STUDI TENTANG SOLIDARITAS MASYARAKAT ISLAM
DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN DI PALESANGGAR
PEGANTENAN PAMEKASAN
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Oleh:
SAINI NIM: E02213039
JURUSAN STUDI AGAMA–AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “ Studi Tentang Solidaritas Masyarakat Islam dalam Kegiatan Keagamaan di Desa Palesanggar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal yang penting terkait judul di atas yaitu: Pertama, bagaimana solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan kegamaan. Kedua, Kegiatan apa saja yang ada di desa Palesanggar. Manfaat dari penelitian ini untuk menambah pengetahuan tantang pentingnya solidaritas dalam kegamaan khususnya di Palesanggar. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang mengambarkan atau melukiskan suatu kenyataan sosial dalam masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Metode ini menjadi langkah awal bagi peneliti untuk melihat, mengamati serta menyelidiki fakta-fakta yang terjadi, setelah peneliti melakukan wawabcara dan dokumentasi. Sumber data dari peneliti ini diperoleh dari orang-orang yang dijadikan informan yaitu masyarakat Palesanggar yang mayoritas Agama Islam, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat Palesanggar. Hasil peneliti menunjukkan bahwa, Pertama, masyarakat desa Palesanggar memiliki rasa solidaritas yang tinggi dalam melakukan kegiatan keagamaan terbukti mereka mengesampingkan pekerjaan pribadinya dan mendahulukan kegiatan-kegiatan yang berbau agama apa lagi kegiatan yang sudah menjadi ritinitas. Sedangkan yang Kedua, Ada banyak kegiatan yang menjadi rutunitas masyarakat desa Palesanggar itu menunjukan bahwa mereka sangat solid dalam melakukan kegiatan kegamaaan. Pertama, Koloman Tadarus al-Qur’an. Kedua, Koloman sebellese. Ketiga,Solawat Nariyah. Keempat, Malam Jumatan. Kelima Muslimata, Keenam, Pengajian Bulanan. Dari sekian banyak kegiatan keagamaan tersebut masyarat desa Palesanggar sampai saat ini masih eksis dalam megikuti dan menghadiri kegiatan-kegiatan kegamaan, maka dengan begitu mereka solidaritasnya memang sangat tinggi.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
C. Solidaritas Dalam Kegiatan Keagamaan ... 26
D. Faktor Terbentuknya Solidaritas Kegiatan Keagamaan………... 27
BAB III: DESKRIPSI DATA PENELITIAN DI DESA PALESANGGAR A. Profil Lokasi Penelitian Desa Palesanggar ... 30
B. Kondisi Geografis ... 31
C. Kondisi Ekonomi ... 34
1. Lahan Pendapatan Msayarakat… ... 35
2. Mata Pencaharian dan Pembagian kerja ... 36
D. Kondisi Keagamaan ... 41
E. Kondisi Sosial Keagamaan ... 43
F. Pola Pemukiman dan Sistem Kekerabatan ... 44
G. Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 50
H. Tradisi dan Keagamaan ... 55
I. Kegiatan Keagamaan ... 58
J. Macam-macam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar ... 59
BAB IV: ANALISIS STUDI TENTANG SOLIDARITAS MASYARAKAT ISLAM DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN DI DESA
PALESANGGAR PEGANTENAN PAMEASAN
A. Solidaritas Masyarakat Islam dalam Kegiatan Keagamaan di desa Palesang ... 69 B. Faktor-Faktor yang memperkuat solidaritas kegiatan keagamaan
... 73 C. Faktor-Faktor yang memperlemah solidaritas kegiatan keagamaan
... 76
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78 C. Penutup ... 79
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama memang sudah ada sejak zaman pra-sejarah, Agama
terjalin dalam tradisi kelompok pemeluk agama dan erat dengan mitos
sakral.1 Tradisi sudah ada sejak zaman animisme-dinamisme yang dibawa oleh nenek moyang yang masih dilestaraikan dan dipercaya hingga saat
ini. Agama dapat memperlihatkan suatu pikiran yang tunduk terhadap
sesuatu.2 Dengan adanya kepercayaan, seseorang akan tunduk pada ajaran yang ada dalam kepercayaan tersebut. Agama merupakan sebuah
kepercayaan yang ada dalam diri seseorang terhadap sesuatu yang
dianggap sakral.
Salah satu Agama yang telah ada dan berkembang sangat pesat di
Indonesia adalah Agama Islam. Perkembangan agama Islam di Indonesia
sangat erat kaitannya dengan kegiatan dakwah Islāmiyyah yang dilakukan oleh para ulama yang dikenal sebagai wali songo dan pedagang Muslim
pada masa awal masuknya agama Islam di Indonesia. Saat itu kondisi
masyarakat Indonesia masih menganut kepercayaan-kepercayaan seperti
animisme dan dinamisme sehingga Islam tidak serta merta diterima di
1
Djamari Agama dalam Prespektif Sosiologi ,(Bandung: Alfabeta 1988), 3.
2
2
tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pada akhirnya Islam sebagai sebuah
doktrin atau teks suci dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat,
khususnya orang-orang Jawa pada masa itu, disebabkan karena adanya
budaya lokal yang mempunyai kesamaan dengan ajaran yang dibawa oleh
para pendakwah pada saat itu. Sehingga ketika Islam dipahami dan
kemudian diwujudkan dalam tindakan-tindakan oleh masyarakat, hasilnya
tidak terlepas dari kemampuan pemahaman tiap masyarakatnya.3
Masyarakat Islam di tanah Jawa memiliki karakter yang sangat
unik dan kompleks terkait dengan ekspresi keberagamaannya. Hal ini
dikarenakan penyebaran agama Islam di Jawa dipengaruhi oleh proses
akulturasi dan asimilasi ajaran agama Islam dengan tradisi budaya lokal
masyarakat itu sendiri. Di karenakan kebudayaan lokal yang telah
mengakar kuat pada kehidupan masyarakat Jawa, maka tradisi-tradisi Jawa
tersebut masih tetap dilestarikan meskipun mereka telah masuk ke dalam
agama Islam.
Dalam agama Islam, Al-Qur’an merupakan wahyu Tuhan yang
mengatur hunbungan antara manusia dengan Tuhan, diri-sendiri, dan
lingkungan. Al-Qur’an merupakan petunjuk mengenai etika atau
kebijaksanaan yang mengatur kehidupan manusia.4
Secara etimologi Agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri
dari dua suku kata yaitu “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang artinya
3
Mundzirin Yusuf, dkk., Ialam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja UIN, 2005), 3.
4
3
kacau. Jadi Agama mengandung arti tidak kacau. Dalam bahasa Arab
Agama disebut sebagi diin yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.
Menurut Emile Durkheim, Agama adalah sistem yang menyatu
mengenal berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan
benda-benda sakral.5 Seorang penganut Agama mempunyai kewajiban untuk melakukan peribadatan sesuai dengan ajaran agamanya
masing-masing. Agama dipandang sebagai suatu institusi yang lain, yang
mengemban tugas (fungsi) agar masyarakat mondial.6
Seseorang yang beragama harus memiliki pemahaman mengenai
agama yang dipercaya. Pada dasarnya, esensi agama merupakan
pengalaman yang unik, suatu pengalaman dalam dimensi sakral berbeda
dengan kehidupan lahiriah sehari-hari. Menurut Rudolf Otto, agama
merupakan pengalaman suci yang sangat unik dan tidak mudah untuk
dijelaskan kepada orang lain.7
Etika atau perilaku religious pada umumnya merupakan cerminan
dari pemahaman seseorang terhadap agamanya.8 Dengan demikian, pemahaman keagamaan seseorang dapat membentuk kesadaran religius
yang mendorong seseorang untuk melaksanakan ajaran agama.
Kesadaran religius ini bersinggungan langsung dengan keimanan
yang dimiliki oleh seseorang. Dalam konteks ini, keimanan yang
5
Betty R.Scharf, Kajian Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya 1995), 30.
6
Hendropuspito, Sosiologi Agama,(Yogyakarta: Kanisius, 1983), 29.
7
Djamari, Agama dalam…, 71.
8
4
dimaksud adalah keyakinan individu kepada Tuhannya.9 Keimanan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk peribadatan yang ditujukan
kepada Tuhannya. Setiap agama pasti ada kegiatan keagamaan atau juga
disebut sebagaiberibadah, kehidupan manusia mencapai arti kesempurnaan
dan kesempurnaannya. Ibadah bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga
sebuah kedisiplinan bagi pemeluk semua agama.
Memahami pengalaman keagamaan bukan hanya sekedar
mempersoalkan isinya akan tetapi pada cara mengungkapkannya.10 Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang umat akan merasakan pengalaman
yang menimbulkan perasaan suka, duka, takut, ataupun segan untuk
melaksanakannya.
Dalam beribadah sebenarnya kondisiona dilaksanakan di mana saja
kecuali ibadah tertentu, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kebersihan
tempat yang akan dijadikan sebagai tempat untuk beribadah. Waktu dalam
beribadah juga perlu diperhatikan. Dalam beribadah terdapat keterikatan
tentang aturan waktu pelaksanaan ibadah, karena waktu tersebut dianggap
waktu suci yang dianggap orang akan lebih baik melakukan ibadah. Dalam
beribadah juga harus melibatkan konsentrasi agar bisa merasakan hadirnya
Yang Maha Kuasa.11 Pemahaman fungsi agama tidak dapat terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh manusia di masyarakat. Untuk bisa
9
Mahmoud M. Ayuob, Islam Antara Keyakinan dan Praktik Ritual,(Yogyakarta:AK Group, 2004), 135.
10
Ibid…, 40.
11
5
mengatasi tantangan yang dihadapi, manusia pasti kembali pada agama.
Karena agama dapat menolong tantangan yang dialami oleh manusia.12 Pengalaman keagamaan menurut Wach yaitu sebuah respon terhadap apa
yang dialami sebagai realitas tertinggi. Pengalaman keagamaan
mserupakan pengalaman yang sangat mendalam. Dalam pengalaman
kagamaan terdapat suatu kewajiban yang mendorong manusia untuk
berperilaku. Agama mempunyai fungsi dalam diri setiap individu, yakni
fungsi maknawi dan fungsi identitas.13
Kesadaran beragama bagi orang Islam pada dasarnya adalah
kesadaran akan Keesaan Tuhan.14 Jika seseorang sudah percaya dengan Keesaan Tuhan maka akan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
muslim sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan. Seorang muslim
sejatinya akan melaksakan semua kewajiban yang sudah menjadi aturan
mutlak agamanya.
Pemahaman keagamaan dikatakan perlu karena dalam melaksakan
perintah agamanya seseorang mempunyai aturan. Dalam melaksanakan
kewajibannya, seseorang berhubungan langsung dengan Tuhannya.
Banyak aturan dalam melaksakan kewajibannya. Misalnya dalam
kewajiban seorang muslim melaksanakan ibadah. Ia harus memperhatikan
di mana tempat melaksanakan ibadah, kapan seharusnya ia melaksanakan
ibadah, dan bagaimana tata cara melaksanakan ibadah.
12
Hendropuspita, Sosiologi Agama..,38.
13
Djamari Agama dalam...,73
14
6
Dalam kehidupan beragama menghendakai adanya perhatian pada
tingkah-laku yang tepat. Maksudnya adalah kedisiplinan waktu dalam beribadah,
mengikuti aturan keagaman, dan mempunyai prinsip dalam beribadah.
Masyarakat Desa Palesanggar Kecamatan Pengantenan Kabupaten
Pamekasan, adalah masyarakat yang eksis dalam agamanya serta
solidaritasnya tinggi dalam melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Mereka melakukan kegiatan keagamaa tidak hanya diikuti dari laki-laki
saja tapi juga diikuti oleh perempuan. Kita bisa mengetahui dari berbagai
kegiatan-kegiatan yang saat sedang dilakukan oleh masyarakat setempat,
mulai dari kegiatan mingguan, bulanan, tahunan. hal itu dilakukan secara
Mudawanmah/ berkesinambungan sampai saat ini di Desa Palesanggar tersebut tidak berubah walaupun sekarng dikatan moderen justru mereka
masyarakat Palesanggar semakin solid. Bagi masyarakat Desa Palesanggar
agama tidaklah cukup hanya dengan pengakuan dan setatus saja, mereka
memahami agama sebagai bentuk kegiatan nyata agar bisa dicontoh oleh
orang lain apalagi anak-anak kecil sebagai bentuk suriteladan kelak ketika
besar karena mereka yang akan menjadi penerus selanjutnya. Maka tidak
heran kalau anak umur 4-7 tahun sudah bisa membaca al-Qur’an dan
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas,
maka penulis membatasi pembahasan dengan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan di
Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten Pamekasan ?
2. Faktor-Faktor apa yang memperkuatdan memperlemah solidaritas
masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan masyarakat islam di Desa
Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten Pamekasan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan
keagamaan di Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten
Pamekasan.
2. Untuk mengetahui apa yang memperlancar dan memperlemah
solidaritas masyarakat islam dalam kegiatan keagamaan masyarakat
islam di Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten
Pamekasan.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi
8
dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui solidaritas kegiatan
keagamaan dan faktor-faktor yang memperlancar dan menghambat
kegiatan tersebut di Desa Palesanggar kecamatan Pengantenan kabupaten
Pamekasan.
Penulis memandang bahwa kesolidaritasan kegiatan keagamaan di
Desa Palesanggar sangat berbeda dengan desa-desa lain. mereka yakin
kalau sering melakukan kegiatan kegamaan akan membawa dampak yang
positif lahir batin serta akan menambahkan rasa kebersamaan diantara
sesama dan yang terpenting menuju ridho sang ilahi. ke kentalan dalam
beragama serta solidaritas yang tinggi dalam melakukan kegiatan
keagamaan patut dijadikan panutan bagi masayarakat lainnya. kalau
dibandingkan dengan dese-desa sebelah maka desa Palesanggar adalah is nomeber one dalam semua aspek keagamaan.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini mengembangkan Keilmuan Khususnya untuk
memperkarya Ilmu Perbandingan Agama dan Umumnya pada ranah
solidaritas kegiatan keagamaan masyarakat Islam di Desa Palesanggar
Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu khasanah ilmu
pengetahuan baru bagi para pembaca atau para audien untuk
9
terkait dengan solidaritas kegitan ke agamaan, disamping itu dapat
memberi masukan bagi saya sebagai peneliti.
E. Talaah Kepustakaan
Dalam pembahasan proposal yang berjudul”Studi Tentang Solidaritas Masyarakat Islam dalam Kegiatan Keagaman Di Palesanggar Pegantenan Pamekasan” ini bukan suatu hal yang baru, melainkan telah
ada beberapa penulis yang membahas tentang hal ini, hanya saja pokok
pembahasannya yang berbeda. Berdasarkan survey yang telah dilakukan
penulis, penulis telah menemukan beberapa riset kesarjanaan yang
membahas mengenai Solidaritas , diantaranya:
Petama, Penelitian yang dilakukan oleh M. Khobibun Nashor,
Solidaritas Masyrakat Sugihwaras Kecamatan Candi kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bagaimana bentuk solidaritas masyarakat Desa Suguh waras,
dan apa yang melatarbelakangi masyarakat tersebut. Dimana dalam sebuah
kelompok atau masyarakat dibutuhkan solidaritas sebagai bentuk
kenyamanan, rasa kebersamaan yang solid.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh M. Aaris Fajaruddin,
Solidaritas Petani(Studi Tentang Gotong Royong Masarakat Petani di Desa Sumberwudi Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan), dalam skripsi tersebut penulis menjelaskan bagaimana bentuk solidaritas
10
masyarat petani untuk mempertahankan solidaritas anatara petani yang
sudah terbangun sekian lama.
