• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

2. Faktor Pelayanan Kesehatan

upaya yang diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani

penderita TB Paru meliputi: ketersediaan OAT, sikap petugas kesehatan,

lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan, dan kunjungan rumah.

3. Faktor peran PMO (Pengawas Menelan Obat) adalah penilaian dari penderita TB

Paru terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seorang pengawas menelan obat

yang memengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB Paru dalam melaksanakan

pengobatan, meliputi: penyuluhan, memberi dorongan, mengingatkan dan

mengawasi.

4. Tingkat kepatuhan adalah tingkat ketaatan penderita TB Paru dalam

melaksanakan pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan.

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh karakteristik individu terhadap tingkat kepatuhan penderita TB

Paru dalam pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2009.

2. Ada pengaruh faktor pelayanan kesehatan terhadap tingkat kepatuhan penderita

TB Paru dalam pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2009.

3. Ada pengaruh faktor PMO (Pengawas Menelan Obat) terhadap tingkat kepatuhan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross

sectional yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap tingkat

kepatuhan penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Pekan

Labuhan Kota Medan tahun 2009 (Notoatmodjo, 2005).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan, pada

bulan Maret sampai April tahun 2009. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan

angka kesembuhan penderita TB Paru pada Puskesmas ini belum mencapai target

yang ditetapkan yaitu minimal 85%. Masih rendahnya angka kesembuhan berdampak

negatif pada kesehatan masyarakat dan keberhasilan program, karena masih memberi

peluang terjadinya penularan penyakit TB Paru kepada anggota keluarga dan

masyarakat sekitarnya.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru kategori 1

yang mengikuti program DOTS di Puskesmas Pekan Labuhan mulai bulan Oktober

tahun 2008 sampai dengan Maret 2009 berjumlah 38 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang mengikuti

pengobatan dengan strategi DOTS kategori 1 di Puskesmas Pekan Labuhan yang

pada saat penelitian sudah menjalani pengobatan di atas 2 (dua) bulan atau sedang

dalam tahap lanjutan yaitu sebanyak 38 orang (total sampling).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer, diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB Paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuesioner penelitian yang telah ditetapkan dan melakukan cross check.

2. Data sekunder, diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan, Kartu Pengobatan TBC

(formulir TB.01), Formulir Permohonan Laboratorium TBC Untuk Pemeriksaan

Dahak (formulir TB.05), dan profil Dinas Kesehatan Kota Medan.

3.5. Definisi Operasional

1. Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir,

yang dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota

Medan tahun 2008, yaitu: 1) Orang muda: 15-24 tahun; 2) Dewasa: 25-49 tahun;

3) Orang tua: ≥ 50 tahun

2. Jenis Kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil ditamatkan

responden yang dibedakan atas: tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA,

Akademi/Sarjana.

4. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai sumber

pendapatan utama, yang dibedakan atas bekerja dan tidak bekerja.

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB Paru.

6. Efek samping OAT adalah gejala/keluhan yang diderita responden akibat menelan

OAT selama pengobatan.

7. Ketersediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT yang

diperoleh dari Puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan kualitasnya.

8. Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap tanggapan atau

reaksi petugas kesehatan kepada responden selama mereka menjalani pengobatan.

9. Lokasi/jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan yang ditempuh

dari tempat tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak, dan sarana

transportasi.

10.Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru, untuk

mencapai suatu keadaan di mana penderita TB Paru dapat hidup lebih sehat.

11.Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden.

12.Faktor peran Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah pandangan responden

memberi dorongan, mengingatkan jadwal pemeriksaan dahak, dan mengawasi

penderita menelan obat.

13.Kepatuhan berobat adalah ketaatan responden dalam menelan obat, mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas 1. Karakteristik Individu

Aspek pengukuran variabel karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 3.1.

di bawah ini:

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik Individu Indi- kator Kategori Bobot Nilai B. Nilai seluruh indikator Skor Skala Umur a. 15-24 tahun b. 25-49 tahun c. ≥ 50 tahun Rasio

Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Nominal Tingkat pendidikan a. Tidak tamat SD b. SD c. SLTP d. SLTA e. Akademi / S1 Ordinal

Pekerjaan a. Tidak bekerja

b. Bekerja Ordinal Pengetahuan 9 a. Baik b. