNDERPRICING SHARE ON NON FINANCIAL COMPANY IN
THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This research aims to test the influence of variables size, underwriter, leverage, return on equity (ROE) collectively and individually towards underpricing at non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange. This research is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from data pulished by Indonesia Stock Exchange which has audited for research period. Method of data collection used study literature. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression. The population of this research is a non-financial company in Indonesia Stock Exchange that do an IPO (Initial Public Offering) in the period 2010-2013, which amounts to 100 companies. The sample of this research are 47 companies, which was done by using purposive sampling method. The results of this research show that simultaneously, size, underwriter, leverage, and return on equity (ROE) are jointly contributing positively and significantly to the underpricing. Partially, the size has a significant negative effect to underpricing, underwriter and return on equity (ROE) have a not significant and negative effect to underpricing, while leverage has a significant postive effect to underpricing at non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lingkungan bisnis saat ini sangat berkembang dan menciptakan kondisi
persaingan yang ketat. Perkembangan ini mengakibatkan perusahaan berusaha
melakukan berbagai cara agar mampu bertahan dan berkembang dalam
persaingan yang ketat. Demi mencapai pertumbuhan serta perkembangan yang
diharapkan, perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk hal tersebut.
Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan semakin besar seiring dengan
perkembangan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut dapat diperoleh dari dalam
perusahaan dan dari luar perusahaan. Dana yang bersumber dari dalam
perusahaan dapat berasal dari modal sendiri, laba ditahan akumulasi penyusutan,
sedangkan dana yang bersumber dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur
dan maupun dari penambahan kepemilikan saham. Salah satu alternatif dari luar
perusahaan adalah dengan menambahkan kepemilikan saham dengan cara
menjual saham perusahaan kepada publik atau go public.
Saham merupakan surat berharga yang bersifat penyertaan, dengan demikian
jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, yang bersangkutan melakukan
penyertaan modal atas perusahaan tersebut (Darmadji, 2006) dalam Sugiarto
(2009:33). Pemegang saham dapat menerima hasil dari penyertaan modal setelah
perusahaan membayar kewajibannya, seperti gaji karyawan, pajak, termasuk
Perusahaan yang menerbitkan dan menjual saham dinamakan emiten, dan
yang membeli saham dinamakan investor sedangkan pihak penjamin emisi adalah
underwriter. Pihak emiten menginginkan dana yang diterima besar sehingga
menawarkan harga saham yang tinggi. Penawaran dengan harga yang tinggi
meningkatkan risiko kerugian saham tidak terjual, disinilah kemampuan
underwriter dalam menentukan harga saham untuk mengurangi risiko tidak
terjual. Jika saham tidak terjual maka underwriter yang membeli saham yang
ditawarkan tersebut. Oleh karena itu, underwriter harus memiliki banyak
informasi yang dibutuhkan dalam penawaran saham tersebut, sehingga emiten
memperoleh kesepakatan dalam menentukan harga saham yang ditawarkan dan
meminimalisir kerugian penawaran saham yang tidak terjual.
Perusahaan menjual saham pertama sekali di pasar perdana. Pasar perdana
merupakan pasar untuk penjualan saham perusahaan untuk pertama kalinya
sebelum ke pasar sekunder. Menurut Brealey et al., (2007:160) “pasar sekunder
adalah pasar tempat sekuritas yang telah diterbitkan sebelumnya diperdagangkan
di antara investor”.
Pada pasar perdana perusahaan akan menjual saham kepada publik atau go
public memulai tahapan awal yang dinamai dengan IPO. Menurut Manurung,
(2013:1) “IPO adalah sebuah proses yang dilakukan perusahaan untuk
mendapatkan dana dari publik dimana dana digunakan untuk mendanai ekspansi
perusahaan dan biasanya harus memenuhi undang-undang tentang penawaran
tentang Pasar Modal”. IPO (Initial Public Offering) merupakan penawaran saham
perdana suatu perusahaan yang pertama kali dijual di public.
Pada saat IPO di pasar perdana terdapat suatu fenomena yang menarik, yakni
harga saham yang ditawarkan di pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan
harga saham ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Kondisi ini lebih dikenal
dengan underpricing.Menurut Brealey et al., (2007:417) “Underpricing terjadi
saat menerbitkan sekuritas pada harga penawaran yang ditetapkan di bawah nilai
sekuritas sebenarnya”.
Underpricing dapat terjadi karena bebearapa faktor, diantaranya ukuran
perusahaan, underwriter, leverage dan return on equity. Ukuran perusahaan (size)
perusahaan digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan,
sehingga ketidakpastian investor terhadap informasi perusahaan dimasamendatang
bisa diketahui. Perusahaan besar lebih mudah bagi investor untuk mendapat
informasi dibandingan dengan perusahaan kecil.
Underwriter merupakan penjamin emisi yang membuat kontrak dengan
emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan perusahaan atau
emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual
(Gumanti, 2011:68). Underwriter menawarkan saham kepada investor dengan
memberikan informasi mengenai emiten dan meyakinkan investoruntuk membeli
saham yang ditawarkan.
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan
pendaan perusahaan. Return on equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan
memperoleh laba bagi investor. Apabila ROE tinggi, maka mampu
meminimalisir underpricing yang terjadi pada penawaran perdana, hal juga harus
diperhatikan oleh emiten karena menjadi dasar penentuan ketika penawaran
saham perdana.
