• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Taufik (2007) faktor-faktor yang memengaruhi motivasi intrinsik yaitu:

1. Faktor Instrinsik a. Kebutuhan (need)

37

Menurut Maslow pemenuhan berbagai kebutuhan didorong oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan atau perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Misalnya, lapar akan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi; haus untuk memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit tubuh; sesak nafas untuk memenuhi kekurangan memenuhi oksigen di tubuh; takut dan cemas merupakan kebutuhan untuk memenuhi kekurangan rasa aman; dan sebagainya. (Asmadi, 2008).

Teori kebutuhan ke dalam suatu bentuk hirarki yang dikenal dengan hirarki kebutuhan Maslow yang memandang motivasi manusia sebagai hirarki lima macam kebutuhan. Kelima macam kebutuhan itu (Snyder, 2000):

1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs)

Kebutuhan yang paling mendasar dari setiap manusia adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), termasuk di dalamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahanan suhu tubuh dan lain sebagainya (Feist & Feist, 2009). Kebutuhan makanan bagi wanita menopause yang mengandung kalsium tinggi seperti juga sangat penting untuk penyerapan kalsium dan pembentukan tulang seperti yogurt, keju, susu dan produk susu lainnya, tiram, sarden, salmon dan sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam dan brokoli. Makanan tersebut dapat mengurangi terjadinya patah tulang belakang. Tetapi kebutuhan vitamin D yang berlebih akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti batu ginjal, sembelit, atau sakit perut. Faktor ini sangat

38

terkait terhadap tingkat sosial ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Mulyani, 2013).

Kebutuhan seks wanita menopause akan mengalami penurunan seiring terjadi perubahan fisik atau bertambah tua. Adanya mitos tentang wanita menopause akan mengalami penurunan gairah seks yang dapat berdampak terhadap pasangannya sehingga dapat menimbulkan stres karena takut pasangan akan menikah lagi (Pakasi, 2005).

2) Kebutuhan keamanan (safety needs)

Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis, mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan (safety needs), yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari ketakutan-ketakutan yang mengancam, seperti penyakit, rasa takut, kecemasan, dan bahaya (Feist & Feist, 2009).

Kebutuhan keamanan bagi ibu menopause dapat diartikan sebagai upaya menghindari, pencegahan atau mengurangi berbagai gejala penyakit degeneratif. Wanita menopause sering disertai dengan penyakit degeneratif seperti penyakit kanker disebabkan imun dalam tubuh mengalami penurunan sesuai bertambahnya usia. Untuk mengurangi gejala-gejala degeneratif yang dapat menimbulkan depresi dan cemas. Sebaiknya wanita menopause mengatur pola makan, berolah raga atau melakukan aktivitas rutin serta memeriksanakan diri ke tenaga kesehatan secara rutin untuk memantau kesehatan (Pakasi, 2005).

39

Menurut Arisman (2004) upaya pencegahan dan mempertahankan kesehatan dan vitalitas secara proaktif adalah:

a) Olah raga secara teratur disertai dengan kegiatan harian yang sederhana seperti mengangkat barang.

b) Mengurangi kafein, garam dan gula. Kafein yang berlebihan dapat merangsang gejolak panas, poliuri dan defisiensi massa tulang.

c) Melaksanakan anjuran dalam mengkonsumsi makanan. d) Pola makan sehat.

e) Memeriksa kesehatan secara rutin.

Beberapa upaya untuk mencegah dampak dari perubahan fisik pada menopause tersebut adalah pemeriksaan ginekologi secara rutin, pemeriksaan kesehatan umum secara rutin, misalnya tensi, timbang berat badan, rekam jantung, pemeriksaan Bone Mass Densitometri, pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol), pemeriksaan pap smear secara rutin, dan perabaan payudara (sadari) (Varney, 2009).

3) Kebutuhan sosial (social needs)

Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love and belongingness needs), seperti keinginan untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, mengikuti perkumpulan di lingkungan dan masyarakat (Feist & Feist, 2009).

40

Dalam beberapa kasus wanita yang mengalami menopause mulai menarik diri dari pergaulan sosial karena merasa dirinya tidak berharga dan merasa tidak berguna lagi. Seperti membatasi untuk berinteraksi sosial dengan teman maupun dengan keluarga. Mereka lebih suka menyendiri jauh dari keramaian. Wanita yang mengalami menopause akan membutuhkan keluarga dan teman-teman terdekat sebagai dukungan agar tidak minder dalam beradaptasi dengan lingkungan. Adanya motivasi dari dirinya untuk menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik (Ghozally, 2005).

3) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)

Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensial diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin, dan melakukan apa yang paling cocok, serta menyelesaikan pekerjaannya sendiri (Feist & Feist, 2009). Kematangan emosi pada tiga fase usia yang berbeda didapatkan bahwa pada usia lebih tua memang menampakkan adanya penyesuaian perilaku dan kendali diri dari emosi yang datang, namun sebenarnya sangat besar kemungkinan adanya kondisi emosi yang tetap bergejolak karena pada bertambahnya usia, bertambah pula stimulus seperti kondisi pekerjaan, kehidupan sosial, dan lain-lain. Hal tersebut yang kemudian akan menyebabkan seorang gelisah, cemas, dan depresi (Tomar, 2009).

