• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikas i Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan

PENENTUAN PERINGKAT FAKTOR PENGENDAL

A. Variabel Faktor Internal

1. Faktor kekuatan

Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh faktor-faktor kekuatan berikut ini terhadap Kelayakan Sarana Prasarana dan Wilayah Pelayanan di kota Tangerang Selatan?

NO. FAKTOR KEKUATAN

BOBOT

1 Kualitas Pelayanan Sarana Prasarana V

2 Area/ Wilayah Pelayanan v

3 Sumber Daya Manusia (Pengelola) V

4 Sumber Daya Alam (Air, Listrik, Lahan) V

5 Perawatan dan Pengelolaan Sarana

Prasarana V

6 Kebijakan Pemerintah Daerah/ Kota V

7 Kondisi Fisik Sarana Prasarana V

8 ……… 9 ……… 2. Faktor kelemahan 1 2 3 4

Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh faktor-faktor kelemahan berikut ini terhadap Kelayakan Sarana Prasarana dan Wilayah Pelayanan di kota Tangerang Selatan?

NO. FAKTOR KELEMAHAN

BOBOT

1 Kualitas Pelayanan Sarana Prasarana V

2 Area/ Wilayah Pelayanan V

3 Sumber Daya Manusia (Pengelola) V

4 Sumber Daya Alam (Air, Listrik, Lahan) V

5 Perawatan dan Pengelolaan Sarana V

Prasarana

6 Kebijakan Pemerintah Daerah/ Kota V

7 Kondisi Fisik Sarana Prasarana V

8 ………

9 ……… 1 2 3 4

Tangerang City. Supervised by SETIA HADI and KOMARSA GANDASASMITA.

The expansion and development requires infrastructures in order to serve and support the activities in various sectors between regions. Integrated infrastructure system serves as the wheels of activities to spread and serve the needs of the region. The successful of regional development could be visible from the spreading infrastructure to serves region needs. Identification of spreading infrastructure could be visible from the amount of infrastructure require needs. Infrastructure related to distance and travel time. Number of Spreading, distance and travel time service on scale of region became the scenario planning the location of the region infrastructure. Indicator of region progress could be visible from the integrated infrastructure. The purpose of this study are to identify spread of infrastructure, to evaluate the availability of the infrastructure, to analyze the access to the infrastructure, to learn the strategies of infrastructure development. The methods of This research are using the digitization of land use/land cover, calculating the spread of infrastructure based on population, spatial analyzing to access point and service areas and SWOT analyzing. The infrastructure that analyzed are : water supply, electricity, roads, basic education, public health, waste management, commercial and trade. The results of the analysis show the number of water spreadings in South Tangerang City located in North Serpong district are 5 points in Serpong district, 1 point in district Setu. The number of transmission substation’s spreadings are 71 points in region South Tangerang City. Spreading basic education, public health and waste management evenly in southern Tangerang City. Commercial and trade concentrated in one location. Analysis Descriptive use to view availability of water supply in service area including Serpong district, Alam Sutera and Bintaro Jaya sector 9. Six districts in South Tangerang City are not provided water from taps. The increasing number of substations spreading are needed to prevent transmission down during peak hour. Increasing secondary collector roads are needed to support the movement and distribution between regions. Improving health clinic service areas as public health infrastructure at the lowest level . The amount of TPS is evenly distributed, but it still needs to increase capacities. Zoning is needed to limit the area of services trade and trade infrastructure. Several access point of infrastructure do not have better access point and wide service area. Strategic infrastructure development need priority: expand service area, improve quality and management, improved human resource expertise, utilize natural resource, support local government policy needed.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di ibukota berdampak pada peningkatan jumlah penduduk dan dinamika penggunaan lahan. Pertumbuhan sektor perdagangan, jasa dan industri mendominasi penggunaan lahan di kota berdampak tingginya harga lahan sehingga terjadi keterbatasan lahan untuk permukiman. Keterbatasan lahan permukiman berdampak bergesernya lokasi permukiman ke wilayah pinggiran kota (sub urban). Perpindahan penduduk ke wilayah pinggiran kota meningkatkan pertumbuhan permukiman di wilayah tersebut.

