• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang memperkuat dan memperlemah kegiatan

BAB III: DESKRIPSI DATA PENELITIAN DI DESA PALESANGGAR

K. Faktor-Faktor yang memperkuat dan memperlemah kegiatan

keagamaan

a. Faktor-Faktor yang memperkuat kegiatan keagamaan 1. Kesadaran Diri

Sesunggunya dalam kehidupan ini kesadaran adalah satu- satunya kekuatan yang bisa merubah diri atau menjadikan sesuatu akan tercapai. karena disetiap kegiatan tidak ada paksaan dan

31

65

hukuman jaka tidak hadir, namun kenyataannya setiap acara kegamaan hanya segelintir orang yang tidak hadir, namun ketik hadiran mereka bukan karen malas atau sengaja. Disamping itu mereka para orang tuan secara tidak langsung mengajarkan kepada anak anak-anak-nya terbukti ketika adalah salah satu anggota yang tidak bisa menghadiri acara maka akan diwakilakan ke anaknya. Begitulah salah satu cara mereka mendidi anak-anak terkadang mereka diajak kesubuah kegiatan tertentu seperi Tahlilan dan selamatan makam.

2. Tokoh Agama Islam setempat atau kiyai

Mereka selalu mengajak dalam kebaikan melalui kegiata- kegiatan ke agamaan. Mereka tidak pernah lelah mengajarkan ilmunya, sehingga masyarakat lbih semangat untuk terus belarjar dan mengikuti segala macam kegiatan keagmaan yang sudah berjalan sampai saat ini. Biasanya ketika para tokoh agama Suan atau Acabis (berkunjung ke Guru Besar) ke pesantren mereka ditanya tentang kegiatan-kegiatan keagamaan di desa Palesanggar. Pengasuh sering menitip ajarana dan nilain-nilai Islam kepada para santrinya ketika berkunjung ke Pondok Pesantren, sehingga para tokoh agama di halaman masing-masing deberikan amanah agar tetap mangadakan sebuah kegiatan kegamaan walau hanya satu minggu sekali.32

32

66

3. lingkungan

dimana masyarat Palesanggar yang mayoritas alumni podok dan mengetahui banyak ilmu tentang agama Islam maka dari itu mereka sangat mudah bersosial apalagi terkait kegiatan keagamaan bagi mereka melakukan kebaikan tidaklah cukup di podok saja. Mereka terus semangat dalam meraih kebahagian dunia akhirat karena sesungguhnya kehidupan abadi adalah di akhirat.33 Kita ketahui bersama bahwasanya lingkungan sangat mempengaruhi kalau kita tidak bisa mengontrol diri maka kita yang akan mengikuti hal-hal yang tidak bermural. Suatu contoh di desa sebelah ada banyak masyarakat yang tidak sholat jumat, maka jangan salahkan apabila anak-anaknya menjadi nakal orang tua sudah mengajarkan hal yang tidak baik dalam urusan agama. 4. Keluarga

Dalam sebuah keluaraga masyarakat Palesanggar sangat peduli akan keadaan didalam suatu kelurga, suatu contoh ketika ada suami atau istrinya ada keinginan tidak menghairi kegiatan kegamaannya mereka saling mendukung agar supaya tetap semangat dalam meraih kesumpurnaan. Seperti yang pernah dialami paman saya. dalam satu keluarga akan menjadi Suritauladan bagi keluarga lainnya sehingga pada akhirnya rasa nyaman akan tumbuh terbiasa intens melakukan gaitan-giatan

33

67

keagamaan. Sebuah solidaritas dalam kelurga sangat penting yang harus dimiliki setiap keluarga karena juga menjadi tolak ukur seberapa solidnya seseorang terhadap kepentingan bersama.

5. Kebiasaan Masyarakat

Masyarakat Palesanggar dikenal sebagai masyarakat yang agamis oleh masyarakat lain termasuk padatnya kegiatan-kegiatan keagamaan yang sampai saat ini menjadi tradisi. Biasanya mereka mengajarkan anak-anaknya yang masih dini mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi dari do’a-do’a sampai prakter wudu’ sama sholat. Satu contoh lagi ketika ada acara tahlilan kifayah para orang tua mengajak anaknya yang masih kecil agar mereka beradaptasi dalam kegiatan keagamaan ketika dewasa.

