BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Faktor Internal Bank
Menurut Teguh Pudjo Mulyono (1996:210) faktor-faktor internal yang mempengaruhi volume penyaluran kredit antara lain:
o sifat usaha dan segmen pasar bank itu sendiri,
o financial position seperti capital adequacy ratio, aktiva tertimbang menurut resiko, batas maksimum pemberian kredit,
o kemampuan dalam menghimpun dana, terutama dana pihak ketiga,
o kualitas aktiva produktifnya, terutama kualitas kredit,
o Faktor-faktor produksi yang tersedia di bank seperti kemampuan manajemen. Menurut Warjiyo (2005:435) “perilaku penawaran atau penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal bank yang meliputi sumber dana pihak ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan jumlah kredit bermasalah (non performing loan)”. Muliaman Hadad (2004:22) menambahkan selain faktor-faktor tersebut, faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam return on assets juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit.
a. Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga merupakan salah satu sumber dana bank yang diperoleh dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa giro, tabungan dan deposito. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar dan bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank.
1)Giro
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Dalam pelaksanaannya, giro ditatausahakan oleh bank dalam suatu rekening yang disebut rekening koran. Jenis rekening giro ini dapat berupa rekening atas nama perorangan, badan usaha atau lembaga dan rekening bersama.
Menurut Siamat (2005:298) “sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sangat labil, karena pemegang rekening giro dapat menarik dananya setiap saat tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank. Jenis simpanan masyarakat ini tidak memiliki jatuh tempo.
2)Tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sumber dana yang berasal dari tabungan mempunyai biaya yang lebih tinggi dibanding dengan giro, sasarannya adalah nasabah perorangan dan dari sisi pengendapan dananya relative lebih stabil dibandingkan dengan giro.
3)Deposito
Deposito adalah simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank. Menurut Siamat (2005:300) “dari sudut biaya, deposito merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya (giro dan tabungan)”. Kelebihan sumber dana ini adalah penarikannya yang dapat diperkirakan berdasarkan tanggal jatuh tempo. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo (apabila tidak ingin memperpanjang) dananya dapat ditarik kembali. Ada beberapa jenis deposito, yaitu:
a) deposito berjangka (time deposit), adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan,
b) sertifikat deposito (certificate of deposit), adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi pemohon kredit,
c) deposit on call, adalah sejenis deposito berjangka yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, asalkan memberitahu bank dua hari sebelumnya.
Keberhasilan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor yang harus dicermati bank dalam menempuh kebijakan yang berkaitan dengan penghimpunan dana dari masyarakat. Menurut Abdullah (2005:21), adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi:
1) kepercayaan masyarakat, merupakan hal penting yang dipertimbangkan calon nasabah, mengingat masyarakat membutuhkan jaminan kelancaran penarikan kembali dananya apabila suatu saat dibutuhkan. Tingkat kepercayaan masyarakat atau calon nasabah ditentukan oleh kinerja bank yang mencerminkan bonafit atau tidak dalam mengelola dana nasabah, 2) pendapatan masyarakat, perubahan tingkat pendapatan masyarakat akan
ikutmenentukan perkembangan penghimpunan dana. Apabila terjadi kenaikan pendapatan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi daripada kenaikan harga, maka akan mendorong masyarakat untuk menghimpun dananya (saving) mengingat hal tersebut berarti pendapatan masyarakat lebih besar daripada pengeluaran konsumsi masyarakat,
3) pelayanan pihak perbankan, pelayanan kepada nasabah juga menentukan keberhasilan bank, dimana masyarakat menghendaki pelayanan pihak bank yang cepat, terampil dan penuh keramahan kepada nasabah yang nasabah yang dilayaninya,
4) ekspetasi tingkat bunga, bunga simpanan merupakan sesuatu yang diharapkan oleh siapa saja yang menyimpan dananya di bank karena bunga merupakan bagian pendapatan nasabah penyimpan. Perkiraan pendapatan yang akan diterima dan resiko dari keputusan menyimpan dana di bank merupakan hal yang selalu dipertimbangkan masyarakat dibanding dengan alternatif investasi lain. Dengan demikian apabila bank meningkatkan bunga simpanan maka akan mendorong meningkatnya simpanan masyarakat apabila alternatif-alternatif investasi lainnya menimbulkan resiko yang kurang lebih sama.
b. Permodalan Bank
Permodalan merupakan salah satu sumber dana bank yang berasal dari modal sendiri dan sering disebut sebagai dana pihak kesatu. Dana tersebut berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika misalnya bank tersebut sudah go public).
