• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Diagnosis Kesulitan Belajar

3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor. Zainal Arifin (2009: 306-307), menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilihat dari dua segi, yaitu (a) faktor internal peserta didik, seperti ketidakmampuan atau gangguan mental, keadaan fisik, emosi tidak seimbang, sikap merugikan dan kebiasaan yang salah; (b) faktor eksternal, seperti keadaan sekolah, keadaan keluarga, dan lingkungan sekitarnya.

Menurut Fontana (Sugihartono, dkk, 2012: 155), faktor-faktor yang berperan dalam kesulitan belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sebagai berikut.

a. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin,

20

kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan.

b. Faktor yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi guru, kualitas pembelajaran, proses pembelajaran atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, 2013: 265), menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dibagi menjadi dua golongan atau dua kelompok sebagai berikut.

a. Faktor Intern (faktor dalam diri siswa itu sendiri)

Faktor-faktor intern yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa ada dua, yaitu:

1) faktor fisiologis, seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh, dan sebagainya,

2) faktor psikologis, meliputi tingkat intelegensi pada umumnya rendah, bakat terhadap mata pelajaran rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang rendah, kondisi kesehatan mental yang kurang baik, serta tipe khusus siswa dalam belajar.

b. Faktor Ekstern (faktor dari luar siswa itu sendiri)

Faktor-faktor ekstern yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa ada dua, yaitu:

21

1) faktor non-sosial, meliputi peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya,

2) faktor sosial, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari diri siswa sendiri) dan faktor eksternal (faktor yang berasala dari luar diri siswa sendiri). Faktor internal, seperti kemampuan intelegensi, motivasi, kebiasaan belajar, keadaan fisik, emosi, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal, seperti keadaan keluarga, guru, kualitas pembelajaran, fasilitas sekolah, kurikulum, dan sebagainya. 4. Langkah-Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar yang dialami siswa perlu mendapat layanan bimbingan belajar dari guru. Sebelum memberikan layanan bimbingan belajar guru harus mengetahui terlebih dahulu masalah atau kesulitan belajar yang dialami siswa melalui diagnosis kesulitan belajar. Sugihartono, dkk (2012: 165-170), menyebutkan langkah-langkah dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar, sebagai berikut.

22

a. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

Kegiatan di sini adalah menetapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikologis. Kasus kesulitan dapat diketahui melalui analisis perilaku dan analisis prestasi belajar.

1) Analisis perilaku, diketahui melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran dapat diketahui dengan.

a) Cepat lambatnya menyelesaikan tugas.

Guru menentukan batas waktu pengerjaan ketika memberikan tugas kepada siswa. Hal ini bisa dipakai sebagai dasar menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar.

b) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran.

Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran secara tertib merupakan indikator siswa yang dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dan sebaliknya siswa yang sering absen, tidak tekun, membolos, malas, dapat diduga siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.

c) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok.

Pada beberapa pembelajaran siswa dituntut untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa lain atau dalam kelompoknya, misalnya kemampuan mengemukakan

23

pendapat, bertanya, menyanggah, menolak atau menerima pendapat.

d) Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial.

Pada mata pelajaran tertentu siswa dituntut untuk mampu bekerja dalam kelompok, siswa harus bisa bekerjasama, saling menerima, saling percaya, dan menyenangi teman seanggota. Sehingga guru harus mengetahui hubungan sosial sehari-hari siswa ketika di kelas.

2) Analisis prestasi belajar

Norma yang digunakan untuk menentukan baik buruknya hasil belajar siswa adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Penilaian Acuan Norma (PAN) atau norma kelompok, wujudnya skor rerata. Siswa yang diduga mengalami kesuliatan belajar adalah siswa yang skor hasil belajarnya jauh di bawah rerata kelas atau kelompok. Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan skor minimal yang harus dicapai oleh siswa, sehingga siswa yang skor hasil belajarnya belum mencapai syarat minimal dapat diduga mereka belum menguasai materi atau mengalami kesulitan belajar.

b. Melokalisasi letak kesulitan belajar.

Setelah menemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka langkah berikutnya adalah menemukan di mana letak kesulitan belajarnya. Dalam hal ini dapat kita lakukan dengan cara

24

mengetahui mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi dengan membandingkan skor hasil belajar yang diperoleh siswa dengan nilai rerata dari masing-masing pelajaran. Selain itu dapat juga dengan memeriksa hasil tes siswa. Apabila siswa tidak dapat menjawab dengan benar pada pokok bahasan tertentu, maka siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya.

c. Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar.

Untuk menentukan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersumber pada aspek fisik yang meliputi kondisi dan kesehatan tubuh, aspek psikologis berupa kecerdasan, bakat, minat, kemampuan, kemauan, perhatian, dorongan, konsentrasi, ketekunan, dan keterampilan yang kurang mamadai. Sedangkan faktor eksternal bersumber pada faktor lingkungan dan faktor instrumen. Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial (manusia) dan lingkungan non-sosial yang meliputi lingkungan, sedangkan faktor instrumen meliputi perangkat lunak dan perangkat keras serta guru yang kurang mendukung proses pembelajaran.

d. Memperkirakan alternatif bantuan.

Langkah ini akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya?

25

2) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan peserta didik?

3) Kapan dan di mana pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik?

4) Siapa yang dapat memberikan pertolongan? e. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya

Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan yang diperlukan peserta didik. Dalam menentukan bantuan penyembuhan perlu dikomunikasikan atau didiskusikan dengan berbagai pihak yang dipandang berkepentingan atau yang diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan. Bantuan dapat diberikan melalui program remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

f. Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan langkah terakhir kegiatan diagnosis kesulitan belajar yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut. 1) Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami

kesulitan belajar.

2) Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik.

26

3) Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki kesalahan.

4) Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani kesulitan yang dialami peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disebutkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa diawali dengan mengidentifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, melokalisasi letak kesulitan belajar, menentukan faktor penyebab kesulitan belajar, memperkiran alternatif bantuan, menetapkan kemungkinan mengatasinya, dan dilakukan tindak lanjut.