Ketiga, Solidarita Masyarakat Pesisir, Potret Keakraban Masyarakat Desa Gersik putih Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep. Dalam skripsi tersebut penulis menjelskan bagaimana masyarakat pesisir
tetap solid dalam kehidupan sehari-hari, walaupun mereka bersaing ketika
sedang mencari ikan atau melaut namun mereka menggunaka akal sehat
untuk selalu membangun keakraban. Bagi mereka solidaritas’’keakraban’’
adalah satu-satunya yang bisa membuat satu sama lain nyaman.
Dalam penelitian kali ini penulis akan membahas solidaritas
masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan masyarakat di Desa
Palesanggar. dan hal ini justru berbeda dengan peneliti-peneliti
sebelumnya karena tidak sampai membahas keranah keagamaanya.
walaupun penelitian kali ini ada perbedaan dan persamaan dengan
sebelumya tidak ada problem justru semakin menambah koleksi wawasan
dan pengetahuan baru bagi orang lain.
F. Kerangka Teori
Dalam penelitian sosial teori digunakan untuk menjelaskan dan
sebagai bahan analisis terhadap fenomena sosial yang bekembang dalam
kehidupan sehari-hari. Teori adalah sekumpulan proposisi dari beberapa
gagasan yang berkembang. Teori sebagai bahan analisis tertentunya harus
11
fenomena masyarakat desa, solidaritas masyarakat. Maka dalam hal ini
peneliti akan menggunakan teori Durkhem yaitu teori solidaritas. Dalam
teori ini ada dua macam yaitu: Solidaritas Organik dan Solidaritas
Mekanik yang nanti akan dijelaskan satu persatu.
Konsep solidaritas sosisal merupakan konsep sentral Emile
Durkheim dalam mebangun teori sosial. Durkheim, menyatakan bahwa
solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau
kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang
dianut dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.15
G. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian diperlukan yang namanya metode atau
cara untuk mencapai sebuah tujuan. Dan Penelitaian ini menggunakan
jenis penelitian Kualitatif yang menjadikan masyarakat di Desan
Palesanggar, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan sebagai objek
penelitian.
Karena kebenaran itu hanya dapat diperoleh sedikit demi sedikit
tentunya dengan analisa yang detail dan mendalam. Karena dengan
demikian, bila tercapai hasilnya dalam ilmu pengetahuan itu merupakan
urut-urutan demonstrasi pembuktian tentang kebenaran mulai dari
asas-asasnya yang telah diketahui. Jadi metode adalah jalan yang dipakai untuk
15
12
mendapatkan pengetahuan ilmiah. Dan sebagai metode penelitian yang
dibutuhkan untuk karya ilmiah ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, dengan sejenis
penelitian yang bersifat deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang terjadi pada
subyek penelitian, misalkan untuk mengetahui persepsi, tradisi, dan
tindakan. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus, yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Dalam penelitian ini, penulis sadar akan keterbatasan yang ada baik
dari segi tenaga, waktu, dana dan lain-lain. Penentuan fokus penelitian
kualitatif, pada umumnya didasarkan pada pendahuluan, pengalaman,
referensi serta saran dari pembimbing atau orang yang dianggap ahli.
Fokus penelitian ini juga sifatnya masih sementara dan dapat berkembang
setelah penulis telah berada di lapangan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini berjenis
kualitatif. Di mana kesolidaritasan serta jenis-jenis dalam kegiatan
keagamaan masyarakat Desa Palesanggar kecamatan Pengantenan
kabupaten Pamekasan dapat dijadikan cermin bagi desa tetangga dan pada
umumnya. Dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, tentunya
penulis dapat lebih mudah menjelaskan kekompakan/solid kegiata
13
2. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan digunakan untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut ini:
a. Data Primer
Data primer merupakan pengamatan yang dilakukan oleh penulis
dengan cara terjun langsung atas objek penelitian di lapangan.16 Data primer merupakan sumber utama di lapangan yakni berupa keterangan dari
pihak-pihak tertentu. Agar pembahasan lebih fokus, penulis harus
membatasi solidaritas kegiatan keagamaan dan Faktor-Faktor apa yang
memperlancar dan menghambat solidaritas masyarakat islam dalam
kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar. Diantaranya objek yang diteliti
ialah masyarakat setempat . Serta mengamati suatu kegiatan keagamaan
yang diteliti. Seperti kegiatan yang dilakukan mulai dari harian, mingguan,
bulanan, serta tahunan. oleh masyarakat Desa Palesanggar. Dalam
mendapatkan informasi yang diperlukan tentunya didapat melalui
pengamatan, yaitu penggabungan antara kegiatan melihat, mendengar dan
bertanya yang terarah dan sitematis, sehingga jawaban tidak melebar dari
pembahasan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber data
yang sifatnya mendukung data primer. Sumber-sumber data sekunder bisa
14
didapat dari buku-buku bacaan yang digunakan penulis sebagai landasan
teori yang digunakan sebagai penunjang hasil penelitian. Data sekunder
juga dapat diperoleh dari tokoh masyarakat atau tokoh agama, dimana dari
data tersebut bisa dijadikan sebagai ukuran bagi masyaraka desa
palesanggar megenai solidaritas masyarakat Ialam dalam kegiatan
keagamaan serta faktor-faktor yang memperlancar serata menghambat
kegiatan tersebut, yang sudah menjadi rutinitas.
3. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan,
maka teknik pengumpulan atau penggalian data yang digunakan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah cara pengembalian data dengan menggunakan
mata tanpa alat standart lain untuk keperluan penelitian.17 Obsevasi merupakan metode awal bagi penulis untuk mengamati dan meneliti
fenomena-fenomena, fakta-fakta yang akan diteliti.18 Penulis menggunakan metode ini karena penulis memperoleh dengan melakukan
pengamatan langsung di lokasi penelitian.
Penulis terjun ke lapangan dengan mengadakan pengamatan secara
langsung mengenai objek penelitian dengan mengambil bagian suatu
kegiatan masyarakat berkaitan dengan solidaritas kegiatan keagamaan di
Desa Palesanggar, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan. Dalam
17
Muh. Nazir, Metode Penelitian...234, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 202.
18
15
hal ini penulis mengetahui keadaan dan waktu pelaksanaan
kegiata-kegiatan. Penulis melakukan observasi di lokasi masyarakat setempat.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka untuk
memperoleh informasi dari responden.19 Wawancara ini dilakukan dengan cara berdialog dengan masyarakat Desa Palesanggar Kecamata
Pengantenan Kabupaten Pamekasan untuk memperoleh data tentang
solidaritas masyarakat islam terkait dengan kegitan keagamaan dan
faktor-faktor yang memperlancar dan menghambat kegiatan tersebut. mulai
harian, mingguan, bulanan serta tahunan.
Melalui metode wawancara ini, peneliti dan informan diharapkan
dapat saling memahami, saling pengertian tanpa adanya suatu tekanan,
baik secara mental maupun fisik, membiarkan subyek penelitian berbicara
secara jujur dan transparan. Sehingga data yang diperoleh cukup akurat
dan valid, serta bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan sosial.
Metode ini digunakan untuk analisis data secara langsung dengan
masyarakat setempat agar mendapatkan bukti kebenarannya. Akan tetapi,
tidak menutup kemungkinan metode-metode penelitian lain yang
sekiranya dapat menunjang dalam perolehan data penelitian secara valid
turut pula diterapkan.
16
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumentasi diperoleh mlalui fakta-fakta
yang telah ada secara tertulis yang mengandung petunjuk yang relevan
dengan objek peneliti. Baik berupa fotografi, video, rekaman, surat, film,
dan lain sebagainya.20 Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini untuk medapatkan fakta-fakta terkait dengan masyarakat Islam di
Palesanggar.
4. Metode Analisa Data
Proses analisa dilakukan setelah data-data dari observasi,
wawancara, telah terkumpul. Analisa perlu dilakukan untuk mengetahui
keakuratan dan untuk mempertanggung jawabkan keabsahan data. Dalam
penelitian dengan pendekatan kualitatif, analisa data sering dianggap
sebagai sebuah kesulitan. Karena dalam analisisnya tidak dijumpai
cara-cara tertentu yang dapat dijadikan sebagai acuhan peneliti dalam
menganalisa data.
