• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seks Bebas Pada

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seks Bebas Pada

Pergeseran perilaku pelajar karena adanya norma-norma yang semakin kabur sehingga pelajar melakukan penyimpangan, seperti yang dikatakan Max

berbagai makna merupakan hal yang penting bagi Weber. Menurutnya seorang haruslah menyadari tentang fakta bahwa perilaku bermakna samar dalam bentuk- bentuk yang tidak bermakna. Banyak perilaku tradisional begitu biasa seakan- akan hampir tidak bermakna. Dalam hal ini dimaksudkan adalah adanya budaya dan norma-norma yang seharusnya dijunjung tinggi karena didalam budaya terdapat nilai-nilai dan norma sosial. Hal ini dipertegas oleh pernyataan informan Ibu Sukaryawati, yaitu:

“Menurut saya, remaja-remaja masa kini sudah tidak mempedulikan peraturan-peraturan yang ditanamkan oleh masyarakat atau orang terdahulu, kalau contohnya menurut saya seperti dulunya kalau kita bertamu kerumah teman tidak sampai kemalaman dan masih memiliki kesopanan terhadap orang yang dituakan atau warga ditempat dia tinggal, kalau sekarang ini remaja-remaja tidak mempedulikan waktu berkunjung dan berkeliaran diluar rumah sampai-sampai subuh pun masih berkeliaran diluar”.

Wawancara dengan informan 19 Juli 2014

Dari pernyataan informan tersebut dapat diartikan bahwa adat istiadat mempunyai nilai pengontrol dan nilai sangsional terhadap tingkah laku remaja yang tinggal disuatu daerah dimana remaja tersebut menjalani kehidupan sehari- hari sebagai individu ataupun kelompok sosial didalam masyarakat. Setiap daerah ataupun wilayah mempunyai nilai adat istiadat yang berbeda, ini disebabkan berbedanya asal usul suatu daerah, berbedanya suku dan berbedanya suatu budaya dengan budaya daerah lainnya. Sedangkan norma-norma sosial yang berlaku adalah keempat norma yang berlaku secara nasional yaitu : Norma agama, Norma

kesopanan, Norma kesusilaan, Norma hukum. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan oleh informan Ibu Sukaryawati, yaitu:

“Dalam agama kita juga sudah dilarang bahwa melakukan seks tanpa adanya ikatan yang sah itu haram dan apabila ketahuan bisa dikenakan sanksi yang berat.”

Wawancara dengan informan 19 Juli 2014

Dikaitkan dengan perilaku pelajar, penyimpangan yang mereka lakukan menjadi tidak bermakna ketika norma-norma dan adat istiadat tidak lagi diberlakukan pada kehidupan mereka. Sesuatu tidak memiliki makna hanyalah jika sesuatu itu tidak dapat dihubungkan dengan aksi peranan metode dan kegunaannya. Suatu kategori fakta adalah tidak memiliki makna akan tetapi penting untuk menjelaskan aksi menyangkut berbagai fenomena psikologinya seperti kegembiraan, kebiasaan, dan lain-lain. begitu pula perilaku pelajar yang menyimpang itu termasuk tidak bermakna karena tidak ada kegunaannya, makna kegunaannyalah yang tidak ada dari perilaku pelajar yang menyimpang itu, tetapi perilaku psikologis mereka seperti bahagia, sedih, kebiasaan mereka itu menjelaskan kalau bahwasanya mereka melakukan aksi, meskipun aksinya tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang berguna.

Pada masa era globalisasi sekarang ini membuat perilaku pelajar semakin menyimpang. Ketika gaya pakaian ala kebarat-baratan yang tidak sesuai dengan norma kesopanan dan adat istiadat suatu daerah yang dulunya hanya bisa dilihat

melalu majalah dan televisi, bukan hanya melihat, mereka bisa mencoba dan

merasakan trend tersebu it tinggal pilih dan beli. Sekarang mencoba sesuatu yang baru tetapi tidak sesuai dengan norma-norma dan adat istiadat adalah menjadi hal yang biasa untuk para eremaja. Menggunakan celana pendek ataupun rok mini ditempat umum adalah gaya hidup. Hal ini dipertegas dengan pernyataan siswi sekolah menengah atas(SMA) Rika Ray sebagai berikut:

“Kalau kita tidak mengikuti trend sekarang bisa-bisa kita dibilang tidak

update, tidak a ida salah sih kalau ki uta mengikuti gaya sekarang ini lagiankan tidak ada aturan yang melarang kita untuk memakai alat-alat

atau pakaian yang terbaru namanya juga trend masa kini” Wawancara dengan informan 20 Juli 2014