Dari tahun 2010 hingga tahun 2013 terdapat 100 emiten yang melakukan
IPO (Initial Public Offering) yang terdiri dari perusahaan keuangan dan
perusahaan non-keuangan. Perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia terdiri dari sub sektor bank, sub sektor lembaga pembiayaan, sub sektor
perusahaan efek, dan sub sektor asuransi. Perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari sub sektor pertanian, sub sektor
pertambangan, sub sektor industri dasar dan kimia, sub sektor aneka industri, sub
sektor industri barang dan komunikasi, sub sektor properti dan real estate, sub
sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi.
Perusahaan keuangan yang melakukan IPO antara tahun 2010 hingga 2013
yakni 12% dari 100 emiten yang IPO atau sekitar 12 perusahaan. Hal ini jauh
berbeda dengan perusahaan non-keuangan yang melakukan IPO antara tahun
2010 hingga 2013 yakni 88% dari 100 emiten atau sekitar 88 perusahaan.
Kondisi inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada
sektor non-keuangan yang berjumlah lebih besar dibandingkan perusahaan
keuangan. Selain itu, perusahaan non-keuangan memiliki sekitar 40% perusahaan
Tabel 1.1
Data Underwriter, Ukuran Perusahaan, Leverage, Return on Equity dan
Underpricing Saham Beberapa Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2013
No. Kode
Leverage Return on Equity
Pasar
26 921.106.134 940.811.328 1.227.412.2
Pada Tabel 1.1, menunjukkan peringkat underwriter, ukuran perusahaan,
leverage dan return on equity dengan tingkat underpricing pada perusahaan
non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013.
Dapat dilihat dari empat perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang memiliki tingkat underpricing yang cukup tinggi adalah
perusahaan dengan kode emiten ROTI yaitu PT Nippon Indosari Corporindo Tbk
dengan tingkat underpricing 0,192%, dan harga saham sekunder Rp 1490 lebih
tinggi dari harga saham perdana yang hanya Rp 1250.
Peringkat underwriter berdasarkan 50most active idx members in total
trading volume yang terdapat di dalam fact book yang diterbitkan oleh
Underwriter merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Tama Tbk menggunakan jasa PT Danatama Makmur sebagai underwriter dan
berada pada posisi 32 dari 50 most active idx members in total trading volume
diterbitkan olefact book.
Pada tingkat leverage sendiri, dapat dilihat bahwa kode emiten SAME yakni
PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk memiliki total kewajiban yang cukup
besar jika dibandingkan dengan total aset yang dimiliki oleh SAME. Total
kewajiban sebesar Rp 244.644.203.877 dan total aset sebesar Rp
377.654.879.974, maka diperoleh nilai leverage sebesar 0,6478%. Sedangkan,
nilai return on equity diperoleh dari perbandingan antara laba setelah pajak
dengan modal sendiri atau ekuitas. Kode emiten BULL atau PT PT Buana Listya
Tama Tbk memiliki perbandingan antara laba setelah pajak dengan ekuitas yang
lebih besar dibandingkan ketiga emiten lainnya. Laba setelah pajak BULL sebesar
Rp 940.811.328 dan ekuitas sebesarRp 1.227.412.292, maka diperoleh hasil
perbandingan keduanya yakni sebesar 0,7665%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi underpricinginilah yang menjadi fenomena gap dalam penelitian
ini.
Berdasarkan Tabel 1.1, bahwakode emiten BULL memiliki underpricing
terendah yakni sebesar 0,071 atau sebesar 0,071%, tetapi jasa penjamin emisi atau
underwriter yang digunakan berada pada peringkat ke 32 di most active idx
members in total trading volume diterbitkan olehfact book.
Sedangkan untuk leverage,dapat dilihat melalui total hutang Rp 921.106.134 dan
Pada PT Nippon Indosari Corporindo dengan kode emiten ROTI
menggunakan jasa PT OSK Nusadana Securities Indonesia sebagai penjamin
emisi atau underwriter dan berada pada peringkat ke-5 dari 50 penjamin emisi
yang tercatat pada most active idx members in total trading volume diterbitkan
oleh fact book. Ukuran perusahaan yang dimiliki oleh
emiten ROTI sebesar Rp 346.977.673.235, lebih besar dibandingkan dengan
emiten BULL yang hanya Rp 284.285.0618.000. ROTI memiliki total aktiva
sebesar Rp 568.265.341.826 dan total kewajiban sebesar Rp
112.812.910.988, maka diperoleh leverage sebesar 0,1985%. Sedangkan, untuk
pengembalian laba yang diukur dengan menggunakan return on equity (ROE),
perbandingan antara laba setelah pajak dan ekuitas, kode emiten ROTI memiliki
laba setelah pajak sebesar Rp 99.775.124.375 dan ekuitas sebesar
Rp 455.452.430.838 maka diperoleh nilai ROE sebesar 0,2191%.
Fenomena yang menunjukkan reputasi underwriter, ukuran perusahaan,
leverage dan return on equity mempengaruhi underpricing. Variabel-variabel
yang diteliti antara lain reputasi underwriter, ukuran perusahaan, leverage dan
return on equity (ROE).
Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena di atas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul“Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Non-Keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Untuk membatasi pembahasan, maka peneliti menentukan batasan masalah
yakni “Apakah underwriter, ukuran perusahaan, leverage dan return on equity
(ROE) terhadap underpricing pada perusahaan non-keuangan di Bursa Efek
Indonesia?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
underwriter, ukuran perusahaan, leverage dan return on equity (ROE) terhadap
underpricing pada perusahaan non-keuangan di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sebelum mengambil keputusan
untuk melakukan IPO, agar tidak terjadi underpricing saham.
2. Bagi Investor
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal, dengan menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap underpricing saham pada saat
perusahaan melakukan IPO.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal
Pasar modal didefinisikan pada Undang-Undang No. 8 tahun 1995 sebagai
“kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal dapat diartikan sebagai
pasar untuk memperjualbelikan/memperdagangkan sekuritas yang pada umumnya
memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin,
2001:13).
Menurut Husnan (1994) dalam Hari (2005), “pasar modal sebagai pasar
dengan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) dalam jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan di bursa, baik dalam bentuk hutang maupun dalam bentuk modal
sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, publik, atau perusahaan swasta”. Pasar
modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau
long-term financial assets, jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar
modal memilki jatuh tempo lebih dari satu tahun, bentuk umum surat berharga
yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham preferens, dan saham
Perusahaan lebih memilih tambahan dana yang bersumber dari pasar modal
karena jangka panjang yakni waktu lebih dari satu tahun. Keputusan
mentransaksikan sekuritas (surat berharga) dalam jangka panjang karena
memberikan pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan jangka pendek (kurang
dari satu tahun), semakin lama waktu jatuh tempo instrumennya maka makin
tinggi resiko tidak kembalinya dana yang diinvestasikan sehingga makin tinggi
pula pengembalian yang dapat diharapkan, (Salvanita, 2009:3). Berdasarkan
beberapa pengertian tentang pasar modal, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan sarana perusahaan untuk menambah sumber dana dan
mengembangkan usaha, seperti ekspansi, serta penambahan modal kerja.
2.2.Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang membutuhkan dana dapat melakukan penerbitan surat
berharga atau sekuritas seperti saham (stock) dan obligasi (bond). Surat berharga
yang baru diterbitkan dapat dijual dalam bentuk penawaran perdana ke publik
(Initial Public Offering atau IPO). Menurut Gumanti (2011:69), “IPO atau
disebut juga unseasoned equity offering adalah suatu peristiwa dimana untuk
pertama kalinya suatu perusahaan menjual atau menawarkan sahamnya kepada
khalayak ramai (publik) di pasar modal. Penawaran pasar perdana (IPO)
dilakukan pertama kali oleh perusahaan yang menawarkan saham biasa ke
masyarakat umum (publik) (Horne and John, 2007:343).
Penjualan sekuritas kepada publik dilakukan pertama sekali di pasar perdana.
adalah penawaran surat berharga untuk pertama kali kepada pemodal selama masa
tertentu sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di bursa. Nama lain dari pasar
perdana adalah pasar primer. Menurut Sartono (2001:33), “pasar primer adalah
pasar tempat penjualan surat berharga untuk pertama kali atau disebut juga
dengan pasar emisi surat berharga baru karena untuk pertama kali emisi surat
berharga tersebut dijual”.
Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan akan menerbitkan
prospektus yaitu informasi mengenai perusahaan secara mendetail secara ringkas
yang diumumkan di media massa. Prospektus ini berfungsi untuk memberikan
informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga
dengan adanya informasi maka investor bisa mengetahui prospek perusahaan di
masa mendatang, dan selanjutnya tertarik untuk membeli sekuritas yang
diterbitkan emiten (Tandelilin, 2001:14). Proses penjualan sekuritas di pasar
perdana ditunjang oleh pendukung pasar modal yakni penjamin emisi
(underwriter) yang bertindak sebagai perantara dengan investor yang akan
membeli saham. Underwriter yang telah dipilih perusahaan akan membantu
perusahaan dalam memasarkan saham kepada investor dan menentukan harga
perdana saham.
Dokumen yang telah lengkap untuk menerbitkan sekuritas, selanjutnya akan
diserahkan oleh emiten kepada BAPEPAM untuk mendapatkan ijin. BAPEPAM
akan mempelajari dokumen terlebih dahulu dan melakukan evaluasi terhadap tiga
pengungkapan aspek akuntansi, manajemen dan legalitas. Setelah mendapatkan
ijin dari BAPEPAM, maka emiten dapat melakkan penawaran di pasar perdana.
Di Indonesia proses penawaran umum perdana dapat dilihat pada bagan
berikut:
Gambar 2.1 Proses Penawaran Umum Perdana
Keterangan:
1. Profesional dan lembaga pendukung pasar modal yang membantu emiten
menyiapkan penawaran umum.
2. Emiten menyerahkan pernyataan pendaftaran pada BAPEPAM.
3. Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM.
4. Emiten beserta professional dan lembaga pendukung melakukan penawaran
umum di pasar perdana.
Sumber: Jakarta Stock Exchange
Emiten yang persyaratan pendaftarannya telah menjadi efektif atau
perusahaan publik mempunyai kewajiban sebagai berikut: Profesional dan
Lembaga
pendukung pasar modal
E M
I T E N
BAPEPAM
a. Menyampaikan laporan secara berkala kepada BAPEPAM dan
mengumumkan laporan tersebut kepada maeyarakat.
b. Menyampaikan laporan kepada BAPEPAM dan mengumumkan kepada
masyarakat tentang peristiwa materiil yang dapat mempengaruhi harga efek
selambat-lambatnya pada akhir hari kedua setelah terjadinya peristiwa
tersebut.
c. Selain itu direksi, komisaris perusahaan publik dan semua pihak yang
memiliki sekurang-kurangnya 5% saham perusahaan publik wajib melaporkan
kepada BAPEPAM atas kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya
atas saham perusahaan tersebut.