Modal adalah sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu badan usaha oleh para pemiliknya untuk melakukan berbagai macam kegiatan usaha yang akan dilakukannya (Dendawijaya, 2005:46). Menurut Mulyono (1996:227) “secara
populer modal dapatlah didefinisikan sebagai jumlah dana yang ditanamkan dalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan yang diperoleh”. Dengan demikian modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh pemilik pada waktu pendirian bank yang dimaksudkan untuk membiayai usaha bank.
Adapun fungsi modal bagi bank menurut Abdullah (2005:59) yaitu:
1) melindungi para kreditur, dimana kreditur dalam pengertian ini adalah mereka yang menyimpan dananya di bank baik berupa giro, tabungan dan deposito. Para kreditur mengharapkan adanya kepastian kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan kreditur sewaktu-waktu dibutuhkan. Dengan demikian modal bank merupakan penyanggah pengembalian dana kreditur manakala bank kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek dan bank kesulitan likuiditas serta memberikan perlindungan terhadap nasabah atas kemungkinan terjadinya kerugian yang melebihi jumlah yang diperkirakan bank,
2) menjamin kelangsungan operasional merupakan fungsi lain modal bank untuk menjamin kelangsungan usaha bank. Menyanggah kelangsungan operasi bank merupakan fungsi terpenting modal sendiri dan penyediaan modal yang cukup memungkinkan bank meneruskan operasinya tanpa terganggu, khususnya dalam periode ekonomi yang sulit sampai mencapai tingkat keuntungan yang normal kembali,
3) memenuhi standar modal minimal, dimana standar kecukupan modal ini sering disebut Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh bank yaitu minimal 8%. Berdasarkan rasio ini apabila bank akan menambah penyaluran kredit kepada masyarakat, maka dengan sendirinya bank harus menambah modal yang dimiliki.
Menurut Muljono (1996:376), modal bank terdiri dari 2 macam, yaitu: 1) modal inti
a) modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya pada saat bank didirikan. Bagi bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya,
b) agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya,
c) modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual,
d) cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank,
e) cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota,
f) saldo Laba, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang sham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan,
g) laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jika bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti,
h) laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi tafsiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%. Jika pada tahun berjalan bank mengalami kerugian,maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
2) modal pelengkap
a) cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak,
b) penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif,
c) modal kuasi, yaitu modal yang memiliki sifat seperti modal atau hutang, d) pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, mendapat
persetujuan dari Bank Indonesia, tidak dijamin bank yang bersangkutan dan telah dibayar penuh, minimal berjangka waktu 5 tahun dan
pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001 tahun 2001 bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut resiko. Ketentuan minimum permodalan biasanya menggunakan suatu ukuran
yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal dan dilakukan dengan membandingkan jumlah modal yang dimiliki bank (modal inti dan modal pelengkap) dengan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Rasio kecukupan modal yang wajib dipelihara oleh bank adalah minimal 8% dan bank yang tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut akan ditempatkan dalam pengawasan khusus. Dalam menghitung aktiva tertimbang menurut resiko, terhadap masing-masing aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot resiko yang didasarkan pada kadar resiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan (Siamat 2005:254).
