• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Motivasi Intrinsik Dan Ekstrinsik Dengan Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Sindrom Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Motivasi Intrinsik Dan Ekstrinsik Dengan Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Sindrom Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2015"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kecemasan

2.1.1. Definisi Kecemasan

Cemas (anxiety) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Videbeck, 2008). Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000).

Kecemasan timbul sebagai akibat seringnya kekhawatiran yang menghantui dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Kecemasan biasanya relatif, artinya bisa dihilangkan dan ditenangkan. Namun pada sebagian orang kondisi ini tidak mampu dilakukan (Lumongga, 2013).

(2)

14

peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.

Cemas merupakan suatu keadaan yang wajar, karena seseorang pasti menginginkan segala sesuatu dalam kehidupannya dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya atau kegagalan serta sesuai dengan harapannya. Banyak hal yang harus dicemaskan, salah satunya adalah kesehatan, yaitu pada saat dirawat di rumah sakit. Misalnya pada saat anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan menimbulkan dampak bagi orang tua maupun anak tersebut. Hal yang paling umum yang dirasakan orang tua adalah kecemasan. Suatu hal yang normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek kehidupan tersebut. Kecemasan merupakan suatu respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, 2005).

2.1.2. Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut (Hawari, 2013). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum antara lain:

a. Gejala psikologis: pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.

(3)

15

c. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

d. Gejala somatik: rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin, lembab dan sebagainya.

Menurut Maramis (2004), tanda dan gejala kecemasan yaitu was-was, tegang terus-menerus dan tidak mampu berlaku santai, bicara cepat tetapi terputus-putus/nadi lebih cepat, kaki dan tangan dingin, dan memar pada jari-jari tangan. Kecemasan bervariasi tergantung tingkat kecemasan yang dialami seseorang yang memanifestasi gejalanya terdiri atas kategori fisiologi, emosional dan kognitif.

Berikut adalah berbagai fungsi yang dapat dipengaruhi oleh gangguan kecemasan:

Suasana hati : kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang.

Pikiran : khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.

Motivasi : menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri. Perilaku : gelisah, gugup kewaspadaan yang berlebihan.

(4)

16

2.1.3. Etiologi Kecemasan

Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari 2 faktor yaitu : 1) faktor internal yaitu tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri 2) faktor eksternal dari lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, threat (ancaman), conflic (pertentangan), fear (ketakutan), unfulled need (kebutuhan yang tidak terpenuhi) (Videbeck, 2008).

2.1.4. Tingkat Kecemasan dan Pengukurannya

Stuart (2001), mengidentifikasi kecemasan dalam empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan:

1. Cemas Ringan

Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti melihat, mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2. Cemas Sedang

(5)

17

3. Cemas Berat

Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

4. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan hal itu dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Individu yang mengalami panik juga tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

Menurut Hawari (2013), tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah

(6)

18

1. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

3. Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.

6. Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik/fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.

8. Gejala somatik/fisik (sensorik) : tinitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.

(7)

19

10. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/sesak.

11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat badan.

12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.

13. Gejala autonom : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.

14. Tingkah laku/sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang/mengeras, nafas pendek serta wajah merah.

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut (Hawari, 2013) :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan) Nilai 1 = gejala ringan

Nilai 2 = gejala sedang Nilai 3 = gejala berat

(8)

20

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (skor) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang. 2.1.5. Teori Kecemasan

Menurut Laraia dan Stuart (1998) dalam Suliswati (2005) ada empat teori kecemasan yaitu:

1. Teori Psikoanalitik

Pandangan psikoanalitik menyatakan kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Teori Interpersonal

(9)

21

menimbulkan kecemasan dan ketakutan serta rasa tidak nyaman bagi anak akibat nyeri yang dirasakan saat prosedur tersebut dilaksanakan. Keadaan tersebut dapat membuat orang tua cemas dan takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang dilakukan akan memberikan efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri.

3. Teori Perilaku

Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Kecemasan dapat terjadi pada anak yang dirawat di rumah sakit dan dipasang infus akibat adanya hambatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, seperti bermain dan berkumpul bersama keluarganya (Supartini, 2004).

4. Teori Keluarga

Teori keluarga menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan ini terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga. Anak yang akan dirawat di rumah sakit merasa tugas perkembangannya dalam keluarga akan terganggu sehingga dapat menimbulkan kecemasan.

