• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABA II : LANDASAN TEORITIS

E. Faktor-Faktor yang Menentukan Modal Kerja

Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu :

a. Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan

Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil, hal ini terjadi karena beberapa alas an. Perusahaan bersar

mempunyai keuntungan akibat luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat trgantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat mempengaruhi unsure-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.

b. Aktivitas Perusahaan

Perusahaan yang bergerak dibidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dangangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang dijual.

c. Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatis yang mengakibatkan proses produksi yang cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu juga akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banak, apabila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan besar.

d. Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan factor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila volume penjualan meningkat

maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat demikian pula sebaliknya.

e. Sikap Perusahaan Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relative besar mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.

F. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Menurut Sawir (2005:141) yang merupakan sumber-sumber modal kerja yang akan menambahkan modal kerja adalah :

1. Adanya kenaikan sector modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham.

2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.

3. Adanya penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.

Perubahan-perubahan dalam non-akun lancar yang menambah modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sumber-Sumber Modal Kerja

Sumber : Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (2005:141)

Sedangkan penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :

+ + + Modal Sendiri Utang Lancar Aktiva Lancar + + + + Modal Sendiri Utang Jangka Panjang Aktiva Tetap

1. Berkurangnya modala sendiri karena kerugian, mapun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan.

Berkurangnya modal terjadi jika pemilik mengambil kembali ataupun mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan. Berkurangnya modal

berarti jumlah dana dalam perusahaan juga berkurang, hal ini berarti pengurangan modal merupakan penggunaan modal kerja.

2. Pembayaran utang-utang jangka panjang

Pembayaran utang jangka panjang akan mengurangi jumlah huang jangka panjang perusahaan, yang berarti ada pembayaran atau pelunasan hutang jangka panjang yang diilakukan oleh perusahaan. Pembayaran ini tentu menggunakan dana sehingga merupakan salah satu bentuk penggunaan modal kerja.

3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap

Penambahan aktiva tetap terjadi karena perusahaan melakukan pembelian aktiva baru. Pembelian ini tentu membutuhkan dana, oleh sebab itu penambahan aktiva tetap merupakan penggunaan modal kerja.

Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Sumber-Sumber Modal Kerja

Sumber : Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (2005:141)

Dasar analisis dalam mengevaluasi efektivitas sumber dana merujuk pada pandangan Riyanto (2001:191) yaitu :

Ditinjau dari susut likuidasi penarikan dana yang dibutuhkan didasarkan pada ketentuan bahwa dana yang dibutuhkan itu hendaknya ditarik untuk jangka waktu yang sesuai dengan penggunaan dana tersebut didalam perusahaan.

Ia merumuskan pola pembelanjaan yang tepat berdasarkan ketentuan tersebut yaitu : Modal Kerja Aktiva Lancar + Aktiva Tetap Modal Sendiri Utang Jangka Panjang Utang Lancar

1. Masing-masing aktiva lancar apabila dipandang secara ondividual, maka pedoman pembelanjaan yang tepat untuk masing-masing aktiva tersebut : a. Aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang

umumnya tidak lebih pendek dari masa terikatnya dana dalam aktiva lancar.

b. Aktiva tetap yang tidak berputar (misalnya tanah), pada prinsipnya diboayai dengan modal sendiri, karena untuk jenis aktiva ini tidak diadakan depresiasi.

c. Aktiva tetap yang berputar secara berangsur-angsur misalnya gedung, mesin, kendaraan dan sebagainya dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau dengan modal sendiri. Kalau digunakan kredit jangka panjang hendaknya jangka waktu atau umur kredit yang akan ditarik itu jangan lebih pendek dari pada waktu terikatnya dana dalam aktiva tetap.

2. Keseluruhan dana yang ditanamkan dalam perusahaan apabila dianggap sebagai satu kesatuan, maka pedoman pembelanjaan yang tetap adalah : a. Kebutuhan dana yang permanen (modal Konstan) pada prinsipnya

harus dibiayai dengan modal sendiri atau kredit jangka panjang.

b. Kebutuhan dana yang berubah-ubah (modal variabel) pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang umurnya tidak lebih pendek daripada kebutuhannya. Sistem pembelanjaan ini disebut jaga dengan pedoman pembelanjaan total.

Pendanaan modal kerja apabila dikaitkan dengan dalam artian sebagai keseluruhan aktiva lancar, maka harus dipahami lebih dahulu bahwa faktor

konstan dan variabel dalam sistem pembelanjaan total ini, terdapat baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Faktor konstan, dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar disebutk sebagai modal kerja permanen dan faktor variabelnya disebut modal kerja variabel. Pendanaan modal kerja sebagai keseluruhan aktiva lancar didasrkan pada pedoman pembelanjaan total maka seharusnya dilakukan dengan kombinasi pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Kebutuhan modal kerja yang relatif permanen didanai dengan modal sendiri atau hutang jangka panjang, sedangkan kebutuhan modal kerja yang relatif variabel seharusnya didanai dengan hutang jangka pendek.

Menurut Riyanto dalam prakteknya (2001:193) mengemukakan :

Kedua macam pembelanjaan tersebut (partial dan total) dijalankan secara bersama-sama, sehingga kita lihat adanya pedoman pembelanjaan partial disamping dijalankannya pedoman pembelanjaan total, dan kedua pedoman tersebut tidak dipisahkan secara tegas.

Tujuan dari metode tersebut agar terdapat suatu kombinasi yang optimal antara pemenuhan kebutuhan dana dengan pembiayaan jangka panjang dan jangka pendek sehingga terdapat pola pembelanjaan yang mampu menghasilkan tingkat likuiditas yang sehat dan wajar sekaligus menghasilkan tingkat profitabilitas yang optimal.

G. Pengukuran Tingkat Efisiensi Dan Efektivitas Penggunaan Modal Kerja Dengan Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan.

Rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan atau menjelaskan posisi keuangan suatu keuangan.

Besarnya modal sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam.

Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi. Sebuah perusahaan yang mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi digolongkan sebagai perusahaan tersebut adalah “likuid”. Sebaliknya bila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi maka perusahaan itu dikatakan “illikuid”. Apabila kemampuan tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada pihak jreditur, ini dinamakan “likuiditas badan usaha”. Apabila kemampuan tersebut dihubungkan dengan kewajiban untuk menyelenggarakan produksi, maka dinamakan “likuiditas perusahaan”.

Adapun rasio-rasio keuangan yang akan dibahas didalam skripsi untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja adalah rasio-rasio yang dapat mengukur kecukupan aktiva lancar, kecukupan quick assets, kecukupan kas, arus dana dari persediaan, exposure dari kewajiban lancar, dan rasio kecukupan modal kerja (Sawir 2001:143).

1. Kecukupan Aktiva Lancar

Aktiva lancar perusahaan merupakan alat ukur yang paling kasar yang menunjukkan adanya dana likuid yang segera menjadi kas dan tersedia untuk membayar tagihan-tagihan. Rasio yang dapat digunakan : a. Current Ratio

Current ratio (rasio lancar) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang sebera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

s Liabilitie Current Assets Current Ratio Current

b. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva

Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan persediaan yang cukup. Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang yang buruk (piutang berlebihan) atau persediaan yang besar.

% 100   Assets Total Assets Current ratio assets total to assets Current

c. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan

Ketika perusahaan menghasilkan penjualan, maka terdapat tagihan untuk dibayar, piutang untuk didanai, dan persediaan untuk mendukung penjualan. Besarnya aktiva-aktiva tersebut haruslah cukup untuk membayar tagihan tepat waktu, memungkinkan pengiriman barang yang cepat, dan pemberian kredit dengan syarat kredit yang kompetitif. Sehingga, aktiva lancar seharusnya tumbuh secara

proesional dengan penjualan atau menurun apabila penjualan berkurang.