Seks bebas yang terjadi di kalangan pelajar terjadi karena adanya faktor- faktor yang mendukung. Ada beberapa faktor yang mendukung sehingga adanya peluang untuk pelajar melakukan seks bebas. Salah satu faktor penyebab terjadinya seks bebas ini adalah lingkungan tempat tinggal termasuk juga keluarga, selain keluarga teman bergaul juga sangat mempengaruhi. Penggunaan internet tanpa pengawasan orang tua bisa juga menjadi penyebab, dunia maya yang seharusnya menjadi tempat bersosialisasi untuk mendapatkan teman baru bisa jadi membawa dampak yang merugikan pelajar. Berdasarkan hasil wawancara menurut pemikiran peneliti ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran perilaku pelajar kota Binjai adapun fakor-faktor yang mempengaruhi pergeseran perilaku pelajar adalah sebagai berikut :

Lingkungan dan tempat tinggal. Lingkungan dan tempat tinggal menjadi faktor yang sangat mempengaruhi tingkah laku dan pola berpikir pelajar. Lingkungan mempunyai peran dimana tumbuh kembang dari anak-anak sampai tumbuh menjadi remaja tergantung dari baik dan buruk yang tidak langsung diberikan oleh lingkungannya. Ketika lingkungan dan tempat tinggal remaja itu sendiri mendukung terjadinya perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja disekitarnya maka remaja akan bertindak semaunya karena terjadi pembiaran oleh masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ibu Sri Wardani yakni:

tingkah tetapi itu kembali lagi keorangtuanya bagaimana dia mendidik anaknya dengan baik, kalau diajari dan diberiakan contoh-contoh yang baik tidak akan ada masalah”

Wawancara dengan informan 19 Juli 2014

Seharusnya pergaulan remaja didalam lingkungannya bermain harus dengan kontrol orang tua atau orang yang dituakan, bisa jadi keluarga, teman yang lebih tua, teman sebaya dan bahkan tetangga atau orang-orang yang tinggal didekat lingkungannya bermain dan tempat tinggalnya. Dengan begitu remaja tidak bisa bertindak sesuka hatinya. Dan remaja harus dibekali dengan pengetahuan begitu juga pengetahuan tentang seks, agar remaja bisa membedakan mana yang wajar dan yang tidak wajar. Dan akhirnya kembali kepada pribadi masing-masing untuk menjaga diri. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ibu Sri Wardani yaitu:

“Memberikan arti akan bahaya tentang seks bebas, dan tidak lepas dari dapat mengatasi perilaku menimpang sianak, memang masa-masa remaja adalah masa dimana anak belajar dan mencari tahu jati dirinya untuk itulah orangtua mengarahkan kejalan yang benar.”

Wawancara dengan informan 19 Juli 2014

Kontrol masyarakat berperan dalam perilaku remaja, misalnya untuk pelajar remaja yang kost. Ada beberapa kelurahan di Binjai yang menyediakan kost- kostan yang aturannya bebas, misalnya kostan putri bisa membawa teman laki- lakinya masuk kedalam kamar. Ini bukanlah hal yang tabu lagi, bahkan saling terbuka satu sama lain, anehnya masyarakat sekitar tampak tidak peduli dengan keberadaan kos tersebut yang membebaskan peraturan untuk penghuninya. Ini

dapat menjelaskan bahwa ketua RT/RW tidak mau tahu akan situasi kosan tersebut, terkadang mereka tahu tetapi takut menyinggung pemilik kos yang terkadang merupakan warga dari RT/RW tersebut dan ada juga yang beda kelurahan maupun beda kota.

Di Binjai sendiri masih banyak terdapat kos-kosan dengan embel- embel bebas, dan biasa lebih mahal daripada kos-kosan dengan aturan yang ketat tersebut. Ada juga sebagian kosan yang penghuni kosnya harus mengikuti tata tertib baik secara lisan maupun tulisan, bahkan tidak segan-segan pengurus kos memberitahukan atau menanyakan ketika penghuni kos melakukan kegiatan yang dianggap melanggar peraturan kos. Seharusnya setiap kos ada peraturan yang harus dibuat agar bisa mencegah terjadinya perilaku penyimpangan, terutama dikalangan pelajar. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Bapak Dedi Eka Yudi yaitu:

“Penting sekali ada peran aktif dari masyarakat terhadap perilaku remaja pelajar apalagi pelajar-pelajar yang ngekost dan terpisah jauh dari orang tuanya kalau tidak ada yang memberikan peringatan dan pengawasan terhadap perilakunya bisa mengarah kepada perilaku yang menyimpang, untuk rumah kost peran pemilik kost lah yang sangat berpengaruh agar kegiatan anak-anak kost tidak mengarah terhadap perilaku ya ng menyimpang”.

Wawancara dengan informan 19 Juli 2014

Faktor Teman Sebaya. Faktor teman sebaya juga sangat berperan besar pada remaja melakukan seks bebas karena pada dasarnya keingintahuan remaja begitu

sudah pernah mengalam ki atau melakukan hubun usia remaja ini pelaku hubungan seks itu sendi dialaminya dalam berhubungan seks kepada t

dipertegas dengan pernyataan siswi sekolah menengah yakni:

ugan seks itu sendiri biasanya pada

nri akan menceritakan hal-hal yang neman-teman terdekatnya. Hal ini

atas(SMA) Rika Ray,

“Bagi saya sih wajar-wajar saja kalau ada teman yang menceritakan tentang kehidupan pribadinya apa lagi tentang hubungan asmaranya,

mau menceritak gan tentang hubungan asmara

menceritakan te bntang hubungan seks dengan tersebutkan wajar dilakukan oleh teman, namanya kesah teman kita epasti kita dengarkan”

Wawancara dengan informan 20 Juli 2014

sampai mana dan pasangannya, hal juga berteman keluh

Dokumentasi inform club Malam.

Seperti penyataan

nan Rika yang berkumpul dengan teman-temannya di

mempunyai masalah pribadi atau masalah dengan orang tuanya, maka ia akan lebih sering membicarakan dengan teman-temannya karena mereka merasa lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan keluarga. Telah terjadi pergeseran perilaku remaja sehingga mereka memaknai virginitas itu bukanlah hal yang penting, sebelumnya mereka menganggap virginitas itu adalah hal yang harus dijaga, tetapi dengan terjadinya pergeseran perilaku remaja maka makna virginitas itu sudah tidak diindahkan lagi. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan dan permasalahan yang mereka hadapi (Bagong Narwoko, 2007: 94-96). Karena hal inilah yang membuat para remaja sangat rentan akan melakukan hubungan seks pra nikah karena informasi yang didapat oleh teman sebayanya tidak disaring mana hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk tanpa adanya bimbingan atau kontrol yang baik dari orang tua ataupun masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Hal ini dapat dipertegas oleh pernyataan dari pernyataan siswi sekolah menengah atas (SMA) Adinda Syafitri yakni:

“karena dengan pergaulan bebas awal dari remaja mengenal dan mendapatkan informasi dari luar mengenai seks itu sendiri, tetapi menurut saya kalau kita pandai menjaga diri serta pandai menetukan mana yang benar dan salah saya rasa selama kita melakukan perbuatan tersebut tidak ada masalahkan.”

Wawancara dengan informan 20 Juli 2014

Berdasarkan informasi dari informan tersebut maka menurut pengamatan peneliti bahwa selain lingkungan dan tempat tinggal faktor yang sangat

pengaruh dari teman-teman sebaya juga lebih memberikan dampak langsung kepada seorang remaja dalam melakukan hubungan seks dan perbuatan menyimpang lainnya karena bagi mereka selain orangtua teman sebaya atau sepermainan juga mereka anggap sebagai keluarga mereka juga. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Adinda Syafitri, yaitu:

“Menurut saya teman sepermainan atau sahabat dekat kita bagi saya keluarga kedua saya karena apabila kita ada masalah pribadi yang tidak bisa kita selesaikan saya akan ceritakan kepada teman-teman saya”.

Wawancara dengan informan 20 Juli 2014

Faktor Keluarga. Peran keluarga terutama orang tua sangat berarti misalnya memberikan perhatian kepada anak, kasih sayang, dan juga nasehat, karena orang tualah yang terdekat dengan pelajar selain guru, teman, dan juga pacar. Mengapa harus dengan kontrol orang tua, bahwa salah satu penyebab terjadinya seks bebas oleh pelajar di Kota Binjai adalah pelajar merasa bebas ketika mereka harus “berpisah” tempat tinggal dengan orang tua, sehingga pengawasannya kurang. Biasanya di kampung atau ketika tinggal bersama dengan orang tua jadwal main ataupun keluar malam akan dipantau oleh orang tua. Kebebasan itulah akhirnya membuat pelajar menjadi salah satu pelaku seks bebas, karena kurangnya kontrol orang tua dan kurangnya pemahaman yang diberikan orang tua mengenai dampak dari seks bebas itu sendiri. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Bapak Dedi Eka Yudi yaitu:

“Mengontrol penuh setiap kegiatan anaknya, memberikan motivasi baik terhadap anak, mengajarkan anak tentang nilai nilai kebaikan sangat berpengaruh.”