5. Teori Biologis

(10)

22

asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2.1.6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecemasan

Menurut Thaliss (1992) faktor yang memengaruhi kecemasan dibagi menjadi dua yaitu;

a. Faktor individu yang meliputi rasa kurang percaya diri pada individu, merasa memiliki masa depan tanpa tujuan dan perasaan tidak mampu bekerja.

b. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan dukungan emosional yang rendah dari orang lain sehingga individu merasa tidak dicintai orang lain, tidak memiliki kasih sayang, tidak memiliki dukungan dan motivasi.

Menurut Nadesul (2008) kecemasan yang timbul saat menghadapi menopause biasanya meliputi perasaan gelisah dan khawatir akibat adanya :

a. Perubahan fisik, antara lain: berat badan bertambah, hot flushes, perubahan kulit yang meliputi kulit kering dan pengerutan, kerontokan rambut, osteoporosis (pengeroposan tulang) inkontinensia urin, perubahan pada mulut (gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal), nyeri otot dan payudara mengendor. b. Perubahan sosial, antara lain: rasa sepi karena ditinggal keluarga, ketakutan

(11)

23

c. Perubahan seksual, antara lain : penurunan libido dikarenakan penurunan hormon membuat jaringan vagina kering dan tipis sehingga mengurangi dorongan seks, keringat pada malam hari dapat menganggu tidur dan kekurangan tidur mengurangi energi untuk yang lain, terutama aktivitas seks.

2.2. Sindrom Menopause

2.2.1. Definisi Menopause

Menopause merupakan salah satu tahap dari klimakterium. Klimakterium adalah fase transisi dimana fungsi ovarium dan produksi hormon menurun. Fase ini terdiri dari tiga tahap, pertama adalah tahap premenopause yaitu masa sebelum berlangsungnya menopause, yaitu sejak fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Kedua adalah tahap menopause yaitu periode dengan keluhan memuncak, rentang 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Ketiga adalah tahap postmenopause yaitu masa setelah menopause sampai senium (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).

(12)

24

2.2.2. Etiologi Menopause

Sejak lahir wanita sudah memiliki folikel-folikel (sel telur) sebanyak ± 770 ribu, akan tetapi belum berkembang dan berfungsi secara optimal. Pada fase pra pubertas yaitu sekitar usia 8-12 tahun baru mulai timbul aktifitas ringan dari fungsi endokrin organ reproduksi. Selanjutnya pada usia sekitar 12-13 tahun yaitu pada fase pubertas umumnya seorang wanita akan mendapatkan haid pertama kalinya dimana organ reproduksi mulai berfungsi optimal secara bertahap. Pada masa ini ovariumnya mulai mengeluarkan folikel-folikel yang siap untuk dibuahi dan apabila folikel-folikel itu tidak dibuahi maka folikel-folikel itu akan luruh bersama dinding endometrium dan menjadi haid setiap bulannya. Demikianlah seterusnya sel-sel telur ini akan habis atau menurun jumlahnya seiring dengan bertambahnya usia seorang wanita. Proses ini akan berlangsung terus menerus selama kehidupan wanita hingga sekitar usia 45-50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bereproduksi sama sekali (Kasdu, 2004).

2.2.3. Tanda dan Gejala Menopause

Bila seseorang wanita tidak lagi mengalami datangnya bulan. Atau berhentinya datang bulan secara mendadak atau berlahan-lahan selama 1-2 tahun. Sebagian besar wanita pengalami perubahan dengan tanda-tanda yaitu:

(13)

25

b. Kadang-kadang terasa sangat panas atau berkeringat (yang dijuga disebut kilat-kilat panas/hot flasher). Hal ini menyebabkan wanita terbangun di malam hari. c. Vagina terasa lebih kering dan lebih kecil.

d. Perubahan emosi yang mendadak (Burn, 2005).