Analisa dilakukan dengan pengolahan data yang sudah ada. Dari
penyuntingan hingga analisa yang merupakan hasil akhir penelitian.
Penyuntingan adalah pemeriksaan kembali seluruh daftar pertanyaan yang
dikembalikan responden. Setelah responden menyerahkan angket, penulis
harus melakukan pemeriksaan yang disesuaikan dengan jawaban
responden. Dengan begitu penulis bisa menyimpulkan dan menganalisa
20
17
bagaimana solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan di
Desa Palesanggar Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun untuk
mempermudah pemahaman sehingga dapat menghasilkan pembahasan
yang sistematis, untuk itu penulis akan menyusun proposal ini dengan
sistematika dan format sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan, yang mana pada bab ini
mengawali seluruh rangkaian pembahasan yang terdiri dari sub-sub bab,
yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, telaah kepustakaan,
kerangka teorik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua menjelaskan tentang landasan teori yang mana
Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik. Paradigma kualitatif
meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan yang terbentuk
secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan
tersebut, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya
berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian
kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori bukan
18
Bab ketiga merupakan pembahasan tentang klasifikasi data
penelitian. Dalam bab ini dijelaskan tempat penelitian, daftar nama
responden, dan hasil responden.
Bab keempat merupakan pembahasan tentang analisa data yang
sesuai dengan hasil responden mengenai solidaritas masyarakat Islam
dalam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar.
Bab kelima, berisi kesimpulan dari hasil penelitian, analisis serta
saran dari penulis, dan harapan dalam kesimpulan dapat menjawab
permaslahan penelitian yang terdapat pada rumusan maslah, dan dapat
memberikan saran yang sesuai dengan hasil kesimpulan penelitian. Bagian
akhir yang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertain Solidaritas
Wacana solidaritas hakikatnya bersifat kemanusiaan dan
mengandung nilain adiluhung(tinggi atau mulia). Tidik aneh kalau
solidaritas merupakan keharusan yang mana tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Memang sangat mudah mengucapkan kata solidaritas namun
kenyataannya dalam kehidupan manusia sangat jauh sekali. Dalam ajaran
Islam solidaritas sangat dianjurkan karena solidaritas merupakan salah satu
bagian dari nilai Islam yang mengandung nilai kemanusiaan dalam
al-Qur’anQS,5,2. Seruan tolong-menolong dalam hal kebaikan.Yang
didalamnya terdapat nilai-nilai solidaritas.
Didalam Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI) dijalaskan bahwa
Pengertian solidaritas diambil dari kata solider yang berarti mempunyai
atau juga memperliihatkan perasaan berasatu. Dengan demikian, apabila
dikaitkan dengan kelompok sosial dapatdisimpulkan bahwa solidaritas
adalah: rasa kebersamaandalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut
tentang kesetiaan antar sesame dalam mencapai tujuan dan keinginan yang
sama.
Dalam wawasan yang lebih luas tetang hal tersebut, maka acuan
20
diperkenalkan oleh Emile Duekheim. Acuan utama adalah padapem
bagian kerja yang kemudian akan memberiakan implikasi yang sangat
besar terhadap struktur masyarakat. Hal inilah yang kemudian menurut
Emile Durkheim disebut sebagai solidaritas sosial.Dalam hal ini Emile
Durkheim membagi solidaritas dalam dua macam, yaitu solidaritas
mikanik dan solidaritas organik.Solidaritas organik misalnya dicirikan
dengan perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam suatumasyarakat
sebagai landasan bahwa semua orang yang terkumpul dalam suatu
masyarakat tersebut memiliki tugas-tugas dan tanggung jawab
masing-masing.Lain halnya dengan solidaritas mikanis yang oleh Emile Durkheim
dicirikan sebagai solidaritas yang menyatakan bahwa ikatan di antara
orang-orang yang terlibat dalam kegiatankegiatan yang mirip.Namun
alangkah lebih baiknya apabila kedua macam solidaritas tersebut
dijelaskan satu persatu.
B. Macam-Macam Solidaritas
Emile Durkheim membagi solidaritas menjadi dua macam yaitu:
solidaritas organik dan solidaritas mekanik
1. Solidaritas Organik
Solidaritas organik yitu merupakan sebuah ikatan besama yang
dibangun atas dasar perbedaan, mereka biasanya justru dapat lebih
bertahan dengan perbedaan yang ada disalamnya karena pada kenyatannya
21
beda.1Akan tetapi perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk suatu ikatan yang sifatny tergantung. Masing-masing masyarakat tidak lagi
memenuhi semua kebutuhannya sendiri tetapi ditandai saling
ketergantungan yang besar pada orang atau kelompok lain. Saling
ketergantungan anatar anggota ini disebabkan karena mereka telah
mengenal pembangian kerja yang teratur. Dan suatu perkerjaan tertentu
tidak bisa dikerjakan oleh orang lain.
Solidaritas organik ini biasanya terdapat dalam masyarakat
perkotaan yang heterogen.Hubungan atau ikatan yang biasanya dibangun
didasarkan atas kebutuhan materi yang dikedepankan atau hubungan kerja
didalam sebuah perusahaan. Pembagian kerja yang sangat mencolok
hanya ada dalam masyarakat perkotaan yang sebagian besar mereka
bekerja dalam berbagaimacam sektor perkonomian. Spesialisai yang
berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan
ketergantungan yang mengikat satu orang dengan yang lainnya, sehingga
solidaritas organik muncul karena pembagian pekerjaan yang bertambah
besar, bertambahnya apesialisasi dalam pembagian pekerjaan ini akan
mengakibatkan pada bertambahnya saling ketergantungan anatara
individu, yang juga memungkinkan bertambahnya perbedaan dikalangan
individu. Munculnya perbedaan-perbadaan dikalangan individu merombak
kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya akan menjadi kurang penting
lagi sebagai dasar untuk keteraturan sosial.
1
22
Akibat pembagian kerja yang semakin rumit, timullah kesadaran
yang lebih mandiri.2 Kesadaran individual yang berkembang dalam cara yang berbeda dari sedaran kolektif, sehingga kepedulian diantara
sesamemenjadi luntur dan akan berkurang dalam sebuah masyarakat. Dari
kondisi tersebut akan menimbulkan aturan-aturan baru yang berlaku pada
individu, misalnya aturan bagi para dokter, para guru, buruh atau pekerja,
konglemerat dan lain sebgainya, aturan-aturan tersebut menurut menurut
Emile Durkhimyang disebut sebagai bersifat restitutif(memulihkan).
Hukum yang bersifat restitutif(memulihkan), yaitu betujuan bukan
untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktifitas normal dari
suatu masyarakat yang kompleks. hukum restitutif sendiri berfungsi
sebagai individu dan kelompok yang berbeda. Hukum yang diberikan
bukan untuk balas dendam tapi untuk memuluhkan keadaan.Jenis dalam
beratnya hukuman disesuaikan dengan parahnya pelanggaran yang telah
dilakukan dan dimaksudkan guna memulihkan hak-hak korban atau
menjamin bertahannya pola ketergantungan yang tercipta dalam
masyarakat.
2. Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik pada umumnya terdapat pada masyarakat
pedesaan, solidaritas mekanik ini terbentuk kaarena mereka terlibat dalam
aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama dan
2
23
memerlukan keterlibatan secara fisik.3Dan solidaritas mekanik tersebut mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam membangun kehidupan
harmunis antara sesama, sehingga solidaritas tersebut lebih bersifat lama
dan tidak tempore(sementara).
Solidaritas mekanik juga didasarkan pada tingkat homogenitas
yang sangat tinggi.4Tingkat homogenitas individu yang tinggi dengan tingkat ketergantungan antara individu yang sangat rendah.Dan hal ini
dapat dilihat misalnya dalam pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam
solidaritas mekanik ini, individu memiliki tingkat kemampuan dan
keahlian dalam suatu pekerjaan yang sama sehingga setiap individu dapat
mecapai keinginannya tanpa ada ketergantungan kepada orang lain.