Kegiatan keagamaan tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat dimana hal tersebut berjalan bertahun-tahun dan dipastikan akan berlanjut untuk generasi selanjutnya, Dalam kegiatan keagamaan tersebut tidaklah selamanya akan berjalan dengan mulus tanpa adanya kendala atau hambatan yang sudah pasti terjadi.

b. Faktor-Faktor yang memperlemah kegiatan keagamaan 1. Cuaca

Biasanya kalau lagi hujan masyarakat tidak banyak yang hadir dalam kegiatan-kegiatan tersebut disamping mereka ada yang tua-tua juga masalah akses jalan menuju tempat acara tersebut, jadi kalau

68

hujannya tidak terlalu lebat maka sebagian dari anggota akan tetap hadir.

2. Sakit

Sesolid apapun kalau sesorang sakit maka biasanya memilih tidak hadir untuk berobat atau istrirahat dan semua anggota yang lain bisa memaklumi ketidak hadirannya, namun biasanya diwakilkan ke anak atau menantunya. Ketika salah satu anggota sakit beberpa hari maka anggota yang alain akan menjegok kerumnya.

3. Kifayah

Kalau ada tetangga yang meninggal dunia maka kegiatan keagamaan tersebut akan ditunda kewaktu yang lainnya karena itu hal yang wajib disegerakan dalam agama Islam.34 Ketiganya merupakan kendala atau yang memperlemah kegiatan keagamaan.

34

BAB IV

ANALISIS TENTANG SOLIDARITAS MASYARAKAT ISLAM

DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN DI DESA

PALESANGGAR PEGANTENAN PAMEKASAN

A. Solidaritas Masyarakat Islam dalam Kegiatan Keagamaan di desa

Palesanggar

Solidaritas yang dimaksud peneliti disini bagai mana setip individu merasakan hal yang sama atau senasip terhadap orang lain’’satu rasa’’. Masyarakat Palesanggar merupaka daerah yang mayoritas alumni pondok pesantren dan 100% beragama Islam dimana setiap harinya mereka tetap melakukan tradisi-tradisi santri hal itu merupana bentuk kemanfaatan ilmu yang didapat dari pondok, selain itu mereka mengajarka ilmunya kepada orang lain atau minimal kekeluarganya sendiri. maka tidaka heran peneliti melihat anak-anak yang masih kecil kira-kira umur 5-7 tahun sudah fasih membaca al-Qur’an setiap selesai magrib dan subuh mereka selalu belajar nagji, semua itu tidak terlepas dari dorongan orang tua yang selalu intens memberikan didikan pada anaknya. Masayarakat Palesanggar merupan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pegantenan dimana kehidupan dan solidaritas kegamaannya eksis dan belum peneliti temukan di desa lain, contoh: ketika ada acara kegiatan kegamaan maka mereka mengedapankan

70

kegiatan tersebut dan mengenyampingkan pekerjaan yang bersifat peribadi. Kekompakan Masyarakat dalam kegiatan-kegiatan juga didukung oleh hubungan atau ikatan yang sampai saat ini masih dipertahankan satu- sama lain karena seluruh masyarakat Palesanggar adalah satu keluarga dari keturunan yang sama.

Di desa Pelesanggar peneliti menemukan banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang sampai saat ini masih solid, masyarakat hampir semuanya ikut dalam kegiatan tersebut walaupun kegiatannya menoton akan tetapi masyarakat tetap semangat dan aktif dalam mengikuti serta menghadiri kegiatan tersebut. walaupun semakin majunya zaman tidak mempengaruhi tradisi kegiatan di desa Palesanggar.

keadaan msyarakat desa Palesanggar’’kegiatan keagamaan’’kalau dikaitkan dengan teorinya Emile Durkhim maka sangat sinkron yaitu dinamakan teori solidaritas. Kajian terntang solidaritas sendiri dalam ilmu sosial diperkenalkan oleh Emile Durkhim dia membagi solidaritas sosial dalam dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan organik.1 Solidaritas mekanik ialah solidaritas masyarakat pedalaman atau pedesaan, sedangkan solidaritas organik ialah solidaritas msyarakat perkotaan. Kota. Sehingga salah satu dari kedua tipe tersebut dapat menjadi pisau bedah-membedah solidaritas msyarakat di desa Palesanggar yang notabene termasuk salah satu masyarakat pedesaan.

