• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN KEMATIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH SELAMA RAWAT INAP DI RSUD KARANGASEM TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DETERMINAN KEMATIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH SELAMA RAWAT INAP DI RSUD KARANGASEM TAHUN"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

DETERMINAN KEMATIAN BAYI

BERAT LAHIR RENDAH SELAMA RAWAT INAP DI RSUD KARANGASEM TAHUN 2012-2014

I KETUT DUARA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

TESIS

DETERMINAN KEMATIAN BAYI

BERAT LAHIR RENDAH SELAMA RAWAT INAP DI RSUD KARANGASEM TAHUN 2012-2014

I KETUT DUARA NIM 1392161027

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2015

(3)

DETERMINAN KEMATIAN BAYI

BERAT LAHIR RENDAH SELAMA RAWAT INAP DI RSUD KARANGASEM TAHUN 2012-2014

Tesis ini untukMemperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana

I KETUT DUARA NIM 1392161027

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2015

ii

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 22 JULI 2015

Pembimbing I,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP.19481010 197702 1 001

Pembimbing II,

dr. Pande Putu Januraga, M. Kes, Dr. PH NIP.19790110 200312 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP. 19481010 197702 1 001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 195902151985102001

iii

(5)

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 22 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 2106/UN14.4/HK/2015, Tanggal : 13 Juli 2015

Ketua : Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH

Anggota :

1. dr. Pande Putu Januraga, M. Kes, Dr. PH

2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M. Repro, PA (K) 3. Dr. I Putu Ganda Wijaya, S. Sos, MM

4. dr. Ni Wayan Arya Utami, M. App. Bsc, Phd

iv

(6)

Denpasar, 22 Juli 2015 Yang membuat pernyataan

I Ketut Duara SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : I Ketut Duara NIM : 1392161027

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul : DETERMINAN KEMATIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) SELAMA RAWAT INAP DI RSUD KARANGASEM TAHUN 2012 – 2014

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

v

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya penyusunan tesis yang berjudul “Determinan Kematian Bayi Berat Lahir Rendah Selama Rawat Inap di RSUD Karangasem Tahun 2012-2014” dapat selesai pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Dengan selesainya penyusunan tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH dan dr.

Pande Putu Januraga, M. Kes, Dr. PH sebagai pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan, dukungan dan saran selama proses penyelesaian tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, SpPD-KEMD sebagai Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, SpS (K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai Ketua Program Studi pada Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendididkan pada Program Pascassarjana di Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dr. I Ketut Suarjana, MPH selaku koordinator peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan Prof.

Dr. dr. N. Adiputra, MOH selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan dukungan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. dr.

Mangku Karmaya, M. Repro, PA (K), Dr. I Putu Ganda Wijaya, S. Sos, MM dan dr. Ni Wayan Arya Utami, M. App. Bsc, Phd sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Direktur RSUD Karangasem yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada para mentor lokal dan mentor dari Kirby

vi

(8)

Institute yang telah memberikan banyak bimbingan, masukan dan saran serta dukungan finasial dari The Kirby Institute, University of New South Wales yang meringankan beban penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada guru-guru yang telah membimbing mulai sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada ayah dan mendiang ibu yang telah mengasuh dan menanamkan dasar-dasar berpikir dalam pengembangan kreativitas. Demikian juga penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga, sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak dalam dalam rangka penyempurnaan tesis ini.

Denpasar, Juli 2015

Penulis

vii

(9)

ABSTRAK

DETERMINAN KEMATIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) SELAMA RAWAT INAP DI RSUD KARANGASEM TAHUN 2012 – 2014

Angka kejadian BBLR masih tinggi dan termasuk penyebab terbanyak kematian neonatal di negara berkembang. Di Indonesia sampai dengan 30,3%

BBLR meninggal pada periode perinatal. Pengumpulan data awal menunjukkan adanya peningkatan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012-2014 masing-masing sebesar 11,07%, 13,07% dan 14,46%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kematian BBLR selama rawat inap.

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan analisis data kohort BBLR yang rawat inap tahun 2012-2014. Data diekstraksi dari rekam medik.

Variabel bebas antara lain faktor demografi, faktor pelayanan kesehatan dan faktor klinis. Variabel tergantung yaitu status kematian. Analisis data menggunakan regresi logistik.

Angka kematian BBLR selama rawat inap adalah 12,12%. Hanya faktor klinis yang berhubungan independen dengan kematian pada BBLR yaitu peningkatan berat lahir, asfiksia, Respiratory Distress Syndrome (RDS), masalah minum dan pemberian antibiotik. Faktor demografi yaitu tempat tinggal daerah sulit akses dan jenis kelamin laki-laki berhubungan independen dengan kematian bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR). Faktor pelayanan kesehatan yaitu periode masuk rumah sakit (MRS) setelah pengembangan PONEK dan rujukan berhubungan independen dengan kematian BBLR preterm 1000-2000 gram.

Dalam rangka menurunkan angka kematian BBLR maka perlu ditingkatkan upaya pencegahan kelahiran BBLR dan pelatihan penanganan asfiksia bayi baru lahir, evaluasi pemberian surfactan, pendekatan akses pelayanan kesehatan seperti kunjungan spesialis ke puskesmas dan pendirian rumah sakit pratama di daerah sulit akses serta evaluasi manajemen program PONEK dan sistem rujukan.

Kata kunci: BBLR, PONEK, Status Rujukan, Faktor Klinis, Kematian bayi

viii

(10)

ABSTRACT

DETERMINANT OF MORTALITY AMONG LOW BIRTH WEIGHT (LBW) BABIES DURING HOSPITALIZATION IN KARANGASEM

HOSPITAL BETWEEN 2012 – 2014

The incidence of low birth weight (LBW) is high and is a major cause of neonatal mortality in developing countries, in Indonesia up to 30.3% of LBW babies die during the perinatal period. Preliminary research has shown there to be an increase in mortality among LBW babies during Hospitalization in Karangasem Hospital between 2012-2014. This study aimed to determine the determinants of mortality among LBW babies during hospitalization.

This study was a retrospective cohort analysis of LBW babies hospitalized in Karangasem hospital between 2012-2014. Data were extracted from medical record. Independent variables divided in three group were demographic, health service and clinical factors. Dependent variable was mortality status. Data were analyzed by logistic regression.

The mortality of LBW babies was 12.12%. Only clinical factor independently associated with overall LBW babies mortality were increasing of birth weight, asphyxia, Respiratory Distress Syndrome (RDS), feeding problem and antibiotic therapy. Demographic factor were residence at difficult to access areas and male sex independently associated with mortality among Very Low Birth Weignt (VLBW) babies. Health service factor were hospitalized after CEmOC enhancement and referral status independently associated with mortality among preterm LBW babies 1000-2000 grams.

In order to reduce the LBW babies mortality, need to be improve the LBW prevention and training of newborn asphyxia management, evaluate the cost effective of surfactant administration, improve the health service access such as visiting of specialist to community health service (Puskesmas) and developing of pratama hospital at difficult to access areas, evaluate CEmOC enhancement and referral system.