Rumus yang digunakan :

% 100 Re   venues Assets Current ratio revenue to assets Current

2. Kecukupan Quick Assets

Quick assets terdiri dari kas dan piutang dan merupakan aktiva paling likuid dalam neraca. Dengan menggunakan kas dan piutang, likuiditas dapat diukur dengan lebih tepat daripada aktiva lancar.

Rasio-rasio yang dipergunakan untuk mengukur kecukupan quick assets adalah sebagai berikut :

a. Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (quick assets)

Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap kewajiban lancar. Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat pada waktunya.

s Liabilitie Current Assets Quick Ratio Quick

b. Rasio total asset terhadap total aktiva

Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. Hal ini dapat diukur dengan rasio ini.

Assets Total Assets Quick ratio assets total to assets Quick

c. Rasio quick assets terhadap penjualan

Bila sebuah perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu ditingkatkan. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi, ini akan menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasinya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laba. Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya.

Assets Total Assets Quick ratio assets total to assets Quick  3. Kecukupan Kas

Kebanyakan perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal mungkin tetapi menginvestasikan dalam efek yang setara kas yang dapat segera dicairkan. Efek-efek tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan rasio untuk menghitung kecukupan kas. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk keperluan analisis ini adalah :

a. Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio)

Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap kewajiban lancar. Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat pada waktunya.

s Liabilitie Current Cash ratio Cash

b. Rasio kas terhadap total aktiva

Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. Hal ini dapat diukur dengan rasio ini.

Assets Total Cash assets total to Cash

c. Rasio kas terhadap penjualan

Bilasebuah perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu ditingkatkan. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi, ini akan menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasinya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laba. Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan oerasinya.

venues Cash ratio revenue to Cash Re  4. Arus Dana dari Persediaan

Adalah pentingnya bagi perusahaan memiliki arus kas yang cukup dari kegiatan operasinya. Apabila perusahaan tidak menjual persediaan, maka tidak akan ada piutang. Apabila piutang tidak dikumpulkan, maka perusahaan tidak memiliki kas.

a. Perputaran persediaan dalam kas

Rasioa ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan. Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan persediaannya.

Inventory venues cash in over turn InventoryRe

5. Eksposure dari kewajiban lancar

Dalam menentukan struktur modlnya, perusahaan melakukan pilihan antara utang jangka pendek atau utang jangka panajang. Utang jangka panjang tidak membutuhkan pembayaran utang pokoknya dalam 1 bulan atau 1 tahun, sebagaimana halnya utang jangka pendek yang semakin rendah, semakin rendah pula kemungkinan utang tidak dapat dibayar pada waktunya. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur resiko dari kewajiban lancar antara lain :

a. Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar (total assets to current liabilities ratio)

Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai dari utang jangka pendek. Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa dana jangka panjang yang memadai digunakan untuk mendanai aktiva. Rasio yang rendah menunjukkan tingginya kewajiban lancar dalam struktur modal.

s Liabilitie Current Assets Total ratio s liabilitie current to assets Total

b. Rasio ekuitas terhadap kewajiban lancar ( total equity to current liabilities ratio)

Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan exposure dari kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa para pemegang saham mempunyai kepentingan lebih besar dalam bisnis. Rasio yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan meminimalkan kerugian bagi para pemegang sahamnya dengan mendanai porsi yang lebih besar dari

s Liabilitie Current Equity Total ratio s liabilitie current to equity Total

c. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to accounts payable ratio) Untuk mempertahankan rating kreditnya, perusahaan harus membayar tagihannya dalam waktu tertentu. Apabila perusahaan membiarkan utang dagangnya meningkat secara berlebihan, perusahaan dapat menghadapi kesulitan dengan pemasoknya.

Payable Aaccount COGS ratio payable account to COGS

6. Kecukupan Modal kerja

Modal kerja bersih, selisih aktiva lancar dan kewajiban lancar, adalah ukuran dasar dari likuiditas perusahaan. Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan menggunakan rasio :

a. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (total assets to net working capital)

Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang terendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi. Capital working Net Assets Total ratio capital working net to assets Total

b. Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih (current liabilities to net working capital ratio)

Rasio ini merupakan ekspresi alternative dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio ini akan tinggi, mengindikasikan likuiditas rendah.

