• Tidak ada hasil yang ditemukan

sampah -

Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah

Data sarana prasarana persampahan di tingkat kecamatan dianalisis menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka untuk mengevaluasi ketersediaan sarana prasarana persampahan.

Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan

Dasar penyediaan sarana adalah jumlah penduduk terlayani, radius area layanan terkait dengan kebutuhan pelayanan yang harus dipenuhi.

Identifikasi sebaran sarana prasarana niaga dan dianalisis berdasarkan data sebaran sarana prasarana niaga dan perdagangan per kecamatan dan peta tematik sarana prasarana niaga dan perdagangan. Standar kebutuhan dan pelayanan sarana prasarana niaga dan perdagangan mengacu kepada (SNI-03-1733-2004) disajikan dalam Tabel 6.

Analisis deskriptif digunakan untuk evaluasi ketersediaan sarana prasarana niaga dan perdagangan meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka.

Tabel 6 Standard Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga No Jenis Sarana Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) Kebutuhan per Satuan Sarana Standard (m2 Kriteria /jiwa) Luas Lantai Min. (m2 Luas Lahan Min. (m ) 2 Radius pencapaian ) Lokasi dan Penyelesaian 1. Toko / Warung 250 50 (termasu k gudang) 100 (bila berdiri sendiri) 0,4 300 m Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari sarana lain

2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m Di pusat kegiatan

sub lingkungan. KDB 40% Dapat berbentuk P&D 3. Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum 4. Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor) 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan utama. Termasuk sarana parkir sesuai ketentuan setempat Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah

Analisis Akses Pencapaian

Skenario aksess pencapaian dengan metode analisis perhitungan jarak dan kerapatan jalan menggunakan software ArcGIS 9.3 sebagai alat bantu. Kerapatan jalan diukur dengan menghitung luas wilayah di banding dengan panjang jalan dengan persamaan sebagai berikut:

d

L

R

=

dimana R : Kerapatan Jalan (km) L : Luas Wilayah (km2

Hasil kerapatan jalan menggambarkan akses pencapaian masing-masing sarana prasarana di tiap wilayah. Besaran kerapatan jalan menjadi standar jarak pencapaian menuju sarana prasarana

) d : Panjang Jalan (km)

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis menggunakan kerangka kerja kekuatan (strength) dan meminimalkan kelemahan (weakness) mempergunakan kesempatan eksternal (opportunity) dan memperhatikan ancaman (threats). Instrumen ini merupakan metode sederhana memprediksi hasil terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi (Frieshner, 2010).

Kerangka pemikiran SWOT berbentuk matriks dua kali dua melalui tahapan identifikasi faktor-faktor internal terkait dengan sarana prasarana wilayah yang menjadi kekuatan (S) dan kelemahan (W). Kemungkinan perluasan wilayah pelayanan menjadi salahsatu peluang (O) dan memprediksi ancaman (T) terkait pengembangan sarana dan prasarana wilayah menjadi faktor eksternal. Dalam setiap tahapan diberi penilaian dengan menggunakan matriks SWOT disajikan Tabel 7.

Tabel 7 Matriks SWOT

Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness)

Peluang

(Opportunity) Strategi SO Strategi WO Ancaman (Threat) Strategi ST Strategi WT

Internal Eksternal

Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106’38’-106’47’ Bujur Timur dan 06’13’30” – 06’ 22’30” Lintang Selatan, secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dengan luas wilayah 147.19 km2

Batas wilayah Kota Tangerang Selatan: atau 14.79 Ha.

- Sebelah utara berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang.

- Sebelah timur berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok. - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok. - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

Wilayah Kota Tangerang Selatan dilalui kali Angke Pesanggarahan dan sungai Cisadane sebagai batas administratif kota disebelah barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta di sebelah utara dan selatan memberi peluang sebagai wilayah penyangga dan penghubung antara provinsi DKI Jakarta dengan provinsi Banten dan provinsi Jawa Barat. Topografi

Kota Tangerang Selstan merupakan dataran rendah memiliki topografi relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% dengan ketinggian wilayah diantara 0-25 m dpl. Untuk kemiringan wilayah secara garis besar terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu:\

1. Kemiringan diantara 0-3% meliputi kecamatan Ciputat Timur, kecamatan Pamulang, kecamatan Serpong, kecamatan Serpong Utara.