Keywords: LBW babies, CEmOC, Referral status, Clinical factors, Infant mortality

ix

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ………. ... i

PERSYARATAN GELAR ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN………. ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI……… ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……… v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ………... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Aspek Epidemiologi BBLR ... 10

2.2 Penatalaksanaan BBLR ... 12

2.3 Determinan Kematian BBLR ... 13

x

(12)

2.3.1 Faktor Demografi ... 14

2.3.2 Faktor Pelayanan Kesehatan ... 16

2.3.3 Faktor Klinis ... 18

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITAN ... 24

3.1 Kerangka Berpikir ... 24

3.2 Konsep Penelitian ... 26

3.3 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Rancangan Penelitian ... 28

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

4.2.1 Tempat Penelitian……….. 28

4.2.2 Waktu Penelitian……… 28

4.3 Penentuan Sumber Data ... 28

4.3.1 Populasi Penelitian ... 28

4.3.2 Sampel Penelitian ... 29

4.4 Variabel Penelitian ... 29

4.4.1 Jenis Variabel ... 29

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 30

4.5 Instrumen Penelitian ... 44

4.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 44

4.6.1 Pengumpulan Data Awal ... 44

4.6.2 Pengumpulan Data Penelitian ... 45

4.6.3 Pengolahan Data ... 45

4.7 Analisis Data ... 46

4.7.1 Analisis Univariat ... 46

4.7.2 Analisis Bivariat ... 47

4.7.3 Analisi Multivariat ... .. 47

4.8 Persetujuan Etik………. 50

xi

(13)

BAB V HASIL PENELITIAN... 51

5.1 Karakteristik Sampel ... 51

5.2 Analisis Hubungan Faktor Demografi, Pelayanan Kesehatan dan Klinis dengan Kematian BBLR ... 57

5.3 Analisis Hubungan Independen Faktor Demografi, Pelayanan Kesehatan dan Klinis dengan Kematian BBLR 63

5.3.1 Analisis pada Kelompok BBLSR... 66

5.3.2 Analisis pada BBLR Preterm Berat lahir 1000 - <2000 Gram ... 68

5.3.3 Analisis pada Beberapa Kategori BBLR dan Interval (Range) Berat lahir ... 69

BAB VI PEMBAHASAN ... 73

6.1 Angka Kematian dan Lama Rawat ... …….. 73

6.2 Deterinan Kematian BBLR ... ….. 75

6.2.1 Faktor Klinis sebagai Determinan Kematian BBLR ... 77

6.2.2 Faktor Demografi sebagai Determinan Kematian BBLSR ... 81

6.2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan sebagai Determinan Kematian BBLR Preterm 1000 - <2000 Gram... 83

6.2.4 Faktor-faktor yang Tidak Berhubungan Bermakna dengan Kematian BBLR ... 88

6.3 Keterbatasan Penelitian ... ….. 90

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 92

7.1 Simpulan ... 92

7.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 102

xii

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel………... 31 Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tahun Lahir,

Kelompok BBLR dan Lama Rawat……… 52 Tabel 5.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel Demografi dan

Pelayanan Kesehatan……... 53 Tabel 5.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel Faktor Klinis Ibu 54 Tabel 5.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel Kategorikal

Faktor Klinis Bayi... 55 Tabel 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Numerik Klinis

Bayi dan Laboratorium……… 56 Tabel 5.6 Analisis Bivariat Hubungan Variabel Demografi dan

Pelayanan Kesehatan dengan Kematian BBLR………. 58 Tabel 5.7 Analisis Bivariat Hubungan Variabel Klinis Ibu dengan

Kematian BBLR………... 59 Tabel 5.8 Analisis Bivariat Hubungan Variabel Data Kategorikal

Klinis Bayi dengan Kematian BBLR……….………… 60 Tabel 5.9 Analisis Bivariat Hubungan Variabel Data Numerik Klinis

Bayi dengan Kematian BBLR……….……… 62 Tabel 5.10 Variabel yang Memenuhi Syarat Masuk dalam Model

Analisis Multivariat……… 63 Tabel 5.11 Uji Multikolinearitas antar Variabel Bebas Determinan

Kematian BBLR………... 64 Tabel 5.12 Determinan Kematian BBLR………. 66 Tabel 5.13 Deterinan Kematian BBLSR ……..………... 67 Tabel 5.14 Deterinan Kematian BBLR Preterm Berat Lahir

1000 – <2000 Gram……… 68 Tabel 5.15 Analisis pada Beberapa Kategori BBLR……… 70 Tabel 5.16 Analisis pada Beberapa Kelompok Interval Berat Lahir…… 72

xiii

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Konsep Penelitian……… 26

Gambar 5.1 Skema (flowchart) Pemilihan Sampel yang Memenuhi

Syarat Penelitian……….. 51

xiv

(16)

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA

SINGKATAN AKB

ANC APB ASI Askes BBLR BBLASR BBLSR BPS

CT scan ECG FE

G Hb Hct HPHT ICU IDAI IRD Jamkesmas

: Angka Kematian Bayi : Ante Natal Care : Ante Partum Bleeding : Air Susu Ibu

: Asuransi Kesehatan : Bayi Berat Lahir Rendah

: Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah : Bayi Berat Lahir Sangat Rendah : Biro Pusat Statistik

: Computerized Tomography scanner : Electrocardiography

: Forcep Ekstraksi : Gravida

: Hemoglobin : Hematokrit

: Hari pertama haid terakhir : Intensive Care Unit

: Ikatan Dokter Anak Indonesia : Instalasi Rawat Darurat

: Jaminan Kesehatan Masyarakat

xv

(17)

Jampersal JKBM JKN JNPK-KR Kemenkes Kesbangpolinmas KH

KMK KN KPSP LK LD

MDGs MRS

NICU

OR P PB Perbup Plt PMH P-NDM

PONEK

: Jaminan Persalinan

: Jaminan Kesehatan Bali Mandara : Jaminan Kesehatan Nasional

: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi : Kementerian Kesehatan

: Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat : Kelahiran Hidup

: Kecil Masa Kehamilan : Kunjungan Neonatal

: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan : Lingkar kepala

: Lingkar dada

: Millenium Development Goals : Masuk Rumah Sakit

: Neonates Intensive Care Unit : Odds Ratio

: Paritas

: Panjang badan : Peraturan bupati : Platelet

: Penyakit Membran Hialin : post-NICU discharge mortality

: Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif

xvi

(18)

PPK BLUD RDS

Riskesdas RR

RS RSSIB RSUD RSUP SDKI SKRT SC SOP SpA SpAn SpOG UNICEF USG PRM Puskesmas VE

WBC

WHO

: Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah : Respiratory Distress Syndrome

: Riset Kesehatan Dasar : Risk Ratio

: Rumah Sakit

: Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi : Rumah Sakit Umum Daerah : Rumah Sakit Umum Pusat

: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia : Survey Kesehatan Rumah Tangga

: Sectio Caesarea

: Standard Operational Procedure : Spesialis anak

: Spesilais anestesi

: Spesialis Obstetri dan Ginekologi

: United Nations International Childrens Emergency Funds : Ultrasonografi

: Preterme Rupture of Membrane : Pusat Kesehatan Masyarakat : Vakum Ekstraksi

: White Blood Cell

: World Health Organisation

xvii

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian……… 101 Lampiran 2 Tabel Ekstrasi Data……….... 102 Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian……… 107 Lampiran 4 SK Bupati Karangasem no 225/2008 tentang Penetapan

Sarana Pelayanan Kesehatan yang Termasuk Kriteria

Terpencil di Kabupaten Karangasem……….. 108 Lampiran 5 Stata Output

xviii

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan kematian anak, termasuk di dalamnya adalah kematian anak bawah lima tahun (balita). Secara global, sekitar 6,6 juta balita meninggal pada tahun 2012, sebagian besar disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah (Wright dkk, 2014). Tahun 2013, 73% kematian neonatal di seluruh dunia terjadi dalam tujuh hari kehidupan dengan jumlah sekitar dua juta orang, 16% kematian balita serta lebih dari sepertiga kematian neonatal terjadi pada hari pertama kehidupan dengan jumlah sekitar satu juta orang. Antara tahun 1990-2013, sekitar 86 juta bayi lahir di dunia dengan kematian paling banyak terjadi dalam 28 hari kehidupan (UNICEF, 2013).

