• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai faktor fisik- kimia perairan pada setiap stasiun penelitian pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Faktor Fisik-Kimia Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian

No. Parameter Satuan Stasiun

1 2 3 4 5

A Parameter Fisika

1. Suhu ⁰C 25 24 25 24 23

2. Intensitas Cahaya Candela 765 982 637 920 670

3. Penetrasi Cahaya Cm 560 500 325 550 570 B Parameter Kimia 4. pH air - 8,1 7,2 7,6 7,6 7,1 5. pH substrat - 7,2 6,5 6.6 6,5 6,4 6. Oksigen Terlarut mg/L 7,1 7,2 6,8 7,0 7,4 7. BOD⁵ mg/L 1,1 0,9 1,4 1,2 0,8 8. Kejenuhan Oksigen % 87,54 87,27 83,84 84,84 88,30 9. Kadar Organik Substrat % 2,084 1,998 2,135 1,864 1,672

10. Substrat Dasar Berpasir Berpasir Berpasir Berbatu

dan berpasir Berbatu dan berpasir Keterangan:

Stasiun 1 : Daerah Keramba Stasiun 2 : Daerah Pariwisata Stasiun 3 : Daerah Pemukiman Stasiun 4 : Daerah Sekitar PLTA

Stasiun 5 : Daerah Bebas Aktifitas (Kontrol)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa suhu air pada semua stasiun penelitian berkisar antara 23⁰C-25⁰C. Suhu tertinggi terdapat stasiun 1 dan stasiun 3 sebesar 25⁰C dan suhu terendah terdapat pada stasiun 5 yaitu sebesar 23⁰C.

Menurut Nybakken (1992), umumnya suhu di atas 30⁰C dapat menekan pertumbuhan populasi hewan bentos. Menurut Barus (2004), secara umum kisaran suhu 26⁰C-27C merupakan kisaran normal bagi mahkluk hidup perairan terutama

makrozoobentos. Fluktuasi suhu di perairan tropis umumnya sepanjang tahun mempunyai fluktuasi suhu air juga tidak terlalu besar.

Penetrasi cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi makrozoobentos. Penetrasi cahaya yang diukur di setiap stasiun berada pada kisaran 325-570 cm. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 5 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 3. Hal ini disebabkan pada stasiun 3 merupakan daerah pemukiman dengan adanya buangan limbah rumah tangga serta aktifitas masyarakat yang tinggi sedangkan pada stasiun 5 merupakan daerah tidak adanya aktivitas yang akan mempengaruhi tingginya penetrasi cahaya. Penetrasi cahaya memberi pengaruh pada makrozoobentos dalam ketersediaan nutrisi, apabila adanya bahan-bahan terlarut dan suspensi padatan yang tinggi serta bahan organik yang tinggi, cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan sehingga mempengaruhi fotosintesis dan menurunnya jumlah fitoplankton yang merupakan sumber nutrisi bagi makrozoobentos. Menurut Nyabakken (1992), zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan penetrasi cahaya yang sangat mencolok.

Intensitas cahaya pada semua stasiun penelitian berkisar antara 637–982 candela. Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan nilai terendah terdapat pada stasiun 3. Intensitas cahaya sangat mempengaruhi fitoplankton dalam suatu perairan. Besarnya intensitas cahaya berpengaruh besar dalam proses fotosintesis. Fitoplankton merupakan sebagian dari sumber nutrisi untuk makrozoobentos. Menurut Nugroho (2006), sebagian besar fitoplankton berperan sebagai produsen yang dapat melakukan aktivitas fotosintesis. Fotosintesis dapat berlangsung jika intensitas cahaya yang diterima fitoplankton besar cukup banyak.