Ciri dari masyarakat solidaritas mekanik ini ditangdai dengan
adanya kesadaran kolektif yang sangat kuat, yang menunjuk pada totalitas
kepercayaan-kepercayaan dan sentiment-sentimen bersama.Dimanaikatan
kebersamaan tersebut terbentuk karena adanya kepedulian diantara
sesame. Solidaritas mekanik terdapat dalam masyarakat yang homogen
terutama terutama masyarakat yang tinggal dipedasaan yang sama persis
ditempat penilitain yang peneliti amati, yaitu desa Palesanggar. Karena
rasa persaudaraan dan kepedulian diantara mereka lebih kuat dari pada
masyarakat yang ada di perkotaan.Ia meyimpulkan bahwa masyarakat
primitif dipersatukan terutama oleh fakta non-material, khususnya oleh
3
Ibid, 39.
4
24
kuatnya ikatan moralitas yang sama. Ataupu oleh apa yang bisa disebut
sebagai kesadaran kolektif.5
Bagi Emile Durkheim, indikator yang paling jelas untuk solidaritas
mekanik ini adalah ruang lingkungan dan kerasnya hokum-hukum yang
bersifat represif (menekan). Anggota masyarakat ini memilikikesamaan
satu sama linnya semuanya cenderung sangat percaya pada moralitas
bersama, apapun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama tidak akan
dinilai main-main oleh setiap individu,6 apalagi oleh masyarakat yang menjadi tempat penelitian kali ini. Hukuman yang dikenakan terhadap
pelanggaran tehadap aturan-aturan represif tersebut pada hakekatnya
adalah merupakan manifestasi dari kesadaran kolektif yang
tujuannyauntukmenjamin masyarakat berjalan dengan teratur dengan baik.
Ikatan yang mempersatukan anggota-anggota masyarakat disini adalah
homogeny dan masyarakat terikat satu sama lainnya secara mekanik.
Jadi perilaku yang disebut melawan hukum jika dipandang
mengancam atau melanggar kesadaran kolektif. Adapun jenis dan beratnya
hukuman tidak selalu harus mempertimbangkan kerugian atau kerusakan
yang diakibatkan oleh pelanggarannya, akan tetapi lebih didasarkan pada
kemarahan bersama akibat terganggunya kesadaran kolektif seperti
penghinaan, menfitnah, pembunuhan dan lain sebagainya. Untuk
5
George Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: keccana, 2011), 22.
6
25
menjamin supaya masyarakat yang bersangkutan berjalan dengan baik dan
teratur.
Jadi dalam hal ini pembahasan mengenai kedua solidarita diatas
akan dikerucutkan manjadi satu saja, yaitu solidaritas mekanik, yaitu
solidaritas yang mengambarkan akan keadaan dalam masyarakat pedesaan.
Lebih jauh solidaritas mekanik tersubut akan digunakan untuk
memperdalam pembahasan solidaritas pada masyarakatdesa Palesanggar.
Solidaritas mekanik pada msyarakat Palesanggar sejatinya adalah sama
dengan solidaritas yang telah diungkapkan oleh Emile Durkhim dalam
teorinya; yakni dengan melihat kembali keberadaan masyarakat setempat
yang dicirikan dengan kegiatan-kegiatan yang seragam antar masyarakat
setempat.
Didalam keterangan lain Durkeim menuturkan bahwa masyarakat
primitif, dalam hal ini disebut sebagai masyarakat pedesaan dengan
solidaritas mekaniknaya, cenderung memiliki kesadarankolektif yang lebih
kuat; pemahaman, norma dan keprcayaan bersama.7
Bila dikatkan dengan solidaritas yang ada pada masyarakat
Palesanggar, jelas hal tersebut sinkron dengan kenyataan yang ada di
lapangan.Dengan mengamati secara selektif, bahwa masyarakat
Palesanggar memiliki kesadaran kolektif yang sangat kuat. salah satu
contoh dapat dilihat dari kepercyaan bersama yang masih diyakini
masyarakat setempat bahwa kekompakan dalam sebuah kegiatan
7
26
keagamaan merupakan bentuk dari solidaritas itu sendri dari sekian banyak
kegiatan keagamaan mereka tetap solid walau kegiatan tersebut sifatnya
menoton.
C. Solidaritas dalam Kegiatan Keagamaan
Melihat fenomena yang ada di Indonesia ini dimana setiap setiap
agama memiliki kegiatan keagamaan atau tradisi tersendiri dengan waktu
yang sudah ditentukan dalam agama-agama mereka.Seperti agama, Islam,
Konghucu, Hindu, Budha, Kreiten.Yang semuanya kalau kita lihat mereka
para pemeluknya bisa solid dalam mengikuti acara atau kegiatan
keagamaan tersebut mulai dari kegiatan satu tahunan, bulanan, mingguan
dan lain semacamnya.
Ada beberapa hal yang hampir sama dalam keyakinan umat
beragama seperti meyakini kehidupan setelah kematian. disinilah biasanya
mereka akan melakukan kegiatan atau sebuah kebaikan untuk
mendapatkan tempat yang mulia atau syurga”Islam” mencapai “Muksa”
atau lahir kembali kebumi.bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran
itu kita menerima akibat-akibat dari perbuatan kita sendiri ke kehidupan
terdahulu. Akibat baik atau buruk.8 Maka dari itu mereka terkadang berpuasa dan melakukan kegiatan agama secara bersamaan seperti: hari
Nyepi, Waisak, Natal, atau kegiatan ibadah lainnya demi mencapai moksa.
8
27
Bisanya kalau kegiatan-kegiatan besar mayoritas mereka tampak lebih
solid dibandingkan kegiatan keagamaan lainnya.
Ada sebagian daerah yang mana antara pemeluk agama satu
dengan yang lainnya saling membantu untuk mensukseskan kegiatan
keagamaan tersebut seperti agama Islam dan Hindu di Bali, ketika hari
Idul Fitrih dan hari Nyepi mereka sama-sama menjaga keamanan dan
menghormati keyakinan orang Islam. Membahas masalah solidaritas
masyarakat dalam mengikuti kegiatana keagamaan tentunya setiap daerah
akan berbeda apa lagi diperkotaan yang pastinya ada yang lebih solid
antara di perkotaan sama dipedesaan kerena keadaan yang menjadi faktor
masaing-masing daerah. Seperti yang dijelaskan dalam teorinya Durkhim,
bahwa solidaritas kegiatan keagamaan yang tinggi adalah hanya ada di
pedesaan dan akan dibahas bab selanjutnya.
D. Faktor Terbentuknya Solidaritas Kegiatan Keagamaan
kalau melihat disekitar kita terutama di Indonesia pada umumnya
banyak pemeluk agama yang membangun sebuah solidaritas melalui
Baksos, Pyosandu, kegiatan bersih desa, Balaipengobatan geratis dan
semacamnya.Melalui program tersebut ada wacana yang mengarah pada
kesolidan dalam keagamaan. Salah satu tebentuknya solidaritas kegiatan
28
1. Interaksi sosial
Hubungan antara manusia yang menghasilakn suatu proses
pengaruhi menghasilkan hubungan antara individu baik antara individu
dan kelompok dengen kelompok lain9. Dalam kehidupan tidak akan terlepas dari inrekasi sosial. Dan mereka nanti kerana keagamaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial adalah cara-cara
berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentuk-bentuk hubungan tersebut.10 2. Kesamaan Ideologi
Persepsi menjadikan organisasi atau kegiatan bisa solid,
masyarakat lebih mementingkan bersatu padu dalam membangun sebuah
dearah tentunya dilatar belakangi ideologi yang sama.
3. Peran elit tokoh Agama
Karena kegiatan keagamaan dalam sebuah lingkungan tidak akan
berjalan dengan istiqamah kalau tidak ada peran aktif dar tokoh Agama
setempat.
4. Faktor lingkungan
Hal itu sangat berpengaruh dalam menjaga solidaritas kegiatan
keagamaan karena lingkungan lambat-laun bisa mengubah sikap
seseorang.
9
Mariyani, htt://wordpress.com/2014/03/22/hubungan-interaksi-antar-masyarakat(Kamis,20Juli 2017).