Menurut laporan Save The Childrens yang berjudul Ending Newborn Death menyebutkan bahwa kematian neonatal bervariasi di berbagai negara, sekitar 5,9 per 1000 kelahiran hidup (KH) terjadi di Eropa dan empat sampai lima kali lipat terjadi di Asia dan Afrika (Wright dkk, 2014). Berdasarkan data Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dalam periode lima tahun (2007-2012) sebesar 32 per 1000 KH dan kematian balita sebesar 40 per 1000 KH. AKB tahun 2012 sebesar 34 per 1000 KH meningkat dibandingkan dengan data tahun 2010 sebesar 26 per 1000 KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per 1000 KH. Enam puluh persen kematian bayi di Indonesia terjadi selama periode neonatal dan 80% kematian anak terjadi

1

(21)

2

selama bayi (BPS, 2013). AKB di Propinsi Bali tahun 2012 sebesar 29 per 100 KH, angka ini masih di bawah angka nasional, namun terjadi peningkatan dari tahun 2010 dengan AKB sebesar 20 per 1000 KH (BPS, 2012).

Salah satu faktor risiko yang berkontribusi besar terhadap kematian bayi terutama pada masa perinatal yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR). Berdasarkan laporan Save The Childrens, salah satu penyebab utama tingginya angka kematian bayi pada hari pertama di Sub-Sahara Afrika dan Asia yaitu tingginya jumlah kelahiran BBLR (Wrigh dkkt, 2014). Demikian juga halnya di Indonesia, penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR yaitu sebesar 30,3% dan penyebab utama kematian pada bayi adalah gangguan perinatal (Kemenkes, 2010). BBLR mempunyai kemungkinan empat kali lebih besar untuk meninggal selama 28 hari pertama masa hidupnya dibandingkan dengan bayi yang mempunyai berat 3000–3499 gram (Podja dkk, 2000 dalam Pramono, 2011).

BBLR berisiko mati pada periode neonatal dini 6 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berisiko untuk mati pada periode neonatal dini 59 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal (Efriza, 2011).

Prevalensi BBLR secara global pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 15%, sedangkan di negara berkembang sekitar 16%, terkonsentrasi di Asia dan Afrika.

BBLR di negara sedang berkembang, sekitar 72% terjadi di Asia dan 22% di

Afrika (UNICEF and WHO, 2004). Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi BBLR di Indonesia mengalami penurunan dari

11,1% di tahun 2010 menjadi 10,2% di tahun 2013. Walaupun secara nasional

(22)

terjadi penurunan, namun di beberapa daerah prevalensi BBLR masih sangat tinggi seperti di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 16,9% (Kemenkes, 2013).

Dalam Bulletin Sistem Kesehatan tahun 2011 disebutkan bahwa perkiraan setiap tahunnya terdapat sekitar 400.000 BBLR di Indonesia. Sedangkan prevalensi BBLR di Propinsi Bali bila dilihat dari data lima tahunan (tahun 2006–2010) sebesar 8,9%. Angka tersebut lebih tinggi dari angka nasional yaitu sebesar 5,7%

(Pramono, 2011).

Menurut data ringkasan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karangasem tahun 2010-2015, AKB di Kabupaten Karangasem tahun 2011 sebesar sembilan per 1000 KH mengalami kenaikan di tahun 2012 sebesar 11 per 1000 KH. Pencapaian tersebut sudah dibawah target Propinsi Bali yaitu 30 per 1000 KH, namun masih lebih tinggi dari target RPJMD yaitu 10,77 per 1000 KH. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, kematian neonatal di Kabupaten Karangasem dari tahun 2004 sampai Juli 2014 paling banyak terjadi karena BBLR. Jumlah kematian neonatal sebanyak 481 orang dan sebanyak 281 orang (58,42%) diantaranya adalah BBLR. Angka tersebut menunjukkan bahwa setengah lebih kematian neonatal di Kabupaten Karangasem adalah BBLR dan jauh diatas angka nasional (12,2%) yang didapatkan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Rachmawati dkk (2011).

Berdasarkan data awal yang didapatkan dari register BBLR di RSUD

Karangasem, selama hampir tiga tahun terakhir (tahun 2012 sampai Oktober

2014) jumlah kelahiran BBLR sebanyak 814 dengan 104 kematian (12,77%)

(23)

4

selama rawat inap di rumah sakit. Bila dilihat data per tahun yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014 (sampai Agustus), jumlah kelahiran BBLR masing-masing sebanyak 289, 283 dan 242 orang, dengan kematian selama rawat inap di rumah sakit berturut-turut sebanyak 32 orang (11,07%), 37 orang (13,07%) dan 35 orang (14,46%). Cenderung terjadi peningkatan kematian BBLR dari tahun 2012 sampai tahun 2014.

RSUD Karangasem merupakan rumah sakit yang telah menjalankan program Rumah Sakit Sayang ibu dan Bayi (RSSIB) dan salah satu dari sepuluh langkah menuju RSSIB yang telah dikembangkan yaitu penyelenggaraan PONEK (Pelayanan Obstertri Neonatal Emergensi Komprehensif) dengan pendirian gedung baru PONEK. Pendirian gedung baru PONEK di RSUD Karangasem diresmikan penggunaannya berdasarkan SK Bupati sejak 2 Januari 2013. Sejak diresmikannya gedung PONEK yang disertai dengan peningkatan dalam pengelolaan manajemen PONEK antara lain dengan penambahan sumber daya seperti penambahan satu orang tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, penambahan tenaga bidan dan tenaga lainnya. Standar Operasional Prosedur (SOP) juga semakin lengkap. Dengan adanya pengembangan PONEK tersebut semestinya mampu menurunkan angka kematian bayi di rumah sakit.

Namun, dilihat dari data kematian BBLR dari tahun 2012 sampai 2014 justru terjadi kecenderungan meningkat.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kematian BBLR di rumah sakit

telah diteliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan di luar negeri antara lain

penelitian tentang survival rate BBLR dan BBLSR di masyarakat Iranian,

(24)

penelitian di Jaifur India tentang morbiditas dan mortalitas neonatal berat lahir rendah, penelitian tentang prediktor kematian neonatal berat lahir rendah di India, penelitian tentang penyebab bayi lahir mati dan kematian neonatal di enam negara sedang berkembang, penelitian tentang faktor resiko kematian neonatal BBLSR dan penelitian tentang keluaran BBLSR di Iranian Center. Beberapa faktor yang diteliti antara lain faktor sosiodemografi yaitu usia ibu, jenis kelamin bayi, paritas, tempat tinggal (urban dan rural) dan faktor klinis yaitu umur kehamilan, riwayat penyakit kronis ibu, apgar score, perdarahan antepartum, komplikasi (preterme rupture of membranes, apnoea, hypothermia dan shock) serta riwayat terapi oksigen(Ngoc, 2006; Basu dkk, 2008; Ballot dkk, 2010; Redding dkk, 2012;

Afjeh dkk, 2013; Nayeri dkk, 2013). Beberapa penelitian tersebut menemukan hasil yang tidak konsisten.

Menurut kajian penulis, perbedaan hasil tersebut lebih banyak disebabkan oleh karena perbedaan metode yang digunakan seperti setting penelitian/karakteristik sampel, yang dilakukan pada daerah dan tipe fasilitas kesehatan yang berbeda. Adanya perbedaan kriteria inklusi dan ekslusi terutama pada berat lahir dan umur kehamilan. Disamping itu juga karena adanya perbedaan jenis dan jumlah variabel, dimana beberapa penelitian lebih menekankan dan lebih banyak meneliti faktor klinis, sementara penelitian lainnya lebih menekankan dan lebih banyak meneliti faktor sosial.

Penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian BBLR

di Indonesia masih terbatas. Dari beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan

baik di luar negeri maupun di Indonesia lebih banyak meneliti tentang faktor

(25)

6

sosiodemografi dan klinis. Sangat jarang yang meneliti terkait dengan faktor pelayanan kesehatan seperti program PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) dan sistem rujukan yang mempunyai peranan penting dalam menurunkan kematian bayi, termasuk BBLR. PONEK merupakan bentuk penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu (JNPK, 2008b).