Hasil pengukuran pH yaitu 7,1–8,1. Nilai pH yang tinggi didapatkan pada stasiun 1 sebesar 8,1. Hal ini disebabkan aktifitas keramba, yang menghasilkan limah berupa sisa-sisa pakan ikan yang mengakibatkan peningkatan nilai pH air. Namun demikian secara keseluruhan nilai pH pada lokasi penelitian masih cukup baik untuk kehidupan dan perkembangan makrozoobentos. pH sangat berperan penting di dalam metabolisme makrozoobentos. Menurut Sinaga (2009), nilai pH yang ideal bagi

kehidupan makrozoobentos pada umumnya adalah 7-8,5. Kondisi perairan yang sangat basa maupun asam akan membahayakan kelangsungan hidup makrozoobentos. Derajat keasaman (pH) substrat yang didapatkan pada semua lokasi penelitian berkisar 6,4–7,2. pH substrat tertinggi terdapat pada stasiun 1 sedangkan terendah terdapat pada stasiun 5. Nilai pH substrat yang didapatkan pada semua lokasi masih cukup baik untuk kehidupan makrozoobentos.Nilai pH substrat mampengaruhi ketersediaan nutrisi untuk makrozoobentos. Menurut Sastrawijaya (2009), bahwa pH substrat yang cocok untuk hewan makrozoobentos berkisar 6-8.

Nilai kandungan oksigen terlarut pada semua stasiun penelitian berkisar antara 6,8–7,4 mg/L. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 7,4 mg/L sedangkan nilai terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 6,8 mg/L. Secara keseluruhan nilai kandungan oksigen terlarut dianggap masih ideal untuk pertumbuhan makrozoobentos. Menurut Agustatik (2010), konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan organisme air salah satunya makrozoobentos yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan yang semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam. Kelarutan oksigen sangat mempengaruhi keberadaan makrozoobentos untuk bertahan hidup.

Nilai kandungan BOD5 pada semua stasiun penelitian berkisar antara 0,9-1,7

mg/L. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 3sedangkan terendah terdapat pada stasiun 5. Tinggi rendahnya BOD mempengaruhi kestabilan oksigen dalam suatu perairan yang mempengaruhi makrozoobentos untuk bertahan hidup. Menurut Brower, et al., (1990), nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualita perairan yang masih tergolong baik apabila konumi O2 selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mg/l O2 maka perairan tersebut tergolong baik.

Nilai kejenuhan oksigen pada semua stasiun penelitian berkisar antara 83,84% –

88,30%. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 88,30% sedangkan terendah

terdapat pada stasiun 3 sebesar 83,84%. Nilai kejenuhan oksigen pada semua lokasi penelitian masih cukup baik untuk kehidupan dan perkembangan makrozoobentos. Menurut Barus (2004), konsumsi oksigen bagi organisme air berfluktuasi mengikuti

proses-proses hidup yang dilalui. Pada umumnya konsumsi oksigen bagi organisme air akan mencapai maksimum pada masa-masa reproduksi berlangsung.

Nilai kandungan organik substrat yang didapatkan pada semua lokasi penelitian berkisar 1,672–2,135%. Kandungan organik substrat tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 1,672% sedangkan terendah terdapat pada stasiun 5 sebesar 2,135%. Kandungan organik substrat parameter yang penting untuk kehidupan dan perkembangan makrozoobentos. Nilai kadar organik substrat mempengaruhi ketersediaan nutrisi untuk makrozoobentos dalam suatu perairan. Menurut Wood (1987), adanya perbedaan ukuran partikel sedimen memiliki hubungan dengan kandungan bahan organik, dimana perairan dengan sedimen yang halus memiliki presentase bahan organik yang tinggi karena korelasi lingkungan yang tenang yang memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan- bahan organik dasar perairan.

Substrat dasar pada semua lokasi penelitian yaitu pada stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3 berpasir, sedangkan pada stasiun 4 dan stasiun 5 yaitu berbatu dan berpasir. Susunan substrat dasar penting bagi organisme yang hidup di zona dasar seperti makrozoobentos, baik pada air diam maupun air yang mengalir (Michael, 1984).

Dari hasil pengukuran faktor fisik-kimia menunjukkan bahwa kualitas air di stasiun penelitian masih baik, sedangkan genus yang paling banyak ditemukan yaitu genus Gastropoda. Menurut Hutchinson (1993), genus Gastropoda biasanya ditemukan pada perairan dengan kondisi yang sudah tercemar. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pencemaran dalam jangka panjang berdasarkaan indikator biologi (Gastropoda), meskipun faktor fisik kimia masih menunjukkan kualitas perairan yang cukup baik. Nilai faktor fisik-kimia hanya bersifat sesaat sewaktu pengambilan sampel dilakukan, sementara indikator biologi, bersifat jangka panjang.

Dokumen terkait