Wawancara dengan informan 19 Juli 2014

Namun, ketika pelajar itu dilepas tanpa sebelumnya diberikan pemahamanpemahaman mengenai seks maka pelajar itu sendiri akan secara sendirinya akan mendapatkan informasi dari luar keluarga sehingga ujung-ujungnya coba-coba karena keingintahuan yang besar dan jika terjerumus akhirnya akan menganggap seks itu hal yang biasa dan cenderung pelajar mengalami kebiasaan.

Penggunaan teknologi dan komunikasi. Penggunaan handphone dengan teknologi pendukung seperti kamera dan memiliki kapasitas kartu memori memudahkan para pelajar menyimpan data seperti foto dan video yang sama sekali tidak untuk mendidik. Internet juga menjadi salah satu faktor, adanya jejaring sosial yang memudahkan para pelajar kenal satu sama lain dengan mudah dengan hanya berselancar di internet, terkadang terjadi transaksi melalui via internet dan jejaring sosial. Tidak sampai disitu saja penggunaan internet tanpa pengawasan orang tua memudahkan pelajar bebas menyelami dunia maya yang terkadang ada beberapa situs khusus dewasa tetapi sengaja dibuka oleh remaja pelajar karena rasa ingin tahu yang begitu besar. Seperti penuturan informan Adinda Syafitri berikut, yaitu:

Skype. Selain itu juga kalau misalny aa ada tugas dari sekolah saya mencari jawabannya melaui internet. Kalau menonton video-video porno

jarang sih lebih sering lihat dari handpo ane temen yang mengkoleksi video porno”

Wawancara dengan informan 20 Juli 2014

Dokumentasi Pelajar sehabis pulang sekolah yang berkumpul dan berfoto- foto.

Penggunaan handphone dan internet seha lrusnnya dalam pengawasan orang

tua agar tidak terjadi penyalahgunaan teknolog oi dan alat komunikasi. Seharusnya pelajar tugasnya adalah nbelajar untuk mencapai sebuah prestasi agar muncul persaingan yang sehat untuk saling menjadi yang terbaik. Hal ini dapat memicu semangat seorang pelajar untuk selalu menjadi juara, baik secara akademis maupun non-akademis. eDengan prestasi tersebut bukannya bisa membanggakan kedua orang tua pelajar e. Dengan berprestasi da yn mempunyai kesibukan akhirnya

pelajar akan menjauhi perilaku menyimpang, dalam hal seks bebas. kurangnya pengetahuan tentang seks membuat para pelajar merasa bersalah ketika terjebak dalam perilaku seks bebas. semua ini disebabkan adanya pergaulan yang kurang terkontrol. Hal tersebut dapat dipertegas dengan pernyataan informan Ibu Sukaryawati, yaitu:

“Menurut ibu, jaman sekarang ini dari yang muda sampai yang tua sudah bisa menggunakan atau membuka internet dengan mudah melalui komputer atau handpone, untuk anak-anak yang baru pertama kali menggunakan media sosial yang ada diinternet perlu adanya pengawasan orangtua agar manfaat yang positif dari internet tersebut didapatkan oleh sianak”.

Wawancara dengan informan 19 Juli 2014

Penggunaan internet dikalangan remaja bagaikan dua sisi mata pisau, dimana yang salah satunya berguna, membantu pelajar dalam mencarikan informasi untuk tugas dan PR mereka, tetapi disisi lain penggunaan “ social network” misalnya facebook, twitter, camfrog, youtube dan lain-lain. tanpa ada pengawasan bisa saja pelajar melakukan tindakan yang akhirnya menjerumuskan mereka kedalam seks bebas. Hal tersebut dapat dipertegas dengan pernyataan informan Adinda Syafitri berikut, yaitu:

“menurut saya penggunaan internet merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan karena dengan adanya internet kita bisa menggunakan jejaring sosial seperti facebook, twitter, skype dan Yahoo mesengger serta media sosial lainnya yang ada diinternet. Bukan hanya itu saja manfaat dari internet kalau misalnya ada tugas dari sekolah saya mencari jawabannya melaui internet dari orang-orang yang mengsharenya

produk-produk terbaru melalui online shop spert baju, celana, sepetau dan aksesoris lainnya yang kita butuhkan”.