Sebuah penelitian di Bali tahun 2009 tentang karakteristik dan keluaran BBLSR yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar menemukan bahwa presentase penyebab kematian terbanyak yaitu Penyakit Membran Hialin (PMH) dan sepsis (Yoga dkk, 2012). Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada rumah sakit tersier sebagai pusat rujukan dari seluruh kabupaten di Bali. Penelitian deskriptif tersebut yang hanya menggambarkan presentase kematian BBLSR berdasarkan karakteristik sampel, tanpa menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi, nampaknya kurang adekuat untuk dijadikan dasar pengembangan program dalam rangka menurunkan angka kematian bayi khususnya BBLR.

Berdasarkan keterbatasan penelitian diatas, maka diperlukan penelitian

dengan rancangan analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kematian BBLR sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan program dalam

rangka menurunkan kematian BBLR baik di fasilitas pelayanan dasar maupun

lanjutan. Secara umum penelitian ini akan memberikan informasi baru terkait

kematian BBLR karena karakteristik sampel yang berbeda dengan penelitian yang

dilakukan di rumah sakit Sanglah. Sampel pada penelitian ini banyak berasal dari

daerah pedesaan dengan kondisi geografis termasuk daerah sulit dalam hal akses

(26)

terhadap pelayanan kesehatan. Penelitian ini juga meneliti variabel yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya antara lain variabel periode waktu masuk rumah sakit terkait pengembangan program PONEK, masalah minum (feeding problem) dan pemberian antibiotika.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor demografi antara lain tempat tinggal, umur ibu dan jenis kelamin bayi sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012–2014?

2. Apakah faktor pelayanan kesehatan antara lain pengembangan program PONEK dan rujukan sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012–2014?

3. Apakah faktor klinis antara lain klinis ibu yaitu cara persalinan, gravida, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, warna air ketuban dan klinis bayi yaitu maturitas bayi, berat lahir, asfiksia, RDS, masalah minum, pemberian antibiotika dan hasil laboratorium sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012-2014?

4. Apakah faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis sebagai determinan

kematian pada kelompok BBLSR dan kelompok BBLR preterm berat lahir

1000-<2000 gram?

(27)

8

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui

1. Karakteristik BBLR berdasarkan tahun dirawat, kelompok BBLR, lama rawat, periode waktu kematian serta faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis.

2. Faktor demografi (tempat tinggal, umur ibu dan jenis kelamin bayi) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

3. Faktor pelayanan kesehatan (pengembangan program PONEK dan rujukan) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

5. Faktor klinis antara lain klinis ibu (cara persalinan, gravida, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, warna air ketuban) dan klinis bayi (maturitas bayi, berat lahir, asfiksia, RDS, sepsis, hipoglikemi, masalah pemberian minum, pemberian antibiotika) serta beberapa variabel hasil laboratorium sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012-2014.

6. Faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis sebagai determinan kematian pada pada kelompok BBLSR dan kelompok BBLR preterm berat lahir 1000-

<2000 gram.

(28)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan kepada pemegang kebijakan dalam merumuskan program untuk menurunkan angka kematian bayi melalui penanganan dan pencegahan kematian BBLR baik di tingkat pelayanan dasar maupun lanjutan.

2. Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian dalam pengembangan Standard Operational Procedure (SOP) penatalaksanaan BBLR, evaluasi program PONEK, sistem rujukan BBLR dan pemberian antibiotika.

3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam perencanaan persalinan dan perawatan BBLR.

4. Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kematian BBLR.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Epidemiologi BBLR

Berat lahir adalah ukuran antropometri yang sangat penting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir (BBL) kurang dari 2500 gram tanpna memandang masa kehamilan.

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir ditimbang dalam 24 jam pertama setelah lahir (JNPK-KR, 2008a). Menurut WHO, BBLR dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR (BBL <2500 gram), Bayi Berat Lahir Sangat Rendah /BBLSR (BBL <1500 gram) dan Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah/BBLASR (BBL <1000 gram). Menurut JNPK-KR, berat lahir menjadi salah satu kriteria dalam penatalaksanaan BBLR dimana BBL <1750 gram menjadi kriteria rujukan BBLR dari pusekesmas PONED ke rumah sakit PONEK (JNPK-KR, 2008a). Dalam panduan manajemen BBLR untuk bidan dan perawat, berat lahir yang menjadi kriteria rujukan dari bidan adalah BBL <2000 gram (Kemenkes, 2011).

WHO mendefinisikan BBLR sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (5,5 pon). Hal ini didasarkan pengamatan secara epidemiologis bahwa BBLR kurang dari 2500 gram mempunyai kemungkinan meninggal sebesar 20 kali dibandingkan bayi dengan BBL lebih dari atau sama dengan 2500 gram.

BBLR kurang dari 2500 gram lebih sering terjadi di negara yang

10

(30)

11

sedang berkembang dan memberikan kontribusi untuk berbagai masalah kesehatan. Mengurangi insiden BBLR sebesar sepertiga selama 10 tahun merupakan salah satu tujuan utama dari A World Fit for Children, sebuah deklarasi dan rencana aksi yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB sesi khusus tentang anak-anak tahun 2002. Penurunan insiden BBLR juga membentuk kontribusi penting bagi pembangunan untuk mengurangi tingkat kematian anak.

Oleh karena itu BBLR merupakan indikator penting untuk memantau kemajuan menuju goals yang telah disepakati secara internasional. Berat lahir rendah sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan kematian janin dan bayi, menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis di kemudian hari (UNICEF, WHO, 2004).

Prevalensi BBLR di dunia diperkirakan sekitar 15% dari seluruh kelahiran,

dengan batasan 3,3%-38%, dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang

atau sosial ekonomi rendah. Sekitar 90% BBLR terdapat di negara berkembang

dan angka kematiannya 35 kali lebih besar dibandingkan dengan angka kematian

bayi berat lahir lebih dari 2500 gram (WHO, 2007). BBLR merupakan salah satu

faktor utama terjadinya peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

neonatus, bayi dan anak serta dapat memberikan dampak jangka panjang dalam

kehidupan di masa depan (UNICEF, 2004). Prevalensi BBLR di Indonesia sangat

bervariasi di berbagai daerah sekitar 9%-30%. Hasil studi pada tujuh daerah

multisenter mendapatkan angka sekitar 2,1%-17,2% (IDAI, 2004).

(31)

12

2.2 Penatalaksanaan BBLR

Sekitar seperempat bayi baru lahir membutuhkan rawat inap medis khusus untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya. Kemajuan dalam rawat inap prenatal dan neonatal telah meningkatkan kelangsungan hidup bayi BBLR khususnya di negara maju. Penatalaksanaan BBLR membutuhkan sumber daya, waktu, dan kerjasama yang kuat oleh karena angka kematian BBLR pada umur neonatal sangat tinggi (IDAI, 2004; WHO., 2007).

Penatalaksanaan BBLR meliputi penatalaksanaan medikamentosa, diatetik dan terapi suportif. Penatalaksanaan medikamentosa salah satunya yaitu pemberian antibiotika. Penatalaksanaan diatetik dilakukan secara khusus pada BBLR oleh karena reflek menghisapnya masih lemah sehingga sering terjadi masalah pemberian minum (feeding problem). Terapi suportif salah satu tujuannya yaitu mempertahankan suhu tubuh normal melalui salah satu cara seperti kontak kulit dangan kulit (kangaroo mother care), pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang ada di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk (IDAI, 2004).

Pemantauan BBLR saat dirawat meliputi pemberian terapi untuk penyulit

serta pemantauan berat badan bayi secara periodik. Pemantauan setelah pulang

dilakukan untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah kemungkinan

terjadinya komplikasi. Pemantauan dilakukan pada hari kedua, ke-10, ke-20 dan

ke-30 setelah pulang, kemudian dilanjutkan setiap bulan. Dilakukan pemantauan

pertumbuhan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Untuk kegiatan

program, pemantauan BBLR dilakukan dengan kegiatan kunjungan neonatus

(32)

13

(KN) yaitu KN1 pada umur sebelum 3 hari, KN2 pada umur 3-7 hari dan KN3 pada umur 8-28 hari. Pemantauan perkembangan anak dilakukan dengan kegiatan SDIDTK menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).

Pemulangan BBLR dapat dilakukan apabila tidak terdapat tanda bahaya dan tanda infeksi berat, terjadi pertambahan berat badan hanya dengan ASI dan suhu tubuh bertahan pada kisaran 36-37ºC. Semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir harus diberikan pada BBLR dan jika ada dosis kedua diberikan pada saat akan dipulangkan.

2.3 Determinan Kematian BBLR

Berbagai teori menjelaskan tentang kejadian kesakitan dan kematian di masyarakat, beberapa diantaranya yaitu teori sarang laba-laba (web model), teori Filmer, teori Mosley dan Chen. Bila mengacu pada teori sarang laba-laba (web model) dari Brian Mac Mahon menjelaskan bahwa kematian bayi dipengaruhi oleh berbagai faktor (multifaktorial). Demikian juga halnya dengan kematian BBLR dapat dipengaruhi oleh banyak faktor (Mahon, 1970). Teori Filmer (2003) menjelaskan mengenai faktor sosial ekonomi sebagai penyebab kematian anak.

Mosley dan Chen membagi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup anak menjadi dua yaitu variabel eksogen atau sosial ekonomi

dan variabel endogen atau faktor biomedis (Mosley dan Chen, 1984). Beberapa

penelitian juga membuat konsep kematian neonatus dari berbagai faktor seperti

sosiobiologi, faktor sosiodemografi, faktor pelayanan kesehatan, faktor

lingkungan, faktor ibu, faktor bayi (Ronoatmojo dan Sudarto, 1996; Mutahar,

(33)

14

2007). Berdasarkan berbagai teori dan konsep tersebut diatas, maka kematian bayi termasuk kematian BBLR dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu faktor sosiodemografi, faktor pelayanan kesehatan dan faktor biomedis (klinis). Berikut akan diuraikan berbagai faktor yang mempengaruhi kematian BBLR yang telah diteliti pada penelitian sebelumnya.

2.3.1 Faktor demografi a) Tempat tinggal

Tempat tinggal merupakan faktor risiko kematian BBLR dikaitkan dengan tingkat kesulitan akses terhadap pelayanan kesehatan (rumah sakit) seperti kondisi geografis, jarak dan waktu tempuh ke rumah sakit. Kondisi ini mempengaruhi kualitas dan kuantitas antenatal care (ANC). Kondisi daerah dengan kesulitan akses terhadap pelayanan kesehatan akan semakin jarang untuk memeriksakan kehamilannya dan semakin jarang bahkan kadang tidak pernah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebagai diagnose dini adanya BBLR dan kelainan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi tindakan-tindakan pencegahan yang semestinya bisa dilakukan sehingga dapat berpengruh terhadap output bayi yang dilahirkan dan risiko kematian. Penelitian oleh Adri (2008) menemukan bahwa ada pengaruh antara faktor geografis (jarak dan waktu tempuh ke pelayanan kesehatan) terhadap ANC. Demikian juga menurut teori Anderson dan Newman (2005) menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan komponen pendukung yang menyebabkan masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan.

Sebuah penelitian menemukan bahwa daerah sulit akses terhadap pelayanan

kesehatan meliputi kondisi geogafis seperti daerah perbukitan, jarak dan waktu

(34)

15

tempuh berpengaruh terhadap pemilihan tempat persalinan (Wulansari, Anita, 2011). Tempat tinggal dalam penelitian ini juga dikaitkan dengan pemilihan tempat persalinan, dimana daerah dengan kesulitan akses terhadap rumah sakit cenderung tidak memilih rumah sakit untuk tempat bersalin, sehingga meningkatkan kemungkinan BBLR dirujuk ke rumah sakit setelah lahir, sementara sumber menyebutkan bahwa BBLR sebaiknya dirujuk selama masih dalam kandungan (JNPK-KR, 2008). BBLR yang dirujuk dengan kondisi geografis yang lebih sulit, jarak dan waktu tempuh yang lebih lama dapat meningkatkan paparan selama rujukan sehingga meningkatkan risiko kematian.

Menurut data SDKI 2001, kematian neonatal di daerah pedesaan (58,6%) lebih tinggi daripada daerah perkotaan (41,4%) (Djaja, Sumantri, 2003). Data yang sesuai juga ditunjukkan pada SDKI tahun 2012 dimana terjadi perbedaan yang sangat besar antara kematian neonatal di daerah pedesaan dan perkotaan, dimana sekitar dua pertiga kematian neonatal terjadi di daerah pedesaan (Kemenkes, 2013). Namun pada penelitian survival rate neonates BBLR dan BBLSR di masyarakat Iranian menemukan bahwa tidak ada perbedaan survival rate antara daerah rural dan urban (Vazirinejad dkk, 2012).

b) Jenis kelamin bayi

Jenis kelamin mempengaruhi daya tahan bayi terhadap penyakit bahkan

sejak di dalam kandungan. Disebutkan bahwa jenis kelamin perempuan memiliki

ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki

(Soetjiningsih, 1995). Sebuah penelitian tentang determinan survival pada public

sector hospital di Johannesburg menemukan bahwa jenis kelamin (OR=3,21;

(35)

16

95%CI=1,6-6,3) merupakan prediktor keberlangsungan hidup bayi BBLSR (Ballot dkk, 2010). Sementara penelitian di Iran tentang faktor resiko kematian neonatal BBLSR menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,133) antara kelompok laki-laki dan perempuan (Nayeri, 2013)

2.3.2 Faktor Pelayanan Kesehatan a) Periode MRS (masuk rumah sakit)

Perkembangan sistem pelayanan kesehatan setiap tahun berubah, termasuk pelayanan di RSUD Karangasem dengan dilaksanakannya program PONEK.

PONEK merupakan bentuk penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu (Kemenkes, 2008). Peresmian beroperasinya gedung baru PONEK RSUD Karangasem tanggal 2 Januari 2013 disertai dengan pengembangan fasilitas PONEK lainnya. Dengan demikian, diharapkan terjadi penurunan kematian bayi termasuk kematian pada BBLR yang sejak awal masuk rumah sakit mendapat perawatan setelah adanya pengembangan program PONEK tersebut.

Sebuah penelitian tentang kematian neonatal BBLSR dalam periode 24 tahun yang dilakukan di Hesse salah satu propinsi di Jerman, menemukan bahwa terjadi peningkatan angka absolut kematian setiap tahun rata-rata dari 37 sampai 60 (p<0,05), terjadi penurunan angka kematian relatif dari 13,5% sampai 10,1%.

Kematian bayi preterm dengan umur kehamilan 24 minggu menurun secara

bermakna dari 83.3% pada periode pertama sampai 20.8% pada periode terakhir

(p=0.007), dimana angka kematian bayi preterm dengan umur kehamilan 27

minggu menurun dari 24,4% sampai 13,6% (p>0,05). Penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa angka kematian bayi dipengaruhi oleh variasi bayi preterm

(36)

17

setiap tahun yang teregistrasi, disisi lain nampaknya peningkatan registrasi bayi preterm oleh karena perkembangan penanganan dokter terhadap bayi BBLSR (Sechlober dkk, 2014).

b) Status rujukan

Sistem rujukan merupakan faktor penting dalam penatalaksanaan BBLR karena selama periode rujukan menambah kemungkinan terjadinya paparan suhu lingkungan pada bayi selama perjalanan. BBLR yang mempunyai kemungkinan komplikasi hipotermi yang lebih besar dibandingkan dengan bayi BBL normal, apalagi bila proses dan teknik merujuk bayi BBLR tidak dilakukan dengan baik dan benar. Rujukan BBLR paling ideal dilakukan adalah rujukan antepartum yaitu saat bayi masih dalam kandungan. Yang menjadi pertimbangan dalam merujuk adalah bahwa dengan merujuk bayi akan mendapatkan keuntungan/nilai positif (JNPK-KR, 2008a).