1

71

Dalam kajiannya, masayarakat mekanik merupakan salah satu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Menurut Emili Durkhim, solidaritas mekanik dapat dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana. Pada masyaraka yang seperti ini masih belum dapat pembagian kerja yang berarti, yang kesemuanya dapat dilihat pada msyarakat pedesaan; masyarakat Palesanggar. Apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat maka biasanya juga bisa dilakukan oleh orang lain seperti, mencangkul dan mencari rumput.

Solidaritas mekanik pada suatu kesung adara kolektif bersama, yang mana merujuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentemen-sentimen bersama yang tergantung pada individu yang memiliki sifat-sifat yang sama serta menganutkepercayaan dan pola normatif yang sama juga. Karena itu, individualitas tidak akan berkembang; individu akan terus menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang sangat besar untuk sebuah pesesuaian dan keselarasan. Dan ciri khas yang penting dari solidaritas mekani adalah bahwa selidaritas tersebut didasarkan pada suatu tungkat homogenitas (kesamaan) yang sangat tinggi dalam kepercayaan, persamaan atau pendapat dan lain sebagainya.

Pada solidarita mekanik ini mencakup seluruhnya arti penting pembagiannya kerja dalam masyarakat, karena menurutnya fungsi pembagian kerja adalah meningkatkan solidaritas. Pembagian kerja yang berkembang pada masyarakat yang bersangkuatan, tetapi justru

72

meningkatkan solidaritas karena masyarakat akan menjadi saling bergantung.

Solidaritas mekanik juga didasarkan pada tingkat homogenitas yang sangat tinggi.2Tingkat homogenitas individu yang tinggi dengan tingkat ketergantungan antara individu yang sangat rendah.Dan hal ini dapat dilihat misalnya dalam pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam solidaritas mekanik ini, individu memiliki tingkat kemampuan dan keahlian dalam suatu pekerjaan yang sama sehingga setiap individu dapat mecapai keinginannya tanpa ada ketergantungan kepada orang lain.

Seperti ketika membantu dalam mensuksekan acara kegiatan kegamaan yaitu Pengajian yang dilaksanakan pada tanggal 29-juni-2017, dimana masyarakat Palesanggar membagi pekerjaan satu sama lain ada yang fokusnya ke Sonsistem, Panggung, Kursi, Terop, dan lain sebagainya dengan hal tersebut maka bisa dikatan bahwa masyarakat Palesanggar sangat solid dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan agama pembagian pekerjaan itu adalah satu-satunya penyebab meningkatnya solidaritas kegiatan keagamaan.

Dan disisi lain, kesadaran kolektif pada msyarakat Palesanggar juga berpengaruh terhadap solidaritas kegiatan kegamaan di dalamnya. Kesadaran kolektif yang menujuk pada satu temu yang sangat panjang dari berbagai kegiatan keagamaan itu. Keberadaan masyarakat yang terkumpul dalam sebuah kegiatan keagmaan, adalah hubungan yang terjalin bersama

2

JhonScontt, TeoriSosial: Masala-MasalahdalamSosiologi,(Yogyakarta: pustakaPelajar, 2012), 80.

73

disebabkan adanya sebuah warisan bersama dan kegiatan-kegiatan yang sama dari masyarakat sebelumya tentunya hal yang demian tidak terlepas dari peran dari tokoh-tokoh agama yang selalu intens ikut dan menghadiri kedalam kegiatan tersebut karena mereka juga menjadi Suritauladan bagi masyarakat setempat.

