• Tidak ada hasil yang ditemukan

BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL : STUDI KASUS SOLIDARITAS SOSIAL SUPORTER SEPAK BOLA DI WISMA PERSEBAYA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL : STUDI KASUS SOLIDARITAS SOSIAL SUPORTER SEPAK BOLA DI WISMA PERSEBAYA SURABAYA."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

BONEK

DAN SOLIDARITAS SOSIAL

(Studi Kasus: Solidaritas Sosial Suporter Sepak Bola di Wisma Persebaya Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Disusun Oleh :

NORIS NURUL AINIYAH

NIM. B05212036

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Noris Nurul Ainiyah, 2016, Bonek dan Solidaritas Sosial (Studi Kasus Solidaritas Sosial Suporter Sepak Bola di Wisma Persebaya Surabaya). Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keyword : Bonek, Suporter Sepak Bola dan Solidaritas Sosial

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni bagaimana solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik dan bentuk kegiatan yang dilakukan suporter Bonek. Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan yakni teori Solidaritas Sosial Mekanik dari Emil Durkheim.

Berdasarkan data lapangan, ada beberapa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan suporter sepak bola Bonek. Bentuk itu meliputi melakukan aksi penyelamatan Tim Persebaya 1927 dari pembekuan PSSI, Nonton Bareng (Nobar) dalam memperingati keberhasilan Persebaya ketika mengalahkan lawan di kandangnya (stadion), membagikan daging qurban kepada warga yang membutuhkan, peduli kabut asap dengan aksi penggalangan dana, bagi-bagi takjil pada bulan Ramadhan, solidaritas tanpa batas, menyantuni anak yatim, menjamu suporter lain(Viking suporter Persib). Solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek di Wisma Persebaya ini jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik. Adapun jika solidaritas Mekanik, mempunyai rasa kebersamaan yang sangat tinggi untuk memperjuangkan walaupun hanya kesenangan yang didapatkan dan semua tidak menjadi alasan untuk tetap mempunyai rasa solidaritas di hati masing-masing suporter bonek. berbeda dengan solidaritas Organik, sekumpulan orang yang terkumpul di instansi atau lembaga, tetapi tidak akan terus berjuang dalam menciptakan suatu hal yang didapatkan dan pada akhirnya tidak akan mendapatkan imbalan.

Solidaritas sosial yang dilakukan suporter bonek ini sangat kuat sekali, walaupun mereka dipandang buruk oleh masyarakat, tetapi mereka selalu menunjukkan bahwa Suporter bonek masih mempunyai rasa solidaritas antara sesama manusia tidak seperti apa yang dipandang masyarakat selama ini. Ketika suporter bonek melakukan aksi dimana pun, mereka bukan didasari karna paksaan maupun pembagian kerja. akan tetapi rasa semangat, kesadaran kolektif dan kesolidannya yang timbul dari diri suporter bonek ini membuat tali persaudaraan mereka semakin kuat.

(7)

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 8

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 12

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 17

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 19

G. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL - EMILE DURKHEIM ... 22

A. Bonek dan Solidaritas Sosial ... .. 22

1. Bonek ... 22

2. Solidaritas Sosial ... 29

B. Teori Solidaritas Sosial Emile Durkheim ... 32

1. Tipe Solidaritas Sosial Emile Durkheim ... 35

2. Penggunaan Teori Solidarias Sosial ... 50

C. Penelitian Terdahulu ... 53

BAB III BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL SUPORTER SEPAK BOLA DI WISMA PERSEBAYA SURABAYA………... ... 56

A. Deskripsi Umum Kelurahan Tambaksari ... 56

1. Sarana dan Prasarana Kelurahan Tambaksari ... 62

2. KeadaanDemografi………... 64

B. Bonek Dan Solidaritas Sosial ... 67

1. Sejarah Berdirinya Wisma Persebaya Surabaya ... 67

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Kepengurusan Suporter Bonek di Wisma Persebaya Surabaya….71

3. Latar Belakang Solidaritas Bonek………... 76

4. Bentuk Kegiatan Suporter Bonek... 85

C. Solidaritas Suporter Bonek Dalam Prespektif Teori Solidariats Mekanik Emile Durkheim ... 106

BAB IV PENUTUP ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran……… ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Informan………... 12

Tabel 2.1 Solidaritas Sosial Emil Durkheim……….…..… ... 45

Tabel 2.2 Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik….……. ... 45

Tabel 2.3 Ringkasan tentang Emil Durkheim……….…… ... 49

Tabel 3.1 Batas Kelurahan Tambaksari……….. ... 61

Tabel 3.2 Data Wilayah Administrasi Kelurahan Tambaksari……….… ... 61

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama……….... ... 65

Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Kelurahan Tambaksari………... ... 66

Tabel 3.5 Tingkat Pekerjaan Kelurahan Tambaksari……….…. ... 67

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Suporter Bonek ... 28

Gambar 3.1 Peta Kelurahan Tambaksari ... 58

Gambar 3.2 Peta Kelurahan dan Keterangan Sarana Prasarana ... 59

Gambar 3.3 Kantor Kelurahan Tambaksari ... 64

Gambar 3.4 Aksi Demo Bonek Di Disnaker Surabaya ... 86

Gambar 3.5 Nonton Bareng memperingati kemenangan Persebaya ... 88

Gambar 3.6 Bonek Bagikan Daging Qurban ... 90

Gambar 3.7 Peduli Bencana Kabut Asap ... 93

Gambar 3.8 Bonek Bagi Takjil ... 96

Gambar 3.9 Solidaritas Tanpa Batas Sesama Bonek ... 98

Gambar 3.10 Bonek Santuni Anak Yatim...102

Gambar 3.11 Bonek Menjamu Suporter Lain………...106

(11)

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepak bola merupakan olah raga yang banyak diminati oleh

masyarakat dari berbagai kalangan tanpa memandang kasta dan usia.

Selain itu kemajuan teknologi menyebabkan sepak bola dapat dinikmati

oleh masyarakat, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain.

Berbagai faktor tersebut yang menjadikan sepak bola sebagai olahraga

yang digandrungi oleh banyak orang.

Berdasarkan pemahaman penonton dapat diklasifikasikan dalam

dua kelompok yakni penonton yang hanya sekedar menikmati

pertandingan sepak bola tanpa memihak atau mendukung salah satu tim

sepak bola serta kelompok penonton yang mendukung dan memberikan

semangat kepada tim sepak bola yang mereka dukung kelompok penonton

yang kedua ini disebut suporter.

Suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang secara

relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator

crowds).1 Istilah seperti ini hampir sama halnya dengan penonton, akan

tetapi bedanya spectator crowds penonton yang tidak di rencanakan serta

kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga pada umumnya tidak terkendalikan.

Sedangkan kelompok manusia tidak hanya bergantung pada interaksi di

1

Soekanto, S. Sosiologi, Suatu Pengantar. (Jakarta:Rajawali Press.1990).hal81.

(13)

2

dalam kelompok itu sendiri melainkan juga karena adanya pusat perhatian

yang sama.