Rasio kecukupan modal (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menyanggah atau menunjang aktiva yang mengandung resiko (terutama kredit dan aktiva lainnya seperti penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain). Rasio ini juga merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebankan oleh aktiva yang beresiko (Dendawijaya 2005:121). Kecukupan modal (CAR) diformulasikan sebagai berikut:
c. Profitabilitas Bank
Profitabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Laba merupakan hal penting bagi bisnis perbankan karena
Modal bank
CAR = X 100%
sebagian dari laba dapat disisihkan sebagai cadangan. Bertambahnya cadangan akan meningkatkan kredibilitas (tingkat kepercayaan) bank di mata masyarakat. Hal ini akan mendorong pengumpulan dan penyaluran dana masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan laporan-laporan keuangan dari bank, pendapatan bunga merupakan komponen pendapatan paling besar bagi bank. Komponen ini bisa mencapai 75% dari total pendapatan bank dan 25% lagi berasal dari pendapatan jasa lainnya. Hal ini disebabkan karena kegiatan utama dari bank adalah menyalurkan kredit. Unsur pendapatan lain adalah fee dan hasil penyertaan atau investasi portofolio.
Dari struktur asset bank, pinjaman merupakan earning asset terbesar, baru kemudian golongan asset yang lain seperti investasi portofolio dan lain-lainnya. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan betapa penting pengelolaan pinjaman bagi bank. Kegagalan dan kesalahan dalam pengelolaan akan sangat berpengaruh terhadap bagian terbesar dari pendapatan, yang selanjutnya dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas dari bank itu secara keseluruhan.
Ada beberapa rasio yang digunakan dalam mengukur besarnya profitabilitas. Dalam penelitian ini digunakan rasio return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Nilai minimum ROA yang ditetapkan oleh Bank Indobesia adalah minimal 2% (Manurung,2004:161). Menurut Dendawijaya (2005:118) “semakin besar return on asset suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dari segi penggunaan asset”. Rasio ini merupakan salah satu unsur dalam mengukur tingkat kesehatan bank (CAMEL) oleh Bank Indonesia dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
d. Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah atau non performing loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan seperti penyimpangan yang dilakukan debitur maupun faktor ketidaksengajaan atau faktor eksternal di kemampuan kendali debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk. Kredit bermasalah dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan ke dalam 5 kelompok yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Apabila dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah ada dua, yaitu:
1) faktor internal, berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank,
2) faktor eksternal, terkait dengan kegiatan usaha debitur.
Laba sebelum pajak
Return on assets (ROA) = X 100%
Adapun faktor internal yang dapat menyebabkan kredit bermasalah meliputi: a) kebijakan perkreditan yang ekspansif, dimana bank yang memiliki kelebihan
dana (excess liquidity) sering menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif dan melebihi pertumbuhan kredit secara wajar yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu tertentu. Hal tersebut cenderung mendorong pejabat kredit menempuh langkah-langkah yang lebih agresif dalam penyaluran kredit sehingga mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit sebagaimana harusnya. Di samping itu, bank sering saling membajak nasabah dengan memberikan kemudahan yang berlebihan,
b) penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, dimana pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank. Hal yang sering terjadi, bank tidak mewajibkan calon debitur membuat studi kelayakan dan menyampaikan data keuangan yang lengkap. Penyimpangan siatem dan prosedur perkreditan tersebut bisa disebabkan karena jumlah dan kualitas sumber daya manusia, khususnya yang menangani masalah perkreditan belum memadai. Di samping itu, juga adanya pihak yang sangat dominan dalam pemutusan kredit,
c) lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit yang dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tapi tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur, pemantauan terhadap
usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodik. Lemahnya administrasi dan pengawasan tersebut menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan langkah-langkah pencegahan,
d) lemahnya sistem informasi kredit yang akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini, sehingga menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah,
e) itikad kurang baik dari pihak bank, dimana pemilik atau pengurus bank sering memanfaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan terutama ketentuan batas maksimum pemberian kredit atau memberikan kredit kepada debitur yang sebenarnya fiktif dan digunakan untuk tujuan yang lain.