10
29
5. Pendidikan
Merupaka pokok penting dalam membangun pola pikir keagamaan
yang bersifat kolektif terutama dalam kegiatan kegamaan, apa bila
masarakat awam maka untuk menwujudkan kegitan keagamaan akan sulit.
Dengan mondok maka akan terbebas dari kelalaian11 belajar agama, karena disana dituntut mengerti dan faham ilmu agama.
6. Ekonomi
Merupakan pokok penting untuk mewujudkan solidaritas dalam
kegiatan keagamaan di suatu daerah, karena keduanya sama-sama
dibutuhkan dan saling melingkapi.
7. Kesadaran diri
Dengan kesadaran yang dimiliki seseorang maka tertunya akan
menimbulakn sebuah tindakan nyata yang mendorong untuk melakukan
hal kebaikan yang menajadikan masyarakat solid dalam segala kegiatan
keagamaan.
11
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Profil Lokasi Penelitian Desa Palesanggar
Sejarah Desa Palesanggar tidak terlepas dari sejarah masyarakat
desa Palesanggar. Kec, Pegantenan. Kab, Pamekasan. Wilayah
Palesanggar merupakan pecahan dari desa Pasanggar. Mengingat luasnya
wilayah dan pertumbuhan penduduk yang sangat padat maka desa
pasanggar dibagi menjadi dua desa. Bagian barat tetap dinamakan desa
pasanggar, sedangkan bagian timur dinamakan desa Palesanggar. “Pale”
(Madura berarti dibagi), Sanggar (berasal dari dusun Sanggar I). Karena
kalau tidak dipecah maka akan ada kesulitan untuk memantau atau
mengetahui kondisi rakyat yang jaraknya jauh sehingga masyarakat tidak
kesulitan untuk memenuhi keinginannya terkait keperluan masyarakat
Desa Palesanggar itu sendiri.
karena kalau dalam suatu daerah itu sanagat luas dan penduduknya
banyak maka dipastikan banyak yang tidak tersentuh atau terkontrol, maka
dari itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka desa yang
awalnya satu desa sekarang sudah menjadi dua desa.Karena adanya
semangat perubahan maka desa ini pada tahun 1956 resmi mengangkat kepala desa pertama yang bernama sa’odin yang masa jabatannya berakhir
31
Pada tahun 1991 tampok pemerintahan dipimpin oleh anak muda
yang mempunyai samangat membara untuk memajukan desa palesanggar
yang bernama mulyadi yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2007 (
-+ 16 tahun ), pada tahun 2007 jabatan srtategis desa palesanggar pindah
tangan lagi yaitu putra terbaik desa palesanggar anak seorang kyai ternama
yang bernama mohammad ludfi,S.pd.I h, dia sudah dua kali menjabat
sebagai kepada Desa hingga sekarang. jadi Desa Palesanggar sudah 61
tahun yang menjadi pecahan dari Desa Sanggar, namun walaupun
demikian masyarakat Desa Palesanggar tidak kalah saing dari semua
sektor apalagi dalam pendidikan atau kegiatan keagaan. Dengan semakin
tingginya pendidikan maka akan semakin mengetahui sejauh mana letak
kinerja kepala desa dan perangkat desa sehingga anak-anak muda bisa
membantu dan memberikan saran serta masukan ke kepala desa demi
kenyamanan bersama.
B. Kondisi Giografis
Pelesanggar adalah salah satu desa dari delapan desa yang ada di
Kecamatan Peagantenan yang berlokasi disebelah selatannya kantor
kecamatan. Palesanggar merupakan sebuah daerah yang secara geografis
memiliki luas 1075,72 Ha. Daerah tersebut merupakan kawasan yang
berjarak cukup jauh dari wilayah kabupaten, daerah tersebut terletak
disebelah utaranya pekotaan bisa ditempuh dari mobil dan motor karena
32
Secara geografis Desa Palesanggar terletak pada posisi 7°21'-7°31'
Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian
desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 305 m di atas
permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Pamekasan tahun
2004, selama tahun 2004 curah hujan di Desa Palesanggar rata-rata
mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan
Desemmber sehingga mencapai 405,04 mm yang merupakacurahhujan
tertinggi selamakurunwaktu 2000-2008.
Desa tersebut termasuk penghasil tembakau yang cukup baik
kualitasnya dikala musim kemarau sehingga banyak para pedagang
tembakau yang dari luar masuk ke desa Palesanggar. adapun ketika musim
hujan disana dominan menanam Padi dan ada pula Jagung, Cabe, Bawang
daun, Kacang tanah, kacang panjang, ubi, tales dan yang lainnya.
Masyarakat Palesanggar ketika musim hujan tidak hanya menanam padi
tapi juga berbagai macam tanaman seperti: Kacang, Terong, Cabe.
“saya tidak cukup menanam satu tanaman saja, harus kreatif misalnya kalau musim hujan. Saya biasanya menanam Cabe yang dibawahnya ditanami Kacang Tanah dan dipinggirnya saya tanami Kacang Panjang dan Terong. Dengan demikian saya tidak harus membeli sayuran kalau hanya untuk dimakan. Namun terkadang bisa dijual.1
Semua itu tidak terlepas dari tanah yang bagus bisa ditanamin apa
saja bisa dan mengasilakan, tinggal bagaimana kita bisa mengelolanya
sebaik mungkin. karena minat petani di desa Palesanggar sekarang mulai
menggurang terlihat dari anak muda yang hampir 60% tidak bekerja
1Sa’il.
33
keladang mereka memilih bekerja keluar kota sampai keluar negeri separti;
Malaysia, Timur tengah dan lain sebgainya.
Palesanggar merupakan sebuah desa yang mana penduduknya
100% beragama islam, masyarakat setempat sangat ramah-tamah dan
saling sapa kalau bertemu. tidak hanya itu, desa tersebut merupakan desa
yang paling unggul diantara desa-desa se-kecamatan Pegantenan dari segi
aspek sosial keagamaan hal tersebut yang masih terpelihara dari dulu
sampai saat ini, Sehingga masyarakat desa Palesanggar disegani oleh
masyarakat desa-desa sebelah. Masyaraat luar merasa takjub milahat
masyarakat Palesanggar bisa memelihara secara umum di desa
Palesanggar seperti: kekompakan, kegiatan keagamaan, keamanan, gotong
royong, dan lain sebagainya.
“sebelum Indonesia ini merdeka penduduk juga pernah berperang melawan penjajah, dia mengatakan betapa susahnya dan rasa takut yang luar biasa ketika ada peperangan, setiap harinya serba tegang tidak bisa beraktifitas seperti; pergi keladang atau kepasar, sehingga hampir beberapa bulan makannya hanya satu kali, bahkan kadang hanya air putih yang bisa menganjil rasa lapar mereka. Mereka para pejuang susah mencari tempat pelindung dari penjajah namun ada gua yang menjadi tempat persembunyian penduduk setempatyang aman menjadi saksi perjuangan hidup mereka.2
Letak geografis desa Palesanggar sangat dekat dengan pusat
kecamatan, yaitu hanya pebatasan Jalan pantura sebelah selatannya kantor
kecamatan. Adapun batas-batas desa Palesnggar terletak diwilayah
Kecamatan Pegantenan Kabupten Pamekasan dengan posisi dibatasi oleh
wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa
2
34
Ampender. Sebelah barat berbatsan dengan Desa Pasanggar atau
Palenggaan. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Potoan Daya.
Sedangkan disebelah timur berbatsan dengan Desa Bulengan Barat.
Jarak yang dapat dilalui dari kecamtan kepusat Desa dapat dilalui
oleh berbaga kedaraan darat. Terutama sepeda mtor dan mobil, pada hari
sabtu dan rabu, yaitu hari pasaran di sebelah utaranya kecamatan, biasanya
masyarat dapat menempuhnya dengan sepeda motor dan mobil, yang
beroperasi dari desa keberbagai desa terutama ke Desa Palesanggar.