Fokus perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang

disebut suporter. dalam hal ini adalah tim sepak bola yang didukung dan

dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu pemain permainan bola yang

bagus dari tim sepak bola yang didukungnya atau pun tim yang berasal

dari individu tersebut berasal. Satu pilar penting yang wajib ada dalam

suatau pertandingan sepak bola agar tidak terasa hambar dan tanpa makna.

Suporter memang sangat dibutuhkan oleh klub sepak bola.

Kehadirannya bisa meningkatkan semangat dan yang tak kalah pentingnya

adalah menghasilkan pemasukan bagi tim. Keberadaannya memberikan

keuntungan dan juga kerugian pada klub sepak bola. Di satu sisi bisa

meningkatkan nama klub yang dibela. Di sisi lain perilaku buruk yang

ditunjukkan suporter bisa menghancurkan reputasi dan nama baik tim

sepak bola.

Di dalam supoter terdapat berbagai komunitas dan kelompok yang

berbeda-beda. Keberadaan suporter sepak bola mengalami perkembangan

seiring berkembangnya waktu secara keseluruhan. Sebelum tahun 1995,

suporter sepak bola terbatas pada kelompok pendukung masing-masing

klub namun sejak tahun 1995 suporter sepak bola tersebut terorganisir dan

mempunyai nama kelompok suporter pada masing-masing klub.

Bonek merupakan salah satu contoh kelompok suporter tim

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

nekat). Biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter

kesebelasan Persebaya Surabaya. Kelompok ini identik dengan atribut

serba hijau. Mulai dari kaos sampai topi berwarna hijau. Istilah bonek

pertama kali dimunculkan oleh Harian pagi Jawa Pos tahun 1989.

Secara tradisional Bonek adalah suporter pertama di Indonesia

yang mentradisikan paway supporters (pendukung sepak bola yang

mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain). Sebutan bonek awalnya

ditujukan pada suporter Persebaya yang berbondong-bondong dari

Surabaya ke Jakarta. Suporter ini hanya berangkat membawa uang 2.000

rupiah. Mereka begitu semangat menguasai Senayan dengan hanya

bermodal nekat. Hal itulah yang membuat suporter persebaya mendapat

sebutan “Bonek”.2 Bonek juga memiliki solidaritas sosial yang sangat

tinggi.

Solidaritas sosial yang berarti keakraban atau bisa dikatakan

sebagai rasa saling memiliki, rasa saling mengasihi antara sesama makhluk

sosial. Bisa pula diartikan sebagai kerukunan sosial yang terbentuk karena

adanya kesamaan nasib atau kesamaan rasa (sama rata sama rasa).

Kebersamaan kelompok yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam

mencapai tujuan dan keinginan yang sama.

Solidaritas sosial juga bersifat kemanusiaan dan mengandung nilai

mulia yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena di dalam ajaran islam

juga sudah ditekankan nilai kemanusiaan. Adapun Solidaritas sosial yang

2

Basofi Soedirman, dkk, Bonek Berani Karena Bersama (Surabaya:HIPOTESA,1997) hal 75.

(15)

4

dilakukan oleh bonek seperti halnya rasa loyalitas mereka yang sangat

kuat ketika ada suporter dari beberapa tempat yang sedang ada musibah.

Misalnya saja ada salah satu suporter yang ingin melihat pertandingan

tetapi dia tidak memiliki uang, maka suporter lain turut serta membantu

dan berjerih payah agar suporter yang terkena musibah tersebut bisa

berkumpul bersama di Stadion.

Seorang suporter tidak pernah merasa bingung ketika tour di luar

kota, karena dimana-mana selalu mempunyai banyak teman. Dan tidak

pernah memandang dari segi materi maupun fisik. Untuk soal beda

keyakinan maupun agama, tidak jadi masalah bagi para suporter. Dan

seorang suporter tidaklah mempunyai rasa benci terhadap orang tua, justru

orang tua yang selalu mereka utamakan. Keridhaan mereka juga masih di

jalankan. Meskipun mereka berpenampilan seperti arogan, tetapi hati

seorang suporter tidak bisa dinilai hanya dari sisi penampilannya saja.

tetapi ada nilai positif yang perlu dipahami dari bonek. Tidak mudah

menjadi Bonek itu, karena ketika sudah menjadi bonek kita harus siap

mental dan fikiran. Rasa semangat dalam memperjuangkan untuk

berdirinya kembali tim kesayangan kita, hanya modal nekat dan keyakinan

yang kita punya. Setelah kita merasakan hal itu rasa yang dulu takut ketika

sebelum mengenal bonek, tapi setelah masuk kedalammnya bahkan kita

berkecimbung dalam mewujudkan keinginan itu, rasa senang, nyaman dan

bahkan mempunyai kebanggaan tersendiri yang kita rasakan. Banyak

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

menghilang selama dua tahun lebih tapi para suporter Bonek masih tetap

bisa merasakan kenyamanan, kesenangan dan kebanggaan menjadi

suporter Bonek Persebaya Surabaya.

Untuk itu saya akan mengulas skripsi dengan judul “Bonek dan

Solidaritas Sosial” untuk lebih mengerti tentang bonek yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek di Wisma

Persebaya jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik?

2. Bagaimana bentuk-bentuk solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek

di Wisma Persebaya Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek di Wisma

Persebaya Surabaya jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan

organik?

2. Mengetahui bentuk-bentuk dari solidaritas sosial suporter sepak bola

Bonek di Wisma Persebaya Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, lembaga pembelajaran, dan

bagi Suporter Bonek.

(17)

6

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat

mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh

selama perkuliahan.

2. Bagi program studi sosiologi

Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau ilmu pengetahuan

mengenai bagaimana solidaritas sosial yang dilakukan oleh Suporter

bonek.

3. Bagi Suporter Bonek

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu ilmu

pengetahuan mengenai solidaritas sosial suporter bonek dalam

kehidupan di masyarakat maupun di luar.

E. Definisi Konseptual

Maksud dari definisi konsep disini pada dasarnya merupakan

sebuah unsur pokok dari penelitian suatu konsep sebenarnya, yang

merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala yang ada.

Dengan demikian konsep dalam penelitian harus ditentukan batasan

permasalahan dan ruang lingkupnya, dengan harapan permasalahan

tersebut tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pemahaman dan maksud lain

dari ditentukannya definisi konsep dalam memahami konsep-konsep yang

diajukan oleh peneliti.

Untuk menghindari adanya salah pengertian mengenai judul skripsi

ini maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1. Bonek.

Istilah Bonek, merupakan akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat

(modal nekat). Bonek ini biasanya ditujukan kepada sekelompok

pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya. Karena

prndukung Persebaya itu berada dimana-mana, tapi yang menjadi

kajian penelitian ini ditujukan kepada kelompok Bonek yang berada di

Wisma Persibaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso Tambaksari

Surabaya. Istilah Bonek ini dimunculkan oleh harian pagi Jawa Pos

tahun 1989.3 Bonek ini biasanya pergi menggunakan Kereta Api

dengan anggaran kecil untuk menuju homebase lawan, dimana tim

kesayangannya itu bertanding. Hal terbesar dari Bonek itu sendiri yang

patut dicontoh adalah kesetiaan mereka kepada Persebaya.