Wawancara dengan informan 20 Juli 2014

Kurangnya pemahaman tentang agama. Kedekatan dengan tuhan akan membuat seorang manusia takut akan dosa, pelajar yang dekat dengan tuhannya akan menjauhi larangan yang akhirnya mendapatkan dosa ketika dilakukan. Keluarga seharusnya sudah mengenalkan agama kepada anakanya ketika masih kecil hingga remaja sehingga penanaman nilai-nilai baik yang diajarkan oleh agama menjadi benteng dari setiap remaja untuk dapat berperilaku yang sesuai dengan norma yang ada dimasyarakat. Kurangnya pemahaman tentang agama akan menyebabkan remaja menjadi lebih cenderung lupa akan dosa dan kedua orang tua sehingga remaja terjerumus dalam perilaku seks bebas . Hal ini dipertegas oleh pernyataan siswi sekolah menengah atas(SMA)Melisa Daliyani yakni:

“Ya peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan pendidikan agama kepada anaknya sehingga anaknya takut kepada Tuhan untuk melakukan dosa.”

Wawancara dengan informan 20 Juli 2014

Pentingnya mengenai pemahaman agama dalam bergaul akan menjauhkan remaja dari berbagai perilaku yang menyimpang karena remaja sudah diberikan dasar-dasar yang penting untuk membatasi hal-hal baik dan buruk yang akan ditemukannya dalam pergaulan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan dewasa yang ditandai dengan berlangsungnya proses-proses perubahan secara biologis, psikologis dan sosiologis. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi remaja melakukan perilaku menyimpang adalah:

1. Keingintahuan remaja yang sangat besar akan hal-hal yang baru diketahui dan ditemukan dalam pergaulan.

2. Lingkungan yang mendukung artinya kurangnya kontrol dari masyarakat dan ketidakperdulian masyarakat sekitar.

3. Remaja menganggap teman-teman sebaya lebih bisa menghargai dan menerima apa adanya sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman dari pada dengan keluarganya.

4. Terlalu cepat menerima informasi dan hal-hal yang baru yang disampaikan teman sebaya tanpa dikontrol dan pengawasan orang tua.

5. Ajakan dan rayuan dari teman

7. Lemahnya pendidikan agaman yang ditanamkan sejak dini oleh orang tua. 8. Kurangnya kontrol diri atau pengendalian diri pada setiap remaja

Oleh karena itu peran orang tua menjadi sangat penting dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Orang tua dalam keluarga sebagai pimpinan keluarga sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, karena orang tua merupakan pendidik, pembimbing, dan pelindung bagi anak-anaknya.

Pola asuh otoriter adalah kontrol perilaku untuk memenuhi pengharapan orang tua. Pengasuhan ini sangat kaku, kepatuhan tidak adanya pertanyaan yang menuntut tanpa diskusi dan penjelasan. Keterangan dapat merupakan sebuah penawaran walaupun mereka tidak membuka peluang untuk menjelaskan keterangan tersebut. Perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang muncul karena adanya dorongan seksual yang diarahkan untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis dengan bebas, berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, hidup bersama di luar nikah tanpa dilandasi norma agama dan sosial serta tindakan hubungan seks yang terang-terangan tanpa malu. Kontrol diri adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan perilaku, kemampuan dalam mengendalikan stimulus yang tidak diinginkan, kemampuan dalam mengantisipasi peristiwa, kemampuan dalam menafsirkan peristiwa dan kemampuan dalam mengambil keputusan.

5.2 Sar an

Masalah ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain:

1. Peran orangtua

1. Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak dini. 2. Membekali anak dengan dasar moral dan agama.

3. Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua - anak. 4. Menjalin kerjasama yang baik dengan guru.

5. Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat.

2. Peran guru

1. Bersahabat dengan siswa.

2. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.

3. Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.

6. Mewaspadai adanya provokator.

7. Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan sosial.

8. Penyuluhan seks secara kontinuitas.

3. Peran pemerintah dan masyarakat

1. Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas. 2. Memberikan keteladanan.

3. Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan.

4. Peran Media

1. Sajikan tayangan atau berita sesaui usia.

2. Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif) 3. Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas

DAFTAR PUSTAKA

Bagong, Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pedekatan. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group Dwi Narwoko,J dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana, 2007.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Moleong, Lexi. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sunanto,Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sumber Lain

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007 diakses melalui

Dokumen terkait