Menurut Rahmi (2009) tanda dan gejala menopause antara lain: a. Menstruasi tidak teratur

Intervalnya dapat memanjang atau memendek, sedikit dan berlimpah, bahkan mungkin akan melewatkan beberapa periode menstruasi. Ovulasi menjadi tidak teratur, rendahnya kadar progesteron dapat membuat Anda mengalami periode menstruasi yang lebih panjang.

b. Gangguan tidur dan hot flashes

Sekitar 75-85 persen wanita mengalami hot flashes selama premenopause. Hot flashes adalah gelombang panas tubuh yang datang tiba-tiba, akibat perubahan

kadar estrogen yang menyerang tubuh bagian atas dan muka. Serangan ini ditandai dengan munculnya kulit yang memerah di sekitar muka, leher dan dada bagian atas, detak jantung yang kencang, badan bagian atas berkeringat, termasuk gangguan tidur.

c. Perubahan Psikologis

(14)

26

d. Organ intim mengering

Vagina mulai mengalami kekurangan cairan dan elastisitas, sehingga hubungan intim dapat menyakitkan.

e. Kesuburan berkurang

Ovulasi atau pelepasan sel telur menjadi tidak teratur, sehingga kemungkinan bertemunya sel telur dengan sperma menjadi lebih rendah walau masih mungkin untuk hamil.

f. Perubahan fungsi seksual

Selama premenopause, keinginan untuk berhubungan intim dapat berubah, tetapi pada banyak wanita akan mengalami masa-masa menyenangkan sebelum masa premenopause tiba dan biasanya berlanjut sampai melewati masa premenopause. g. Osteoporosis

Pengeroposan tulang ini terjadi sebagai akibat berkurangnya hormon estrogen. h. Perubahan kadar kolesterol

Berkurangnya estrogen akan merubah kadar kolesterol dalam darah dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang mengakibatkan risiko terkena penyakit jantung. Sedangkan HDL atau kolesterol baik, menurun sesuai pertambahan usia.

American Society for Reproductive Medicine menyebutkan pada wanita usia

(15)

27

tahun 2050. Di Amerika Serikat didapatkan 24 juta penderita osteoporosis yang memerlukan pengobatan, 80% adalah wanita. Sepuluh juta sudah jelas mengalami osteoporosis, dan 14 juta mengalami massa tulang yang rendah yang merupakan risiko tinggi terjadinya osteoporosis berat. Dari yang penderita osteoporosis kurang lebih 1,5 juta mengalami patah tulang, dan diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat komplikasinya (Proverawati, 2010).

2.2.4. Perubahan-perubahan pada Sindrom Menopause

Berkurangnya produksi ovarium akan berdampak pada penurunan hormon estrogen yang akan diikuti dengan perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi dapat berupa haid tidak teratur, cairan haid menjadi sedikit atau semakin banyak, hot flushes yang kadang-kadang menyebabkan insomnia, palpitasi, pening, dan rasa lemah. Gangguan seksual (penurunan libido dan disparenia). Gejala-gejala saluran kemih seperti urgensi, frekuensi, nyeri saat berkemih, infeksi saluran kemih, dan inkontinensia, serta timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, osteoporosis dan kanker (Glasier & Gebbie, 2006).

Perubahan psikologis juga mempengaruhi kualitas seorang wanita dalam menjalani menopause. Perubahan yang terjadi adalah perubahan mood, mudah tersinggung, ansietas, depresi, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak berharga (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).

(16)

Post-28

power syndrome adalah masalah psikologis dengan gejala penderita hidup dalam

bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, kecerdasannya dll). Post-power syndrome hampir selalu dialami oleh orang yang sudah menopause,

lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja beberapa orang dapat berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan yang ada, ditambah tuntutan hidup yang terus mendesak, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar. Kemampuan seseorang menemukan aktualisasi diri yang baru, dukungan lingkungan terdekat dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya post-power syndrome ini (Caroline, 2001).

Pada akhirnya seiring bertambahnya usia, wanita menopause dapat mengalami keterasingan (loneliness). Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat atau aktivitas lainnya sehingga merasa kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosialnya (Baziad, 2003).

2.2.5. Faktor Resiko Mempercepat Mengalami Sindrom Menopause

(17)

29

1. Pengetahuan

Pengetahuan seorang wanita menopause juga sangat berpengaruh terutama pengetahuan mengenai penyakit pada masa menopause dan asupan kalsium untuk mencegahnya di masa menopause. Wanita menopause akan lebih mudah mengurangi kecemasan dan mampu melalui masa menopause tanpa banyak keluhan apabila mereka mendapatkan pengetahuan yang faktual dan akurat mengenai osteoporosis dan asupan kalsium

2. Pola makan

Pola makan wanita Eropa dan Amerika dapat lebih meningkatkan kadar estrogen di dalam tubuh dibandingkan dengan wanita Asia, sehingga ketika masa menopause tiba jumlah estrogen drastis menurun menyebabkan tingginya sindrom menopause (Liza, 2009).