34

Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas tinggi. Capital working Net s Liabilitie Current ratio capital working net to s liabilitie Current

c. Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio)

Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasionalnya, rasio yang rendah menunjukkan likuiditas tinggi.

Capital working Net venues over turn ratio capital WorkingRe

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Herfinta Farm and Plantation adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan perdagangan (agrobisnis). Perusahaan tersebut adalah milik seorang mantan Bupati Labuhan batu dan juga pensiunan dari angkatan bersenjata RI yaitu Bapak DR. H. Djalaludin Pane, SH. Perkebunan tersebut berdomisili di desa Aek Batu, Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu.

Pada mulanya lahan dibuka seluas 200 Ha yaitu pada tahun 1981 dengan modal sendiri, kemudian pada tahun 1983 luas lahan tanah bertambah, sehingga luas lahan seluruhnya menjadi 600 Ha dengan modal pinjaman BRI Rantau Prapat senilai Rp 60 juta. Pada tahun 1984, setelah habis periode jabatan Bupati Labuhan Batu, memusatkan perhatian dalam pengembangan usaha di bidang agrobisnis perkebunan dan memperluas areal perusahaan menjadi 3263.38 Ha dengan pinjaman uang sebesar Rp 200 j uta dari Bank Dagang Negara.

PT. Herfinta Farm and Plantation didirikan berdasarkan akte nomor 90 tanggal 25 Pebruari 1984 oleh notaris Agus Sutjahto, SH dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor C2-1756-HT.O1.01 Tahun 1985 tangga130 Maret 1985.

PT. Herfinta Farm and Plantation telah mendapat surat persetujuan tetap dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) nomor 259/I/PMDNI1995 dengan nomor

proyek 3115-07-O11952 tanggal 9 Mei 1995 untuk bidang usaha industri pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit.

Perusahaan telah mendapat persetujuan prinsip usaha perkebunan dari Menteri Pertanian Cq. Direktur Jenderal Perkebunan dengan nomor HK. 350/ES.54/01.95 tanggal 24 Januari 1995 untuk mengelola 3.958.31 Ha lahan yang menanam budidaya kelapa sawit didaerah Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. Perusahaan berkantor pusat di Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu dan lokasi berada di desa Aek Batu, Kota Pinang, Labuhan Batu.

Pabrik Minyak Kelapa Sawit disingkat PMKS PT. HERFINTA FARM AND PLANTATION yang berlokasi di Aek Batu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagian dari perusahaan Perkebunan PT. Herfinta Farm and Plantation yang berdiri sendiri dari satu kesatuan yang utuh pada perusahaan PT. Herfinta Farm and Plantation. Sedangkan PMKS masih terbagi lagi atas bagianbagian yang keseluruhannya itu merupakan satu kesatuan kerja.

Tujuan utama Pabrik Minyak Kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produk-produk dengan kualitas yang baik pada tingkat efesiensi yang maksimum tetapi dengan biaya yang minimum.

1. Letak dan Batas-batas Perkebunan Aek Batu

Perkebunan PT. Herfinta Farm and Plantation terletak di desa Aek Batu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Secara Administratif perusahaan perkebunan ini adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulu Serit (Kebun PT. Asam Jawa), sebelah selatan berbatasan dengan kebun PT. Sungai

Pinang, sebelah barat berbatasan dengan desa pondok kampung Kristen (Kebun PT. Taisan) dan sebelah timur berbatasan dengan desa Sumber Rejo.

Jenis tanah yang digunakan perkebunan adalah jenis tanah podsolik merah kuning yang umumnya cocok untuk tanaman kelapa sawit. Perkebunan ini pada umumnya mempunyai topografi yang rata, curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun dengan suhu 25-30 °C. Jarak perusahaan perkebunan Aek Batu dengan Ibukota kabupaten 30 km dan dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara 350 km.