Selain itu solidaritas kegiatan kegamaann di desa Palesanggar terjadi karena keberadaan mereka secara umum tidak ada perbedaan signifikan dalam keyakinan atau keagamaan karena mereka masih patuh pada tradisi-tradiri pesantren dan rata-rata masyarakat disana merupakan alumni pesantren. Sehingga antara dusun dengan yang lainnya kegiata- kegiatan keagamaannya tidakjauh berbeda kalaupun ada hanya waktunya yang berbeda dalam pelaksanaannya.

B. Faktor-Faktor yang memperkuatsolidaritaskegiatankeagamaan

Adapun yang memperkuatkegiatanitu:

1. adalahKesadaran Diri, karena sesunggunya dalam kehidupan ini kesadaran adalah satu-satunya kekuatan yang bisa merubah diri atau menjadikan sesuatu akan tercapai. karena disetiap kegiatan tidak ada paksaan dan hukuman jaka tidak hadir, namun kenyataannya setiap acara kegamaan hanya segelintir orang yang tidak hadir, namun ketik hadiran mereka bukan karen malas atau sengaja. Disamping itu mereka para orang tuan secara tidak langsung mengajarkan kepada anak anak- anak-nya terbukti ketika adalah salah satu anggota yang tidak bisa

74

menghadiri acara maka akan diwakilakan ke anaknya. Begitulah salah satu cara mereka mendidi anak-anak terkadang mereka diajak kesubuah kegiatan tertentu seperi Tahlilan dan selamatan makam.Tokoh Agama Islam setempat atau kiyai.

2. Tokoh Agama, Mereka selalu mengajak dalam kebaikan melalui kegiata-kegiatan ke agamaan. Mereka tidak pernah lelah mengajarkan ilmunya, sehingga masyarakat lbih semangat untuk terus belarjar dan mengikuti segala macam kegiatan keagmaan yang sudah berjalan sampai saat ini. Biasanya ketika para tokoh agama Suan atau Acabis (berkunjung ke Guru Besar) ke pesantren mereka ditanya tentang kegiatan-kegiatan keagamaan di desa Palesanggar. Pengasuh sering menitip ajarana dan nilain-nilai Islam kepada para santrinya ketika berkunjung ke Pondok Pesantren, sehingga para tokoh agama di halaman masing-masing deberikan amanah agar tetap mangadakan sebuah kegiatan kegamaan walau hanya satu minggu sekali.3

3. lingkungan, dimana masyarat Palesanggar yang mayoritas alumni podok dan mengetahui banyak ilmu tentang agama Islam maka dari itu mereka sangat mudah bersosial apalagi terkait kegiatan keagamaan bagi mereka melakukan kebaikan tidaklah cukup di podok saja. Mereka terus semangat dalam meraih kebahagian dunia akhirat karena sesungguhnya kehidupan abadi adalah di akhirat.4 Kita ketahui bersama bahwasanya lingkungan sangat mempengaruhi kalau kita

3

Wawancara, Hannan, Tajuk,05, Mei, 2017

4

75

tidak bisa mengontrol diri maka kita yang akan mengikuti hal-hal yang tidak bermural. Suatu contoh di desa sebelah ada banyak masyarakat yang tidak sholat jumat, maka jangan salahkan apabila anak-anaknya menjadi nakal orang tua sudah mengajarkan hal yang tidak baik dalam urusan agama.

4. Keluarga, Dalam sebuah keluaraga masyarakat Palesanggar sangat peduli akan keadaan didalam suatu kelurga, suatu contoh ketika ada suami atau istrinya ada keinginan tidak menghairi kegiatan kegamaannya mereka saling mendukung agar supaya tetap semangat dalam meraih kesumpurnaan. Seperti yang pernah dialami paman saya. dalam satu keluarga akan menjadi Suritauladan bagi keluarga lainnya sehingga pada akhirnya rasa nyaman akan tumbuh terbiasa intens melakukan gaitan-giatan keagamaan. Sebuah solidaritas dalam kelurga sangat penting yang harus dimiliki setiap keluarga karena juga menjadi tolak ukur seberapa solidnya seseorang terhadap kepentingan bersama. 5. Kebiasaan MasyarakatMasyarakat Palesanggar dikenal sebagai

masyarakat yang agamis oleh masyarakat lain termasuk padatnya kegiatan-kegiatan keagamaan yang sampai saat ini menjadi tradisi. Biasanya mereka mengajarkan anak-anaknya yang masih dini mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi dari do’a-do’a sampai prakter wudu’ sama sholat. Satu contoh lagi ketika ada acara tahlilan kifayah para orang tua mengajak anaknya yang masih kecil agar mereka beradaptasi dalam kegiatan keagamaan ketika dewasa.Kegiatan

76

keagamaan tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat dimana hal tersebut berjalan bertahun-tahun dan dipastikan akan berlanjut untuk generasi selanjutnya.

C. Faktor-Faktor yang memperlemah solidaritaskegiatankeagamaan

Adapun yang memperlambat kegiatanitu:

Dalam kegiatan keagamaan tersebut tidaklah selamanya akan berjalan dengan mulus tanpa adanya kendala atau hambatan yang sudah pasti terjadi. Untuk penghambat kelancara kegiatan tersebut hanya ada dua macam yang biasanya menjadi faktor.

1. Cuaca, Biasanya kalau lagi hujan masyarakat tidak banyak yang hadir dalam kegiatan-kegiatan tersebut disamping mereka ada yang tua-tua juga masalah akses jalan menuju tempat acara tersebut, jadi kalau hujannya tidak terlalu lebat maka sebagian dari anggota akan tetap hadir.

2. Sakit, Sesolid apapun kalau sesorang sakit maka biasanya memilih tidak hadir untuk berobat atau istrirahat dan semua anggota yang lain bisa memaklumi ketidak hadirannya, namun biasanya diwakilkan ke anak atau menantunya. Dua hal tersebut bisa mengakibatkan terhambatnya kegiatan keagamaan.

3. Kifayah, Kalau ada tetangga yang meninggal dunia maka otomatis kegiatan keagmaan tersebut ditunda, karena yang demikian aerupakan hal yang harus dilakukan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Solidaritas masyarakat Palesanggar dalam kegiatan kemaan yang paling di harapakan adalah rasa senasib sepenanggung keagamaan, itu merupakan jembatan untuk meeratkan satu sama lain karena ketika mereka mengahidiri sebuah kegiatan keagamaan tentunya mereka saling komunikasi sama lain. Setelah berbagai macam peneliti dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa masyarakat di desa Palesanggar solidaritasnya tinggi dalam melakukan kegiatan keagamaan, mereka saling berpartisipasi dalam mesukseskan sebuah acara atau kegiatan keagamaan dan mengesampingkan pekerjaan peribadinya. Dan sebenarnya mereka tidak hanya solid dalam kegiatan keagamaan namun juga solid dalam kegiatan- kegitan sosial seperti bersih-bersih desa dan gotong royong lainnya.

Pemahaman keagamaan masyarakat desa Palesanggar tidak berbeda jauh karena mereka rata-rata alumni podok pesantren dan ketika mereka lulus dari pondok tetap menjalankan tradisi-tradisi pesantren. Ilmu agama yang diperoleh dipesantren mereka terapkan dimasyarakat Sehingga tidak heran kalau solidaritas kegiatan kegamaan disana tetap

78

berjalan dengan baik.Walaupun masayrakat desa Palesanggar ekonominya rata-rata menengah kebawah tidak menjadi asalan untuk selalu mendorong anak-anaknya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan masarakat lebih banyak memilih anaknya dimasukkan ke pesantren setelah lulus SD, SMP. Karena mereka meyakini kalau melanjutkan ke podok lebih fokus ke pelajaran Agama.

2. Ada beberapa faktor yang bisa memperlancar dan mengahambat solidaritas masyarakat Islam dalam melakukan kegiatan keagamaan yaitu: Kesadaran diri, Tokoh Aagama, Linhkungan, keluarga, KebiasaanMasyarakat yang ada di desa Palesanggar.