Hasil penelitian Hery Winarsi (mahasiswa doktor pangan di IPB) tentang khasiat minuman tradisional berbahan baku kedelai terhadap perlambatan menopause pada wanita telah terbukti hasilnya, walaupun masih perlu dikembangkan lebih lanjut, setidaknya telah memberikan harapan cerah bagi wanita (Siswono, 2009)

3. Pernah menjalani histerektomi

(18)

30

4. Perokok atau minum alkohol

Ada penelitian bahwa merokok atau minum alkohol dapat meningkatkan resiko mengalami menopause dini. Semakin lama menjadi perokok atau minum alkohol terlebih jika perokok berat, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kapan akan mengalami menopause (Burn, 2005).

5. Ada riwayat keluarga mengalami menopause dini

Jika salah satu keluarga mengalami menopause dini, maka resiko tinggi mengalami menopause juga. Akan tetapi, perlu diketahui hasil penelitian melaporkan hanya satu dari 20 wanita yang mengalami menopause dini yang benar-benar memiliki riwayat tersebut dalam keluarganya (Pakasi, 2005).

6. Mengalami pengobatan dengan radioterapi atau kemoterapi.

Pengobatan ini sebenarnya ditujukan untuk membunuh sel-sel kanker, tetapi sayangnya juga dapat merusak ovarium. Hal ini adalah suatu penyebab dari premature ovarian failure. Pada beberapa kasus, menstruasi akan berhenti untuk

(19)

31

2.2.6. Cara Mempersiapkan Diri Menghadapi Sindrom Menopause

Gangguan yang terjadi pada menopause jika tidak bisa diatasi, maka wanita dapat mengalami perubahan perilaku yang lebih parah. Untuk itu perlunya setiap wanita mempersiapkan diri menghadapi masa menopause, yaitu: hadapi dengan tenang, kenali gejala menopause, kuatkan hati bahwa menopause adalah proses alamiah dan menjadi tua adalah hal yang harus dilewati, tidak perlu takut, bersikaplah optimis bahwa semua akan baik-baik saja, pertahankan hubungan suami istri, lakukan hobi dan berolahraga, dan merawat tubuh serta berdandan sesuai usia (Proverawati, 2010).

Salah satu cara untuk memperlambat penuaan yang terjadi akibat masa menopause ialah dengan mengkonsumsi suplemen yang banyak mengandung antioksidan. Zat antioksidan sangat berperan dalam membersihkan radikal bebas yaitu partikel yang bisa merusak sel dan memicu berbagai penyakit seperti kanker. Dengan cukup mengkonsumsi antioksidan, maka tubuh tidak akan mudah sakit karena regenerasi sel berjalan baik, selain itu kesehatan kulit akan tetap terjaga. Antioksidan bisa banyak diperoleh dari teh hijau, bunga rosella, bee pollen, temu putih, mahkota dewa dan lainnya (Proverawati, 2010).

Menurut Noor (2005) beberapa cara mengatasi gangguan psikologis menopause, antara lain:

a. Olahraga teratur

(20)

32

menyebabkan peredaran darah kurang lancar, otot lemah, napas pendek, masa tulang cepat berkurang. Hal ini menyebabkan rentan terhadap gangguan kardiovaskuler, darah tinggi, kegemukan, diabetes, nyeri tulang, osteoporosis dan depresi.

b. Melakukan hobi

Hidup tanpa sesuatu yang menyenangkan rasanya hambar, maka terlibat dengan aktivitas yang merupakan hobi dapat mengusir kebosanan dan mengatasi ketegangan-ketegangan dalam hidup termasuk krisis pada menopause.

c. Tetaplah berkarya

Tetap berkarya dan berusaha untuk dapat memberikan manfaat bagi orang lain, datangnya menopause tidak perlu dipandang sebagai penderitaan. Banyak peluang atau usaha yang dapat dijalani, yang dapat memberi pekerjaan bagi orang lain. Upaya ini dapat meningkatkan perasaan bahwa diri kita masih mampu memberi manfaat bagi orang lain

d. Berpikir positif

(21)

33

e. Mengikuti aktivitas-aktivitas keagamaan-sosial

Terlibat dengan memberikan apa yang dimiliki baik itu pengetahuan atau ketrampilan pada orang lain, akan dapat mengurangi perasaan-perasaan negatif yang mungkin muncul. Keterlibatan dalam berbagai aktivitas juga dapat mempertebal kepercayaan diri dan meningkatkan citra diri yang mulai menurun. f. Bersilaturahmi atau bertemu dengan keluarga atau teman yang mungkin

mempunyai masalah yang sama, dapat berfungsi sebagai obat. Pertemuan yang memungkinkan untuk saling “berbagi rasa berbagi duka” sehingga beban itu tidak hanya dirasakan sendiri.

h. Tingkatkan dan dekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa yang akan memperkaya kehidupan rohani.

2.3. Motivasi

2.3.1. Pengertian Motivasi

Menurut Uno (2014), motivasi menjelaskan mengapa ada orang berperilaku tertentu untuk mencapai serangkaian tujuan. Menurut Mc. Donal, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan (Sardiman, 2007).

(22)

34

Pendapat Sedarmayanti (2009), motivasi merupakan kesediaan mengeluarkan tingkat upaya tinggi ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan individual. Pendekatan motivasi adalah bahwa pemimpin menciptakan iklim yang dapat membuat anggota merasa termotivasi kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dalam kebanyakan hal motivasi seorang individu akan timbul karena pengaruh pemimpin yang efektif. Jadi efektivitas kepemimpinan akan tampak bagaimana dapat memotivasi anggotanya secara efektif.

2.3.2. Jenis Motivasi

Menurut Djamarah (2008), motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya ibu mau melakukan mobilisasi dini karena ibu tersebut sadar bahwa dengan melakukan mobilisasi dini maka akan membantu mempercepat proses penyembuhan ibu pasca operasi.

b. Motivasi Ekstrinsik

(23)

35

perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Uno, 2014).

2.3.3. Tujuan Motivasi

Menurut Siagian (2004), tujuan dilakukan motivasi antara lain sebagai berikut: 1) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; 2) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan; 3) Mempertahankan kestabilan karyawan; 4)Meningkatkan kedisiplinan karyawan; 5) Mengaktifkan pengadaan karyawan; 6)Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; 7) Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan; 8) Meningkatkan kesejahteraan karyawan; dan 9)Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

2.3.4. Teori Motivasi Kesehatan

Menurut Frederick Herzberg dalam Hasibuan (2008) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :

1. Maintenance Factors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan

dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.

2. Motivation Factors adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan

(24)

36

Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung dengan pekerjaan.

2.3.5. Fungsi Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2010), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu : a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan-perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian.

2.3.6. Faktor Motivasi yang Memengaruhi Kecemasan Ibu Menopause

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Taufik (2007) faktor-faktor yang memengaruhi motivasi intrinsik yaitu:

(25)

37

Menurut Maslow pemenuhan berbagai kebutuhan didorong oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan atau perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Misalnya, lapar akan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi; haus untuk memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit tubuh; sesak nafas untuk memenuhi kekurangan memenuhi oksigen di tubuh; takut dan cemas merupakan kebutuhan untuk memenuhi kekurangan rasa aman; dan sebagainya. (Asmadi, 2008).

Teori kebutuhan ke dalam suatu bentuk hirarki yang dikenal dengan hirarki kebutuhan Maslow yang memandang motivasi manusia sebagai hirarki lima macam kebutuhan. Kelima macam kebutuhan itu (Snyder, 2000):

1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs)

(26)

38

terkait terhadap tingkat sosial ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Mulyani, 2013).

Kebutuhan seks wanita menopause akan mengalami penurunan seiring terjadi perubahan fisik atau bertambah tua. Adanya mitos tentang wanita menopause akan mengalami penurunan gairah seks yang dapat berdampak terhadap pasangannya sehingga dapat menimbulkan stres karena takut pasangan akan menikah lagi (Pakasi, 2005).

2) Kebutuhan keamanan (safety needs)

Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis, mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan (safety needs), yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari ketakutan-ketakutan yang mengancam, seperti penyakit, rasa takut, kecemasan, dan bahaya (Feist & Feist, 2009).