2. Tata Guna Lahan Perkebunan

Luas areal PT. Herfinta Farm and Plantation adalah 3.964,18 Ha. Lokasi perkebunan dan pemanfaatan lahan perkebunan dapat dirinci pada Tabel sebagai berikut :

Tabel l. Lokasi Perkebunan PT. Herfinta F and P

No Lokasi Perkebunan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Tanjung Medan 3.263,38 82,32

2. Cikampak 164,10 4,14

3. Aek Batu 357,19 9,01

4. Teluk Panji 179,51 4,53

Jumlah 3.964,18 100

Tabel 2. Pemanfaatan Lahan Perkebunan No Jenis Pengunaan lahan (Ha) Luas Persentase 1 Lahan Kebun Kelapa Sawit 2.326,09 58,68

2 Bibitan 4,50 0,11

3 Kantor, Pabrik 0,25 0,01

4 Perumahan 0,75 0,02

5 Lain-lain 1.632,59 41,18

Jumlah 3.964 18 100 00

Sumber : Kantor ADM PT. Herfinta Farm and Plantation Medan Tahun 2004

3. Kondisi Kapasitas Giling

Menurut Direktur Utama Hj.Ir. Debby F.L. Pane, hasil kerja unit usaha Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. Herfinta Farm & Plantation dengan kuantitas giling 30 ton/ jam atau 15.120 ton/ bulan, dan segera akan ditingkatkan lagi menjadi 45 ton/bulan Pada kenyataannya saat ini hanya menggiling 7.000 ton/ bulan atau sama dengan 291,6 ton/ hari, dengan demikian kekurangan pasokan TBS 8.120 ton/ bulan.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi berperan menentukan dan menetapkan garis-garis pertanggungjawaban dan juga menentukan wewenang dari setiap bagian. Struktur organisasi harus disusun dengan pertimbangan yang sempurna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi adalah kerangka yang terdiri dari satuan organisasi yang didalamnya terdapat tugas serta wewenang yang diatur sedemikian rupa sehingga terjadi hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain dimana masing-masing bagian ini terorganisasi demi pencapaian tujuan dan memberi wewenang tertentu kepada setiap orang pada batas tanggung jawabnya.

Struktur organisasi yang tepat bagi suatu perusahaan belum tentu baik bagi perusahaan lain. Perbedaan ini dapat disebabkan karena jenis dan luas perusahaan yang berbeda satu dengan yang lain, dan juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, misalnya sifat dan kebutuhan perusahaan.

Secara Organisasi para pimpinan yang baik harus menyadari bahwa pengawasan adalah proses yang berjalan terus-menerus dan tidak hanya proses yang sesaat saja. Oleh karena itu seorang pimpinan dari suatu perusahaan selalu memikirkan dan sanggup menciptakan pengawasan yang dapat rneningkatkan produktivitas kerja yang tepat dan baik bagi setiap karyawan. Didalam penyusunan struktur pada suatu organisasi sangat diharapkan pemikiran-pemikiran yang matang mengenai pembagian tugas yang akan dilaksanakan oleh masing-masing karyawan. Dengan adanya pembagian kerja antara orang-orang yang berada didalam organisasi tersebut, maka diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

a. Memperjelas tanggung jawab.

b. Penempatan kerja daripada karyawan dapat disesuaikan dengan keahliannya. c. Dapat menghindarkan adanya kesimpangsiuran didalam melaksanakan pekerj aan.

Bentuk struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran

Susunan organisasi PT Herfinta Farm and Plantation Medan terdiri dari:

1. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris tidak aktif mengawasi perusahaan, tetapi tetap memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Mengawasi pekerjaan Direktur Utama

b. Berhak membebas tugaskan Direktur Utama untuk sementara jika melanggar peraturan atau anggaran perusahaan

c. Wajib mengurus perusahaan jika Direktur Utama tidak dapat menjalankan tugasnya d. Menyelenggarakan rapat umum luar biasa pemegang saham jika diperlukan

Dokumen terkait