Sumber: Jakarta Stock Exchange
2.3.Underpricing
Harga penawaran perdana saham lebih rendah dari harga saat penutupan di
hari pertama pasar sekunder maka saham tersebut dikatakan mengalami
underpricing. Menurut Rodoni dan Othman (2002:180) “Terkurang harga
(underpricing) terjadi lebih tinggi karena lebih besar tingkat campur tangan
pemerintah, permulaan dalam proses penawaran mum yang digunakan ialah harga
penawaran yang tetap dan perusahaan yang melakukan penawaran umum berisiko
lebih tinggi”.
Underpricing terjadi karena perbedaan kepentingan dari pihak-pihak yang
terkait dalam penawaran saham perdana, yakni emiten, investor dan penjamin
perdana cenderung dipatok penjamin emisi pada level lebih rendah dari harga
sesuai penilaian pasar sehingga mengundang munculnya permintaan berlebihan
dari investor”. Apabila dicermati dari sudut pandang emiten maka penetapan
harga yang rendah ini merugikan karena mengakibatkan hilangnya kesempatan
untuk mendapatkan dana secara maksimal. Sebaliknya jika harga ditetapkan
terlalu tinggi maka penjamin emisi harus menanggung biaya dan risiko yang
semakin besar karena hanya sedikit investor yang melakukan pembelian sehingga
kemungkinan besar wajib membeli sisa saham yang tidak laku apabila
memberikan jaminan full commitment.
Pengujian underpricing pada saat IPO dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.2 Pengujian Underpricing pada Saat IPO
Pada saat underpricing terdapat teori-teori yang mendasari hal tersebut dapat
terjadi. Terdapat tiga teori yang menjelaskan mengenai terjadinya underpricing
menurut Ritter (1999) dalam Hapsari (2012):
Teori ini berpendapat bahwa underwriter sebagai pihak yang lebih
mengetahui kondisi pasar modal cenderung menetapkan harga yang lebih
rendah untuk menghindari risiko yang ditanggungnya. Ketika perusahaan
sekuritas tersebut go public, mereka cenderung membuat harga sahamnya
sendiri underpriced. Hal seperti ini, berhasil meyakinkan klien (calon
emiten) dan badan pengatur pasar modal bahwa underpricing adalah hal
yang normal terjadi pada IPO.
2. The Lawsuit Avoidance Hypotesis.
Teori ini berpendapat bahwa fenomena underpricing tersebut merupakan
cerminan dari upaya underwriter dan issuer untuk menjaga dan
menghindarkan akibat hukum di masa yang akan datang dan risiko
penurunan reputasinya karena tidak menyajikan nilai perusahaan yang
sesungguhnya.
3. The Ownership Dispersion Hypotesis.
Teori ini menyatakan emiten memiliki tujuan ketika merendahkan harga
saham perdananya yaitu untuk memperluas permintaan pasar sehingga
dapat memperoleh para pemegang saham minoritas dalam jumlah besar
(tidak ada pemegang saham mayoritas). Investor yang terbagi dalam
pemegang saham minoritas akan meningkatkan likuiditas saham dan
membuat pihak luar sulit untuk menguasai atau menentang kebijakan
manajemen.
2.4.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dijadikan proksi ketidakpastian, karena perusahaan
yang besar umumnya lebih dikenal masyarakat dibandingkan perusahaan yang
berskala kecil. Menurut Siregar dan Siddharta (2006), “semakin besar ukuran
perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan investasi saham semakin banyak”. Informasi yang dapat
dipercaya mengenai perusahaan sangat diperlukan investor dalam mengambil
keputusan untuk berinvestasi.
Menurut Sawir (2004:101) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang
berbeda:
1) Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya
kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi
maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari
penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika
penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin
kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga
sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return
lebih tinggi secara signifikan.
2) Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan
menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin
besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan
kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi
kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.
3) Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada
akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang
mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti
perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan
rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka
menjadi suatu sistem manajemen
Menurut Helen (2005) mengemukakan tentang ukuran perusahaaan bahwa,
“Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin
besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk
mendapatkan informasi mengenai perusahaan”. Tingkat ketidakpastian yang akan
dihadapi oleh investor di masa depan dapat diperkecil dengan banyaknya
informasi yang diperoleh.
2.4.2. Underwriter
Underwriter berperan membantu perusahaan yang membutuhkan dana
dengan memasarkan saham kepada para investor. Perusahaan menunjuk
underwriter untuk menjual saham di pasar perdana. Menurut Sunariyah
(2003:116):
yang perlu diperhatikan emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat
melakukan penawaran. Dalam menjalankan fungsinya, underwiter
dituntut untuk profesional dan memiliki integritas yang tinggi di mata masyarakat. Penjamin emisi akan menolak perusahaan yang menyediakan informasi yang menyesatkan untuk masyarakat. Apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian informasi dalam prospektus yang mengakibatkan kerugian bagi investor, underwriter akan bertanggung jawab atas kesalahan tersebut”.
Emiten yang menggunakan underwriter dengan tingkat kualitas yang baik
dapat mengurangi informasi yang tidak pasti mengenai perusahaan yang dapat
merugikan investor.