2. Solidaritas Sosial

Solidaritas Sosial adalah kesetiakawanan dan perasaan

sepenanggungan yang mempunyai rasa saling peduli diantara sesama

anggota kelompok pendukung kesebelasan Persebaya Surabaya yang

berada di Wisma Persibaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso

Tambaksari Surabaya. Mereka sangat antusias dan cinta terhadap tim

kesayangannya, bahkan rela berkorban apapun untuk mendukung

sepenuh hati tim kesayangannya itu agar selalu ditakuti oleh lawan

dimana Persebaya berlaga. Tidak hanya cinta terhadap timnya itu akan

3

(19)

8

tetapi mereka satu sama lain atau bahkan ke pendukung tim lainnya

mereka saling peduli dan saling menjungjung tinggi rasa solidaritas

sosialnya. Disaat salah satu dari mereka ada yang kecelakaan,

biasanya mereka sering mengadakan penggalangan dana untuk

membantu meringankan beban salah satu teman dari mereka yang

tertimpah musibah itu. Bahkan terhadap masyarakatpun ketika ada

korban bencana alam biasanya mereka ada yang menjadi relawan

untuk membantu meringankan beban masyarakat yang sedang

tertimpa musibah. Hal itulah yang peneliti ingin kaji dalam judul

penelitian ini.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Secara umum dalam penelitian biasanya menggunakan dua

model jenis penelitian, yang mana kita kenal dengan jenis

penelitian kualitatif dan juga jenis penelitian kuantitatif. Secara

sederhana, kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian dengan

melakukan observasi langsung ke lapangan dan melakukan

wawancara dengan informan. Sedangkan kuantitatif dapat diartikan

sebagai proses penelitian dengan menyebarkan angket pada

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Adapun jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini ialah kualitatif karena penelitian tentang solidaritas

bonek ini merupakan penelitian lapangan.

Ada beberapa alasan kenapa penulis menggunakan jenis

metode penelitian kualitatif, diantaranya:

1) Penerapan metode penelitian kualitatif terhadap penelitian ini

karena penulis ingin menggali bagaimana rasa solidaritas sosial

serta bentuk-bentuknya pada suporter bonek yang mempunyai

kesetiakawanan, melalui observasi langsung, dokumentasi serta

wawancara kepada informan baik secara formal maupun

informal.

2) Metode ini lebih bersifat deskriptif dan lebih menekankan

proses daripada hasil data yag didapatkan.

3) Metode ini lebih mampu mendeskripsikan proses seperti apa

solidaritas sosial suporter bonek yang ada di Wisma Persibaya

Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso Tambak Sari Surabaya.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana rasa

kesetiakawanan, saling membantu, dan bekerjasama pada

kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya Jl.

Karang Gayam 1, Ploso Tambak Sari Surabaya. Meskipun bonek

di pandang sebelah mata oleh masyarakat di sekitar, tetapi ada nilai

positif yang perlu dipahami dan perlu kitaketahui dari bonek itu

(21)

10

kualitas secara alamiah karena berkaitan dengan pengertian,

konsep, nilai-nilai, dan ciri-ciri yang melekat pada objek

penelitian.

Dalam penelitian kualitatif juga terdapat hal-hal yang perlu

diperhatikan diantaranya sebagai berikut:

1) Data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang

dapat ditransposisikan sebagai data verbal.

2) Mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti

dengan hal yang diteliti

3) Mengutamakan peran peneliti sebagai instrument kunci (key

informant)4.

Sedangkan menurut Bodgan dan Taylor, kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau informan

dan perilaku yang diamati. Jenis penelitian ini diarahkan pada

latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Oleh karena itu

jenis penelitian kualitatif tidak boleh mengisolasi individu atau

organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari keutuhan.5

Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan

yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat atau

4

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 20

5

Lexy J. Moleong. 2005. Metode Penellitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 3

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci,

dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.6

b. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian kali ini, pendekatan penelitian yang

digunakan adalah pendekatan dengan Studi Kasus. Penelitian studi

kasus adalah penelitian tentang status subjek yang berkenaan

dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan atau khas

dari keseluruha personalitas.7

Jadi pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

penelitian studi kasus karena penulis ingin melakukan penelitian

dengan cara mempelajari rasa solidaritas sosial pada kelompok

bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya secara rinci dan

mendalam selama kurun waktu tertentu untuk merubah anggapan

buruk masyarakat terhadap bonek selama ini.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang peneliti pilih untuk penelitian, yaitu peneliti

memilih lokasi di Wisma Persebaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1,

Ploso Tambaksari Surabaya. Adapun waktu yang dibutuhkan oleh

peneliti kurang lebih tiga bulan. Penelitian ini dijadwalkan dimulai dari

bulan Maret sampai Mei 2016. Karena waktu ini dirasa cukup untuk

6

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 22

7

(23)

12

melakukan penggalian data yang sangat mendalam terkait Bonek dan

Solidaritas Sosial di Wisma Persebaya Surabaya. Tentu saja dengan

memanfaatkan betul waktu yang telah ditentukan. Waktu tersebut

merupakan rancangan dari peneliti yang sewaktu-waktu bisa berubah

karena kebijakan dari prodi atau pun fakultas sebagai lembaga dimana

peneliti mencari ilmu.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Setelah ditetapkan fokus penelitian dan rancangan penelitian

secara tepat dan sesuai dengan format penelitian, langkah berikutnya

adalah menentukan subjek penelitian, “subjek penelitian merupakan

populasi penelitian yang diambil secara sampel. Pengambilan sampel

penelitian itu biasanya disebut sampling.8

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

Ketua Kelompok Bonek Wisma Persibaya Surabaya, Anggota, dan

Suporter lain. Untuk sabjek pada penelitian ini peneliti menggunakan

lebih dari satu orang. Adapun nama-nama yang peneliti jadikan

sebagai Subjek yaitu:

Tabel 1.1

Daftar Nama Informan

No. Nama Usia Pekerjaan

1. Cak Andi Peci 45 th Ketua

8

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press, cet III, 2019), hal. 68

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2. Pak Po Dadang 55 th Wakil Ketua

3. Cak Joner 48 th Pengurus Harian

4. Raden 25 th Kordinator Kesenian

5. Cak Pras 29 th Anggota

6. Erwin 25 th Anggota

7. Ujang 26 th Suporter Viking

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam tahap penelitian ini, peneliti dituntut untuk merekam

data lapangan secara maksimal yang pada gilirannya akan memperoleh

data yang maksimal pula. Adapun sistematika tahapan penelitian ini

terdapat tiga step yang harus dilalui oleh peneliti untuk yang pertama

ada tahap pra lapangan, tahap lapangan, tahap analisis data.

a. Tahap Pra Lapangan, meliputi:

Dalam tahap pra lapangan ini peneliti lakukan sebelum terjun

kelapangan. Beberapa langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap ini

yaitu, menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan fokus

penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan

lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian, dan persoalan etika dalam penelitian.