Desa Palesanggar sendiri yang dihuni kurang lebih 8587 jiwa
terbagi menjadi delapan dusun yaitu meliputi Dusun Aeng Rasa Dajah,
Dusun Aeng Rasa Loak, yang dibatasi jalan aspal antara keduanya dan
selatannya lagi termasuk Kecamatan Palenggaan. Dusun Poa yang
memiliki banyak pohon mangga, sehingga dinakan Dusun Paon. Dusun
Dadak Barat. Dusun Dadak Timur. Dusun Kemuning Tengah. Dusun
Kemuning Timur. Dan yang terkhir Dusun Tajuk.
C. Kondisi ekonomi
Sebenarnya bicara masalah ekonomi masyarakat desa Palesanggar
saat ini sudah mulai membaik dari sebelumya, Terlihat dari banyaknya
bangunan baru atau kondisi mereka setiap harinya. ada banyak yang
35
1. Lahan Pendapatan Msayarakat
Secara geografis, desa Palesanggar merupaka wilayah yang bisa
dikatakan sebagai lahan yang cukup bagus dan menguntungkan dalam
bidang pertanian, dalam hal ini sifatnya kondisional tergantung musim
kalau musim kemarau maka mayoritas masyarakat desa Palesanggar
menanam tembakau, ada pula yang menanam bawang daun. walaupun
sebagian kecil tidak menanam keduanya. Sebelum ditanami tembakau
masyarakat bisanya menyiapkan tempat sebelum musim kemarau karena
kalau tidak demikian akan mengalami kesulitan ketika mau mencangkul
ladang tersebut, jadi sebelum musim hujan habis panin Padi dan Jagung
biasaya masyarakat langsung mencangkul guna menyiapkan tempat untuk menanam tembakau yang mereka dambakan „„keuntungan’’ karena
tanaman tembakau yang diyakini akan menghasilkan keuntungan yang
sangat besar, walaupun ternyata prosesnya sangat berat dan sulit serta
melelahkan. Namun sebenarnya kalau dihutung-hitung ala orang-orang Cina maka sebenarnya tidak terlalu besar seperti yang masyarakat
bayangkan. Karena semuanya memerlukan biaya yang tidak sedikit dari
mulai menanam sampai nanti waktunya panin, seperti; mencari bibit,
menanam, panin yang diambil daunnya, proses pematangan, digulung,
diiris, dijemur yang dilakukan dua hari sebelum dibungkus, semua itu dari
proses-keproses lainnya membutuhkan biaya, belum lagi kalau dihitung
36
menyiramnya. jadi kalau dikalkulasi secara detail hasinya tidak sebesar
yang mereka pikirkan.
“Namun masyarakat palesanggar mempunyai semangat yang luar biasa untuk terus-menerus pergi keladang dan bercocok tanam setiap harinya.Saya kalau tidak keladang tidak enak dan jenuh atau kalau tidak keluar rumah, karena aktifitas cuman keladang, ketika diladang tidak hanya fokus pada satu pekerjaan namun banyak yang dikerjakan misalnya seprti orang tuaku sendiri kalau menyiram tembakau, maka sebelum pulang dia masih mencari rumput untuk pakan sapi dan hal itu akan dilakukan Ros-terrosan (terus-menerus).3
Walaupun masyarakat desa Palesanggar keladang setiap hari
dengan hasil yang tidak jelas dan menentu akan tetapi semangat mereka
tidak sama dengan masyarakat perkotaan, bagi mereka walaupun hasil
tidak menentu asalkan yang terpenting kebutuhan setiap harinya bisa
terpenuhi seperti kebutuhan pokok atau perlengkapan dapur, orientasi
hidup mereka adalah beribadah dan bekerja asalkan halal serta tidak
menyusahkan orang lain hal demikian yang agak sulit ditemukan
diwilayah lain.
2. Mata Pencaharian dan Pembagian kerja
Secara umum, keadaan ekonomi masyarakat Palesanggar dapat
dikatakan cukup meskipun banyak lahan yang luas yang mereka tanami.
Karena biasanya ketika musim panin entah itu tembakau ataupun cabe
bisanya harganya turun drastis dan memprihatinkan kalau melihat nasib
orng-orng petani. dalu pernah harga cabe harga 150 rupiah padahal
sebelum musim panin harga cabe sangat tinggi pada waktu itu harganya
15-20 ribu, tetapi ketika musim panin harganya sangat membuat orang
3
37
petani kesal serta kerugiannya yang tidak sedikit sehingga ada pohon cabe
milik salah satu warga yang dicabutin karena merasa kesal dengan haraga
150 ripah tersebut. Dengan harga segitu sangat sedih melihatnya
sedangkan yang kaya tinggal enak menikmati hasil derita orang petani.
“sekarang ini yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. seperti saat sekarang ini, secara tidak langsug rakyat kecil atau petani menjadi babu bagi penguasa yang tidak adil dan serakah yang tidak memikirkan nasib rakyat kecil, sedangkan mereka tertawa sambil menikmati hasil dari ladang hasil pertanian kita, sedangka rakyat seperti „’saya’’ tertindas. Kalau hal ini tidak berubah seperti apa nasib orang-orng kecil 10 tahun yang akan datang, katanya.4 Maka kamu harus berusah dan tetap berjuan untuk memenuhi hidup keluarganya kelak kalau sudah kawi, katanya sambil tertawa.5
Masyarakat desa Palesanggar ada yang membuka usaha Tuku ben BerungKenek.6 disana tercatat ada sebanya kurang lebih 37 toko atau warung yang menyebar di seluruh desa Palesanggar, dan biasnya yang
menjaganya adalah perempuan, sehingga mereka sambil lalu mengasuh
anak nya dirumah serta masak guna menyiapkan makanan suaminya ketika
pulang dari ladang. Sebenarnya mengenai pembagian kerja anatara
perempuan dan laki-laki memang berbeda namun ada kesamaan, biasanya
pekerjaan yang dilakukan laki-laki seperti mencangku, membawa pupuk,
intinya yang pekerjaan yang berat semua dalakukan oleh seorang suami,
sedangkan perempuan yang dibilang ringan seperti mencari rumput ini
4Mersu’ed,
Wawancara,Aeng Rasa Dejeh, 01-07-17.
5Mersu’ed,
Wawancara, Aeng Rasa Dejeh, 05, 05, 17.
6
TukuArtinyatoko, yang didalamnyamemjualberbagaimacamkebutukansembakoatau yang lainnya.BenArtinyadan.SedangakanBerungKeneksendiriadalahwarungkecildamanamasyar akatdesaPalesanggarmembedakantokodanwarung,
38
bisa juga dilakukan oleh laki-laki, menyiram tembakau dan pekerjaan
ringan-ringan lainnya.
Sebenarnya Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa
Palesanggar tidak menentu rata-rata Rp.10.000.7 per hari. Dengan hasil yang demikian maka mereka hanya cukup untuk makan saja, sedangkan
untuk kebutuhan lain mereka harus mecari pendapatan diluar pertanian
sehingga banyak yang merantau karean tuntutan kebutuhan yang semakin
besar.Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Palesanggar
dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian,
jasa/perdagangan dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, masyarakat
yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 4,540 orang, yang bekerja
disektor jasa 760 orang, dan bekerja disektor lain-lain 55 orang,. Dengan
demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah
5,410 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian.Lebih jauh lagi, kalau kita mengoreksi kembali perekonomian
masyarakat desa Palesanggar yang masih berada pada golongan menengah
kebawah.
Lambat laun bahan-bahan pokok semakin mahal sedangkan hasil
panen petani malah tidak ada kenaikan terkadang ketika musim panen
semuanya akan murah sehingga manyak masyarakat yang malas bercocok
tanam karena kalau dihitung dengan modalnya hasilnya masih dikatakan
rugi.