Menurut Rusdin (2008:37) terdapat empat jenis kontrak penjaminan emisi
berdasarkan tipe kesanggupan penjaminan yaitu:
1) Kesanggupan Penuh (Full Firm Commitment)
Penjamin model ini mengambil risiko penuh. Penjamin emisi menyatakan
kesanggupan penuh (full commitment). Dalam hal saham/obligasi terjual
sebagian maupun seluruhnya, penjamin emisi akan membeli seluruh
saham/obligasi yang tidak laku itu dengan harga yang sama dengan harga
penawaran kepada pemodal secara umum. Penjaminan full commitment
seperti itu berlaku urutan “menjual dan membeli” (sell and purchase),
karena bila tidak laku baru dibeli.
2) Kesanggupan Terbaik (Best Efforts Commitment)
Kesanggupan model ini hanya menuntut penjaminan emisi agar berusaha
sebaik mungkin menjual saham/obligasi emiten supaya banyak/semuanya
laku. Bila pada akhir masa penjualan masih ada saham/obligasi yang tidak
kewajiban bagi penjamin emisi untuk membeli saham-saham yang tidak
laku itu.
3) Kesanggupan Siaga (Standby Commitment)
Menurut kesanggupan siaga ini, bila ada saham/obligasi yang tidak laku
sampai batas waktu penjualan yang telah ditentukan, penjamin emisi
akanbersedia pula membeli saham/obligasi yang tidak laku itu. Hanya saja
harga pembelian oleh penjamin emisi itu tidak sama dengan harga
penawaran umum.
4) Kesanggupan Semua atau Tidak Sama Sekali (All of None Commitment)
Penjamin emisi akan berusaha menjual saham/obligasi emiten sampai laku
semua. Bila saham/obligasi yang ditawarkan itu tidak laku semua, maka
saham/obligasi yang telah dipesan oleh pemodal, transaksinya dibatalkan.
Jadi semua saham/obligasi tidak jadi dijual, dikembalikan kepada emiten
dan emiten tidak mendapat sedikit danapun. Komitmen ini timbul dengan
latar belakang bahwa perusahaan membutuhkan modal dalam skala
tertentu. Bila jumlah itu tidak tercapai berarti investasi perusahaan kurang
bermanfaat. Oleh karena itu lebih baik tidak jadi.
Fungsi underwriter pada IPO yaitu menjamin terjualnya saham sesuai
dengan tipe penjaminan yang disepakati dan menentukan harga penawaran yang
tepat bersama-sama dengan emiten. Underwriter juga memberi nasehat mengenai
hal yang perlu diperhatikan oleh emiten serta bagaimana dan kapan saat yang
2.4.3. Leverage
Leverage (leverage ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar utang dalam pembelajaan perusahaan. Posisi utang suatu perusahaan
menunjukkan besarnya dana dari luar yang digunakan untuk memperoleh laba.
Menurut Syafri (2008:303) menyatakan bahwa “rasio solvabilitas adalah rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya/kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi”.
Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi pula
tingkat risiko yang dihadapi perusahaan maka akan semakin tinggi faktor
ketidakpastian perusahaan dan berpengaruh negatif terhadap initial return.
2.4.4. Return on Equity
Return on Equity atau ROE digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham.
Menurut Sartono (2001:124), “Return on Equity dipengaruhi oleh besar kecilnya
utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan
makin besar”. ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba setelah pajak yang dimiliki perusahaan.
Menurut Sudana (2011:22) “Return on Equity penting bagi pihak
pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal
sendiri yang dilakukan oleh pihak perusahaan”. Semakin tinggi ROE maka
semakin tinggi pula efisensi perusahaan dalam mengelola modal sendiri yang
dilakukan oleh pihak perusahaan.
Underpricing merupakan fakta yang sering terjadi ketika perusahaan atau
emiten melakukan penjualan saham perdana di pasar perdana. Penelitian terhadap
underpricing juga sudah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
Penelitian tersebut menggunakan berbagai macam variabel serta hasil yang juga
berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan hasil dari
penelitian sebelumnya sebagai dasar penelitian. Pada Tabel 2.1 disajikan
penelitian-penelitian yang mengalisis variabel-variabel yang mempengaruhi
underpricing.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul penelitian Variabel Penelitian Alat uji Hasil Penelitian 1 Junaeni Public Offering di BEI
1. Variabel Underwriter berpengaruh negatif yang signifikan terhadap
underpricing.
2. Variabel Financial Leverage tidak terdapat pengaruh dan ke arah negatif terhadap underpricing.
3. Variabel Proceeds tidak berpengaruh yang signifikan terhadap
underpricing.
4. Variabel Jenis Industri tidak terdapat pengaruh yang signifikan ke arah positif terhadap underpricing.
2 Risqi dan
Auditor, Return on
Equity (ROE) dan
1. Variabel Underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
underpricing.
2. Variabel Reputasi Auditor tidak terdapat berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
3. Variabel Return on Equity tidak terdapat pengaruh dan tidak signifikan terhadap underpricing. 4. Variabel Tingkat Leverage tidak
Lanjutan Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul penelitian Variabel Penelitian Alat uji Hasil Penelitian
3 Kristianta Leverage, Jenis Industri
Dependen:
1. Variabel Underwriter terdapat pengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.
2. Variabel Reputasi Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
3. Variabel Umur Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
4. Variabel Ukuran Perusahaan terdapat pengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.
5. Variabel Tujuan Penggunaan Dana untuk Investasi terdapat pengaruh negatif dan signifikan terhadap
underpricing.