Adapun yang bisa menghambat solidaritas kegiatan keadamaan adalah: Cuaca,Sakit dan Kifayah. Ketiganya tersebut yang menghambat sebuah kegiatan keagamaan di desa Palesanggar

B. Saran-saran

Dalam bentuk apapun, adapun saran-saran yang perlu disampaikan untuk meningkatkan dan mempertahankan solidaritas kegiatan kegamaan di desa Palesanggar. Tentunya penelitian ini masih perlu ada kelanjutan mengenai hal-hal yang ada di desa Palesanggar. Ada beberapa harapan kepada masyarakat Palesanggar

1. Kepada para tokoh agama terutama di desa Palesanggar untuk tetap mempertahankan atau meningkatkan bebagai kegitan kegamaan dan sosial.

79

2. Kepada seluruh masyarakat Palesanggar untuk selalu solid dalam berbagai hal terutama dalam kegiatan kegamaan karena dengan begitu akan tercipta rasa nyaman dan manfaat tersendiri.

3. Untuk semua lembaga yang menjadi pendidik atau guru, karus menyampaikan denga ikhlas dan sabar karena ada beberapa anak yang masih kelas SD dipikul oleh salah satu guru sampai luka memer, ada pula memar disekitar matanya, karena bagaimanapun yang namanya anak kecil pasti doyan bermain karna itu merupakan masa-masa mereka bermain.

C. Penutup

Alhamdulillahi Binikmatihi Tatimmussholihatu puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari akan banyaknya keterbatasan, sehingga uraian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak pembaca sangatlah diharapkan oleh penulis demi proses menuju kesempurnaan yang lebih lanjut skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a semoga penulisan ini dapat membawa manfaat bagi penulis sendiri, lebih dari itu, penulis juga berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat menjadi khasanah keilmuan sebagai referensi yang bermanfaat bagi penulis selanjutnya dan dapat dikembangkan lebih luas serta lebih sempurna dari pada skripsi ini.

Daftar Pustaka

Ayuob, M, Mahmoud. Islam Antara Keyakinan dan Praktik Ritual, Yogyakarta: AK Group, 2004.

Bakar , Osman. Tauhid dan Sains Esai-EsaiTentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam,(Bandung: Pustaka Budaya, 1994.

Douglas Ritzer George, J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: keccana, 2011.

Doyle Paul Jhonson.” Teori Sosiologi Klasik Dan Moderen”(Jakarta: Gramedia Pustaka.1994.

Djamari Agama dalam Prespektif Sosiologi. Bandung: Alfabeta, 1988. George ritzer,Teori Solidaritas Modern. Jakarta; Kencana, 2005.

Fauzan Almanshur M. Djunaidi Ghony dan.Metode Penelitian kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Jhon Scontt,Wirawan, Teori Sosial: Masala-Masalah dalam Sosiologi,Yogyakarta: pustaka Pelajar, 2012.

Kontowijoyo, Islam Mengenai Ilmu Epistimologi, Metode dan Etika,Yogyakarta, Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris; Madura1850-

1940Yogyakarta: Matabangsa,2002.

Setiyani, Wiwik. Bahan Ajar Studi Praktik Keagamaa, Yogyakarta: Interpena, 2014.

Lexy Jmoleong, Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Litief A. Wiyata, Carok; Konflik kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, Yogyakarta: Lkis, 2006.

Mariyani, htt://wordpress.com/2014/03/22/hubungan-interaksi-antar-agama.

Nazir, Muh. Metode Penelitian...234, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Paul D,Johnson. Teori Sosiologi; Klasik dan Moderen, Jilid I dan II.Terj. Robet. 1994.

Ritzer George,Teori Sosiologi( Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan MutakhirTeori Sosialposmodern), Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2000.

Scharf, Betty R. Kajian Sosiologi Agama Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya 1995.

Syah Wiliyullah al- Dihlawi, Hujja Allah al-Balighah Argumen Puncak Allah, Kearifan dan Dimensi Batin Syariat, Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakults Ekonomi Universitas Indonesia,1993.

Suryawanhindudharna.http://wordpress.com/2011/03/05/dokument/syurga- neraka-menurut-hindu(selasa, 18 juli 2017).

Soekanto,Serjono. Sosiologi Keluarga Tentang Keluarga, Remaja, dan Anak(Jakarta: Rinika Cipta, 1992.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo, 1990.

Wirawan I.B, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Pradigma, Jakarta: Kencana peraadamedia Grup,2003

Dokumen terkait