(27)

39

Menurut Arisman (2004) upaya pencegahan dan mempertahankan kesehatan dan vitalitas secara proaktif adalah:

a) Olah raga secara teratur disertai dengan kegiatan harian yang sederhana seperti mengangkat barang.

b) Mengurangi kafein, garam dan gula. Kafein yang berlebihan dapat merangsang gejolak panas, poliuri dan defisiensi massa tulang.

c) Melaksanakan anjuran dalam mengkonsumsi makanan. d) Pola makan sehat.

e) Memeriksa kesehatan secara rutin.

Beberapa upaya untuk mencegah dampak dari perubahan fisik pada menopause tersebut adalah pemeriksaan ginekologi secara rutin, pemeriksaan kesehatan umum secara rutin, misalnya tensi, timbang berat badan, rekam jantung, pemeriksaan Bone Mass Densitometri, pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol), pemeriksaan pap smear secara rutin, dan perabaan payudara (sadari) (Varney, 2009).

3) Kebutuhan sosial (social needs)

Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love and belongingness needs), seperti keinginan untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan

(28)

40

Dalam beberapa kasus wanita yang mengalami menopause mulai menarik diri dari pergaulan sosial karena merasa dirinya tidak berharga dan merasa tidak berguna lagi. Seperti membatasi untuk berinteraksi sosial dengan teman maupun dengan keluarga. Mereka lebih suka menyendiri jauh dari keramaian. Wanita yang mengalami menopause akan membutuhkan keluarga dan teman-teman terdekat sebagai dukungan agar tidak minder dalam beradaptasi dengan lingkungan. Adanya motivasi dari dirinya untuk menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik (Ghozally, 2005).

3) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)

Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensial diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin, dan melakukan apa yang paling cocok, serta menyelesaikan pekerjaannya sendiri (Feist & Feist, 2009). Kematangan emosi pada tiga fase usia yang berbeda didapatkan bahwa pada usia lebih tua memang menampakkan adanya penyesuaian perilaku dan kendali diri dari emosi yang datang, namun sebenarnya sangat besar kemungkinan adanya kondisi emosi yang tetap bergejolak karena pada bertambahnya usia, bertambah pula stimulus seperti kondisi pekerjaan, kehidupan sosial, dan lain-lain. Hal tersebut yang kemudian akan menyebabkan seorang gelisah, cemas, dan depresi (Tomar, 2009).

(29)

41

gejala fisik yang dialami dengan menggunakan obat-obatan tradisional untuk mempertahankan kecantikannya (Tomar, 2009).

b. Harapan (expentancy)

Harapan adalah keadaan termotivasi yang positif didasarkan pada hubungan interaktif antara agency atau energi yang mengarah pada tujuan dan pathway atau rencana untuk mencapai tujuan. Harapan akan menjadi lebih kuat jika harapan ini disertai dengan adanya tujuan yang bernilai yang memiliki kemungkinan untuk dapat dicapai, bukan sesuatu yang mustahil dicapai (Snyder, 2000).

Teori harapan juga menekankan peran dari hambatan, stressor, dan emosi. Ketika menjumpai hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan, individu menilai kondisi tersebut sebagai sumber stres. Berdasarkan postulat teori harapan, emosi positif dihasilkan dari persepsi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan. Sebaliknya emosi negatif mencerminkan kegagalan pencapaian tujuan, baik yang mengalami hambatan ataupun tidak mengalami hambatan. Oleh karena itu, persepsi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan akan mendorong munculnya emosi positif dan negatif Kemudian emosi ini bertindak sebagai reinforcing feedback (Snyder, 2000).

Keinginan wanita menopause yang merasa dirinya tidak cantik lagi dapat mempersiapkan dirinya untuk tetap cantik dengan berdandan atau berpakaian sesuai usia. Gaya berpakaian wanita dapat menunjukkan karakter atau pribadi dirinya (Smart, 2010).

(30)

42

wanita dapat terganggu. Gangguan ini tentunya berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan seksual pasangannya. Penelitian Suliyani (2007) melaporkan perubahan seksualitas yang terjadi pada masa menopause cukup menjadi kendala bagi wanita menopause di Bandung dalam memenuhi kebutuhan seksual pada pasangannya. Gangguan seksual yang muncul berupa respon seksual, frekuensi seksual dan menurunnya libido. Wanita pada usia menopause berharap dapat memberikan kebutuhan seks kepada pasangan karena seks merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, bentuk kasih sayang, kewajiban seorang istri, dan dapat menciptakan hubungan menjadi lebih intim.

