• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Internal

Dalam dokumen PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 28-33)

Tujuan mahasiswa ber-Cyberloafing

A. Faktor Internal

1. Kebutuhan untuk selalu terhubung satu sama lain

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa komunikasi sebagai kebutuhan untuk selalu terhubung satu dengan yang lain dimana saja dan kapan saja. Hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa karena sarana komunikasi melalui akses internet seperti komunikasi virtual chatrooms maupun chatting online menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa. Keterhubungan komunikasi tersebut juga bagian dari interaksi sosial mealui jejaring sosial. Vorderer, Kromer, dan Scheider (2016) menegaskan bahwa ketika individu dapat secara terus menerus mendapatkan perasaan saling terhubung dengan orang lain saat menjalin interaksi di dunia maya. Dari temuan di atas dapat dibuktikan bahwa kebutuhan untuk selalu saling terhubung satu sama lain pada mahasiswa meskipun pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

2. Kebutuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian mahasiswa ber-cyberloafing untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Hal tersebut dilakukan untuk kegiatan bisnis serta sebagai pemasukan tambahan oleh mahasiswa dengan memanfaatkan media sosial maupun marketplace. Bagi mahasiswa dengan melakukan suatu kegiatan bisnis baik suatu barang maupun jasa dalam lingkup lingkungan kampus menjadi suatu peluang untuk mendapatkan penghasilan sendiri. Tidak harus dengan memiliki toko sendiri untuk berjualan, yang terpenting adalah memasarkan produk melalui media sosial serta melayani pembeli dengan komunikasi yang baik dan tanggap. Hal tersebut sesuai dengan temuan Baturay dan Toker (2015) menjelaskan bahwa sebetulnya banyak orang melakukan cyberloafing untuk urusan bisnis pribadi. Bahkan sebuah survei yang dilakukan di University of Maryland (2002) mengemukakan bahwa sementara

29

karyawan Amerika menggunakan internet di tempat kerja untuk bisnis pribadi. Dimana dalam penelitian ini konteks mahasiswa menggunakan internet di kelas untuk kegiatan bisnis pribadi.

3. Kurang Motivasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa mahasiswa menjadi kurang motivasi belajar sehingga melakukan cyberloafing. Hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa karena mereka terkadang merasa malas belajar dan tidak tertarik dengan materi yang sedang disampaikan. Ciri-ciri mahasiswa yang kurang memiliki motivasi dalam belajar salah satunya adalah kurang semangat belajar (Suhaimin, 2008; Gabriel, 2003). Didukung pula pada literatur, Yasar (2013) menunjukkan bahwa perilaku siswa dengan motivasi rendah di kelas terjadi seperti melakukan cyberloafing.

4. Menghibur Diri

Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa melakukan cyberloafinguntuk menghibur diri. Hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa mengaku sebagai bentuk pengalihan diri dari rasa penat maupun untuk jeda sejenak. Meskipun dilakukan pada waktu yang seharusnya dilakukan, hal tersebut menjadi hal yang biasa dilakukan. Dalam penelitian Whitty & McLaughin (2007), seseorang menggunakan internet untuk rekreasional. Artinya, internet memiliki peran untuk mengakomodasi seseorang untuk memperoleh rasa senang saat menggunakan internet. Studi van Doorn (2011) menambahkan bahwa cyberloafing juga dilakukan oleh individu sebagai sarana relaksasi atas beban yang dihadapi saat mengerjakan tugas. B. Faktor Eksternal

1. Proses Belajar Mengajar (PBM)

Temuan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa mahasiswa melakukan cyberloafingkarena dosen pengajar dan metode mengajar. Kuliah yang terencana dengan baik dengan teknik pengajaran interaktif akan mengurangi kecenderungan mahasiswa untuk melakukan cyberloafing. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses inilah tujuan

30

pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik (Praticha, 2013).Perilaku cyberloafing yang dilakukan oleh mahasiswa dianggap dapat menghilangkan rasa bosan yang mendera selama proses belajar, sekaligus dapat menyebabkan mahasiswa kehilangan fokus belajar (Prasad, Lim, & Chen, 2010).

Dosen Pengajar

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa gaya komunikasi dosen yang tidak menarik dan tidak adanya interaksi antar dosen dengan mahasiswa sehingga mereka melakukan cyberloafing pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hasil penelitian Ariani (2013) menunjukkan karakteristik dosen dan motivasi belajar berpengaruh positif terhadap kedisiplinan belajar mahasiswa. Selain itu juga perlunya tingkat keterlibatan kelas sebagai upaya adanya interaksi antara dosen dengan mahasiswa sehingga dapat mengurangi perilaku mahasiswa untuk melakukan cyberloafing.

Mahasiswa dengan persepsi yang baik tentang kemampuan mengajar dosen, akan menimbulkan perasaan nyaman dan semakin tertarik untuk mengikuti mata kuliah dengan semangat. Sebaliknya mahasiswa yang memiliki persepsi kurang baik terhadap kompetensi mengajar dosennya, dapat menimbulkan perasaan tidak suka bahkan rasa takut, serta tidak termotivasi untuk mengikuti perkuliahan tersebut (Sutriningsih, 2016). Metode Mengajar

Para responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa dosen mengajar dengan cara yang monoton dan membosankan, dan tidak menggunakan metode dan teknik pengajaran yang menarik. Hasil penelitian Purwanto (2011) mengatakan bahwa gaya mengajar dosen dan motivasi belajar berpengaruh pada hasil belajar mahasiswa. Hampir tidak mungkin menciptakan kelas yang tertib tanpa didukung oleh metode pembelajaran yang efektif. Dengan mengaplikasikan metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan beragam, tampilan-tampilan pada tampilan power point yang menarik perhatian mahasiswa tentu menjadi perhatian tersendiri. Gaya pembelajaran akan berjalan dengan baik jika teknik pembelajarannya

31

variatif, kreatif sesuai dengan karakter kelas dan kemampuan atau daya tangkap mahasiswa. Dengan demikian, untuk menumbuhkan kelas yang produktif dengan keterlibatan kelas pada seluruh mahasiswa, dosen pengajar perlu mendorong partisipasi aktif di antara mahasiswa serta membuat lingkungan belajar menjadi lebih menarik.

2. Lingkungan kelas a. Lingkungan Fisik

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa lingkungan fisik menjadi salah satu faktor mahasiswa melakukan aktivitas cyberloafing. Hal tersebut dilakukan karena sebagian mahasiswa mengaku merasakan kelas yang pengap serta jumlah mahasiswa yang banyak sehingga tidak mendukung untuk fokus belajar pada saat proses belajar mengajar. Kelas yang pengap bisa terjadi karena bersamaan dengan cuaca yang panas maupun suhu udara yang lembab sehingga mahasiswa merasakan ketidaknyamanan pada tubuh. Jumlah mahasiswa yang banyak dalam suatu kelas besar juga mempengaruhi mahasiswa menjadi tidak fokus belajar. Hal tersebut menjadikan peluang bagi mahasiswa untuk ber-cyberloafing. Dunn dan Dunn (dalam Mudhofir, 2001), kondisi tempat belajar dapat mempengaruhi konsentrasi, penyerapan, dan penerimaan informasi.

Seharusnya dalam hal ini, dibutuhkan sportifitas, kreatifitas dan antusias mahasiswa yang tinggi dapat terjaga dengan baik. Disamping itu pula, memungkinkan terjadinya kerja sama yang solid antara mahasiswa dengan dosen pengajar maupun sesama mahasiswa. Serta kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin supaya mencapai hasil yang optimal.

b. Lingkungan Non Fisik

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak adanya interaksi antara mahasiswa dengan dosen sehingga mahasiswa melakukan cyberloafing. Hal tersebut dilakukan karena masing-masing mahasiswa tidak ikut berinteraksi dan fokus untuk menerima materi dikelas, akan tetapi tidak memperhatikan jalannya proses belajar mengajar. Interaksi

32

di kelas dianggap penting untuk pembelajaran, jadi setiap usaha untuk memperbaiki pengajaran dan pembelajaran harus mempertimbangkan interaksi kelas sebagai area potensial untuk pembangunan (Walsh dalam Mohammed, 2013).

Menurut Wang, Hearted dan Wlaberg dalam Jacobsen (2009), dalam sebuah review mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran terutama lingkungan non fisik, menyimpulkan bahwa, pengelolaan kelas yang efektif dimunculkan untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa, mengurangi perilaku-perilaku yang menyimpang, dan meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.

Seperti yang diungkapkan oleh MIPV bahwa ia merasakan suasana yang kurang nyaman, hal tersebut karena muncul perasaan emosional adalah bagian dari proses pembelajaran. Lingkungan yang mendukung perasaan ini menunjukkan iklim kelas. Dalam kelas yang positif, mahasiswa di dalamnya senantiasa merasa cakap, diikutsertakan dan nyaman dalam mengikuti proses belajar di kelas.

33

Dalam dokumen PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 28-33)

Dokumen terkait