6. Variabel Profitabilitas Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
7. Variabel FinancialLeverage
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap underpricing. 8. Variabel Jenis Industri tidak
berpengaruh signifikan terhadap Auditor, Return on
Equity (ROE), Skala
1. Variabel Reputasi Penjamin Emisi terdapat pengaruh signifikan terhadap underpricing.
2. Variabel Reputasi Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
3. Variabel Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
4. Variabel Skala Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
Lanjutan Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat uji Hasil Penelitian 5 Ratnasari
Independen: Return on Equity, Debt to Equity
Ratio, Tingkat Inflasi,
Reputasi KAP dan terhadap underpricing.
2. Variabel Debt to Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
3. Variabel Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
4. Variabel Reputasi KAP terdapat pengaruh signifikan terhadap
underpricing.
5. Variabel Reputasi Penanggung terdapat pengaruh signifikan terhadap underpricing.
6 Soet dan
1. Variabel Underwriter terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap underpricing.
2. Variabel Ownership terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing.
3. Variabel Value Lost terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing.
4. Variabel Regulatory Effect terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing.
2.6. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian, yakni antara variabel-variabel bebas dengan variabel-variabel terikat (Erlina,
2008:28). Underpricing merupakan harga saham perdana yang lebih rendah
dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder. Menurut Hanafi
initialpublic offering. Ada kecenderungan bahwa harga penawaran di pasar
perdana selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari
pertama perdagangan”.
Harga saham perdana yang ditetapkan oleh perusahaan atau emiten di
pasar perdana tidak sepenuhnya ditentukan oleh emiten itu sendiri, ada pihak lain
yang turut serta menentukan harga saham tersebut, yakni pihak penjamin emisi
atau underwriter. Underwriter merupakan salah satu faktor yang sangat
diperhatikan dalam Initial Public Offering (IPO), memberi informasi yang perlu
diperhatikan emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat melakukan
penawaran, (Sunariyah, 2003:116).
Dalam kaitannya dengan underpricing, maka underwriter merupakan
pihak yang memberikan informasi emiten kepada investor, investor akan
mempertimbangkan informasi mengenai emiten yang diberikan oleh underwriter,
sebelum membeli saham emiten tersebut.
Ukuran perusahaan biasanya diukur dari total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Menurut Gumanti (2012:343), “size merupakan return pada
perusahaan kecil cenderung lebih besar walaupun sudah disesuaikan dengan
risiko”. Ukuran perusahaan atau size merupakan ukuran yang digunakan untuk
melihat seberapa besar perusahaan yang melakukan IPO.
Leverage digunakan untuk mengukur jumlah aset perusahaan yang
dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur, (Sadalia, 2010:62).
Leverage digunakan oleh investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
faktor yang dipertimbangkan oleh investor sebelum menanamkan modal, jika
ternyata perusahaan memiliki kewajiban yang cukup besar maka investor akan
mempertimbangkan untuk membeli saham.
Menurut Kasmir (2008:204), “hasil pengembalian ekuitas atau return on
equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri”. Investor akan memperhatikan tingkat
return on equity (ROE), karena semakin tinggi rasio ini maka posisi perusahaan
semakin kuat dan sebaliknya. Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio return on
equity yang tinggi akan diminati oleh investor untuk menanamkan modal.
Kemungkinan untuk terjadi underpricing sangat kecil, karena investor percaya
bahwa emiten atau perusahaan mampu memberikan laba dari investasi dan
sebaliknya.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan
kerangka konseptual seperti pada Gambar 2.2:
Ukuran Perusahaan
Underwriter
Leverage
Return on Equity (ROE)
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual 2.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitain ini adalah ukuran perusahaan, underwriter, leverage, dan return on
equity (ROE) berpengaruh signifikan baik secara parsil maupun simultan terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau
lebih (Sugiyono, 2010:11).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media
internet dengan situs
dan melakukan IPOperiode 2010-2013.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 sampai dengan bulan
Mei 2015.
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan. Penelitian
1. Variabel bebas (variabel independent), yaitu terdiri dari ukuran
perusahaan (X1), underwriter (X2), leverage (X3), dan return on equity
(ROE) (X4).
2. Variabel terikat(variabel dependent), yaitu underpricing (Y) pada
perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2010 -2013.
3.4. Definisi Operasional Variabel 3.4.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan ditunjukkan dengan jumlah total aset yang dimiliki
perusahaan.Ukuran perusahaan diukur dengan menghitung logaritma natural total
aktiva perusahaan pada periode terakhir perusahaan sebelum IPO (Titman dan
Wessels, 1988) dalam Kristiantari (2013).
3.4.2. Underwriter
Underwriter sebagai adalah pihak yang menghubungkan antara emitten
dengan investor mempunyai pengaruh terhadap tingkat underpricing dimana
penentuan harga saham perdana ditentukan oleh underwriter dengan emiten.
Pengukuran reputasi underwriter menggunakan metode yang dilakukan
oleh Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) mengukur dengan memberi nilai 1
untuk penjamin emisi yang masuk top 10 dalam 20 most active bkokerage house
monthly IDX berdasarkan total frekuensi perdagangan dan nilai 0 untuk penjamin
3.4.3. Leverage
Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya dengan
menggunakan modal sendiri merupakan leverage. Leverage diukur dengan rasio
total hutang dibandingkan ekuitas.
Leverage diukur dengan:
��������= Total hutang
Total ekuitasx 100%
3.4.4. Return on Equity
Return on Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba bagi pemegang saham. Nilai
ROE menunjukkann kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang ditanamkan
investor pada suatu perusahaan, (Kristiantari, 2013).