Sebelum melakukan penelitian ini, penelitipun meminta izin

terlebih dahulu kepada ketua kelompok bonek yang berada di Wisma

(25)

14

sebutan Cak Andi Peci, dia itu sebagai ketua dalam kelompok bonek

tersebut. Setelah meminta izin terlebih dahulu, Cak Andi Peci pun

menerima dan mengizinkan peneliti untuk melakukan penggalian data

secara mendalam tentang kelompok bonek itu sendiri.

b. Tahap Lapangan

Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam tahapan

ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Getting On

Getting On (tahap memasuki lapangan). Yang mana pada

tahap ini bisa dikatakan adalah tahap awal atau merupakan pintu

masuk bagi si peneliti untuk memasuki lokasi penelitian.

Maksudnya selain meminta izin kepada Cak Andi Peci, ada

beberapa hal yang perlu dipersiapkan dari diri peneliti yang mana

meliputi aspek kesiapan yang ada di lokasi penelitian, dan

kesiapan untuk mengenal baik subjek yang akan diteliti yang tidak

kalah penting adalah psikologis dari peneliti.

Kesiapan alat bisa seperti alat tulis, perekam suara dan

semua alat yang mendukung interview karena teknik yang

digunakan adalah interview. Kemudian terkait kesiapan

pengenalan terhadap subyek penelitian, karena ini adaah aspek

yang sangat penting diperhatikan kalau bisa mengena baik untuk

memasuki tahapan yang berikutnya akan berjalan lancar.

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Getting Along (proses hidup bersama/ berbaur bersama

kelompok bonek) tahapan yang kedua ini adalah ketika peneliti

sudah berada dalam lokasi penelitian, yakni mengenai keseharian

peneliti selama berada di lokasi untuk mengumpulkan data.

Meliputi semua kegiatan yang dilakukannya. Dari mulai awal

perkenalan sampai proses adaptasi yaitu dengan cara mempelajari

situasi dan kondisi individu kelompok bonek, dan yang terpenting

adalah penyesuaian tadi. Pada initinya, peneliti seakan-akan

menyatu dengan kelompok bonek itu sendiri. Tapi disini peneliti

didampingi juga dengan teman-teman yang sudah kenal akrab

guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan. Tapi selama

peroses ini semua individu dari kelompok bonek itu, peneliti

diperlakukan dengan baik dan penerimaan yang sangat terbuka.

3) Gettingout

Gettingout (menulis laporan) dimana tahapan ini merupakan

tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah semua

komponen-komponen terkait dengan data dan hasil analisis data

serta mencapai suatu kesimpulan, peneliti mulai menulis laporan

dalam konteks laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan

(27)

16

dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan

kelengkapan data. 9

c. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah pengumpulan data yang dilakukan

oleh peneliti yang meliputi, reduksi data, display data (bertujuan

memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data

dengan data lainnya), analisis data, mengambil kesimpulan dan

verifikasi, meningkatkan keabsahan hasil, dan narasi hasil analisis agar

data tentang solidaritas bonek di Wisma Persebaya Surabaya, yang

ditemukan di lapangan menjadi akurat dan mudah dipahami.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya penelitian mempunyai beberapa teknik dalam

proses pengumpulan data. Dalam hal ini, peneliti menggunakan tiga

teknik, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah metode atau cara menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok. Metode ini

digunakan untuk memahami bagaimana bentuk solidaritas sosial di

kelompok bonek di Wisma Persebaya Surabaya. Karena dengan

9

Lexy J. Moleong. 2005. Metode Penellitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 85

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

observasi dapat kita peroleh gambaran lebih jelas yang sukar diperoleh

dari metode lain.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang atau

lebih untuk mendapatkan informasi dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Atau juga bisa

diartikan percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas

pertanyaan.

Peneliti menggunakan metode wawancara karena ingin

mengetahui secara langsung kepada para anggota bonek yang ada di

Wisma Persibaya Surabaya dan proses wawancara ini dilakukan saat

para anggotanya sedang mengadakan kegiatan perkumpulan dengan

anggota yang lainnya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, agenda dan sebagainya.10 Peneliti juga perlu mengambil gambar

saat proses penelitian untuk memberi gambaran sebenarnya pada

laporan penelitian.

10

(29)

18

6. Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian khususnya penelitian kualitatif,

tahap analisis data atau pengumpulan data itu merupakan jantung atau

jiwa dari penelitian tersebut. Pengumpulan data adalah tahap yang

didahulukan sebelum analisis data. Oleh karena itu, analisis data

adalah bagian terpenting dalam memecahkan masalah penelitian.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukannya pola dan menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari dan memusatkan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.11

Menurut Bogdan dan Biklen, konsep analisis data merupakan

“upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat

dikelola, mengadakan sintesis, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, membuat

keputusan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”12

Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari metode yang telah

dipergunakan, agar diantara landasan yang tertulis apat sejajar dengan

11

M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: BPFE, 1995), hal.3

12

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rineka Cipta. ), hal 193

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

hipotesa yang akan dipertanggungjawabkan. Metode yang

dipergunakan antara lain,

1) Deskriptif

Tulisan yang diperoleh dari sumber data asli ketika berada di

lapangan seperti hasil wawancara atau informasi yang didapatkan

dari informan untuk dipakai dalam penerapan metode kualitatif.

Deskripsi ini menjelaskan tentang solidaritas sosial yang

terdapat dalam kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya

Surabaya.

2) Analisis

Memadukan fakta yang terdapat di lapangan dan selanjutnya

menganalisisnya, menjelaskan pokok-pokok persoalan dan

mendapatkan kesimpulan akhir dari solidaritas sosial yang terdapat

dalam kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya

Surabaya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian tentang solidaritas kelompok bonek di

Wisma Persebaya Surabay ini kemudian dilakuka penafsiran data

sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti.

Selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan

cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data

sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk

(31)

20

memahami konteks penelitian yang sedang di teliti. Untuk melihat

keabsahan data dalam penelitia ini, peneliti menggunakan teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan cara selalu memantau kegiatan

yang dilakukan oleh kelompok bonek yang berada di Wisma

Persebaya Surabaya melalui akun sosmednya kelompok bonek

tersebut.

G. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang

latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan

rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan

manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode

penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek

penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, teknik keabsahan data. Dalam bab 1 ini juga menjelaskan

sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang

definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang

akan digunakan dalam penganalisaan masalah. Adapun dalam penelitian

ini, peneliti akan menggunakan teori Emil Durkheim tentang solidaritas

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

itu harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam

menganalisis masalah.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang

data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder.

Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar,

tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga

memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk

analisis deskriptif. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan

menggunakan teori yang relevan.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari

permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22 BAB II

BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL - EMILE DURKHEIM

A. Bonek dan Solidaritas Sosial

1. Bonek

Jika kita mendengar kata Bonek tentu akan banyak artikulasi

dalam pikiran kita tentang kata “Bonek”, sebuah kata yang merujuk

pada komunitas suporter Persebaya Surabaya, salah satu klub

legendaris di Indonesia. Untuk lebih memberi wawasan kepada kita

apa dari Bonek itu sendiri di bawah ini akan dikupas sejarah bonek

dan perkembangannya.

a. Sejarah Bonek

Bonek adalah suporter pertama yang beratribut pada tahun

1986/1987 waktu Persebaya kalah dari PSIS. Kaos ijo, topi ijo dan

slayer yang satu paket dengan tret...tret...tret.1

Berbicara Bonek, pasti tidak bisa lepas dari Persebaya. Klub

ini didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada tanggal 18 Juni 1927

dengan nama awal Soerabaiasche Indonesiche Voetbal Bond

(SIVB). Penggunaan kata Indonesisch ini menunjukan semangat

nasionalisme arek-arek Surabaya, bahkan setahun sebelum sumpah

pemuda dikumandangkan. Semangat nasionalisme ini kemudian

1 Fajar Junaedi,

BONEK: Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia,

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

semakin nyata ketika SIVB salah satu pendiri PSSI pada 19 April

1930.

Lalu bagaimana sebenarnya istilah Bonek lahir dan

kemudian melekat pada suporter Persebaya kata ”Bonek” tidak

hanya berartikulasi sebagai sebuah nama dari komunitas suporter

yang mendukung tim sepakbola, kata tersebut juga berartikulasi

sebagai semangat dan roh dalam mendukung tim sepak bola.

Dalam perkembangannya, Bonek kemudian digeneralisasi oleh

media massa untuk menamai kekerasan yang dilakukan oleh

suporter sepak bola.

Selama ini kata Bonek dimaknai secara sederhana sebagai

Bondo Nekat. Sebuah Akronim dari dua kata dalam Bahasa Jawa

yaitu “Bondo” yang berarti modal dan “Nekat” yang dalam bahasa

Indonesia bermakna nekat sama dengan maknanya dalam bahasa

jawa. Sebagai Akronim, tidak ada yang salah dari akronim ini

sehingga generaslisasi yang menyamakan bonek dan holigan

terbukti tidaklah tepat.

Bonek acapkali digeneralisasi sebagai suporter sepak bola

yang kerab berperilaku agresif, namun sebenarnya Bonek adalah

kelompok suporter pertama di Indonesia yang terakomodasi secara

rapi untuk memberikan dukungan pada tim yang mereka dukung.

Jika membicarakan kekerasan yang melibatkan suporter

(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

massa dan publik sebagai komunitas suporter sepak bola yang

konon identik kekerasan. Ini sebenarnya sebuah generalisasi yang

salah kaprah, karena komunitas suporter sepak bola selain bonek

juga tidak luput dari kekerasan yang pernah mereka lakukan.

Awalnya orang-orang yang mendukung Persebaya ini

disebut sebagai suporter Persebaya, sebagaimana lazim diberikan

pada komunitas suporter sepak bola di masa itu dengan

menggunakan kata suporter yang diletakkan pada nama klub.

Keberanian dan kenekatan suporter Persebaya dalam mendukung

Persebaya yang bertanding ribuan kilo meter jauhnya inilah yang

melahirkan istilah Bonek (Bondo Nekat).

Bersamaan dengan semakin populernya kata bonek untuk

merujuk nama suporter Persebaya, berkembanglah sebuah gambar

yang ikonnya itu gambar manusia yang berambut panjang dengan

ikat kepala dalam pose close up yang sedang berteriak dalam gaya

ekspresionis dan kemudian berubah menjadi naturalis.

Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa Bonek itu tidak

asal berdiri atau asal muncul, tapi berawal dari kesamaan hobi,

bentuk kecintaan terhadap klub yang didukungnya, kesamaan

budaya, dan konteks sosial, dari sanalah munculnya sebuah

perkumpulan yang sama-sama mendukung klub tercntanya untuk

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

b. Bonek Sebagai Suporter Sepak Bola Tunggal

Sebutan suporter bonek memiliki nama yang sama dengan

suporter sepak bola lainnya. Nama juga digunakan sebagai baju

bersama di dalam suporter sepak bola Indonesia. Proses

terbetuknya sebuah nama dalam suporter sepak bola, kita bisa

kupas dengan dua pendekatan sejarah yang membedakannya.

Pendekatan pertama dengan cara kultural, dimana nama

pada sebuah suporter muncul dalam tradisi lisan maupun tulisan

yang muncul dari interaksi simbolik dan melibatkan anggota dalam

komunitas suporter yang bersangkutan. Bonek inilah yang menjadi

salah satu dari nama suporter dalam pendekatan ini. Kata Bonek

muncul tanpa ada sebuah skenario, karena bonek diterima sebagai

nama suporter Persebaya melalui proses interaksi yang panjang.

Sedangkan pendekatan kedua bermuncul dengan struktural.

Pemilihan nama sebuah suporter dilakukan dengan menggunakan

polling melalui media massa maupun rapat dari anggota

komunitas. Umumnya di pendekatan ini akan dilembagakan secara

hukum menjadi sebuah nama organisasi yang memiliki Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Dan dapat mudah ditemui

dalam komunitas suporter wilayah masing-masing kota. Seperti di

Jawa Tengah dan Yogyakarta, Slemania, Brajamusti, Panser Biru

dan Pasoepati. Organisasi suporter ini memiliki kartu anggota dan

(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

suporter yang merasa belum benar-benar mempunyai kartu

anggota, dinyatakan bukan organisasi suporter sepak bola tersebut.

Sebagai suporter Bonek yang tidak terpecah-pecah ini, Ada

juga kesatuan yang membuat Bonek tetap dalam satu kesatuan para

suporter, seperti kesatuan terhadap tim yang didukung dan

kesatuan nama suporter dengan simbol.2

c. Logo Suporter Bonek

Pada tahun 1980-an, ketika logo Wong Mangap

dimunculkan oleh Mister Muhtar yang mewakili identitas kedirian

(the self) dari komunitas suporter sepak bola di Indonesia yang

masih terbilang langka. Penggunaan logo bagi klub di masa ini

menggunakan nama binatang dengan mitos sejarah yang

berkembang di klub bersangkutan. Pemanfaatan logo ini belum

begitu berkembang, karena pada masa ini suporter sepak bola di

Indonesia masih terbilang tradisional dalam mendukung klubnya.

Selain itu, ada fenomena menarik dimana logo klub yang

benar-benar ada gambar binatang adalah logo Persebaya.

Sebagaimana tim-tim lain dari kompetisi perserikatan, logo

Persebaya mengadopsi kota asalnya yaitu Surabaya yang di

dalamnya ada gambar ikan dan buaya yang mengapit Tugu

Pahlawan.

2Fajar Junaedi,

BONEK: Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia,

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Dalam Dekade tahun 1980 ini, Persebaya mendapatkan

prestasi keberhasilan menembus final kompetisi Perserikatan pada

tahun 1987. Sejak tahun sebelumnya, acapkali suporter bonek

semakin menggelora bergairah untuk mendukung Persebaya. Di

saat bersamaan itu juga, Jawa Pos di bawah kendali Dahlan Iskan

sedang tumbuh berkembang. Manajemen Jawa Pos pun sangat

cepat untuk pemberitaan tentang kemenangan yang diraih oleh

Persebaya. Karena Persebaya adalah satu-satunya klub perserikatan

di Jawa Timur yang memiliki prestasi terbesar.

