• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Determinan Kematian BBLR

2.3.3 Faktor Klinis

a). Cara persalinan

Data SKRT 2001 menunjukkan bahwa persentase tertinggi kematian neonatal terjadi pada kelahiran normal (partus spontan) yaitu sebesar 88,9%, sedangkan pada persalinan pervaginam dengan tindakan sebesar 2,9% dan pada operasi caesar sebesar 8,1% (Djaja, Sumantri, 2003). Sementara hasil sebuah penelitian tentang faktor resiko kematian BBLSR menemukan bahwa cara persalinan tidak berhubungan dengan kematian BBLSR setelah dilakukan adjusted dengan faktor-faktor lain (Cetinkaya dkk, 2014). Hasil serupa ditemukan penelitian lainnya bahwa tidak ada perbedaan bermakna kematian BBLSR pada persalinan pervaginam dibandingkan persalinan dengan cara sectio caesarea (Malek-Mellouli, 2013). Berbeda halnya dengan beberapa hasil penelitian lain bahwa cara persalinan merupakan faktor resiko kematian perinatal (Ekure dkk, 2002), cara persalinan sectio caesarea merupakan faktor yang berhubungan dengan survival BBLR (Lee & Gould 2006). Penelitian lain menemukan bahwa angka lahir mati dan kematian neonatal BBLR yang lahir dengan cara sectio caesarea sebesar 0,5% dan 1,0%, lebih rendah daripada yang lahir dengan cara pervaginam (Chen dkk, 2013).

b) Gravida, umur kehamilan, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban dan keadaan air ketuban

Beberapa penelitian meneliti faktor ibu sebagai faktor risiko kematian

BBLR antara lain umur ibu (Prastiti, 2003), gravida (Basu dkk, 2008), umur

19

kehamilan (Gupta dkk, 2014; Afjeh dkk, 2013; Nayeri dkk, 2013; Basu dkk, 2008), paritas (Gupta dkk, 2014), riwayat ANC/USG (Prastiti,2003), antepartum bleeding (APB)/riwayat perdarahan (Basu dkk, 2008), preterm rupture of membrane (PRM)/riwayat keluar air ketuban dan warna air ketuban (Afjeh dkk, 2013).

2. Klinis bayi a) Maturitas bayi

Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Maturitas bayi selain ditentukan berdasarkan klinis bayi juga ditentukan dengan melihat umur kehamilan. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik (JNPK-KR, 2008a).

Sebuah penelitian yang meneliti tentang outcome BBLSR di Iranian Center

menemukan bahwa faktor umur kehamilan berhubungan bermakna dengan

kelangsungan hidup BBLSR (30,5 ± 2,2 vs 27,5 ± 2 minggu, p <0,001). Kematian

BBLSR preterm (umur kehamilan <37 minggu) ditemukan berbeda-beda pada

beberapa kategori kelompok umur bila dibandingkan dengan kematian BBLSR at

term (umur kehamilan ≥37 minggu). Kematian BBLSR pada umur kehamilan ≤28

minggu, 29-32 minggu dan 33-36 minggu didapatkan sebesar 6,89 kali

(95%CI=0,43-0,56), 0.56 kali (95%CI=0,76-62,83), dan 0.13 kali

(95%CI=0,06-5,15) bila dibandingkan dengan kematian BBLSR pada umur kehamilan ≥37

minggu (Afjeh dkk, 2013).

20

b) Berat lahir

Semakin muda umur kehamilan dan semakin lama terjadinya gangguan pertumbuhan dalam kandungan menyebabkan semakin besar kemungkin bayi lahir dengan berat badan yang lebih rendah dan semakin kecil kemampuannya dalam kelangsungan hidup masa neonatal (JNPK-KR, 2008a). Penelitian tentang survival rate BBLR dan BBLSR di masyarakat Iran menemukan bahwa berat lahir berhubungan bermakna dengan kematian BBLR. Odds ratio kematian neonatal dengan berat lahir <1500 gram sebesar 4.1 kali (95%CI=1,2-13,9) dibandingkan dengan neonatal dengan berat lahir 1500-2500 gram (Vazirineja dkk, 2012). Penelitian tentang outcome BBLSR dari laporan selama lebih dari 3 tahun di Iranian Center menemukan bahwa rata-rata berat lahir BBLSR yang bertahan hidup lebih tinggi secara bermakna daripada BBLSR yang meninggal (1275±189 vs. 944±253 gram (Afjeh dkk, 2013).

c) Asfiksia

Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan untuk bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir. Selain dapat menyebabkan kematian,

asfiksia juga dapat mengakibatkan kecacatan. Menurut SKRT 2001, asfiksia

merupakan penyebab kematian neonatal yang paling tinggi dimana 27% kematian

neonatal disebabkan oleh asfiksia dan angka kematian sekitar 41,94% di RS pusat

rujukan propinsi. Penelitian di Sagamu, Nigeria menemukan bahwa kematian bayi

dengan berat lahir <1.5 kg berhubungan dengan kejadian asfiksia (Ogunlesi,

2011). Penelitian di rumah sakit Sardjito, Yogyakarta menemukan bahwa

kematian BBL 1000-2500 gram dengan asfiksia lebih tinggi dari bayi tanpa

21

asfiksia tapi secara statistik tidak bermakna (OR 2,59; 95%CI 0,821-5,067) (Wardani dkk, 2009).

d) RDS (respiratory distress syndrome)

RDS juga disebut hyaline membrane disease (HMD) merupakan penyakit pernapasan yang terutama mempengaruhi bayi kurang bulan. Keadaan ini terjadi pada sekitar seperempat bayi yang lahir pada umur kehamilan 32 minggu dan insidennya meningkat sejalan dengan memendeknya periode kehamilan (JNPK-KR, 2008a). RDS merupakan faktor utama penyebab kematian BBLSR yang ditemukan pada penelitian di Iranian center (OR=8,17; 95%CI=4,29-15,56).

e) Sepsis

Sepsis masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian neonatus.

Sepsis neonatorum sangat berbahaya dan bayi yang tetap hidup bisa mengalami cacat neurologis yang signifikan dan salah satu faktor risiko sepsis adalah kelahiran kurang bulan (JNPK-KR, 2008b). Sepsis merupakan faktor resiko kematian BBLR (OR=5,05; 95%CI=2,43-11,19) yang ditemukan pada penelitian Wardani dkk (2009).

f) Hipoglikemi

Hipoglikemi bayi biasanya didefinisikan sebagai nilai glukosa serum ≤45

mg/dl. Hipoglikemi yang tidak ditangani dapat mengakibatkan kerusakan syaraf

permanen atau kematian (JNPK-KR, 2008b). Hipoglikemi merupakan faktor

risiko kematian BBLR (OR=3,36; 95%CI=1,70-6,71) pada penelitian Wardani

dkk (2009) .

22

g) Hipotermi

Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5

0

C pada pengukuran suhu melalui ketiak. Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (JNPK-KR, 2008a). Hipotermi merupakan salah satu faktor risiko kematian BBLR pada penelitian sebelumnya (Basu dkk, 2008).

h) Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah naiknya kadar bilirubin serum dengan gejala yang paling mudah diidentifikasi adalah ikterus dimana kulit dan selaput lendir berwarna kuning yang nampak nyata pada neonatus bila bilirubin total ≥5 mg/dl (JNPK-KR, 2008b). Penelitian sebelumnya tentang faktor risiko kematian BBLR telah meneliti hiperbilirubinemia sebagai salah satu faktor yang diteliti, namun tidak berhubungan bermakna dengan kematian BBLR (Basu dkk, 2008).

i) Masalah minum (Feeding problem)

Komplikasi yang sering terjadi pada BBLR yaitu hipotermi, hipoglikemi,

ikterus, infeksi atau curiga sepsis, sindrom aspirasi mekonium dan masalah

minum (JNPK-KR, 2008a). Masalah minum yaitu bayi tidak dapat atau tidak mau

minum. Waktu timbulnya yaitu sejak lahir. Masalah minum sering terjadi pada

bayi baru lahir, pada bayi sakit berat dan bayi berat lahir rendah. Masalah minum

perlu mendapat perhatian khusus untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit

dan kematian.

23

j) Pemberian antibiotika

Pemberian antibiotika diperlukan pada BBLR karena memiliki risiko tinggi terhadap infeksi. Pseudomonas selalu muncul di unit perawatan neonatologi dan dihubungkan dengan tingginya angka kematian pada neonatus di unit perawatan intensif. Reservoir potensial untuk pseudomonas meliputi alat-alat resusitasi, inkubator, susu formula, pompa payudara, bayi dengan perawatan lama, dan tangan petugas kesehatan (Johanes dkk, 2007). Pada sebuah studi kasus yang dilakukan di Lampung menyimpulkan bahwa pemberian antibiotika diperlukan pada BBLR (Adhein dan Rahmanoe, 2014). Penelitian prosfektif tentang epidemi infeksi pada BBLR menemukan bahwa insiden infeksi sebesar 43,1% dan penggunaan antibiotika secara rasional sangat diperlukan (Helwich dkk, 2009).

Sementara penelitian di RS Sardjito menemukan bahwa pemberian antibiotika profilaksis dalam menegah sepsis neonatorum klinis dini pada bayi baru lahir dengan potensial infeksi, salah satunya BBLR, sama efektif dengan tanpa peberian antibiotika profilaksis (Darawati, 2001).

k) Panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, Apgar score

Faktor lainnya yang diteliti pada penelitian sebelumnya antara lain panjang badan lahir (Basu dkk, 2008), lingkar kepala (Basu dkk, 2008), lingkar dada (Basu dkk, 2008), apgar score (Afjeh dkk, 2013; Nayeri dkk, 2013; Basu dkk, 2008).

l) Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium juga telah diteliti pada penelitian tentang

faktor risiko kematian BBLR sebelumnya antara lain whole bood cell (WBC),

hemoglobin, hematokrit, trombosit, gula darah, bilirubin. (Basu dkk, 2008).

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kematian BBLR dipengaruhi oleh berbagai faktor atau determinan. Dalam penelitian ini determinan kematian BBLR dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor demografi, faktor pelayanan kesehatan dan faktor klinis.

Pengaruh jenis kelamin terhadap kematian BBLR terkait dengan ketahanan BBLR yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tempat tinggal terkait dengan akses pelayanan kesehatan, dimana daerah sulit terhadap akses pelayanan kesehatan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas antenatal care (ANC) yang akan mempengaruhi keluaran bayi termasuk kematian. Jenis pembayaran terkait dengan faktor ekonomi, dimana masyarakat yang tergolong keluarga kurang mampu secara ekonomi berhak mendapatkan fasilitas pembayaran jamkesmas/

jampersal dan JKBM dengan kelas rawat inap di kelas tiga. Keadaan ekonomi berhubungan dengan kemampuan ibu dalam merawat bayi dan pemenuhan asupan nutrisi bayi sehingga akan mempengaruhi daya tahan termasuk kematian.

Periode MRS terkait dengan perkembangan fasiltas pelayanan. BBLR yang MRS setelah adanya pengembangan PONEK diharapkan mendapat perawatan dengan sumber daya yang lebih baik sehingga akan mempengaruhi output BBLR termasuk kematian. Status rujukan dalam mempengaruhi kematian BBLR terkait adanya kondisi bayi yang memang lebih berisiko sehingga dirujuk ke rumah sakit disertai dengan adanya paparan selama periode merujuk.

24

Cara persalinan seksio pada bayi BBLR lebih banyak dilakukan karena pertimbangan kegawatan ibu dan/atau janin. Kegawatan ibu/janin merupakan kondisi yang lebih buruk sehingga mempengaruhi kondisi medis dan risiko kematian yang lebih tinggi pada BBLR yang lahir dengan cara seksio. Demikian juga kondisi klinis ibu lainnya, dimana riwayat kehamilan ibu yang lebih buruk akan mempengaruhi bayi yang dilahirkan sehingga mempengruhi juga risiko kematian.

Maturitas bayi terkait dengan umur kehamilan dan pemeriksaan klinis bayi baru lahir dimana bayi lahir kurang bulan (preterm) mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga meningkatkan risiko kematian. Bayi yang lahir dengan berat lahir, panjang badan, lingkar lengan dan lingkar dada yang lebih kecil adalah bayi yang mengalami gangguan pertumbuhan selama dalam kandungan yang juga akan menurunkan daya tahan bayi serta meningkatkan risiko kematian. BBLR dengan asfiksia dan RDS adalah BBLR dengan kondisi medis yang lebih buruk sehingga meningkatkan risiko kematian. Bayi yang mengalami masalah pemberian minum akan menurunkan asupan nutrisi sehingga meningkatkan risiko kematian.

Pemberian antibiotika pada BBLR yang merupakan bayi dengan potensial

terinfeksi dapat mencegah dan mengobati kejadian infeksi neonatorum sehingga

dapat menurunkan risiko kematian. Apgar score yang lebih rendah dan hasil

laboratorium yang lebih buruk sebagai tanda bayi dengan kondisi klinis lebih

buruk sehingga mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi.

26

3.1 Konsep Penelitian

Keterangan : BBL=berat badan lahir, PB=panjang badan, LK/LD=lingkar kepala/lingkar dada, WBC=white blood cell

Gambar 3. 1 Konsep Penelitian Determinan Kematian BBLR Selama Rawat Inap di RSUD Karangasem Tahun 2012-2014

FAKTOR DEMOGRAFI:

Tempat tinggal, jenis kelamin bayi, umur ibu

FAKTOR KLINIS :

• Faktor klinis ibu :

Cara persalinan, umur kehamilan, gravid, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat KPD, keadaan air ketuban

• Faktor klinis bayi :

Maturitas bayi, asfiksia, RDS, sepsis, hipoglikemi, hipotermi, hiperbilirubinemia, masalah minum, pemberian antibiotika, BBL, PB, LK/LD, apgar score

• Laboratorium :

WBC, hemoglobin, hematokrit,

KEMATIAN BBLR SELAMA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT FAKTOR PELAYANAN

KESEHATAN :

Periode MRS , status rujukan

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Faktor demografi (tempat tinggal, umur ibu dan jenis kelamin bayi) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

2. Faktor pelayanan kesehatan (periode MRS dan rujukan) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

3. Faktor klinis (klinis ibu yaitu cara persalinan, gravida, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, warna air ketuban dan klinis bayi yaitu maturitas bayi, berat lahir, asfiksia, RDS, masalah pemberian minum, pemberian antibiotika dan hasil laboratorium) sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012-2014.

4. Faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis sebagai determinan kematian

pada kelompok BBLSR dan kelompok BBLR preterm berat lahir 1000-<2000

gram selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan analisis data kohort BBLR yang dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012-2014. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari rekam medik BBLR.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Karangasem, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Maret 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah BBLR yang rawat inap di RSUD Karangasem dan populasi terjangkaunya adalah BBLR yang rawat inap di RSUD Karangasem pada tahun 2012 sampai dengan bulan Oktober 2014. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu BBLR yang lahir antara tanggal 1 Januari 2012 sampai 31 Oktober 2014 dan rekam medik ditemukan. Sedangkan kriteria ekslusinya adalah BBL <500 gram, BBLR dengan kelainan kongenital dan BBLR

28

29

yang sempat rawat inap di RSUD Karangasem kemudian dirujuk ke rumah sakit lain. BBBL <500 gram menjadi kriteria eksklusi oleh karena dalam register BBLR ruang perinatologi RSUD Karangasem ditemukan BBLR dengan berat lahir <500 gram. Beberapa sumber menyebutkan bahwa BBL<500 gram dan umur kehamilan<20 minggu termasuk dalam kriteria abortus (Manuaba, 2007;

Sarwono, 2008; Handono, 2009).

4.3.2 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan total sampling, dimana penulis akan menggunakan semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Periode waktu tahun 2012 sampai 2014 dipilih berdasarkan atas dasar data jumlah BBLR yang dirawat dan kematian BBLR yang didapat dari register BBLR di RSUD Karangasem.

Dalam periode waktu tersebut terdapat 814 BBLR yang dirawat dan 104 (12,77%) kematian. Jumlah tersebut dianggap cukup untuk dilakukan analisis multivariat dengan tujuan melihat pengaruh variabel bebas dan mempertimbangkan banyaknya variabel yang diteliti serta kemungkinan akan terdapat beberapa data missing pada beberapa variabel.

4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Jenis variabel

Variabel bebas antara lain tempat tinggal, jenis kelamin bayi, periode MRS,

cara persalinan, status rujukan, maturitas bayi, berat lahir, asfiksis, RDS, masalah

minum, pemberian antibiotika, umur ibu, gravida, umur kehamilan, paritas,

riwayat ANC (USG), riwayat perdarahan/antepartum bleeding (APB), riwayat

30

keluar air ketuban/preterm rupture of membrane (PRM), panjang lahir, lingkar kepala, lingkar dada, apgar score, whole bood cell (WBC), hemoglobin, hematokrit, trombosit, gula darah dan bilirubin. Sedangkan variabel tergantungnya adalah kematian BBLR.

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

Disajikan dalam bentuk tabel (tabel 4.1). Variabel tahun lahir dan lama

rawat disajikan hanya dalam bentuk data deskriptif. Variabel bebas

dikelompokkan menjadi 3 katagori yaitu faktor demografi (tempat tinggal, jenis

kelamin bayi dan umur ibu), faktor pelayanan kesehatan (periode MRS dan status

rujukan) dan faktor klinis (cara persalinan, gravida, parita, umur kehamilan,

riwayat ANC/USG riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, maturitas bayi,

berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala, lingkar dada, apgar score menit 1, apgar

score menit 5, asfiksia, RDS, masalah minum, pemberian antibiotika dan hasil

laboratorium meliputi WBC, hemoglobin, hematokrit, trombosit, gula darah,

bilirubin direk dan bilirubin total). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah

kematian BBLR. Beberapa variabel kategorikal dibuat dengan melakukan recode

dari data numerik yang sudah ada seperti kategori umur ibu, gravida dan paritas.

31 Tabel 4.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala ukur Skala Analisis

Data deskriptif

Tahun lahir Tahun kelahiran BBLR ditentukan

berdasarkan data tanggal lahir (kolom P-05 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal

(Tahun lahir : 2012, 2013 2014)

Nominal 0= 2014 1= 2013 2= 2012

Kelompok BBLR

Kelompok BBLR menurut WHO, ditentukan berdasarkan berat lahir (kolom P33), dibagi dala tiga kelompok : BBLR (bayi berat lahir rendah), BBLSR (bayi berat lahir sangat rendah), BBLASR (bayi berat lahir amat sangat rendah)

Tabel ekstraksi data

Interval

(berat lahir dalam gram)

Nominal

0= BBLR, bila berat lahir

<2500 gram

1= BBLSR, bila berat lahir <1500 gram 2= BBLASR, bila berat

lahir <1000 gram

32 Lama rawat Jumlah hari rawat inap (kolom P12), dihitung

sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar rumah sakit. Bila tanggal masuk dan tanggal keluar pada hari yang sama, dihitung satu hari lama rawat.

Tabel ekstraksi data

Interval

(Lama rawat dalam hari)

Nominal 0 bila ≤ 7 hari 1 bila > 7 hari

Faktor demografi Tempat

tinggal

Tempat tinggal orang tua BBLR, ditentukan berdasarkan alamat saat masuk RS (form RM.01 dalam rekam medik atau kolom P-04 pada tabel ekstraksi data). Skala analisis mengacu pada SK Bupati No.225/2008 (lampiran 5 halaman 108) tentang sarana pelayanan kesehatan terpencil dan

disesuaikan dengan kondisi geografis dimana daerah sulit merupakan daerah perbukitan dan/atau jarak serta waktu tempuh ke rumah sakit lebih dari 1 jam.

Tabel ekstraksi data

Nominal

(Alamat tempat tinggal)

Nominal

0=daerah biasa

1=daerah sulit

33

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Jenis kelamin bayi

Jenis kelamin BBLR sesuai dengan yang tercatat pada form CM 02 dalam rekam medik (kolom P-03 pada tabel ekstraksi data)

Tabel

Umur ibu Umur ibu saat melahirkan bayi yang menjadi

subyek penelitian (tercantum pada form CM

02 dalam rekam medik dan kolom P-25

dalam tabel ekstraksi data)

kolom P-09), cut of point yaitu 2 Januari 2013

(tanggal peresminan gedung PONEK baru).

34

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Status rujukan

Status rujukan masuknya BBLR ke rumah sakit, rujukan atau bukan rujukan. Ditentukan dari tempat persalinan (rekam medik form CM 02 atau tabel ektraksi data kolom P-13)

Tabel

rekam medik form CM 02 (kolom P-14 pada

tabel ektraksi data)

ibu dalam rekam medik form CM 02 (kolom

P-22 tabel ekstraksi data)

35

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Umur kehamilan

Umur kehamilan saat mengandung bayi yang

diteliti, mulai konsepsi sampai melahirkan,

tercantum pada diagnose ibu dalam rekam

medik form CM 02 (kolom P-22 pada tabel

ekstraksi data)

penelitian (form CM 02 dalam rekam medik /

kolom P-26 formulir data ektsraksi)

36

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Riwayat

bayi (form CM 02 pada diagnose bayi dan

kolom P-18 forulir ekstraksi data)

37

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Asfiksia Riwayat terjadinya asfiksia sejak saat masuk rumah sakit. Dapat dilihat dalam rekam medik form CM 02 pada diagnose masuk bayi

(kolom 17 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal (Ya, tidak)

Nominal 0=tidak 1=ya

RDS Riwayat terjadinya RDS sejak saat masuk rumah sakit. Dapat dilihat dalam rekam medik form CM 02 pada diagnose masuk bayi

(kolom 17 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal (Ya, tidak)

Nominal 0=tidak 1=ya

Sepsis Riwayat terjadinya sepsis sejak saat masuk rumah sakit. Dapat dilihat dalam rekam medik form CM 02 pada diagnose masuk bayi

(kolom 17 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal (Ya, tidak)

Nominal

0=tidak

1=ya

38

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Hipoglikemi Riwayat terjadinya hipoglikemi sejak saat masuk rumah sakit. Dapat dilihat dalam rekam medik form CM 02 pada diagnose masuk bayi (kolom 17 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal (Ya, tidak)

Nominal 0=tidak 1=ya

Hipotermi Riwayat terjadinya hipotermi sejak saat masuk rumah sakit. Dapat dilihat dalam rekam medik form CM 02 pada diagnose masuk bayi (kolom 17 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal (Ya, tidak)

Nominal 0=tidak 1=ya

Hiper-bilirubinemia

Riwayat terjadinya hiperbilirubinemia sejak saat masuk rumah sakit. Dapat dilihat dalam rekam medik form CM 02 pada diagnose masuk bayi (kolom 17 tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal (Ya, tidak)

Nominal

0=tidak

1=ya

39

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Masalah minum

Riwayat terjadinya masalah pemberian minum (feeding problem) mulai saat masuk rumah sakit. Dapat dilihat pada diagnose tambahan bayi form RM 01 di rekam medik (kolom P-17 pada tabel ekstraksi data)

Berat lahir Berat lahir adalah berat badan yang ditimbang

dalam waktu 24 jam pertama setelah lahir.

40

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Panjang badan lahir

Ukuran panjang badan bayi, diukur dalam

waktu 24 jam pertama sejak lahir, diukur dari

bagian tertinggi kepala sampai ujung kaki

dalam posisi lurus (form CM 02 dalam rekam

medik/kolom P-34 tabel ekstraksi data)

jam pertama sejak lahir (form CM 02 dalam

rekam medik/kolom P-35 tabel ekstraksi data)

dalam 1 menit pertama sejak lahir ( CM 02

rekam medik/kolom P-40 tabel ekstraksi data)

41

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Apgar score menit 5

Penilaian klinis bayi dengan tabel apgar score dalam 5 menit pertama sejak lahir ( CM 02 rekam medik/kolom P-41 tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Interval

(0, 1, 2, 3 sampai dengan 10)

Interval

(0, 1, 2, 3 sampai dengan 10)

Laboratorium

Whole bood cell (WBC)

Jumlah/kadar WBC yang tercantum dalam form hasil pemeriksaan laboratorium darah yang pertama sejak lahir (kolom P-44b tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Interval

kadar WBC dalam K/ ᴜL

Interval

Kadar WBC dalam K/uL

Hemoglobin Jumlah/kadar hemoglobin yang tercantum dalam form hasil pemeriksaan laboratorium darah yang pertama sejak lahir (kolom P-44c tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Interval

(kadar hemoglobin dalam g/dL

Interval

(kadar hemoglobin dalam

g/dL

42

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Hematokrit Jumlah/kadar hematokrit yang tercantum dalam form hasil pemeriksaan laboratorium darah yang pertama sejak lahir (kolom P-44d tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Interval

(kadar hematokrit dalam

%)

Interval

(kadar hematokrit dalam

%)

Trombosit Jumlah/kadar trombosit yang tercantum dalam form hasil pemeriksaan laboratorium darah yang pertama sejak lahir (kolom P-44e tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Interval

(kadar trombosit dalam K/ ᴜL)

Interval

(kadar trombosit dalam K/ ᴜL )

Gula darah Kadar gula darah yang tercantum dalam form hasil pemeriksaan laboratorium darah yang pertama sejak lahir (kolom P-44f tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Interval

(kadar gula darah dalam mg/dl)

Interval

(kadar gula darah dalam

mg/dl)

43

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Bilirubin CM 02 (kolom P-10 pada tabel ekstraksi data)

Tabel

44

4.5 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah tabel ekstraksi data yang berisi variabel-variabel yang diteliti. Catatan medik dari setiap subjek diekstraksi ke dalam tabel ekstraksi berisikan data BBLR meliputi variabel-variabel yang diperlukan dan data follow up (perkembangan).

4.6 Prosedur Pengumpulan Data 4.6.1 Pengumpulan Data Awal

Penulis memohon ijin kepada direktur RSUD Karangasem melalui bagian

pengembangan untuk mengumpulkan data awal penelitian dengan menyerahkan surat

Penulis memohon ijin kepada direktur RSUD Karangasem melalui bagian

pengembangan untuk mengumpulkan data awal penelitian dengan menyerahkan surat

Dokumen terkait