• Tidak ada hasil yang ditemukan

WD yang sudah mampu duduk, berdiri, dan jongkok sehingga memudahkan untuk dilatih buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya. WD sudah dapat jongkok jika melakukan buang air besar, dan sudah dapat berdiri untuk buang air kecil.

Bisa mbak, bisa jongkok kok dekne.. Keluare ya disitu.. Misal pipis ya ngerti tempate dimana.. (W2, MD446-447)

Kemampuan motorik kasar WD seperti berlari, duduk dan berjalan sudah sangat sempurna. WD juga mempunyai kemampuan motorik halus berupa membuka celana dan baju serta memakainya kembali. Walau belum sempurna kemampuan WD untuk membuka celananya sendiri sudah dapat dilakukan WD

tanpa bantuan orang lain. Kecuali jika celana yang ia kenakan menggunakan sabuk, WD masih kesulitan untuk membuka sabuk tersebut sehingga perlu orang lain untuk membantu.

Misal celana yang pakai sabuk juga belum bisa, bisanya pakai kolor kalau yang pakai sabuk belum bisa lepas sabuk.. Kalau mau sekolah, pakai pakaian juga masih dibantu.. Kalau mandi bisa mbak mandi sendiri, tapi ya ndak bersih.. (W1, MD102-105)

b. Kesiapan psikologis

Saat diajarkan toilet training oleh orang tuanya WD sikap WD rewel. Karena sikap WD yang manja sehingga saat buang air di kamar mandi WD rewel dan ingin selalu ditemani saat ia di kamar mandi. WD tidak mau ditinggal sendirian di kamar mandi, maka saat itu ketika WD menunjukan keinginannya untuk buang air, orang tua dan anggota keluarga harus menemani WD di kamar mandi hingga WD selesai dalam buang air.

Rewel, ya maunya ditunggui di kamar mandi, ndak mau maunya di tempat biasa gitu.. (W1, MD208-209) Iya sudah nyaman ke kamar mandi, misal mandi ya mau mandi ke kamar mandi.. (W1, MD229-230)

WD sudah merasa nyaman jika buang air kecil di kamar mandi di rumahnya, namun untuk melakukan buang air besar WD tidak nyaman melakukannya di toilet. WD lebih memilih buang air besar di kebun belakang dan menimbun kotorannya dengan tanah. Melihat perilaku WD yang salah tersebut orang tua WD sering memarahi WD. Orang tua tidak mengerti mengapa WD lebih senang buang air besar di kebun belakang rumahnya. Usaha untuk mengubah perilaku WD dengan cara ketika WD menunjukan keinginan untuk buang air besar biasanya orang tua langsung membawa WD ke toilet, karena jika tidak langsung membawa WD ke toilet WD akan lari ke kebun belakang

rumahnya dan memilih melakukan buang air besar disitu. Rumah bibi WD tidak mempunyai kebun belakang. Jika WD di rumah bibinya, WD mau untuk buang air besar di toilet sebagai mana mestinya.

Kalau di kamar mandi tidak mau, maunya di belakang, pendadah, maunya di ndadah.. (W1, MD209-210) Ya mboh, ndak tau.. Ya dianya takut po gimana ndak tau.. Pokoke ndak mau kalau ke kamar mandi, kalau buang air besar itu di ndadah, itu di belakang rumah.. Nanti ya itu ngeruk, niku mbuang sampah.. Nah sekarang sudah mau.. (W1, MD213-216)

Sampai saat ini WD masih sering buang air besar di celana. Menurut ibu WD hal ini disebabkan sikap WD yang terkadang malas untuk buang air besar di toilet. Jika WD sedang sakit dan ia buang air besar di celana itu dapat dimaklumi, namun jika ia tidak sakit namun masih buang air besar seperti itu, itu dikarenakan WD malas untuk buang air besar di toilet. Perilaku ini membuat orang tua dan anggota keluarga WD marah.

Iya masih suka ngobrok.. Masih suka.. Dong males yo kuwi ngobrok.. Di rumah ya gitu, nek males yo ngobrok nganti kulo teoti ben ndak ngobrok..

(W1, MD120-121)

c. Kesiapan Intelektual

Pelaksanaan toilettraining pada WD membutuhkan waktu yang lama. saat WD menunjukan keinginannya untuk buang air, orang tua WD harus mengajarkan WD berulang-ulang dan terus-menerus. Hal ini bertujuan agar WD dapat membiasakan diri dan melakukan tugas toiletingnya dengan mandiri tanpa bantuan orang lain. Jika tidak diingatkan terus-menerus WD terkadang sering lupa bagaimana ketika harus buang air. Bahkan jika ia tidak diingatkan ia akan mengulangi perilakunya untuk buang air besar di kebun belakang rumah.

Lama.. Lama ya berapa kali berapa kali, nak kadang lupa nak kadang lupa, mau gitu.. Tapi ya lama nggean.. Ini misal minta apa ndak cocok ya saya marah og.. (W1, MD256-257) WD ki lalinan mbak, dadi misal diajari sesuatu ya mbak, harus diulang diulang.. Haruse sabar.. (W2, MD360-361) d. Kemampuan komunikasi

Sejak WD berusia enam tahun WD sudah dapat menunjukan secara lisan keinginannya untuk buang air kepada orang tuanya atau anggota keluarga yang lain. Sebelum dapat berbicara, dalam mengungkapkan keinginan untuk buang air WD menggunakan bahasa isyarat untuk membahasakan jika ia ingin buang air. Setelah memberitahukan keinginan untuk buang air biasanya WD langsung diintruksi untuk melepas celana dan pergi ke kamar mandi.

Sekarang? ya bisa.. Misal pengin pipis ya bilang “bu pipis”, keluar sendiri, maksude ya bisa buka celana sendiri gitu.. Kalau nyek-nyek buang air besar

itu ya bilang “bu nyek-nyek” ya bisa bilang sama ibu.. (W1, MD73-75)

Misal bilang saya ya pakai isyarat, kebelet ya begini (memegangi kelamin), misal mau nyek-nyek “uh uh” pegangi perut.. Bisa bicaranya niki 6 tahun..

(W1, MD96-98)

Kemampuan WD untuk memberitahukan bahwa dirinya ingin buang air juga sudah dapat WD tunjukan kepada gurunya. Ketika di sekolah jika ingin buang air WD kadang memberitahukan kepada guru terkadang juga tidak. Jika terburu-buru WD masih suka buang air besar di celana.

Kadang nggeh bilang, kadang nggeh ndak bilang.. (W1, MD115) e. Kemampuan sensorik

Kemampuan sensorik pada saat ingin buang air secara keseluruhan terkadang belum sempurna. WD sesekali mengalami buang air di celana karena tidak bisa menahan keinginannya untuk buang air. Apalagi jika WD sudah mempunyai keinginan namun ia harus menunggu, ia pun menjadi tidak kuat

menahan sehingga akhirnya buang air di celana. Saat WD mempunyai keinginan untuk buang air besar ia terkadang sudah buang air di celana.

Ya nganu kadang yo ngobrok, kan kesusu niko tho, nek sabuk kan bilang gurunya eh teng kathok yo ngobrok (W1, MD102-104) Pipis bisa mbak, kalau nyek-nyek pas dekne lagi sakit perut yo kadang ndak bisa.. (W2, MD439-440)

2) Faktor eksternal

Dokumen terkait