2. Kemiringan 3-8% meliputi kecamatan Pondok Aren dan kecamatan Setu. Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan penelitian stasiun geografi klas I Tangernag tahun 2009, temperatur (suhu) udara, kelembaban udara, volumen dan intensitas cahaya matahari, curah hujan rata-rata dan kecepatan angin. Temperatur udara berkisar 23.74 – 32.660C dengan temperatur maksimum di bulan September 34.500C dan temperatur minimum di bulan Februari sebesar 22.900C. Rata-rata kelembaban udara 79% dan intensitas matahari sebesar 53.8%. Curah hujan tertinggi bulan

Januari 359 mm dengan rata-rata curah hujan setahub 166.7mm. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun 5.3 km/jam dengan intesitas sinar matahari 35.8 km/jam.

Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, hasil sementara jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan 1.303.569 jiwa dengan jumlah pria 658.701 dan wanita 644.868 jiwa. Sebaran penduduk tertinggi di kecamatan Pondok Aren sebesar 23.56%, kecamatan Pamulang 22.13%, kecamatan Ciputat 15.03% sedangkan kecamatan lainnya dibawah 15%.

Kecamatan Setu dan kecamatan Serpong Utara merupakan 2 (dua) kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit sebesar 64.985 jiwa dan 126.291 jiwa sedangkan kecamatan Pondok Aren memiliki penduduk terbanyaj sebesar 307.154 jiwa.

Kepadatan penduduk rata-rata Kota Tangerang Selatan sebesar 8.146 jiwa per km2, kecamatan Ciputat Timur mempunyai kepadatan tertinggi sebesar 11.165 jiwa per km2 sedangkan kecamatan Setu mempunyai kepadatan terendah sebesar 4.163 jiwa per km2

Tabel 8 Kependudukan Kota Tangerang Selatan

. Gambaran umum kependudukan Kota Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 8.

Sumber: BPS, Kota Tangerang Selatan, 2010

Kepadatan penduduk tinggi di Kota Tangerang Selatan disebabkan peningkatan jumlah dari waktu ke waktu selain peningkatan secara alami dan faktor daya tarik wilayah yang berdampak migrasi penduduk Kota DKI Jakarta. Wilayah Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah limpahan penduduk kota Jakarta.

Kecamatan Jumlah Penduduk

(Jiwa) Luas Wilayah (km2 Kepadatan ) (Jiwa) Setu 64.985 15.61 4.163 Serpong 137.398 24.87 5.525 Pamulang 288.511 27.66 10.431 Ciputat 195.900 18.54 10.566 Ciputat Timur 183.330 16.42 11.165 Pondok Aren 307.154 28.83 10.654 Serpong Utara 126.291 18.85 6.700 Jumlah 1.303.569 147.19 8.146

Penggunaan Lahan

Informasi penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan dihasilkan dari intepretasi citra penutupan lahan. Data diklasifikasi berdasarkan kelas penggunaan lahan kemudian diverifikasi survey lapang. Data citra diperoleh dari citra satelit Geo Eye tahun 2010, peta penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan di sajikan Gambar 8.

Gambar 8 Peta Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan 2010

Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan terbesar untuk perumahan sebesar 9.941 Ha atau 67.54%, kebun campuran/sawah sebesar 2.794 Ha atau 18.99% dan tanah terbuka sebesar 0.89 Ha atau sebesar 5.5%. Penggunaan lahan lain dibawah 5% kawasan industri, pasir/galian serta situ/danau.

Gambaran Struktur Ruang Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah otonom pemekaran dari wilayah Kabupaten Tangerang. Dalam konteks Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), kebijakan makro untuk wilayah Kota Tangerang Selatan masih mengacu pada wilayah induknya yaitu Kabupaten Tangerang.

Arahan pengembangan Kota Tangerang Selatan dalam PP No. 26 Tahun 2008, yaitu : Kota Tangerang Selatan merupakan bagian dari kawasan perkotaan pendukung bagi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) metropolitan Jabodetabek, dan termasuk dalam program tahapan pengembangan I (prioritas), yaitu Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional.

Adapun arahan fungsi kotanya sebagai PKN adalah jenis pelayanan berupa jasa pemerintahan, keuangan, perdagangan dan industri dengan strategi pengembangan berupa :

 Mempertahankan fungsi Jabodetabek sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah Internasional.

 Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Jakarta sebagai kota inti dan kota-kota Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sebagai kota satelit.

 Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Tangerang dan Bekasi sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan permukiman, serta Bogor, Depok dan selatan Jakarta sebagai pusat permukiman, pendidikan, dan kegiatan pariwisata serta kegiatan perkotaan lainnya yang terkendali.

 Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif tidak terkendali (Urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau dengan membatasi fisik kota inti dan kota satelit disekitarnya.

 Memantapkan peran dan fungsi permukiman baru skala besar seperti Bumi Serpong Damai, Karawaci, Cikarang, dan Bintaro sebagai kantong-kantong permukiman yang mendukung ekonomi Jakarta melalui pengembangan prasarana transportasi yang terpadu.

 Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Jakarta dengan kota-kota satelitnya melalui penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas pelayanan transportasi di sepanjang koridor Jakarta- Tangerang, Jakarta-Bekasi, Jakarta- Bogor, Jakarta – Depok.

 Menyiapkan rencana strategis sarana prasarana wilayah untuk keterpaduan program antar kota inti dan kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Jakarta.

 Mengembangkan sistem transportasi massal yang sinergis dengan pusat-pusat permukiman dan pengembangan kegiatan usaha.

 Meningkatkan spesialisasi pelayanan jasa keuangan, teknologi sistem informasi, pendidikan, pengangkutan, dan kebudayaan.

 Meningkatkan kapasitas pengendalian banjir melalui pengembangan sistem drainase regional.

 Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih) yang memenuhi standar Internasional.

 Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar

 Memantapkan aksesibilitas Metropolitan Jabotabek ke kota-kota PKN lainnya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transporatsi darat dan udara, pemantapan outer ringroad

Standar Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air domestik atau rumah tangga meliputi minum, mandi, cuci dan memasak. Kegiatan rumah tangga diatas menjadi menjadi kebutuhan sehari- hari sehingga dapat dihitung jumlah air bersih yang diperlukan. Kebutuhan air tersebut dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan standar air yang diperlukan dalam satu hari. Standar kebutuhan air disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Standard Kriteria Kebutuhan Air

No. Kategori Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Pemakaian Air

(Ltr/org/hari) 1. Metropolitan > 1.000.000 150-200 2. Kota Besar 500.000 – 1.000.000 120-150 3. Kota Sedang 100.000 – 500.000 100-120 4. Kota Kecil 20.000 – 100.000 90-110 5. Kecamatan 3.000 – 20.000 60-100

Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU Non Domestik

Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air diluar rumah tangga, diantaranya industri, sarana prasarana (kantor pemerintah daerah, puskesmas, rumah sakit) dan cadangan air. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU besaran kebutuhan air non domestik sekitar 20% dari jumlah air domestik dan cadangan air sebesar 10% disesuaikan dengan luas wilayahnya.

Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan data Instalasi Pengolahan Air Serpong (IPA) tahun 2010, Kota Tangerang Selatan memperoleh sumber air dari Kabupaten Tangerang melalui PDAM Tirta Kerta Raharja . Sumber air baku Kabupaten Tangerang diperoleh dari Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian kemudian diolah di Instalasi Pengolahan Air minum. Instalasi air berfungsi mengolah air dari sumbernya sehingga di hasilkan air bersih sesuai standar pemakaian. Instalasi air Kota Tangerang Selatan di wakili IPA Serpong. Produksi air PDAM Tirta Kerta Raharja sebesar 5040 liter/detik, hasil pengolahan air didistribusikan ke DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Bandara Soekarno Hatta dan Perumahan Lippo Karawaci. Instalasi Pengolahan Air Serpong (IPA). IPA

Serpong mempunyai kapasitas produksi sebesar 3000 liter/detik, sebanyak 2800 liter/detik distribusi langsung ke wilayah DKI Jakarta, sisa produksi sebesar 200 liter/detik di distribusi ke wilayah Tangerang Selatan. Wilayah distribusi IPA Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Wilayah Distribusi IPA Tangerang Selatan

Sumber Air Wilayah Pelayanan Pengelola

IPA Serpong Kecamatan Serpong PDAM Tirta Kerta Raharja Perumahan Alam Sutera

Perumahan Bintaro Jaya sektor 9

Water Treatment Plant Perumahan Bumi Serpong Damai

Pengembang Perumahan

Sumber: IPA Serpong, 2011

Tabel 10 memperlihatkan sumber air dikelola oleh IPA Serpong dan pihak swasta yang diwakili pengembang Perumahan Bumi Serpong Damai (BSD). Perumahan Bumi Serpong Damai mempunyai pusat pengelolaan air yang dikelola mandiri oleh pihak pengembang dan mengelola air curah dari IPA Serpong. Beberapa pusat pengelolaan air bersih BSD diantaranya berlokasi di Menara Air PUSPITEK kecamatan Setu bagian selatan wilayah Tangerang Selatan dan 5 titik lain tersebar di pusat-pusat perumahan penduduk. Titik-titik sebaran air disajikan Gambar 9.

Sebaran pengolahan air digambarkan dengan warna kuning, 5 titik berlokasi di kecamatan Serpong, 1 titik di kecamatan Serpong Utara dan 1 titik di kecamatan Setu. Pengelola titik air di kecamatan Serpong terdiri dari: 1 titik dikelola PDAM, 4 titik lainnya dikelola pengembang perumahan BSD. Sebaran titik air di kecamatan Serpong dan Setu dikelola pengembang perumahan BSD.

IPA Serpong melayani wilayah kecamatan Serpong, perumahan Alam Sutera dan perumahan Bintaro Jaya sektor 9 digambarkan dengan warna biru tua. Pengembang BSD khusus melayani kebutuhan internal perumahannya (warna biru tua). Wilayah pelayanan air bersih bersumber dari pengelolaan air digambarkan dengan warna biru tua pada Gambar 9.

Wilayah kecamatan Pamulang, Setu, Pondok Aren, Ciputat dan Ciputat Timur memperoleh air bersih dengan memanfaatkan air tanah disajikan dengan warna biru muda pada Gambar 9

Gambar 9 Peta Sebaran Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan

. Pemanfaatan ait tanah sebagai sumber air bersih sebesar 80%. Air tanah diperoleh dengan menggali sumur dengan kedalaman tertentu. Air tanah dikelola secara bersama didalam perumahan atau mandiri per rumah tangga. Penduduk memperoleh air bersih melalui sumur pompa dengan kedalaman 10-15 meter. Pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan melalui penggalian air tanah melalui pompa tangan dan pompa mesin berdasarkan laporan Fakta Analisa RTRW Kota Tangerang Selatan (BAPPEDA, 2010).

Sebaran sarana prasarana air kota Tangerang Selatan per kecamatan di sajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran Pelayanan Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan tahun 2010

Kecamatan Sumber Pengolahan Air

(titik) Status Pelayanan

Setu 1 Tidak Terlayani

Serpong 5 Terlayani

Pamulang 0 Tidak Terlayani

Ciputat 0 Tidak Terlayani

Ciputat Timur 0 Tidak Terlayani

Pondok Aren 0 Tidak Terlayani

Serpong Utara 1 Tidak Terlayani

Tabel 11 menunjukkan di kecamatan Setu terdapat 1 titik lokasi sumber pengolahan air bersih tetapi sumber air tersebut tidak melayani wilayah Setu. Hasil pengolahan air didistribusikan ke wilayah kecamatan Serpong. Sumber pengolahaan air dikelola pihak swasta untuk konsumsi perumahan Bumi Serpong Damai.

Di Kecamatan Serpong ada 5 titik lokasi sumber pengolahan air bersih, hasil pengolahan air digunakan untuk melayani seluruh wilayah kecamatan Serpong.

Kecamatan Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren tidak mempunyai sumber pengolahan air bersih dan wilayah-wilayah ini tidak terlayani.

Kecamatan Serpong Utara terdapat 1 lokasi sumber pengolahan air bersih. Hasil pengolahan air didistribusikan ke wilayah kecamatan Serpong untuk konsumsi perumahan Bumi Serpong Damai.

Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Air Bersih Kota Tangerang Selatan Kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan berkisar 120-150 liter/hari/jiwa disesuaikan dengan standar kriteria kebutuhan air Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU. Analisis kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan tahun 2010 di sajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Kebutuhan Air Bersih Kota Tangerang Selatan tahun 2010

Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Air/hari (120l/hari)

Setu 64.985 7.798.200 Serpong 137.398 16.487.760 Pamulang 288.511 34.621.320 Ciputat 195.900 23.508.000 Ciputat Timur 183.330 21.999.600 Pondok Aren 307.154 36.858.480 Serpong Utara 126.291 15.154.920 Total Domestik 1.303.569 156.428.280 Non domestik (20%) 260.714 31.285.656 Cadangan (10%) 130.357 15.642.828 Total 1.694.640 203.356.764

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Tabel 12 menunjukkan bahwa total kebutuhan air Kota Tangerang Selatan 2010 sebesar 203.356.764 liter/hari, terbagi atas kebutuhan air bersih untuk kegiatan rumah tangga (domestik) sebesar 156.428.280 liter/hari dan kebutuhan non domestik sarana prasarana umum diantaranya :pasar, rumah sakit, pompa umum sebesar 31.285.656 liter/hari.

Untuk mengetahui besarnya ketersediaan sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan maka diperlukan perhitungan produksi air IPA Serpong disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13 Produksi Air Kota Tangerang Selatan 2010

Indikator Satuan Jumlah

Produksi Air liter/detik 200

Total Produksi Air/hari 24 jam/hari 17.280.000

Kehilangan air 10%/hari 1.728.000

Jumlah produksi air liter/hari 15.552.000

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Produksi IPA Serpong sebesar 15.552.000 liter/hari menunjukkan bahwa sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan belum memenuhi kebutuhan air bersih penduduknya. Kebutuhan sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan per kecamatan berdasarkan Tabel 11, kecamatan Setu membutuhkan 7.798.200 liter/hari. Kebutuhan air bersih kecamatan Setu 50% dari total produksi air IPA Serpong, dari ketersediaan produksi air dapat terpenuhi untuk wilayah Setu. Kecamatan Serpong membutuhkan 16.487.760 liter/hari sedangkan ketersediaan air IPA Serpong sebesar 15.552.000 liter/hari, jumlah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air kecamatan Serpong.

Kebutuhan air kecamatan Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren secara total berkisar diantara 20.000.000-36.000.000 liter/hari, tidak dapat dipenuhi dari ketersediaan air hasil pengolahan IPA Serpong. Kebutuhan air kecamatan Serpong Utara sebesar 15.154.920 liter/hari, memerlukan seluruh ketersediaan air kota Tangerang Selatan.

Hasil ketersediaan air PDAM Kota Tangerang Selatan tidak dapat memenuhi kebutuhan air wilayahnya. Kekurangan kebutuhan air menjadi permasalahan utama di wilayah Kota Tangerang Selatan. Produksi IPA Serpong tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kota Tangerang saat ini.

Pemanfaatan air tanah melalui pompa menjadi alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Kekurangan ketersediaan air bersih dipenuhi melalui air tanah.

Akses Pencapaian Sarana Prasarana Air

Wilayah pelayanan air bersih Kota Tangerang Selatan masuk dalam zona layanan PDAM kabupaten Tangerang. Produksi air IPA Serpong didistribusikan ke:

1. Langsung melalui pipa ke wilayah DKI Jakarta. 2. Wilayah layanan kecamatan Serpong.

3. Wilayah layanan perumahan Bintaro Jaya sektor 9

4. Pelayanan kerjasama bentuk air curah (dikelola mandiri) oleh Perumahan Alam Sutera di kecamatan Serpong Utara.

Sebaran sumber pengolahan air yang dikelola pengembang BSD sebanyak 6 titik didistribusikan khusus untuk penghuni BSD. Hasil pengolahan air Kota Tangerang Selatan didistribusikan langsung melalui pemipaan terkait dengan jaringan jalan. Air bersih dari sumber pengolahan air di kecamatan Setu, Serpong dan Serpong utara disebarkan melalui jalan kolektor sekunder ke jalan lingkungan perumahan kemudian ke pipa kran meter ke masing-masing rumah pelanggan.

Wilayah kecamatan Pamulang, Setu, Pondok Aren , Ciputat , Ciputat Timur dan Serpong Utara yang berada diluar wilayah pelayanan IPA Serpong tidak dapat mengakses fasilitas air bersih. Walaupun lokasi sumber pengolahan air berada di wilayah kecamatan Setu dan Serpong Utara tetapi wilayah pelayanannya tidak diperuntukkan untuk didalam wilayah. Jaringan distribusi air di 6 kecamatan tersebut diatas belum terpenuhi.

Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Sumber Pembangkit Listrik

Listrik digunakan untuk menunjang dan memudahkan kegiatan manusia sehari-hari. Energi diperlukan untuk menghasilkan listrik, beberapa energi penghasil listrik diantaranya: air, diesel, uap, gas dan nuklir. Wilayah penghasil listrik disebut pusat listrik dengan energi sebagai pembangkit. Pembangkit adalah bagian yang memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik. Kota Tangerang Selatan memperoleh listrik dari Perushaan Listrik Negara (PLN) unit Jakarta Raya dan Tangerang. Khusus untuk wilayah Tangerang Selatan ada 3 kantor PLN di kecamatan Serpong, Pamulang dan Ciputat.