Pengembangan wilayah pinggiran kota mendukung pertumbuhan kota-kota yang mempunyai hubungan erat dengan pusat kota. Pembangunan wilayah perkotaan berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan sarana prasarana untuk melayani kebutuhan wilayah dan mendukung laju pertumbuhan di berbagai sektor. Indikator peningkatan pembangunan wilayah terlihat dari sistem sarana prasarananya yang terpadu (integrated). Sistem sarana prasarana yang sistematis dan terpadu menjadi bagian struktur ruang yang berfungsi sebagai jaringan penghubung dan roda kegiatan dalam penataan ruang. Kemampuan sarana prasarana melayani penduduk terlihat dari segi kuantitas dan kualitas dengan parameter jumlah sarana prasarana, kemudahan pencapaian, waktu tempuh dan jarak wilayah layanan menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan wilayah.

Empat aspek kewenangan Pemerintah Daerah/Kota berdasarkan pasal 14 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum

Pemerintah Daerah/Kota mempunyai kewajiban menyediakan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk sebagai tujuan pembangunan wilayah.

Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah berdampak kepada diberikannya kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan. Implementasi dari kebijakan tesebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk merencanakan dan mengembangkan potensi daerah dengan menyediakan sarana prasarana wilayah sebagai pendukung roda kegiatan dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Kota Tangerang Selatan terletak di propinsi Banten Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 1.303.569 jiwa (2010) tersebar di tujuh kecamatan yaitu: Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Pamulang dan Setu dengan kepadatan penduduk 8.646 jiwa/km2

Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan didominasi oleh perumahan/permukiman (67,54%) yang terbentuk akibat migrasi penduduk Jakarta. Tingginya harga lahan permukiman di Jakarta memicu perpindahan penduduk ke kawasan pinggir kota termasuk Kota Tangerang Selatan. Peningkatan jumlah pusat-pusat permukiman di Kota Tangerang Selatan menuntut ketersediaan sistem sarana prasarana yang memiliki peran vital dalam pembangunan untuk melayani aktifitas penduduk, modal bagi pertumbuhan perekonomian, mendorong terciptanya kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan kesejahteraan penduduknya. Saat ini kepadatan tertinggi penduduk Kota Tangerang Selatan berada di kecamatan Ciputat Timur (11.165 jiwa/km

dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2010 sebesar 4,74%. Berdasarkan Undang-Undang No.51 tahun 2008 tentang pembentukan Kota Tangerang Selatan, wilayah Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang yang dibentuk karena meningkatnya beban dan volume kerja bidang pemerintahan, pembangunan serta pelayanan masyarakat yang bertujuan mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, meningkatkan potensi daerah di bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya.

2 ) dan yang terendah berada di kecamatan Setu (4.163 jiwa/km2). Kepadatan dan komposisi penduduk mempengaruhi sebaran sarana prasarana Kota dalam melayani aktifitas penduduk. Kualitas pelayanan, akses pencapaian, jarak tempuh

dan wilayah layanan sarana prasarana menjadi indikator keberhasilan peningkatan pembangunan.

Perumusan Masalah

Kota Tangerang Selatan sebagai kota memerlukan sarana prasarana wilayah untuk menjalankan kegiatan dan aktifitas penduduk. Sarana prasarana wilayah berfungsi melayani kebutuhan penduduk di sektor ekonomi, sosial dan budaya. Ketersediaan sarana prasarana menjadi faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Identifikasi sebaran sarana prasarana diperlukan untuk mengetahui jumlah sarana prasarana yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan wilayah. Apakah ketersediaan sebaran sarana prasarana dapat memenuhi kebutuhan penduduk Kota Tangerang Selatan? Kemudahan pencapaian ke sarana prasarana menjadi perhatian untuk dianalisis terkait jarak dan waktu tempuh. Jarak dan waktu tempuh berdampak kepada pelayanan sarana prasarana. Jumlah sebaran, jarak layanan dan waktu tempuh pada skala wilayah menjadi skenario untuk menyusun perencanaan lokasi sarana prasarana wilayah.