Wanita di fase menopause menunjukkan bahwa gejala fisik yang dialami turut memengaruhi kondisi psikis seperti suasana hati yang berubah-ubah yang memengaruhi hubungan sosial. Kebanyakan dialami wanita pada negara-negara Asia, karena faktor budaya, dimana wanita menopause melakukan upaya preventif dari

41

gejala fisik yang dialami dengan menggunakan obat-obatan tradisional untuk mempertahankan kecantikannya (Tomar, 2009).

b. Harapan (expentancy)

Harapan adalah keadaan termotivasi yang positif didasarkan pada hubungan interaktif antara agency atau energi yang mengarah pada tujuan dan pathway atau rencana untuk mencapai tujuan. Harapan akan menjadi lebih kuat jika harapan ini disertai dengan adanya tujuan yang bernilai yang memiliki kemungkinan untuk dapat dicapai, bukan sesuatu yang mustahil dicapai (Snyder, 2000).

Teori harapan juga menekankan peran dari hambatan, stressor, dan emosi. Ketika menjumpai hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan, individu menilai kondisi tersebut sebagai sumber stres. Berdasarkan postulat teori harapan, emosi positif dihasilkan dari persepsi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan. Sebaliknya emosi negatif mencerminkan kegagalan pencapaian tujuan, baik yang mengalami hambatan ataupun tidak mengalami hambatan. Oleh karena itu, persepsi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan akan mendorong munculnya emosi positif dan negatif Kemudian emosi ini bertindak sebagai reinforcing feedback (Snyder, 2000).

Keinginan wanita menopause yang merasa dirinya tidak cantik lagi dapat mempersiapkan dirinya untuk tetap cantik dengan berdandan atau berpakaian sesuai usia. Gaya berpakaian wanita dapat menunjukkan karakter atau pribadi dirinya (Smart, 2010).

Menopause merupakan hal yang tidak diinginkan oleh sebagian besar wanita karena penurunan fungsi reproduksi dan fungsi seksual. Kualitas seksual seorang

42

wanita dapat terganggu. Gangguan ini tentunya berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan seksual pasangannya. Penelitian Suliyani (2007) melaporkan perubahan seksualitas yang terjadi pada masa menopause cukup menjadi kendala bagi wanita menopause di Bandung dalam memenuhi kebutuhan seksual pada pasangannya. Gangguan seksual yang muncul berupa respon seksual, frekuensi seksual dan menurunnya libido. Wanita pada usia menopause berharap dapat memberikan kebutuhan seks kepada pasangan karena seks merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, bentuk kasih sayang, kewajiban seorang istri, dan dapat menciptakan hubungan menjadi lebih intim.

Wanita menopause ingin mengurangi tingkat cemas menghadapi sindrom menopause antara lain melakukan hobi yang positif tanpa harus mengganggu aktivitas sehari-hari, berolahraga, mediasi, terapi atau berobat ke tenaga kesehatan (terapi hormonal) dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Keinginan untuk mengatasi rasa cemas tersebut dipengaruhi faktor pengetahuan, sumber informasi dan pengalaman dari orang lain (Suliyani, 2007).

c. Minat

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih yang berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Minat sebagai kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, tertarik, perhatian, gairah dan keinginan. Minat merupakan kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya (Sardiman, 2007).

43

Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Kasijan (2001) yaitu faktor dorongan dari dalam, faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang dalam menanamkan perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu.

Sikap wanita menopause terhadap citra diri yang kurang baik disebabkan merasa dirinya sudah tidak menarik lagi sehingga penampilan kurang diperhatikan. Ada wanita menopause bergaya dengan model anak remaja putri dapat dikatakan tidak menunjukkan keserasian atau keanggunan seorang wanita separuh baya dan dapat menjadi bahan perkunjingan teman sebayanya (Luftiwai, 2012). .

Gejala menopause merupakan suatu gejala yang alami akan dilalui seorang wanita dan dapat mengalami gangguan emosi. Wanita menopause yang sabar dan berpikir jernih menghadapi sindrom menopause biasanya memiliki keinginan yang baik dalam menjalani masa menopause dan akan mempersiapkan dirinya menghadapi gejala-gejala menopause yang mungkin muncul. Wanita memasuki masa menopause mempunyai pendirian kuat berusaha memenerima keadaan dirinya dan tidak ingin membebani keluarganya dalam menghadapi berbagai gejala menopause (Zasri, 2012). 2. Faktor Ekstrinsik

44

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010). Pendapat Zasri (2012) menyatakan bahwa semakin rendah tingkat kecemasan memasuki masa menopause peran keluarga sangat diperlukan oleh seorang wanita yang akan menginjak ke masa menopause agar tidak mempunyai sikap yang negatif.

House dan Kahn dalam Friedman (2010) menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan diantaranya:

1). Dukungan emosional

Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan dan kelainan yang dialaminya).