Wanita menopause ingin mengurangi tingkat cemas menghadapi sindrom menopause antara lain melakukan hobi yang positif tanpa harus mengganggu aktivitas sehari-hari, berolahraga, mediasi, terapi atau berobat ke tenaga kesehatan (terapi hormonal) dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Keinginan untuk mengatasi rasa cemas tersebut dipengaruhi faktor pengetahuan, sumber informasi dan pengalaman dari orang lain (Suliyani, 2007).

c. Minat

(31)

43

Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Kasijan (2001) yaitu faktor dorongan dari dalam, faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang dalam menanamkan perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu.

Sikap wanita menopause terhadap citra diri yang kurang baik disebabkan merasa dirinya sudah tidak menarik lagi sehingga penampilan kurang diperhatikan. Ada wanita menopause bergaya dengan model anak remaja putri dapat dikatakan tidak menunjukkan keserasian atau keanggunan seorang wanita separuh baya dan dapat menjadi bahan perkunjingan teman sebayanya (Luftiwai, 2012). .

Gejala menopause merupakan suatu gejala yang alami akan dilalui seorang wanita dan dapat mengalami gangguan emosi. Wanita menopause yang sabar dan berpikir jernih menghadapi sindrom menopause biasanya memiliki keinginan yang baik dalam menjalani masa menopause dan akan mempersiapkan dirinya menghadapi gejala-gejala menopause yang mungkin muncul. Wanita memasuki masa menopause mempunyai pendirian kuat berusaha memenerima keadaan dirinya dan tidak ingin membebani keluarganya dalam menghadapi berbagai gejala menopause (Zasri, 2012). 2. Faktor Ekstrinsik

(32)

44

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010). Pendapat Zasri (2012) menyatakan bahwa semakin rendah tingkat kecemasan memasuki masa menopause peran keluarga sangat diperlukan oleh seorang wanita yang akan menginjak ke masa menopause agar tidak mempunyai sikap yang negatif.

House dan Kahn dalam Friedman (2010) menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan diantaranya:

1). Dukungan emosional

Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan dan kelainan yang dialaminya).

2) Dukungan informasi

(33)

45

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada anggota keluarga. Aspek aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. 3). Dukungan instrumental

Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan keluhan penyakit dalam menyampaikan perasaannya serta dukungan instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

4). Dukungan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya adalah memberikan penghargaan dan perhatian saat ada keluarga yang sakit. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya.

Dukungan yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri yang menopause antara lain adalah :

1) Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa hamil lagi. 2) Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause,

(34)

46

istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya. Suami harus meyakinkan istri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima.

3) Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan istri di saat mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-debar dan lain sebagainya.

4) Mengajak istri untuk berolah raga dan memperbaiki pola makan karena berat badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause.

5) Akibat dari menurunnya fungsi sel telur, mungkin akan terjadi penonjolan pada persendian terutama pada jari dan akan terasa sakit. Suami harus menenangkan istri bahwa hal tersebut merupakan hal yang wajar terjadi ketika menopause. 6) Istri akan mudah tersinggung, marah-marah, kecewa dan sebagainya. Hal ini

dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami dan anak-anaknya, untuk itu para suami harus bersikap sabar (Rahmi, 2010).

Tingkat kecemasan yang berlebihan yang dialami wanita menopause memungkinkan untuk memiliki pemikiran yang keliru sehingga menimbulkan sikap negatif terhadap menopause. Dengan adanya dukungan dan pengertian dari keluarga terutama suami dapat menurunkan kecemasan ibu-ibu dalam menghadapi menopause sehingga lebih siap menerima datangnya menopause (Zasri, 2012).

b. Lingkungan

(35)

47

sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, teman (famili) juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi ibu dalam merubah tingkah lakunya menghadapi menopause. Dalam sebuah keluarga yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks pemanfaatan sarana kesehatan, maka orang-orang di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan, ataupun memberikan informasi pada ibu tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut.