Untuk melihat bagaimana Manajemen Jawa Pos dalam

mengangkat pemberitaan tentang keberhasilan Persebaya, kita

dapat menggunakan pemikiran dari Shoemaker dan Resse.

Menurut mereka ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pemberitaan media. Faktor tersebut adalah kepemilikan media,

individu yang bekerja di media, faktor eksternal media dan

ideologi media.

Dari semua faktor tersebut jika digunakan untuk melihat

Persebaya pada dekade 1980-an ini bisa dijabarkan sebagai berikut.

Pemilik Jawa Pos, Dahlan Iskan adalah figur yang sangat peduli

dengan perkembangan dunia olah raga, khususnya sepak bola.

Dahlan Iskan menemukan Persebaya sebagai klub yang pantas

diangkat dalam pemberitaan Jawa Pos dikarenakan representasinya

(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Selain itu, sebagaimana meruntut pada Shoemaker dan

Resse, individu-individu yang bekerja di media. Terutama

jurnalisnya yang memiliki pengaruh atas pembingkaian berita

dimana para jurnalis tersebut bekerja. Pada era pertengahan 1980,

jurnalis Mister Muhtar yang bekerja di Jawa Pos memiliki

dukungan pada Persebaya dan sebagai juru gambar (Desainer),

selain itu juga menjadi bagian dari tim yang mengurus

Tret..tret..tret.

Pada saat Jawa Pos bergerak ke Jakarta dalam kegiatan

Tret..tret..tret, ada ide dari Dahlan Iskan untuk membuat gambar

yang identik dengan Persebaya. Sebagai juru gambar, Mister

Muhtar mendapat perintah untuk menjalankan ide ini dengan

gambar orang yang bersemangat mendukung Persebaya. Dan

memberikan contoh ketika orang berteriak dengan mulut terbuka.

Gambar 2.1

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Dari ide inilah kemudian Mister Muhtar memulai

menggambar sketsa wajah manusia yang sedang berteriak.

Awalnya gambar yang dibuat secara manual tidak menggunakan

perangkat lunak computer. Dengan waktu yang pendek karena

mengejar momentum Tret..tret..tret membuat Mister Muhtar

bergerak cepat dalam ide Dahlan Iskan. Gambar orang yang dia

buat tidak merujuk pada figur tertentu, namun merujuk pada

rakyat, kebanyakan yang akronim.3

2. Solidaritas Sosial

a. Definisi Solidaritas Sosial

Istilah solidaritas dalam kamus ilmiah popular diartikan

sebagai kesetiakawanan dan perasaan sepenangguangan.4 Dibawah

ini ada beberapa pengertian istilah solidaritas sosial menurut para

ahli, yaitu:

1) Paul Jonhson memberikan pengertian bahwa solidaritas sosial

menunjuk satu keadaan hubungan antar individu dan/atau

kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan

kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh

pengalaman emosional bersama.5

2) Lawang dalam Soedijati menguraikan bahwa dasar pengertian

solidaritas tetap kita pegang yakni kesatuan, persahabatan,

3

Ibid., hal 96

4Pius Apartanto,

Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2008), hal 717

5Doyle Paul Johnson,

Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka, 1994),

(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

saling percaya yang muncul akibat tanggungjawab bersama

dan kepentingan bersama diantara para anggotanya.6

3) Pengertian ini selanjutnya lebih diperjelas oleh Durkheim

“solidaritas adalah perasaan saling percaya antara para anggota

dalam suatu kelompok atau komunitas. Kalau orang saling

percaya maka mereka akan menjadi satu, menjadi

persahabatan, menjadi saling hormat-menghormati, menjadi

terdorong untuk bertanggungjawab dan memperhatikan

kepentingan sesamanya.7

b. Jenis-jenis Solidaritas Sosial

Konsep solidaritas sosial ini dikenal sebagai konsep sentral

Emile Durkheim, dimana solidaritas menekankan pada keadaan

hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan

bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan

kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dalam

kehidupan bersama akan melahirkan pengalaman emosional,

sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Menurut Durkheim,

berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas

positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak

menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian tidak

6 Soedijati, Elisabeth, Koes. 1995.

Solidaritas dan Masalah Sosial Kelompok Waria.

(Bandung: UPPM STIE, 1995), hal 12 7

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat

dibedakan berdasarkan ciri-ciri:

1) Mengikat individu pada masyarakat secara langsung tanpa

perantara. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu

tergantung dari masyarakat, karena individu tergantung dari

bagian-bagian yang membentuk masyarakat tersebut.

2) Suatu sistem fungsi-funagsi yang berbeda dan khusus, yang

menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun

sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanyalah satu saja.

3) Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu merupakan

bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda

peranan dan fungsinya dalam masyarakat, tetapi tetap dalam

satu kesatuan.

c. Konsep Solidaritas Sosial Menurut Islam

Islam sangat berkeinginan untuk membangun masyarakat

kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan dan beragam

krisis. Yaitu masyarakat berperadaban tinggi, orang kuat

menyayangi orang lemah, orang kaya mengasihi orang fakir, dan

orang mampu memberi kepada orang yang membutuhkan. Islam

juga berkeinginan untuk membangun masyarakat berakhlak,

berdekatan, saling mencintai dan tolong menolong dalam kebaikan

dan melakukan yang ma‟ruf. Dari sinilah, Islam datang dengan

(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

seluruh masyarakat, dan menjadikan setiap individu di dalamnya

saling bekerja sama dengan orang lain dalam kebaikan dan

menolong saat membutuhkan ataupun keadaan darurat.8

Sesungguhnya nilai solidaritas antar manusia dan perangai

membantu orang yang menderita merupakan hal yang menjadi

pilar berdirinya masyarakat muslim. Itulah nilai-nilai humanis dan

sosial yang tinggi. Tentunya Islam sudah mengaplikasikan

nilai-nilai ini dalam ranah realitas sejak jauh hari.

B. Teori Solidaritas Sosial Emil Durkheim

Pada tahun 1858 di Prancis, tepatnya di kota Epinal, lahirlah dari

seorang keluarga Yahudi, Emile Durkheim. Ayahnya adalah seorang rabi,

juga kakeknya. Durkheim, sejak kecil sudah mengikuti, dan membiasakan

diri untuk mengikuti tradisi keluarganya, menjadi seorang rabi, namun ia

menyimpang dari kebiasaan ini. Mungkin karena suatu pengalaman mistik

ia masuk agama Katolik. Dia juga kemudian meninggalkan Katoliknya

dan menjadi seorang yang tidak mau tahu tentang agama (agnostik) .

masalah dasar dan perhatian terhadap masyarakat menjadi studinya selama

hidupnya. Dikisahkan bahwa dia sangat mahir dalam ilmu hukum dan

filsafat positif.9

Perhatiannya terhadap solidarotas dan integrasi, tumbuh dari

kesadaran akan berkurangnya pengaruh agama tradisional, yang dapat

8 Raghib As-Sirjani,

Solidaritas Islam Untuk Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015),

hal.23

9 Yesmil Anwar & Adang,

Pengantar Sosiologi Hukum, (Bandung: Crasindo, 2008), hal

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

merusak dukungan standar moral bersama, yang seharusnya membantu

mempersatukan masyarakat pada masa lampau.