Adapun faktor eksternal yang dapat menyebabkan kredit bermasalah meliputi: a) penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit, dimana
kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami kenaikan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan ekonomi yang dilakukan Bank Indonesia yang menyebabkan tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit,
b) pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur, dimana persaingan bank yang ketat dapat dimanfaatkan oleh debitur yang kurang memiliki itikad baik untuk memperoleh jumlah kredit melebihi jumlah yang diperlukan, untuk usaha yang tidak jelas atau untuk kegiatan spekulatif. Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank menjadi tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengelolaan kredit,
c) kegagalan usaha debitur yang dapat terjadi karena sifat usaha debitur yang sensitif terhadap pengaruh eksternal, misalnya kegagalan dalam pemasaran produk, karena perubahan harga di pasar, adanya perubahan pola konsumen dan pengaruh perekonomian nasional,
d) debitur mengalami musibah yang dapat saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha denitur tidak dilindungi dengan asuransi.
3. Kredit
Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70%-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu sumber pendapatan utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga.
Menurut Siamat (2005:349), terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut disebabkan beberapa alasan yaitu:
a. sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dan unit deficit,
b. penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan,
c. melihat posisinya dalam bidang pelaksanaan kebijaksaan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur pemerintah. Di Indonesia misalnya, bank-bank tidak diperkenankan mengalokasikan dananya melalui pasar modal dalam melakukan jual beli saham di bursa efek,
d. sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
Menurut UU No.10 tahun 1998 “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Berdasarkan pengertiannya kredit memiliki enam unsur yaitu: a. persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam,
b. aktivitas peminjaman uang atau tagihan sebesar plafon yang disepakati, c. jangka waktu tertentu,
d. pendapatan berupa bunga atau imbalan atau pembagian keuntungan, e. resiko,
f. jaminan atau agunan (jika ada).
Tujuan kredit yang diberikan suatu bank akan mengemban tugas sebagai agent of development yaitu:
a. turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan, b. meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat,
c.memperoleh dana agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.
Dari tujuan tersebut terlihat adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan masyarakat den kepentingan pemilik modal.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain:
a. kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang, b. kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang, c. kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang, d. kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi,
e. kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha, f. kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan,
g. kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Kredit dapat digolongkan berdasarkan:
a. jangka waktu (maturity), b. jaminan (collateral), c. segmen usaha, d. tujuan kredit, e. penggunaan kredit, f. kredit non kas, g. status hukum debitur, h. sumber dana pembiayaan, i. sifat pemakaian dana,
j. menurut kualitas.
Adapun berdasarkan jangka waktu (maturity), kredit meliputi:
1) kredit jangka pendek (short term loan) adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya dalam waktu satu tahun atau kurang. Biasanya kredit ini digunakan untuk kelancaran usaha, khususnya penyediaan dana untuk modal kerja,
2) kredit jangka menengah (medium term loan) adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai tiga tahun. Kredit ini umumnya digunakan untuk pembiayaan modal kerja perusahaan besar atau kredit investasi perusahaan kecil,
3) kredit jangka panjang (long term loan) adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh temponya melebihi tiga tahun. Umumnya kredit jangka panjang untuk membiayai investasi.
Berdasarkan jaminan (collateral), kredit meliputi:
1) kredit dengan jaminan (secured loan) adalah kredit yang disertai dengan jaminan atau agunan dan diserahkan oleh nasabah peminjam (debitur). Bentuk-bentuk jaminan dapat berupa harta berwujud seperti tanah, bangunan dan harta harta berwujud lainnya yang berharga. Jaminan yang diserahkan debitur dapat juga berbentuk surat-surat berharga seperti saham dan obligasi,
2) kredit tanpa jaminan (unsecured loan) adalah pemberian kredit dengan tidak berdasarkan barang jaminan. Kredit biasanya diberikan kepada orang
yang dikenal, teruji, dipercaya oleh pihak bank dan penilaian bank terhadap reputasi dan prospek usaha debitur sangat baik.
Berdasarkan segmen usaha, kredit meliputi:
1) whole loans yaitu kredit yang diberikan kepada individu maupun koporasi untuk menjalankan bidang usaha misalnya perdagangan, industri dan lain-lain sebagai tambahan modal kerja. Kredit semacam ini ada kesamaan