Berdasarkan hal diatas dapat dirumuskan permasalahan terkait ketersediaan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan diantaranya:

1. Apakah jumlah ketersediaan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan dapat melayani kebutuhan penduduk Kota Tangerang Selatan?

2. Apakah sebaran sarana prasarana memenuhi akses pencapaian?

3. Bagaimana strategi pengembangan sarana prasarana Kota Tangerang Selatan?

Tujuan Penelitian

Melakukan studi dan analisis ketersediaan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan diantaranya:

1. Mengidentifikasi sebaran sarana/prasarana di Kota Tangerang Selatan. 2. Mengevaluasi ketersediaan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan. 3. Menganalisis akses pencapaian menuju sarana prasarana di Kota

Tangerang Selatan.

4. Mengetahui strategi pengembangan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan

Manfaat Penelitian

Sebaran dan ketersediaan sarana prasarana diharapkan dapat menjadi: 1. Arahan dalam perencanaan dan mengatur sarana prasarana di Kota

Tangerang Selatan.

2. Sebagai bahan pertimbangan pengembangan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan

3. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan standar pelayanan penduduk.

Kerangka Pemikiran

Pembangunan dan pengembangan wilayah memerlukan sarana prasarana untuk menjalankan aktifitas willayah. Kebutuhan sarana prasarana dipengaruhi oleh ketersediaan sebaran sarana prasarana. Ketersediaan sebaran sarana prasarana terkait dengan jumlah penduduk dan akses pencapaian. jarak, waktu tempuh dan wilayah pelayanan menggunakan analisis spasial terkait aspek-aspek yang mempengaruhi wilayah pelayanan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi ketersediaan sarana prasarana dan strategi pengembangan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan. Garis besar kerangka pemikiran penelitian disajikan Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran Pembangunan dan Pengembangan Wilayah KebutuhanSarana Prasarana Jumlah Penduduk. Ketersediaan Sebaran Sarana Prasarana Staregi Pengembangan Sarana Prasarana Wilayah

Akses Pencapaian

Evaluasi Ketersediaan dan

Sebaran Sarana

Arahan Perencanaan dan Penataan Sarana Prasarana Kota Tangerang Selatan

Waktu dan Jarak Tempuh

Perencanaan dan pengembangan wilayah merupakan kajian yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah-masalah pembangunan serta aspek-aspek proses politik, manajemen dan administrasi perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang atau wilayah (Rustiadi et al. 2009). Pemahaman dan pengetahuan terkait kondisi fisik alam hingga sosial ekonomi antar wilayah didukung teknik analisis beserta model sistem yang berfungsi sebagai alat (tools) membantu mendeskripsi fenomena yang terjadi di wilayah.

Fenomena Urbanisasi

Dunia mengalami urbanisasi fisik dan sosial pada dekade terakhir. Pertumbuhan kota terlihat signifikan di abad 20, terjadi peningkatan pesat tahun 1970 dan bergerak tetap/stabil di pertengahan abad 21. Periode tahun 2005-2009 setengah populasi dunia tinggal di perkotaan khususnya Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tahun 1990-2005 pertumbuhan penduduk dunia di perkotaan sebesar 13,2%. Berbagai kota di Asia tumbuh sebesar 24,8%, Asia Tenggara 38.6%, dan wilayah pertanian Sahara Afrika 25.3 %. Wilayah pinggir kota berubah menjadi perkotaan (Spencer, 2007).

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota terjadi akibat pembangunan atau modernisasi (Spencer, 2007). Urbanisasi terjadi tanpa disadari, misalnya akibat ketimpangan antar wilayah. Kesejahteraan dan kenyamanan menjadi pemicu perpindahan penduduk dari wilayah desa ke wilayah kota. Perubahan ekonomi yang terjadi diantara daerah rural dan urban menjadi salah satu aspek perhatian dalam penataan ruang. Ketimpangan antar wilayah terkait sarana prasarana berdampak kepada pergeseran sosial dari petani menjadi masyarakat kota. Urbanisasi secara fisik memghubungkan secara langsung perilaku manusia kepada manusia, manusia dengan sarana prasarana dan lingkungan tempat mereka bermukim.

Sarana Prasarana Wilayah

Sarana prasarana berasal dari kata infrastructure yaitu suatu sistem yang dibangun untuk mendukung kegiatan dari satu wilayah ke wilayah lain. Sarana prasarana berfungsi menyediakan pelayanan untuk mendukung aktifitas wilayah dengan substansi yang berbeda contohnya jaringan jalan, air bersih, listrik, sarana kesehatan masyarakat, sarana pendidikan dan sarana perdagangan. Sarana prasarana memerlukan pembiayaan besar untuk menunjang pertumbuhan sosial ekonomi, teknologi handal, ramah lingkungan dan faktor-faktor penting lain dari berbagai aspek yang mendukung kerangka kerja sehingga membentuk jaringan yang sistematis dan terpadu ( NCPWI, 1988).

Peningkatan urbanisasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berdampak pada peningkatan populasi. Kebutuhan jaringan sarana prasarana yang kompleks dan berteknologi diperlukan untuk melayani antar wilayah secara geografi. Sarana prasarana menjadi bagian pergerakan dan distribusi antar kota, antar wilayah di dunia. Sebuah kota sebagai contoh, memerlukan air bersih untuk memenuhi kebutuhan minum, saluran air limbah, makanan, sistem distribusi sampah yang berkaitan erat dengan tubuh manusia dan sistem metabolisme tubuh. Pertanian global, pengiriman dan perdagangan serta penyediakan makanan bagi kota-kota didunia. Jalan raya, pesawat, kereta api, dan jalan lingkungan mendukung dan menyebarkan penumpang ulang alik (commuter), perpindahan antar wilayah dalam sistem global yang menghubungkan wilayah pedalaman dan pinggiran kota. Kebutuhan tersebut diatas dapat terpenuhi didukung sarana prasarana. Sarana prasarana sistematis dan terpadu diperlukan untuk melayani/mendukung aktivitas antar wilayah, antar pulau dan antar negara (Graham, 2010)

Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh di definisikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dengan cara analisis data, diperoleh dengan sistem perekaman tertentu tanpa terjadi kontak langsung dengan obyek atau fenomena yang diamati (Barus dan Wirasdisastra, 2000). Produk penginderaan jauh bermanfaat untuk aplikasi pengembangan sumber daya alam dam lingkungan. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan permukaan bumi, akan diperlukan data permukaan bumi sebagai

data referensi. Salah satu jenis data permukaan bumi adalah data yang berkaitan dengan spasial dan atribut suatu wilayah. Salah satu cara untuk mendapatkan data spasial dan data atribut suatu wilayah adalah dengan metode penginderaan jauh.

Keuntungan dari metode penginderaan jauh ini adalah waktu pengumpulan data yang relatif singkat dibanding dengan metode terestris untuk cakupan area yang sama. Adapun wahana yang digunakan dalam sistem penginderaan jauh adalah wahana udara (foto udara) dan wahana luar angkasa (satelit).

Hasil dari penginderaan jauh wahana satelit adalah citra. Perkembangan teknologi citra satelit berdasarkan resolusi spasialnya digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: citra satelit resolusi tinggi, sedang, dan rendah.

Keuntungan dari kemajuan teknologi bidang penginderaan jauh tersebut diantaranya adalah sangat mudahnya mengakses citra satelit berresolusi spasial tinggi secara gratis.

Google Earth™ adalah salah satu dari software yang dapat menyajikan citra satelit resolusi tinggi secara gratis. Google Earth merupakan sebuah program

virtual yang disebut Earth Viewer dan dibuat ol

memetakan bumi berdasarkan gambar yang dikumpulkan dari Earth, sebuah versi gratis dengan kemampuan terbatas; Google Earth Plus yang memiliki fitur tambahan; dan Google Earth Pro yang digunakan untuk penggunaan komersial (Google, 2011)

Ada tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam proses intepretasi menurut (Sutanto, 1992), yaitu deteksi, identifikasi dan analisis. Deteksi citra merupakan pengamatan tentang adanya suatu objek, pendeteksian objek di wilayah tertentu. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasikan suatu objek kotak-kotak sebagai tambak di sekitar perairan karena objek tersebut dekat dengan laut. Proses analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi, seperti penambahan informasi bahwa tambak tersebut adalah tambak udang dan diklasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang.

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu intepretasi secara manual dan intepretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti.

Sarana Prasarana Air Bersih

Air adalah sumber daya alam pokok dan penting dalam pembangunan wilayah dan menjadi perhatian utama karena berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan sumber daya lingkungan. Perkembangan jumlah penduduk dan pembangunan wilayah secara ekonomi berakibat peningkatan kebutuhan air sehingga berdampak krisis dalam pembangunan wilayah. Schneekloth (2010) menerangkan bahwa setiap wilayah secara spesifik terdapat daerah aliran air dan menerima sejumlah air hujan setiap tahunnya. Beberapa kota berlokasi di mulut sungai atau daerah sepanjang sungai karena keterkaitannya sebagai sarana transportasi dan sumber air. Sebagian kota yang dialiri air harus mengelola kualitas dan kuantitas air sehingga dapat di konsumsi dan terhindar dari aspek yang merugikan seperti banjir.

Air salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan untuk kehidupan manusia. Tubuh manusia 50% terdiri dari air (Notoatmojo, 2003). Menurut WHO kebutuhan air untuk manusia sebesar 60-120 l/hari. Saat ini konsumsi negara berkembang baru berkisar 30-60 l/hari. Kebutuhan air manusia sehari-hari meliputi minum, mandi, masak, mencuci dan yang terpenting adalah kebutuhan air bersih untuk minum.

Aset air terbesar di muka bumi sebesar 97% adalah air asin, dan 3% air segar ( Gleick, 1996) . Dua pertiga bagian membeku dalam bentuk gletser dan es di kutub. Sumber air lain adalah air tanah. Air segar adalah sumber daya terbarukan, namun pasokan dunia akan air bersih terus berkurang. Kebutuhan pasokan air semakin meningkat seiring dengan perkembangan penduduk dunia yang meningkat pula.

Penggunan sumber daya air untuk berbagai kepentingan kehidupan manusia diantaranya (WBCSD, 2005)

1. Pertanian

:

Air untuk pertanian sebesar 69% digunakan untuk keperluan irigasi. Irigasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman sehingga dapat tumbuh dan hasilnya dapat di panen.

2. Industri

Kebutuhan air untuk industri sebesar 22%, lebih kecil dari penggunaan bidang pertanian. Air digunakan dalam proses industri untuk menggerakkan mesin seperti turbin uap atau mesin pengendali panas.

3. Rumah Tangga

Kebutuhan air dunia sebesar 8% digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti minum, mandi , memasak, mencuci, sanitasi dan taman.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sebaran Sumber Air

Sistem sarana prasana air bersih di tiap wilayah mempunyai permasalahan yang berbeda. Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air diantaranya keadaan geografi dan topografi, sumber air baku, distribusi air ke pelanggan dan rendahnya tarif dasar air bersih. Parameter sistem pengelolaan air bersih mempengaruhi kelayakan sarana prasarana air bersih (Pramono, 2002). Geografi dan Topografi

Keadaan geografi wilayah mempengaruhi lokasi, jarak sumber air yang berkaitan dengan distribusi kebutuhan air bagi penduduk. Sumber air baku mempengaruhi penyebaran penduduk, aktifitas wilayah, tata letak penentuan lokasi untuk instalasi, pompa-pompa, tangki-tangki harus sesuai dengan topografi wilayah.

Sumber Air Baku

Sumber air baku menjadi faktor penentu bagi produktivitas air bersih di wilayah tertentu. Jika suatu wilayah tidak mempunyai sumber air baku misalnya tidak dilalui aliran sungai, maka pemerintah daerah harus berupaya memperoleh sumber air dari wilayah lain atau mencari alternatif sumber air baku baru.

Distribusi Air

Distribusi air ke pelanggan dalam hal pemanfataan sarana air bersih bagi penduduk saat ini belum merata. Distribusi air saat ini belum terpenuhi ke semua pelanggan, banyaknya jumlah air hilang akibat kebocoran, banyaknya sambungan liar menghambat proses distribusi sehingga pelanggan tidak dapat menikmati air bersih secara maksimal.

Sarana Prasarana Listrik

Listrik digunakan untuk menunjang aktifitas setiap manusia di dunia. Listrik dihasilkan melalui pembangkit tenaga listrik. Energi yang digunakan untuk membangkitkan listrik diantaranya adalah: air, uap, gas. Lokasi pembangkit listrik disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkitt listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG). Pembangkit listrik berfungsi memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga.

Energi yang menghasilkan listrik didistribusikan dari pusat pembangkit tenaga listrik ke pusat distribusi melalui jaringan ke gardu induk kemudian didistribusikan ke jaringan distribusi primer masuk ke gardu distribusi kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk.

Untuk skala kecil perusahaan listrik menggunakan potensi alam di wilayah tertentu untuk menghasilkan listrik. Negara kita terkenal dengan listrik desa, pusat pembangkit listrik kecil di usahakan melalui swadaya masyarakat dengan memanfaatkan tenaga air atau gas alam. Sistem listrik desa penyebarannya bersifat langsung dari sumber pembangkit langsung ke jaringan distribusi dilanjutkan ke penduduk.

Sistem Distribusi

Sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi (Prihastomo, 2008). Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang pa1ing banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem distribusi adalah mengatasi gangguan. Sistem distribusi terdiri dari jaringan yang diisi dari sebuah Gardu Induk (G1). Jaringan Distribusi terdiri dari

sebuah GI pada umumnya tidak berhubungkan secara listrik dengan jaringan distribusi lain, sehingga masing-masing jaringan distribusi beroperasi secara tepisah. Sistem distribusi terdiri dan Jaringan tegangan Menengah (JTM) dan JaringanTegangan Rendah (JTR). JTM dan JTR beroperasi secara radial. Untuk sistem jaringan baru, jaringan distribusi langsung diisi oleh pusat listrik, karena bebannya relatif rendah sehingga tidak diperlukan sistem transmisi (penyaluran). Jaringan distribusi listrik disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Jaringan distribusi listrik

Jaringan tegangan menengah dan rendah didukung oleh gardu distribusi. Gardu distribusi adalah perangkat pemasok tenaga listrik bagi tegangan menengah dan rendah.

1.

Berdasarkan Keputusan Direksi PT.PLN radius pelayanan gardu adalah jangka pelayanan diantara dua gardu (PLN, 2010) Pertimbangan radius pelayanan atas:\

2.

Batas geografis antar dua gardu.

3.

Kepadatan beban antar dua gardu induk

4.

Jatuh tegangan

Besar penghantar (maksimal aluminium 240m2).

1.

Area pelayanan gardu distribusi terbagi atas:

Gardu distribusi tipe beton untuk daerah padat beban tinggi. Jalur pelayanan antar gardu berjarak 1 km2

2.

terdiri dari 4 gardu beton Gardu distribusi tipe beton padat beban rendah.\

Dokumen terkait