Return on Equity dapat dihitung dengan:
��������������= Laba setelah Pajak
Modal Sendiri x 100%
3.4.5. Underpricing
Underpricing merupakan harga saham saat penawaran perdana lebih
rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama.
Underpricing diukur dengan selisih antara harga penutupan saham di pasar
sekunder pada hari pertama dengan harga penawaran perdana di pasar primer,
Underpricing dapat dihitung dengan:
��= �1− �0
�0
x 100%
Dimana:
UP = tingkat underpricing
P1 = harga saham penutupan (closing price) pasar sekunder di hari
pertama
P0 = harga saham penawaran perdana (offering price)
Tabel 3.1
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Ukuran
Underwriter(X1) Pihak penjamin emisi
Memberikan nilai 1 untuk penjamin emisi yang masuk top 10 dan nilai 0 untuk yang tidak masuk top 10
Rasio
Ukuran Perusahaan (X2)
Logaritma natural total aktiva
perusahaan setahun sebelum IPO Ln TA Rasio
Leverage (X3)
Kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan ekuitas =
Total hutang
������������x 100% Rasio
Return on Equity (X4)
Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bagi investor =
Laba setelah Pajak
������������ x 100% Rasio
Underpricing (Y) Harga saham perdana lebih rendah dihari pertama pada saat penutupan =
�1− �0 �0
x 100% Rasio
3.5. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013,
yaitu sebanyak 100 perusahaan. Dengan menggunakan kriteria perusahaan yang
purposive sampling. Adapun kriteria untuk memilih sampel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan go public yang melakukan IPO selama periode 2010 sampai
2013.
2. Perusahaan non-keuangan.
3. Perusahaan yang mengalami underpricing.
4. Perusahaan yang menerbitkan/mempublikasikan laporan keuangan pada saat
IPO yang telah diaudit pada Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan kriteria penarikan sampel diatas, maka perusahaan yang menjadi
sampel penelitian ini berjumlah 47 perusahaan dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel
No. Nama Perusahaan Kode
1 PT Pembangunan Perumahan (PP) Persero Tbk PTPP
2 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI
3 PT Golden Retailindo Tbk GOLD
4 PT Evergreen Invesco Tbk GREN
5 PT Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA
6 PT Berau Coal Energy Tbk BRAU
7 PT Harum Energy Tbk HRUM
8 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
9 PT Agung Podomoro Land Tbk APLN
10 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk TBIG
11 PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk BORN
12 PT Wintermar Offshore Marine Tbk WINS
13 PT Midi Utama Indonesia Tbk MIDI
14 PT Bumi Resources Minerals Tbk BRMS
15 PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk SRAJ
16 PT Buana Listya Tama Tbk BULL
17 PT Salim Ivomas Pratama Tbk SIMP
18 PT Alkindo Naratama Tbk ALDO
19 PT Indo Straits Tbk PTIS
20 PT Sidomulyo Selaras Tbk SDMU
Lanjutan Tabel 3.2
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel
No. Nama Perusahaan Kode
22 PT Golden Energy Mines Tbk GEMS
23 PT Visi Media Asia Tbk VIVA
24 PT ABM Investama Tbk ABMM
25 PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk TELE
26 PT Surya Esa Perkasa Tbk ESSA
27 PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk BEST
28 PT Supra Boga Lestari Tbk RANC
29 PT Toba Bara Sejahtra Tbk TOBA
30 PT MNC Sky Vision Tbk MSKY
31 PT Tri Banyan Tirta Tbk ALTO
32 PT Gading Development Tbk GAMA
33 PT Inti Bangun Sejahtera Tbk IBST
34 PT Provident Agro Tbk PALM
35 PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk NELY
36 PT Adi Sarana Armada Tbk ASSA
37 PT Saraswati Griya Lestari Tbk HOTL
38 PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk SAME
39 PT Dharma Satya Nusantara Tbk DSNG
40 PT Sri Rejeki Isman Tbk SRIL
41 PT Acset Indonusa Tbk ACST
42 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk SMBR
43 PT Multipolar Technology Tbk MLPT
44 PT Siloam International Hospitals Tbk SILO
45 PT Grand Kartech Tbk KRAH
46 PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk SSMS
47 PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk SIDO
Sumber
3.6. Jenis Data
Data yang digunakan berupa data sekunder.Data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tesusun dalam arsip (data dokumenter) yang
Data yang diperoleh adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam
suatu skala numerik. Sifat data ini adalah data time series dan data cross section.
Penelitian ini mengambil data dari 47 perusahaan non-keuangan selama periode
4 tahun (series) yaitu tahun 2010 sampai tahun 2013 yang melakukan IPO.
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Metode studi pustaka yaitu dengan mengkaji berbagai literatur pustaka
seperti jurnal-jurnal, buku-buku, dan sumber lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Metode dokumentasi yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan
data yang diperoleh dari media internet dengan cara mendownload melalui
situs,
dibutuhkan dalam penelitian.
3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1. Analisis Deskripsi
Pada tahap ini dilakukan perhitungan masing-masing variabel yaitu
variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) berdasarkan rumus
yang telah dikemukakan sebelumnya. Selanjutnya pada deskripsi variabel akan
dijelaskan gambaran umum dari masing-masing variabel untuk mendapatkan
3.8.2. Regresi Linier Berganda
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ukuran perusahaan,
underwriter, leverage, return on equity (ROE) berpengaruh terhadap
underpricing. Untuk itu digunakan teknik analisis regresi linear berganda, dengan
model sebagai berikut :
Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + ℮
Dimana:
Y = Underpricing
α = Konstanta
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Underwriter
X3 = Leverage
X4 = Return on Equity (ROE)
b1,2,3,4 = Koefisien regresi variabel independen
℮ = Error
3.9. Uji Asumsi Klasik
Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara
statistik jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi (Ghozali 2005:97).