(36)

48

Manfaat dukungan sosial terhadap kesehatan dan kondisi mental seseorang tidak peduli besar kecilnya pengalaman stress yang dimiliki. Dukungan sosial jika dilihat dari istilah sosial secara luas maka teori direct yang berlaku. Karena teori direct berkaitan dengan aspek struktural seperti jumlah orang yang diidentifikasikan

sebagai teman dan keanggotaan pada suatu organisasi. Dukungan sosial seperti teman dekat atau teman di lingkungan pekerjaan dapat memberikan informasi atau nasehat verbal dan non verbal seputar kecemasan pada masa menopause. Misalnya seorang istri yang mulai menopause dan merasa takut ditinggal atau menyeleweng suami akan menceritakan permasalahannya dan meminta saran kepada teman sesama perempuan untuk dapat mengurangi beban atau pikiran stres dalam dirinya (Sarafino, 2002).

Aspek psikologis yang terjadi pada wanita menopause amatlah penting peranannya dalam kehidupan sosialnya (lingkungan) terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang wanita tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis wanita dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan ibu (Varney, 2007).

c. Media Informasi

(37)

49

yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap kesehatan (Taufik, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2010), sumber informasi tidak terlepas dari media karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Informasi kesehatan merupakan serangkaian informasi yang ditujukan untuk memengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku yang sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor yaitu sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku. Perilaku berubah dengan terlebih dahulu diberikan sebuah penguatan berupa informasi-informasi tentang sesuatu hal yang bisa merubah perilaku terlebih dahulu. Informasi tentang penyakit yang bisa dialami, komplikasi yang dapat terjadi bahkan dapat mengakibatkan kematian perlu diinformasikan (Setiawati, 2008).

2.4. Landasan Teori

(38)

50

tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak, dan ditinggalkan sendiri. Keinginan seks menurun dan sulit untuk dirangsang.

Tidak heran apabila kemudian muncul berbagai keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan organ reproduksinya maupun organ tubuh pada umumnya. Tidak hanya itu, perubahan ini seringkali memengaruhi keadaan psikis ibu menopause seperti kecemasan. Keluhan kecemasan sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti kebutuhan, harapan, dan minat. Agar dapat menghadapi sindrom menopause dengan baik, diperlukan kemauan diri yang kuat untuk memandang hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian/ peristiwa yang dialami. Apabila seseorang dapat berpikir secara positif, maka mereka mengalami kecemasan ringan terhadap gejala menopause. Namun sebaliknya, apabila orang tersebut berpikir negatif tentang gejala menopause, maka keluhan-keluhan yang muncul akan semakin memberatkan tingkat kecemasannya.

(39)

51

Faktor lingkungan yang paling penting peranannya bagi wanita masa menopause dalam menghadapi kecemasan adalah petugas kesehatan. Petugas kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Petugas sebagai sumber informasi yang akurat, sangat dibutukan peranannya dalam menyampaikan pendidikan kesehatan dan informasi kesehatan (Azwar, 2007).

Kebutuhan dari dalam diri wanita menopause untuk mengurangi gejala cemas dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang benar tentang menopause. Sebagian besar wanita mendapatkan pengetahuan tentang menopause dari pengalaman orang lain saja, sehingga mereka kurang mendapatkan informasi yang konkret tentang hal tersebut. Akibatnya mereka juga belum siap mental menghadapi perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis.

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Motivasi Intrinsik

- Kebutuhan - Harapan

- Minat Kecemasan Ibu dalam

Menghadapi Sindrom Menopause Motivasi Ekstrinsik

Gambar

Gambar  2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Perbincangan dalam kajian lepas telah menunjukkan hubungan antara program kerajaan dan pola pengundian dalam beberapa pilihanraya umum dan pilihanraya kecil di pelbagai negeri

Where there is evidence of impairment, the cumulative loss measured as the difference between the acquisition cost and the current fair value, less any impairment loss on

[r]

Macromedia Flash Mx yang digunakan dalam pembuata aplikasi ini merupakan gabungan elemen-elemen multimedia taitu : gambar, teks, animasi, dan suara yang menarik yang digabungkan

[r]

Karena alam adalah harta termahal didunia ini dan patut kita wariskan kepada cucu kita nantinya Maromedia Dreamweaver memudah kita dalam mengkreasikan suatu objek kedalam disain

Maka akan lebih baik jika membuatnya dengan Macromedia Dreamweaver 4 dan untuk memperindahnya menggunakan software yang ada konsep dari website diharapkan dapat membantu

[r]