7
ProfilDesadanKelurahan.DaftarIsianPotensidan Tingkat PerkembanganDesaTahun
39
“Masyarakat Palesanggar walaupun dikatagorikan menengah kebawah mayoritas masyarakat bisa memodok-kan sekaligus menyekolahkan putra-puriku dipesantren, kita ketahui bersama bahwa biaya dipesantren tidak sedikit, namun mereka para orang tua percaya bahwa orang yang mencari ilmu rizkinya akan dipermudah dan pasti akan menemukan biaya. Justru saya sangat bangga anak ada di pesantren bisa belajar agama lebih banyak dan fokus dan Mudawamah(terus menerus), sehingga harapan besar apa bila sedah pulang nanti bisa membawa ilmu yang barokah minimal bermanfaat sama dirinya sendiri lebih-lebih bisa diamalkan sama orang lain. Dan masyarakat desa Palesanggar dominan pernah mondok sehingga pengetahuan tentang agama tidak diragukan lagi.8
Ada sebagian masyarakat desa Palesanggar yang memiliki
penghasilan lain yang tidak tergantung sepenuhnya pada pertanian.
Seperti; pengawai negeri, pengusaha, berdagang, jasa, dan yang lainnya
seperti di Tabel bawah ini. Sumber; Buku Monografi Desa Palesanggar. Data diolah Kembali
8Ta’ib, Wawancara,
40
Dari data yang terhimpun, dapat dikatakan bahwa sebagian
masyarakat Palesanggar terbilang sudah cukup terpenuhi secara ekonomi.
Seperti petani tembakau asalakan kemaunya bagus tidak ada hujan baru
harga tembakau akan mahal, namun beberapa tahun kemudian petani
sudah mulai mengurang menanam tembakau karena cuaca yang tidak
bagus, sehingga setok gudang penimbunan tembakau saat ini kosong.
“Kalau musim ini kemarau nomal maka dipastikan harga tembakau akan mahal karenan semua gunang sudah kehabisan setok. padahal saat ini hanya sekitar 60-70% masyarakat Palesanggar yang menanam tembakau karena pada tahun-tahun sebelumnya mereka gagal.9
Beda halnya dengan petani padi dan jagung yang jelas-jelas
hasilnya tidak akan dijual mereka timbun diambil sedikit-demi sedikit
untuk keperluan. Jadi setok akan tetap ada sampai hampir musim hujan
tiba, baru akan dimakan disisakan untuk pembibitan. Mereka sering
membeli beras kalau ada kepetingan seperti kepernikahan selametan dan
lain sebagainnya walaupun mereka baru panin mereka memilih membeli.
alasannya sipel biar tidak repot.
Adapun buruh bangunan lebih bernasib baik pasalnya buruh
bangunan yang ada di desa Palesanggar jarang sekali mandapatkan
pekerjaan, kalau ada tujuh samapai sepuluh bulan baru bisa bekerja. jadi
mereka juag mencari sampingan seperti mencari kewilayah lain tekadang
keluar kota. Kadang juga mereka memborong proyek jalan dan lain
9
41
sebagainya bagi mereka tolak ukurnya adalah halal kalaupun masih bisa
apapun akan dekerjakan demi keluarga.
Selain pencaharian yang sudah ada, sebagian masyarakat
Palesanggar sering mencari jalan alternatif demi menambah penghasilan
untuk hidup sehari-hari. Bagi masyarakat yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap, khususnya para lelaki, terutama yang sudah mempunyai tanggungan „„anak istri’’, untuk mendapatkan penyambung hidup atau
tambahan mereka Nyareh Ongkosan Alanduk.10 Waktunya kondisional bisa pagi dan sore bahkan ada juga yang malam hari kalau ladangnya
didekat rumah karena terkait dengan penerangan atau lambu. Ada pula
yang mencari tambahan uang sebagai koli proyek bayaranya 80 ribu tapi
mulai jam 8-4 rokok sama kopi dikasih kalau nasi.
D. Kondisi Keagamaan
“Masyarakat desa Palesanggar merupakan sebuah daerah yang dikatagorikan sangat eksis dalam keagamaannya karena mayoritas alumni podok pesantern 100% beragama Islam”,11
Mereka tetap melakukan tradisi-tradisi santri seperti sholat
berjemaah, membaca al-Qur’an setelah shoalat magrib dan subuh. Bahkan
mereka bisa mengajak orang lain untuk melakukan tradisi itu. Setiap
selesai sholat subuh di desa Palesanggar maka akan banyak terdengar
10
Nyarehberartimencari, Ongkosanadalahimbalan,
sedangkanAlandukArtinyamencangku.Jadimerekamencariimbalan yang
kerjaannyamencangkul, biasanyabuattanamcabe, kacangtanah, dan lain sebagainya, sedangakantarifnyakalaudari jam 7-12 makaimbalanya 40 rbdikasihmakandanrokok, kalaudari jam 1-5 ibalannya 35 dikasihmakansamarokodan kopi.
11
42
lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an dengan suara yang berbeda-beda dari
anak kecil sampai yang tua. Karena dalam Islam mengatur menjalani
hubungan keseimbangan, dunia akhirat saling baerkaitan, corak perilaku di
dunia akan menentukan keadaan di akhirat. Bayangan tentang kehidupan
akhirat mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang.12
“maka tidak heran kalau di Palesanggar jauh berbeda dengan desa-desa sebelah. Dimana setiap harinya tidak terlepas dari hal-hal yang bernilai agamis, contohnya ketika mereka mau bekerja keladang atau aktifiatas lainnya biasanya mereka mendahulukan sholat, zikir dan yang lainnya. Niat yang mereka tanam adalah Lillahi Taala. Mereka meyikini bahwa dunia ini hanyalah tempat singgah sesaat. Saya lihat disana-sini di Palesanggar bernuansa agamis karena apabila mereka melewati sebuah rumah mereka saling sapa dan menebarkan senyuman yang hal itu juga merupakan sedekah, adapun kalau mereka melewati perkampungan yang tida dikenal maka mereka lebih santun dan bilang permisi.13
Dan yang paling aku ajukan jempol pada mereka adalah partisipasi
terhadap kegiatan kegamaan yang luar biasa sehingga mereka
mengesampingkan dan menunda pekerjaan pribadinya. Karena kata
mereka lebih banyak pahalanya kalau membantu mensukseskan
acara-acara tersebut, seperti FORSISANT (forum silaturahim santri Sanggar,
Pasanggar), yang kemeran dilaksanakan pada tanggal 29- Juni-2017. Yang
banyak dihadiri oleh masyarakat Palesanggar dan Pasanggar, dihadiri oleh beberapa Ulama’ seperti K, H, Umar Hamdan, Tamberru Sampang. K,H,
Amin Rifqi Bunangkah Pamekasan. Jadi pada intinya masyarakat
12
M. DawamRahardjo, MasyarakatMadani: Agama
KelasMenengahdanPerubahanSosial,(Jakarta: Pustaka, 1999), 1999.
13
43
Palesanggar keagamaanya sangat eksis mualai dari individu sampai
kesosialnya dan patut untuk dijadikan teladan.
E. Kondisi Sosial Keagamaan
Ada beberapa dusun yang peneliti jadikan obyek penelitian yang
semua itu bisa mewakili dusu-dusun laainnya, yaitu dusun Tajuk yang
berdampingan dengan dusun Kemuning Timur dan Kemuning Tengah.
Dusun Pao yang bedampingan dengan Dadak Barat dan Timur serta Aeng Rasa Lao’, dari sekian tempat itu peneliti langsung wawancara dengan
tokoh agama dan Pamong(orang nomer satu didusun terkait dengan
pemerintahan), ternyata hampir tidak jauh bebeda bahwa sanya masyarakat
Palesanggar memang sangat tinggi rasa sosial keagamaannya. Terbukti
kalau adalah ada salah satu masyarakat yang ingin mengadakan kegiatan
keagamaan seprti Pengajian, Muslimataan, nagji Alumni podok,
pembangunan Masjid, maka para tetangga sangat begitu kompak
membantu segala hal yang diperlukan guna acara tersebut bisa berjalan
dengan lancar tanpa adanya kendala14. Kehidupan kelompok kekerabatan tersebut terpusat pada tradisi kebudayaan yang telah dipeliharaturun-
temurun.15Sebernya tidak hanya masalah keagamaan saja kekompakan dan rasa solidaritas mereka tapi juga keranah lainnya seperti; kalau ada
tetangga yang membangun rumah, mushollah dan yang lainnya mereka
14
KH, Hannan, Wawancara, DusunTajuk, 05, Mei, 2017
15