Pengujian ini dilakukan agar mendapatkan model persamaan regresi yang baik
kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pengujian ini dilakukan dengan
bantuan software SPSS.
Uji klasik ini dapat dikatakan sebagai kriteria ekometrika untuk melihat
apakah hasil estimasi memenuhi dasar linear klasik atau tidak. Setelah data
dipastikan bebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan uji
hipotesis yakni uji individual (uji t), dan pengujian secara serentak (uji F). Uji
asumsi klasik terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Ghozali (2005:110), untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui uji statistik dan
analisis grafik. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan melalui analisis grafik, yaitu dengan melihat
grafik histogram dan grafik normal probability plot. Uji statistik yang digunakan
untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat
hipotesis:
Hipotesi Nol (H
0) : Data terdistribusi secara normal
Hipotesis Altenatif (H
a) : Data tidak terdistribusi secara normal
Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H
0 diterima,
sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H
Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan analisis grafik yang dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan pola terdistribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafk histogramnya, tidak menunjukkan pola terdistribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2005: 95).Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Grafik
Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pendekatan statistik, yaitu dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini
dilakukan dengan men-transform data Unstandardized Residual ke dalam Abs.
(Situmorang, 2012: 114). Dari hasil output akan diketahui berapa besar nilai
signifikansinya. Apabila nilai Sig. > 0.05, artinya data tidak terkena
heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independent). Model
regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi korelasi di antara
variabel independennya (Ghozali, 2005: 91).
Pengujian multikolienaritas dapat dilakukan dengan melihat besarnya nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), dengan membandingkan sebagai
berikut:
1. VIF > 5 maka didugamempunyai persoalan multikolienariatas.
2. VIF < 5 maka tida terdapat multikolienaritas.
3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolienaritas.
4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolienaritas.
4. Uji Autokolerasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
ditemukan pada time series. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
3.10. PengujianHipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, yaitu melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak
dilakukan uji-F. Pada dasarnya uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
bebas (variabel independent) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap
variabel terikat (variabel dependent). Bentuk pengujiannya adalah:
H0; bi = 0; secara simultan tidak terdapat pengaruh signifikan ukuran
perusahaan, underwriter, leverage, return on equity terhadap
underpricing pada perusahaan non-keuangan yang ada di Bursa
Efek Indonesia.
Ha; bi> 0; secara simultan berpengaruh signifikan ukuran perusahaan, underwriter,
leverage, return on equity terhadap underpricing pada perusahaan
non-keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria Pengujian:
1. Jika nilai Fhitung> Ftabel dan nilai Sig. F < 0,05, H0 ditolak dan Ha diterima
hal ini berarti bahwa terdapat hubungan berpengaruh signifikan secara
simultan antara variabel bebas (ukuran perusahaan, underwriter, leverage,
return on equity) terhadap variabel terikat (underpricing).
2. Jika nilai Fhitung< Ftabel dan nilai Sig F > 0,05, H0 diterima dan Ha ditolak
secara simultan antara variabel bebas (ukuran perusahaan, underwriter,
leverage, return on equity) terhadap variabel terikat (underpricing).
2. Uji Signifikansi Determinasi (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel
independen terhadap variasi variabel dependen secara parsial.
Bentuk pengujiannya adalah:
H0; bi = 0; secara parsialberpengaruh tidak signifikan underwriter, ukuran
perusahaan, leverage, return on equity terhadap underpricing pada
perusahaan non-keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Ha; bi ≠ 0; secara parsialberpengaruh signifikan ukuran perusahaan, underwriter,
leverage, return on equity terhadap underpricing pada perusahaan
non-keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria pengujian:
1. Jika nilai thitung> ttabel dan Sig.t > 0,05, H0 ditolak dan Ha diterima hal ini
berarti bahwa adanya pengaruh secara signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat secara parsial.
2. Jika nilai thitung< ttabeldan Sig.t < 0,05, H0 ditolak dan Ha diterima hal ini
berarti bahwaadanya pengaruh tidak signifikan antara variabel bebas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. PT Pembangunan Perumahan (PP) Persero Tbk
PT Pembangunan Perumahan (PP) (Persero) T
tanggal 29 Maret 1961. Kantor pusat PTPP beralamat di Jl. Letjend. TB
Simatupang No. 57, Pasar Rebo-Jakarta Timur.
Kegiatan usaha yang saat ini dilakukan adalah Jasa Konstruksi, Realti
(Pengembang), Properti dan Investasi di bidang Infrastruktur dan Energi. Pada
tanggal 29 Januari 2010, PTPP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PTPP (IPO) seri B kepada
masyarakat sebanyak 1.038.976.500 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
saham dengan harga penawaran Rp560,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Februari 2010.
4.1.2. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
PT Nippon Indosari Corpindo T
dengan nama PT Nippon Indosari Corporation dan mulai beroperasi komersial
pada tahun 1996. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup usaha
utama ROTI bergerak di bidang pabrikasi, penjualan dan distribusi roti dengan
merek "Sari Roti" dan "Sari Cake".
Pada tanggal 18 Juni 2010, ROTI memperoleh pernyataan efektif dari