Sistem Distribusi

Jaringan distribusi dan jumlah daya terpasang menjadi hal utama dalam pemenuhan energi listrik. Daya listrik yang diproduksi oleh pusat pembangkit tenaga listrik disalurkan ke gardu induk melalui jaringan transmisi selanjutnya diteruskan ke gardu-gardu distribusi kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk.

Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Sebaran gardu distribusi di kota Tangerang Selatan terdiri dari 71 titik disajikan Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan

Keterangan Serpong Serpong

Utara Pamulang Ciputat

Ciputat Timur

Pondok

Aren Setu Jumlah

Gardu Listrik 14 4 20 10 11 8 4 71

Kantor PLN 1 1 1 3

Sambungan Listrik 18.508 15.165 7.604 8.375 8.944 47.070 9686 195.352

Sumber: BAPPEDA Tangerang Selatan, 2009

Tabel 14 menunjukan bahwa kantor pelayanan PLN berada di 3 kecamatan yaitu: Serpong, Pamulang dan Ciputat melayani 195.352 sambungan listrik. Pasokan daya listrik di sebarkan melalui gardu-gardu listrik, gardu listrik berfungsi menyebarkan daya listrik ke pelanggan (rumah tangga). Sebaran titik gardu listrik disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 menggambarkan jumlah sebaran gardu listrik per kecamatan dan kepadatan masing-masing wilayah. Kecamatan Setu mempunyai 4 titik gardu dengan kepadatan penduduk 4.163 jiwa/km2 warna coklat muda, 4 gardu di kecamatan Serpong Utara warna abu-abu muda dengan kepadatan penduduk 6.700 jiwa/km2, 14 gardu di kecamatan Serpong warna kuning muda kepadatan penduduknya sebesar 5.525 jiwa/km2. Ketiga wilayah tersebut mempunyai kepadatan penduduk rendah. Wilayah dengan jumlah penduduk dan kepadatan tinggi terletak di kecamatan Pamulang warna oranye dengan kepadatan 10.431 jiwa/km2 dan 20 gardu, kecamatan Ciputat warna krem dengan kepadatan penduduk 10.566 jiwa/km2 jumlah gardu 10, kecamatan Pondok Aren warna coklat muda dengan kepadatan penduduk 10.654 jiwa/km2 jumlah gardu 8 dan

Gambar 10 Peta Sebaran Gardu Listrik Kota Tangerang Selatan 2010

Ciputat Timur warna abu-abu tua dengan kepadatan penduduk 11.165 jiwa/km2 jumlah gardu 11.

Sebaran gardu listrik Kota Tangerang Selatan merata, setiap wilayah kecamatan mempunyai gardu listrik yang melayani wilayahnya.

Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Evaluasi ketersediaan sarana prasarana listrik dianalisis berdasarkan jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah pelayanan. Besaran daya dalam wilayah layanan dipengaruhi jumlah dan kepadatan rumah tangga (KK) wilayah tersebut. Pasokan daya yang dibutuhkan disebar melalui jaringan transmisi (gardu listrik). Parameter ketersediaan sarana prasarana listrik disajikan dalam Tabel 15.

Tabel 15 Kriteria KetersediaanSarana Prasarana Listrik

Keterangan Ketersediaan

Kebutuhan Daya Listrik Daya Terpasang

Jaringan Distribusi Listrik Sebaran Gardu

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui kebutuhan listrik Kota Tangerang Selatan per Kepala Keluarga (rumah tangga) dan jumlah sebaran yang diperlukan.

Kebutuhan daya listrik mempengaruhi daya terpasang, jaringan distribusi mempengaruhi jumlah/sebaran gardu listrik.

Tabel 16 Jumlah Sarana Prasarana Listrik Tangerang Selatan

Kecamatan Jumlah Penduduk

(jiwa) Kebutuhan Listrik (Watt) Kapasitas Gardu Beton Kebutuhan Gardu Jumlah Gardu Terpasang Setu 58.422 12.852.840 2 x 630 kVA 10 4 Serpong 113.430 24.954.600 20 14 Pamulang 252.474 55.544.280 44 20 Ciputat 189.871 41.771.620 33 10 Ciputat Timur 188.317 41.429.740 33 11 Pondok Aren 249.472 54.883.840 44 8 Serpong Utara 87.484 19.246.480 15 4 1.139.470 250.683.400 199 71

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Tabel 16 menunjukkan kebutuhan listrik Kota Tangerang Selatan tahun 2009 sebesar 250.683.400 watt, pasokan daya listrik kemudian didistribusikan

Dokumen terkait