Pada abad ke-19, saat Emile Durkheim dewasa, ia dilibatkan dengan

problem sosial. Cepatnya pertumbuhan industri, dan terjadinya destruksi

masyarakat akibat konflik antar kelompok (antara kelompok Gereja dan

Negara), politik anti semit dan tumbuhnya kelompok sosialis, munculnya

peristiwa dreyfus serta timbulnya unsur sosial baru, menyebabkan

timbulnya minat Durkheim untuk mengintegrasikan masyarakat Prancis,

dengan isu utama solidaritas sosial.

Pemikiran Durkheim mengenai perubahan sosial memiliki kesamaan

dengan pemikiran Khaldun dan Comte. Keduanya memusatkan pada aspek

solidaritas sosial serta proses evolusi sosial. Solidaritas menurut Durkheim

harus menjadi objek pertama dalam menjelaskan realitas sosial.10 Sama

seperti Spencer, Durkheim juga melihat masyarakat sebagai sebuah

organisme biologis. Pemikiran Durkheim didasari pada gejala sosial yang

terjadi pada masyarakat Revolusi Industri di Inggris, ia mengamati

perubahan sosial dari masyarakat primitif (tradisional) menuju masyarakat

industri. Aspek yang menjadi perhatian Durkheim adalah pada pembagian

kerja dalam kedua tipe masyarakat tersebut.

Solidaritas sosial merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh

sebuah kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat

membutuhkan solidaritas. Kelompok-kelompok sosial sebagai tempat

10 Nanang Martono,

(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

berlangsungnya kehidupan bersama masyarakat akan tetap ada dan

bertahan ketika dalam kelompok sosial tersebut terdapat rasa solidaritas

diantara anggota-anggotanya.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa solidaritas

sosial adalah adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama,

kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan diantara individu sebagai

anggota kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang

dianut bersama.

Solidaritas sosial sesungguhnya mengarah pada keakraban atau

kekompakan (kohesi) dalam kelompok. Dalam perspektif sosiologi,

keakraban hubungan antara kelompok masyarakat itu tidak hanya

merupakan alat dalam rangka usaha mencapai atau mewujudkan

cita-citanya, akan tetapi justru keakraban hubungan sosial tersebut sekaligus

merupakan salah satu tujuan utama dari kehidupan kelompok masyarakat.

Keadaan kelompok yang semakin kokoh selanjutnya akan menimbulkan

sense of belongingness diantara anggotanya.

Solidaritas juga merupakan kesetiakawanan antar anggota kelompok

sosial. Terdapatnya solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung

pada kepercayaan setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk

melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok

sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dengan keadaan tertentu

akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan demikian, akan makin

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

belonging.11 Lebih lanjut solidaritas sosial merupakan kohesi yang ada

antara anggota suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial atau kasta, dan

diantara berbagai pribadi, kelompok maupun kelas-kelas membentuk

masyarakat atau bagian-bagiannya.12

Solidaritas sosial melahirkan persamaan, saling ketergantungan, dan

pengalaman yang sama merupakan unsur pengikat dalam unit-unit kolektif

seperti keluarga, kelompok, dan komunitas. Seperti halnya nama Bonek

dengan adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama, kesetiakawanan, dan

rasa sepenanggungan diantara individu sebagai anggota kelompok karena

adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama melahirkan

solidaritas yang tinggi dalam menjalin interaksinya.

1. Tipe Solidaritas Sosial Menurut Emile Durkheim

Sumber utama bagi analisis Drurkheim mengenai tipe yang

berbeda dengan solidaritas dan sumber-sumber struktur sosial, dapat

diperoleh dari bukunya yang berjudul The Devisions of Labor in

Society. Buku ini terbit setelah buku pertamanya, yang berjudul The

rules of sociological Method. Diterbitkan dua tahun sebelumnya. Buku

pertama ini mengungkapkan pendahuluan pokok-pokok metodologi.13

Tujuan dari karya klasik ini adalah menganalisis pengaruh atau fungsi

kompleksitas dan spesialisasi pembagian kerja dalam struktur sosial

dan perubahan-perubahan yang diakibatkan, dalam bentuk

11 Abu Huraerah dan Purwanto, Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi.

(Jakarta: Refika Aditama, 2006). hal 7

12 Soerjono Soekanto, 2010.

Pengantar Sosiologi Kelompok. (Bandung: Remadja

Karya, 2010), hal. 14

(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

pokok solidaritas. Singkatnya, pertumbuhan dalam pembagian kerja

meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosail, dari solidaritas

mekanik ke solidaritas organik.14

Menurut Durkheim, dalam solidaritas ada konseptual kesadaran

bersama yang merupakan hasil kepercayaan, perasaan dari seluruh

anggota masyarakat. Mengenai penopang proses perubahan solidaritas,

sudah dimulai sejak individu berdampingan dan mengalami hal yang

sama. Dengan kata lain, kepribadian individu menyerap kedalam

kepribadian kolektif. Ini berarti kesadaran kolektif dapat menutupi

kesadaran individu. intinya, mereka mendominasi kami. Kesadaran

kolektif menyelimuti seluruh kesadaran masyarakat. Kedua kesadaran

tersebut mempunyai aspek yang mirip, mempunyai dasar organis yang

sama dan terikat satu sama lainnya. Keduanya mempunyai satu entitas,

keduanya bekerja dengan solidaritas dan meningkatkan solidaritas.

Individu tidak hadir secara nyata sebab kenyataannya kabur oleh

kesadaran kolektif.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat

bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju

masyarakat moderen. Salah satu komponen utama masyarakat yang

menjadi perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan

masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana

memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk

14 James Hensin,

Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1 Alih Bahasa:

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

solidaritas sosial pada masyarakat moderen. Pembedaan antara

solidaritas mekanik dan organik merupakan salah satu sumbangan

Durkheim yang paling terkenal. Jadi berdasarkan bentuknya,

solidaritas sosial masyarakat dibedakan menjadi dua tipe yaitu

solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organik.

a. Solidaritas Mekanik

Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan

berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantara mereka.