2) Dukungan informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah pengumpul dan penyebar informasi. Menjelaskan tentang pemberian saran dan sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan tentang suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat

45

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada anggota keluarga. Aspek aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. 3). Dukungan instrumental

Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan keluhan penyakit dalam menyampaikan perasaannya serta dukungan instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

4). Dukungan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya adalah memberikan penghargaan dan perhatian saat ada keluarga yang sakit. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya.

Dukungan yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri yang menopause antara lain adalah :

1) Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa hamil lagi. 2) Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause,

46

istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya. Suami harus meyakinkan istri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima.

3) Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan istri di saat mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-debar dan lain sebagainya.

4) Mengajak istri untuk berolah raga dan memperbaiki pola makan karena berat badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause.

5) Akibat dari menurunnya fungsi sel telur, mungkin akan terjadi penonjolan pada persendian terutama pada jari dan akan terasa sakit. Suami harus menenangkan istri bahwa hal tersebut merupakan hal yang wajar terjadi ketika menopause. 6) Istri akan mudah tersinggung, marah-marah, kecewa dan sebagainya. Hal ini

dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami dan anak-anaknya, untuk itu para suami harus bersikap sabar (Rahmi, 2010).

Tingkat kecemasan yang berlebihan yang dialami wanita menopause memungkinkan untuk memiliki pemikiran yang keliru sehingga menimbulkan sikap negatif terhadap menopause. Dengan adanya dukungan dan pengertian dari keluarga terutama suami dapat menurunkan kecemasan ibu-ibu dalam menghadapi menopause sehingga lebih siap menerima datangnya menopause (Zasri, 2012).

b. Lingkungan

Pengaruh lingkungan sudah dibuktikan sangat memengaruhi perempuan untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase menopasue. Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat memengaruhi seseorang

47

sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, teman (famili) juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi ibu dalam merubah tingkah lakunya menghadapi menopause. Dalam sebuah keluarga yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks pemanfaatan sarana kesehatan, maka orang-orang di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan, ataupun memberikan informasi pada ibu tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut.

Tenaga kesehatan mampu menjelaskan kepada wanita menopause tentang risiko dan manfaat berbagai pilihan terapi untuk wanita menopause, mampu mengarahkan wanita menopause untuk menerima saran dari tenaga kesehatan seputar keluhan yang dialami oleh wanita menopause. Tenaga kesehatan harus dapat membantu wanita menopause dalam membuat keputusan tentang pengobatan, memantau terapi, memeriksa efek samping dari pengobatan. Petugas sebagai sebagai motivator dalam menangani wanita menopause dapat berupa penawaran dukungan berupa mengidentifikasi masalah keluhan perubahan tubuh, masalah makanan, masalah gaya hidup, masalah osteoporosis dan lain-lain. Tenaga kesehatan berfungsi sebagai konselor harus mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan ditengah-tengah masyarakat. Sebagai konselor tenaga harus mampu menyakinkan wanita menopause bahwa ia berada dalam asuhan orang yang tepat sehingga mau berbagi cerita seputar permasalahan kesehatan yang dialaminya dan mau menerima asuhan yang diberikan agar kecemasan yang dirasakan dapat berkurang (Chair dkk, 2005).

48

Manfaat dukungan sosial terhadap kesehatan dan kondisi mental seseorang tidak peduli besar kecilnya pengalaman stress yang dimiliki. Dukungan sosial jika dilihat dari istilah sosial secara luas maka teori direct yang berlaku. Karena teori direct berkaitan dengan aspek struktural seperti jumlah orang yang diidentifikasikan sebagai teman dan keanggotaan pada suatu organisasi. Dukungan sosial seperti teman dekat atau teman di lingkungan pekerjaan dapat memberikan informasi atau nasehat verbal dan non verbal seputar kecemasan pada masa menopause. Misalnya seorang istri yang mulai menopause dan merasa takut ditinggal atau menyeleweng suami akan menceritakan permasalahannya dan meminta saran kepada teman sesama perempuan untuk dapat mengurangi beban atau pikiran stres dalam dirinya (Sarafino, 2002).

Aspek psikologis yang terjadi pada wanita menopause amatlah penting peranannya dalam kehidupan sosialnya (lingkungan) terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang wanita tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis wanita dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan ibu (Varney, 2007).

c. Media Informasi

Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi ibu menopause dalam memotivasi untuk melakukan mobilisasi dini terhadap gejala menopause terkait penyakit, mungkin karena pada era globalisasi ini hampir dari waktu yang dihabiskan adalah berhadapan dengan media informasi, baik itu media cetak maupun elektronika (TV, radio, komputer/internet) sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya

49

yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap kesehatan (Taufik, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2010), sumber informasi tidak terlepas dari media karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Informasi kesehatan merupakan serangkaian informasi yang ditujukan untuk memengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku yang sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor yaitu sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku. Perilaku berubah dengan terlebih dahulu diberikan sebuah penguatan berupa informasi-informasi tentang sesuatu hal yang bisa merubah perilaku terlebih dahulu. Informasi tentang penyakit yang bisa dialami, komplikasi yang dapat terjadi bahkan dapat mengakibatkan kematian perlu diinformasikan (Setiawati, 2008).

Dokumen terkait