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta

menyebutkan bahwa kematian bayi dengan berat lahir 1000-2500 mencapai

51,4% dan sebagian besar adalah bayi rujukan (Wardani dkk, 2009). Sesuai

dengan hasil penelitian tentang survival BBLSR di sebuah public sector hospital

di Johannesburg menemukan bahwa risiko kelangsungan hidup (survival) BBLR

rujukan (BBLSR yang lahir sebelum tiba di rumah sakit)/birth before arrival at

the hospital (BBA) lebih kecil (OR=0,23; 95%CI=0,08-0,69) dibandingkan

dengan BBLSR yang lahir di rumah sakit (bayi bukan rujukan). Jadi BBLSR

rujukan mempunyai risiko kematian lebih besar, sehingga BBLSR rujukan

merupakan prediktor kematian BBLSR (Ballot dkk, 2010).

(37)

18

2.3.3 Faktor Klinis 1. Klinis ibu

a). Cara persalinan

Data SKRT 2001 menunjukkan bahwa persentase tertinggi kematian neonatal terjadi pada kelahiran normal (partus spontan) yaitu sebesar 88,9%, sedangkan pada persalinan pervaginam dengan tindakan sebesar 2,9% dan pada operasi caesar sebesar 8,1% (Djaja, Sumantri, 2003). Sementara hasil sebuah penelitian tentang faktor resiko kematian BBLSR menemukan bahwa cara persalinan tidak berhubungan dengan kematian BBLSR setelah dilakukan adjusted dengan faktor-faktor lain (Cetinkaya dkk, 2014). Hasil serupa ditemukan penelitian lainnya bahwa tidak ada perbedaan bermakna kematian BBLSR pada persalinan pervaginam dibandingkan persalinan dengan cara sectio caesarea (Malek-Mellouli, 2013). Berbeda halnya dengan beberapa hasil penelitian lain bahwa cara persalinan merupakan faktor resiko kematian perinatal (Ekure dkk, 2002), cara persalinan sectio caesarea merupakan faktor yang berhubungan dengan survival BBLR (Lee & Gould 2006). Penelitian lain menemukan bahwa angka lahir mati dan kematian neonatal BBLR yang lahir dengan cara sectio caesarea sebesar 0,5% dan 1,0%, lebih rendah daripada yang lahir dengan cara pervaginam (Chen dkk, 2013).

b) Gravida, umur kehamilan, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban dan keadaan air ketuban

Beberapa penelitian meneliti faktor ibu sebagai faktor risiko kematian

BBLR antara lain umur ibu (Prastiti, 2003), gravida (Basu dkk, 2008), umur

(38)

19

kehamilan (Gupta dkk, 2014; Afjeh dkk, 2013; Nayeri dkk, 2013; Basu dkk, 2008), paritas (Gupta dkk, 2014), riwayat ANC/USG (Prastiti,2003), antepartum bleeding (APB)/riwayat perdarahan (Basu dkk, 2008), preterm rupture of membrane (PRM)/riwayat keluar air ketuban dan warna air ketuban (Afjeh dkk, 2013).

2. Klinis bayi a) Maturitas bayi

Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Maturitas bayi selain ditentukan berdasarkan klinis bayi juga ditentukan dengan melihat umur kehamilan. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik (JNPK-KR, 2008a).

Sebuah penelitian yang meneliti tentang outcome BBLSR di Iranian Center

menemukan bahwa faktor umur kehamilan berhubungan bermakna dengan

kelangsungan hidup BBLSR (30,5 ± 2,2 vs 27,5 ± 2 minggu, p <0,001). Kematian

BBLSR preterm (umur kehamilan <37 minggu) ditemukan berbeda-beda pada

beberapa kategori kelompok umur bila dibandingkan dengan kematian BBLSR at

term (umur kehamilan ≥37 minggu). Kematian BBLSR pada umur kehamilan ≤28

minggu, 29-32 minggu dan 33-36 minggu didapatkan sebesar 6,89 kali

(95%CI=0,43-0,56), 0.56 kali (95%CI=0,76-62,83), dan 0.13 kali (95%CI=0,06-

5,15) bila dibandingkan dengan kematian BBLSR pada umur kehamilan ≥37

minggu (Afjeh dkk, 2013).

(39)

20

b) Berat lahir

Semakin muda umur kehamilan dan semakin lama terjadinya gangguan pertumbuhan dalam kandungan menyebabkan semakin besar kemungkin bayi lahir dengan berat badan yang lebih rendah dan semakin kecil kemampuannya dalam kelangsungan hidup masa neonatal (JNPK-KR, 2008a). Penelitian tentang survival rate BBLR dan BBLSR di masyarakat Iran menemukan bahwa berat lahir berhubungan bermakna dengan kematian BBLR. Odds ratio kematian neonatal dengan berat lahir <1500 gram sebesar 4.1 kali (95%CI=1,2-13,9) dibandingkan dengan neonatal dengan berat lahir 1500-2500 gram (Vazirineja dkk, 2012). Penelitian tentang outcome BBLSR dari laporan selama lebih dari 3 tahun di Iranian Center menemukan bahwa rata-rata berat lahir BBLSR yang bertahan hidup lebih tinggi secara bermakna daripada BBLSR yang meninggal (1275±189 vs. 944±253 gram (Afjeh dkk, 2013).

c) Asfiksia

Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan untuk bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir. Selain dapat menyebabkan kematian,

asfiksia juga dapat mengakibatkan kecacatan. Menurut SKRT 2001, asfiksia

merupakan penyebab kematian neonatal yang paling tinggi dimana 27% kematian

neonatal disebabkan oleh asfiksia dan angka kematian sekitar 41,94% di RS pusat

rujukan propinsi. Penelitian di Sagamu, Nigeria menemukan bahwa kematian bayi

dengan berat lahir <1.5 kg berhubungan dengan kejadian asfiksia (Ogunlesi,

2011). Penelitian di rumah sakit Sardjito, Yogyakarta menemukan bahwa

kematian BBL 1000-2500 gram dengan asfiksia lebih tinggi dari bayi tanpa

(40)

21

asfiksia tapi secara statistik tidak bermakna (OR 2,59; 95%CI 0,821-5,067) (Wardani dkk, 2009).

d) RDS (respiratory distress syndrome)

RDS juga disebut hyaline membrane disease (HMD) merupakan penyakit pernapasan yang terutama mempengaruhi bayi kurang bulan. Keadaan ini terjadi pada sekitar seperempat bayi yang lahir pada umur kehamilan 32 minggu dan insidennya meningkat sejalan dengan memendeknya periode kehamilan (JNPK- KR, 2008a). RDS merupakan faktor utama penyebab kematian BBLSR yang ditemukan pada penelitian di Iranian center (OR=8,17; 95%CI=4,29-15,56).

e) Sepsis

Sepsis masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian neonatus.

Sepsis neonatorum sangat berbahaya dan bayi yang tetap hidup bisa mengalami cacat neurologis yang signifikan dan salah satu faktor risiko sepsis adalah kelahiran kurang bulan (JNPK-KR, 2008b). Sepsis merupakan faktor resiko kematian BBLR (OR=5,05; 95%CI=2,43-11,19) yang ditemukan pada penelitian Wardani dkk (2009).

f) Hipoglikemi

Hipoglikemi bayi biasanya didefinisikan sebagai nilai glukosa serum ≤45

mg/dl. Hipoglikemi yang tidak ditangani dapat mengakibatkan kerusakan syaraf

permanen atau kematian (JNPK-KR, 2008b). Hipoglikemi merupakan faktor

risiko kematian BBLR (OR=3,36; 95%CI=1,70-6,71) pada penelitian Wardani

dkk (2009) .

(41)

22

g) Hipotermi

Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5

0

C pada pengukuran suhu melalui ketiak. Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (JNPK-KR, 2008a). Hipotermi merupakan salah satu faktor risiko kematian BBLR pada penelitian sebelumnya (Basu dkk, 2008).

h) Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah naiknya kadar bilirubin serum dengan gejala yang paling mudah diidentifikasi adalah ikterus dimana kulit dan selaput lendir berwarna kuning yang nampak nyata pada neonatus bila bilirubin total ≥5 mg/dl (JNPK-KR, 2008b). Penelitian sebelumnya tentang faktor risiko kematian BBLR telah meneliti hiperbilirubinemia sebagai salah satu faktor yang diteliti, namun tidak berhubungan bermakna dengan kematian BBLR (Basu dkk, 2008).

i) Masalah minum (Feeding problem)

Komplikasi yang sering terjadi pada BBLR yaitu hipotermi, hipoglikemi,

ikterus, infeksi atau curiga sepsis, sindrom aspirasi mekonium dan masalah

minum (JNPK-KR, 2008a). Masalah minum yaitu bayi tidak dapat atau tidak mau

minum. Waktu timbulnya yaitu sejak lahir. Masalah minum sering terjadi pada

bayi baru lahir, pada bayi sakit berat dan bayi berat lahir rendah. Masalah minum

perlu mendapat perhatian khusus untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit

dan kematian.

(42)

23

j) Pemberian antibiotika

Pemberian antibiotika diperlukan pada BBLR karena memiliki risiko tinggi terhadap infeksi. Pseudomonas selalu muncul di unit perawatan neonatologi dan dihubungkan dengan tingginya angka kematian pada neonatus di unit perawatan intensif. Reservoir potensial untuk pseudomonas meliputi alat-alat resusitasi, inkubator, susu formula, pompa payudara, bayi dengan perawatan lama, dan tangan petugas kesehatan (Johanes dkk, 2007). Pada sebuah studi kasus yang dilakukan di Lampung menyimpulkan bahwa pemberian antibiotika diperlukan pada BBLR (Adhein dan Rahmanoe, 2014). Penelitian prosfektif tentang epidemi infeksi pada BBLR menemukan bahwa insiden infeksi sebesar 43,1% dan penggunaan antibiotika secara rasional sangat diperlukan (Helwich dkk, 2009).

Sementara penelitian di RS Sardjito menemukan bahwa pemberian antibiotika profilaksis dalam menegah sepsis neonatorum klinis dini pada bayi baru lahir dengan potensial infeksi, salah satunya BBLR, sama efektif dengan tanpa peberian antibiotika profilaksis (Darawati, 2001).

k) Panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, Apgar score

Faktor lainnya yang diteliti pada penelitian sebelumnya antara lain panjang badan lahir (Basu dkk, 2008), lingkar kepala (Basu dkk, 2008), lingkar dada (Basu dkk, 2008), apgar score (Afjeh dkk, 2013; Nayeri dkk, 2013; Basu dkk, 2008).

l) Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium juga telah diteliti pada penelitian tentang

faktor risiko kematian BBLR sebelumnya antara lain whole bood cell (WBC),

hemoglobin, hematokrit, trombosit, gula darah, bilirubin. (Basu dkk, 2008).

(43)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kematian BBLR dipengaruhi oleh berbagai faktor atau determinan. Dalam penelitian ini determinan kematian BBLR dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor demografi, faktor pelayanan kesehatan dan faktor klinis.

Pengaruh jenis kelamin terhadap kematian BBLR terkait dengan ketahanan BBLR yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tempat tinggal terkait dengan akses pelayanan kesehatan, dimana daerah sulit terhadap akses pelayanan kesehatan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas antenatal care (ANC) yang akan mempengaruhi keluaran bayi termasuk kematian. Jenis pembayaran terkait dengan faktor ekonomi, dimana masyarakat yang tergolong keluarga kurang mampu secara ekonomi berhak mendapatkan fasilitas pembayaran jamkesmas/

jampersal dan JKBM dengan kelas rawat inap di kelas tiga. Keadaan ekonomi berhubungan dengan kemampuan ibu dalam merawat bayi dan pemenuhan asupan nutrisi bayi sehingga akan mempengaruhi daya tahan termasuk kematian.

Periode MRS terkait dengan perkembangan fasiltas pelayanan. BBLR yang MRS setelah adanya pengembangan PONEK diharapkan mendapat perawatan dengan sumber daya yang lebih baik sehingga akan mempengaruhi output BBLR termasuk kematian. Status rujukan dalam mempengaruhi kematian BBLR terkait adanya kondisi bayi yang memang lebih berisiko sehingga dirujuk ke rumah sakit disertai dengan adanya paparan selama periode merujuk.

24

(44)

Cara persalinan seksio pada bayi BBLR lebih banyak dilakukan karena pertimbangan kegawatan ibu dan/atau janin. Kegawatan ibu/janin merupakan kondisi yang lebih buruk sehingga mempengaruhi kondisi medis dan risiko kematian yang lebih tinggi pada BBLR yang lahir dengan cara seksio. Demikian juga kondisi klinis ibu lainnya, dimana riwayat kehamilan ibu yang lebih buruk akan mempengaruhi bayi yang dilahirkan sehingga mempengruhi juga risiko kematian.

Maturitas bayi terkait dengan umur kehamilan dan pemeriksaan klinis bayi baru lahir dimana bayi lahir kurang bulan (preterm) mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga meningkatkan risiko kematian. Bayi yang lahir dengan berat lahir, panjang badan, lingkar lengan dan lingkar dada yang lebih kecil adalah bayi yang mengalami gangguan pertumbuhan selama dalam kandungan yang juga akan menurunkan daya tahan bayi serta meningkatkan risiko kematian. BBLR dengan asfiksia dan RDS adalah BBLR dengan kondisi medis yang lebih buruk sehingga meningkatkan risiko kematian. Bayi yang mengalami masalah pemberian minum akan menurunkan asupan nutrisi sehingga meningkatkan risiko kematian.

Pemberian antibiotika pada BBLR yang merupakan bayi dengan potensial

terinfeksi dapat mencegah dan mengobati kejadian infeksi neonatorum sehingga

dapat menurunkan risiko kematian. Apgar score yang lebih rendah dan hasil

laboratorium yang lebih buruk sebagai tanda bayi dengan kondisi klinis lebih

buruk sehingga mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi.

(45)

26

3.1 Konsep Penelitian

Keterangan : BBL=berat badan lahir, PB=panjang badan, LK/LD=lingkar kepala/lingkar dada, WBC=white blood cell

Gambar 3. 1 Konsep Penelitian Determinan Kematian BBLR Selama Rawat Inap di RSUD Karangasem Tahun 2012-2014

FAKTOR DEMOGRAFI:

Tempat tinggal, jenis kelamin bayi, umur ibu

FAKTOR KLINIS :

• Faktor klinis ibu :

Cara persalinan, umur kehamilan, gravid, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat KPD, keadaan air ketuban

• Faktor klinis bayi :

Maturitas bayi, asfiksia, RDS, sepsis, hipoglikemi, hipotermi, hiperbilirubinemia, masalah minum, pemberian antibiotika, BBL, PB, LK/LD, apgar score

• Laboratorium :

WBC, hemoglobin, hematokrit,

KEMATIAN BBLR SELAMA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT FAKTOR PELAYANAN

KESEHATAN :

Periode MRS , status rujukan

(46)

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Faktor demografi (tempat tinggal, umur ibu dan jenis kelamin bayi) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

2. Faktor pelayanan kesehatan (periode MRS dan rujukan) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

3. Faktor klinis (klinis ibu yaitu cara persalinan, gravida, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, warna air ketuban dan klinis bayi yaitu maturitas bayi, berat lahir, asfiksia, RDS, masalah pemberian minum, pemberian antibiotika dan hasil laboratorium) sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012-2014.

4. Faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis sebagai determinan kematian

pada kelompok BBLSR dan kelompok BBLR preterm berat lahir 1000-<2000

gram selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan analisis data kohort BBLR yang dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012-2014. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari rekam medik BBLR.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Karangasem, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Maret 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah BBLR yang rawat inap di RSUD Karangasem dan populasi terjangkaunya adalah BBLR yang rawat inap di RSUD Karangasem pada tahun 2012 sampai dengan bulan Oktober 2014. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu BBLR yang lahir antara tanggal 1 Januari 2012 sampai 31 Oktober 2014 dan rekam medik ditemukan. Sedangkan kriteria ekslusinya adalah BBL <500 gram, BBLR dengan kelainan kongenital dan BBLR

28

(48)

29

yang sempat rawat inap di RSUD Karangasem kemudian dirujuk ke rumah sakit lain. BBBL <500 gram menjadi kriteria eksklusi oleh karena dalam register BBLR ruang perinatologi RSUD Karangasem ditemukan BBLR dengan berat lahir <500 gram. Beberapa sumber menyebutkan bahwa BBL<500 gram dan umur kehamilan<20 minggu termasuk dalam kriteria abortus (Manuaba, 2007;

Sarwono, 2008; Handono, 2009).

4.3.2 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan total sampling, dimana penulis akan menggunakan semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Periode waktu tahun 2012 sampai 2014 dipilih berdasarkan atas dasar data jumlah BBLR yang dirawat dan kematian BBLR yang didapat dari register BBLR di RSUD Karangasem.

Dalam periode waktu tersebut terdapat 814 BBLR yang dirawat dan 104 (12,77%) kematian. Jumlah tersebut dianggap cukup untuk dilakukan analisis multivariat dengan tujuan melihat pengaruh variabel bebas dan mempertimbangkan banyaknya variabel yang diteliti serta kemungkinan akan terdapat beberapa data missing pada beberapa variabel.

4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Jenis variabel

Variabel bebas antara lain tempat tinggal, jenis kelamin bayi, periode MRS,

cara persalinan, status rujukan, maturitas bayi, berat lahir, asfiksis, RDS, masalah

minum, pemberian antibiotika, umur ibu, gravida, umur kehamilan, paritas,

riwayat ANC (USG), riwayat perdarahan/antepartum bleeding (APB), riwayat

(49)

30

keluar air ketuban/preterm rupture of membrane (PRM), panjang lahir, lingkar kepala, lingkar dada, apgar score, whole bood cell (WBC), hemoglobin, hematokrit, trombosit, gula darah dan bilirubin. Sedangkan variabel tergantungnya adalah kematian BBLR.

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

Disajikan dalam bentuk tabel (tabel 4.1). Variabel tahun lahir dan lama

rawat disajikan hanya dalam bentuk data deskriptif. Variabel bebas

dikelompokkan menjadi 3 katagori yaitu faktor demografi (tempat tinggal, jenis

kelamin bayi dan umur ibu), faktor pelayanan kesehatan (periode MRS dan status

rujukan) dan faktor klinis (cara persalinan, gravida, parita, umur kehamilan,

riwayat ANC/USG riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, maturitas bayi,

berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala, lingkar dada, apgar score menit 1, apgar

score menit 5, asfiksia, RDS, masalah minum, pemberian antibiotika dan hasil

laboratorium meliputi WBC, hemoglobin, hematokrit, trombosit, gula darah,

bilirubin direk dan bilirubin total). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah

kematian BBLR. Beberapa variabel kategorikal dibuat dengan melakukan recode

dari data numerik yang sudah ada seperti kategori umur ibu, gravida dan paritas.

(50)

31 Tabel 4.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala ukur Skala Analisis

Data deskriptif

Tahun lahir Tahun kelahiran BBLR ditentukan

berdasarkan data tanggal lahir (kolom P-05 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal

(Tahun lahir : 2012, 2013 2014)

Nominal 0= 2014 1= 2013 2= 2012

Kelompok BBLR

Kelompok BBLR menurut WHO, ditentukan berdasarkan berat lahir (kolom P33), dibagi dala tiga kelompok : BBLR (bayi berat lahir rendah), BBLSR (bayi berat lahir sangat rendah), BBLASR (bayi berat lahir amat sangat rendah)

Tabel ekstraksi data

Interval

(berat lahir dalam gram)

Nominal

0= BBLR, bila berat lahir

<2500 gram

1= BBLSR, bila berat lahir <1500 gram 2= BBLASR, bila berat

lahir <1000 gram

(51)

32 Lama rawat Jumlah hari rawat inap (kolom P12), dihitung

sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar rumah sakit. Bila tanggal masuk dan tanggal keluar pada hari yang sama, dihitung satu hari lama rawat.

Tabel ekstraksi data

Interval

(Lama rawat dalam hari)

Nominal 0 bila ≤ 7 hari 1 bila > 7 hari

Faktor demografi Tempat

tinggal

Tempat tinggal orang tua BBLR, ditentukan berdasarkan alamat saat masuk RS (form RM.01 dalam rekam medik atau kolom P-04 pada tabel ekstraksi data). Skala analisis mengacu pada SK Bupati No.225/2008 (lampiran 5 halaman 108) tentang sarana pelayanan kesehatan terpencil dan

disesuaikan dengan kondisi geografis dimana daerah sulit merupakan daerah perbukitan dan/atau jarak serta waktu tempuh ke rumah sakit lebih dari 1 jam.

Tabel ekstraksi data

Nominal

(Alamat tempat tinggal)

Nominal

0=daerah biasa

1=daerah sulit

(52)

33

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Skala Analisis

Jenis kelamin bayi

Jenis kelamin BBLR sesuai dengan yang tercatat pada form CM 02 dalam rekam medik (kolom P-03 pada tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Nominal

(Laki-laki, perempuan)

Nominal

0=perempuan, 1=laki-laki

Umur ibu Umur ibu saat melahirkan bayi yang menjadi subyek penelitian (tercantum pada form CM 02 dalam rekam medik dan kolom P-25 dalam tabel ekstraksi data)

Tabel ekstraksi data

Interval

(umur dalam tahun)

Nominal 0= 20-35 tahun

1= <20 atau >35 tahun

Faktor pelayanan kesehatan Periode

MRS

Periode MRS terkait pengembangan PONEK.

Kategori sebelum atau setelah pengembangan PONEK berdasarkan tanggal MRS (rekam medik form RM.01/ tabel ekstraksi data kolom P-09), cut of point yaitu 2 Januari 2013 (tanggal peresminan gedung PONEK baru).

Tabel ekstraksi data

Interval

(tanggal masuk)

Nominal

0=setelah pengembangan PONEK

1=sebelum pengembangan

PONEK

Gambar

Gambar 3. 1  Konsep Penelitian Determinan Kematian BBLR Selama Rawat  Inap di RSUD Karangasem Tahun 2012-2014
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa rekam medik BBLR yang dapat ditemukan  sebanyak 672 orang
TABEL JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Analisis skor Pola Pangan Harapan (PPH) dilakukan untuk menjawab tujuan kedua, yakni terkait dengan kualitas ketersediaan di Kabupaten Sidoarjo. Analisis ini diawali dengan

[9] Heri Hermansyah, Septhian Marno, Rita Arbianti, Tania Surya Utami, Anondho Wijanarko, “Interesterifikasi Minyak Kelapa Sawit dengan Metil Asetat untuk Sintesis

[r]

Pengujian program pada form lokasi pengukuran terdiri dari pengujian pada proses pengambilan data posisi, pemberian nomor GPS, konversi, penyimpanan data, tampilan peta

Jika entitas asosiasi mempunyai entitas anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama, maka laba atau rugi dan aset neto yang dicatat dengan menerapkan metode ekuitas merupakan

Dalam proses pembuatan buku ini, tanpa adanya ridho Allah SWT, semangat, kesungguhan dan kesabaran, kami tidak akan mampu untuk menyelesaikannya. Buku ini merupakan hasil

Keberhasilan pembelajaran tematik terpadu tergantung pula pada lingkungan kelas yang diciptakan yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar dan menjadi tempat

Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan, pusat KTM Mahalona akan menjadi orientasi pengembangan dari Pusat-Pusat SKP sebagai pusat orde 3 (lingkup kabupaten)