Rasa kebersamaan yang timbul dalam masyarakat selanjutnya

akan menimbulkan perasaan kolektif. Kondisi seperti ini biasanya

dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana. Belum ada

pembagian kerja yang berarti, artinya apa yang dapat dilakukan

oleh seorang anggota masyarakat biasanya juga dapat dilakukan

oleh anggota masyarakat yang lainnya. Belum terdapat saling

ketergantungan diantara kelompok yang berbeda karena

masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Menurut Durkheim, solidaritas mekanik didasarkan pada

suatu kesadaran kolektif‟‟ bersama (collective

consciousness/conscience), yang menunjuk pada „‟totalitas

kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang

rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu.15

15Doyle Paul Johnson,

Teori Sosiologi Klasik Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,

(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Yang dimaksud dengan istilah ini ialah bahwa orang-orang

yang melakukan tugas yang sama mengembangkan suatu

kesadaran bersama, suatu rasa kesamaan yang mempersatukan

mereka kedalam suatu kesatuan bersama. Pikirkanlah suatu

masyarakat agraria, dimana semua orang terlibat dalam suatu

penanaman, pemeliharaan, dan panen. Para anggota ini

mempunyai sedemiakian banyak persamaan sehingga mereka tahu

apa yang dirasakan orang lain mengenai kehidupan.16

Sedangkan menurut Khaldun kelompok mekanik ini disebut

sebagai kelompok sosial “badawah”, yaitu masyarakat yan tinggal

di pedalaman, masyarakat primitif, atau tinggal di daerah gurun.

Menurut Khaldun kelompok sosial badawah ini lebih berani

dibandingkan dengan masyarakat kota, bahkan solidaritas

dimasyarakat badawah lebih tinggi daripada masyarakat kota.17

Ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita, dan

komitmen moral. Oleh karena itu, maka individualitas tidak dapat

berkembang dan bahkan terus-menerus dilumpuhkan oleh tekanan

yang besar sekali untuk komformitas. Ciri khas yang paling

penting dari solidaritas mekanik adalah solidaritas didasarkan pada

suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan,

sentimen, dan sebagainya. Homogenitas semacam ini hanya

16James Hensin,

Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1 Alih Bahasa:

oleh Kamanto Sunarto, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 102

17 Nanang Martono,

(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

mungkin apabila pembagian kerja atau diferensiasi masih minim

atau terbatas.

Bonek juga dengan adanya kepercayaan bersama, cita-cita,

dan komitmen moral yang dianutnya membuat kelompok suporter

sepak bola ini masih bisa berdiri sampai saat ini. Dan tidak hanya

itu dengan kesamaan cita-cita ingin membuat Persebaya menjadi

salah satu tim yang ditakuti oleh lawan membuat rasa solidaritas

yang tinggi disetiap individunya ketika melakukan dukungan

penuh terhadap persebaya.

Solidaritas mekanik juga dicontohkan oleh Emile Durkheim

terhadap kelompok masyarakat yang berkumpul atas keinginan

bersama dan tujuan yang ingin dicapai bersama dalam satu

kelompok masyarakat yang ditulis oleh Jhonson dalam bukunya

sebagai berikut:

Apa yang mempersatukan jama,ah Greja? Apa ikatan sosial yang mengikat individu itu dengan kelompoknya? Tentu bukan karena paksaan fisik, dalam suatu masyarakat bebas dimana ada pemisah antara agama dan negara. Mungkin juga bukan harapan ekonomi, meskipun untuk beberapa orang hal ini mungkin seara tidak langsung sebagai akibat dari kontak sosial yang sudah terjalin. Ikatan umumnya adalah kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral. Orang yang memiliki kepercayaan dan cita-cita ini merasa bahwa mereka mestinya bersama-sama karena mereka berpikiran serupa.18

18Doyle Paul Johnson,

Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,

(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

Tetunya sesuai contoh di atas yang dapat mempersatukan

masyarakat untuk beribadah bukanlah kebutuhan ekonomi, tetapi

mereka berkumpul digereja karena adanya kepercayaan bersama,

cita-cita bersama dan mereka merasa bahwa seharusnya

bersama-sama karena mereka berpikiran serupa dan mempunyai

kepercayaan yangsama.

Begitu juga dengan Bonek, perkumpulan ini terjadi bukan

karena mereka mempunyai kebutuhan ekonomi yang sama, sudah

jelas individu yang terkumpul dalam sebutan Bonek itu ketika

ingin mendukung tim kesayangannya yang akan bertanding di

lokasi yang jauh dari tempat berkumpulnya Bonek, mereka rela

berangkat naik apapun walau dengan modal nekat. Dari sana

tampak jelas yang menjadikan perkumpulan Bonek itu ketika

mendukung tim kesayangannya, ini didasari akan adanya cita-cita

bersama dan berpikiran yang sama yaitu menjadikan tim

kesayangannya Persebaya menjadi raja di tanah air dalam dunia

sepak bola.

Pada intinya kelompok masyarakat yang ditandai oleh

solidaritas mekanik adalah bersatu karena merasa semua orang

yang ada disekitarnya adalah sama. Yang menjadikan ikatan atau

pengikat diantara orang-orang itu adalah karena mereka semua

mempunyai cita-cita dan pikiran yang sama dalam mensukseskan

(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

b. Solidaritas Organik

Ketika masyarakat menjadi lebih besar, pembagian kerja

mereka menjadi lebih tersepesialisasi. Beberapa menambang

emas, orang lain berpaling ke perhiasan, sedangkan orang lain lagi

menjualnya. Pembagian kerja ini menjadikan orang tergantung

satu sama lain, karena pekerjaan tiap orang berkontribusi pada

keseluruhannya,

Durkheim menamakan bentuk baru solidaritas yang

didasarkan pada kesalingketergantungan ini sebagai solidaritas

organik. Untuk melihat mengapa ia mengguakan istilah ini,

pikirkanlah bagaimana Anda mengandalkan pengajar Anda untuk

menuntun Anda melewati kuliah di Kampus masing-masing. Pada

waktu yang sama pengajar Anda pun memerlukan Anda dan

mahasiswa lain agar ia mempunyai pekerjaan. Anda dan pengajar

Anda adalah laksana organ dalam tubuh yang sama. Meskipun

masing-masing melaksanakan tugas yang berbeda, namun Anda

berdua saling tergantung.19 Hal ini juga menciptakan sejenis

kesatuan.

Dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang

diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan

kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi

sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena

19James Hensin,

Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1 Alih Bahasa:

Gambar

Tabel 2.3 Ringkasan tentang Emil Durkheim………………………….…… ............... 49
 Tabel 1.1
tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga
gambar orang yang bersemangat mendukung Persebaya. Dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Untuk dapat mengajukan penyelenggaraan Ujian Proposal Riset, calon doktor sudah harus menyelesaikan mata kuliah wajib, yaitu Metodologi Penelitan serta Filsafat

Kesetaraan Penambahan Kalsium Tepung Tulang Ikan dengan Tepung Tulang Ikan Kuniran (Upenneus moluccensis) yang Dibutuhkan pada Setiap 240 mL Susu Kedelai Cair.. Nilai

Usulan penelitian yang berjudul Pengaruh Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue Terhadap Keberadaan Larva Aedes aegypti Dan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh

Dalam artian pengkarya memvisualkan ekspresi wajah yang dikaitkan dengan suatu fenomena kehidupan budaya sosial, atau dampak dari suatu prilaku manusia yang melanggar sistem

Perkembangan kemandirian anak prasekolah (2-6 tahun) adalah anak mulai belajar untuk menjadi manusia sosial dan belajar bergaul. Mereka mengembangkan otonominya seiring

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup karena dalam UU tersebut menyebutkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak

Pelaksanaan perlindungan terhadap pekerja harian lepas harus sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor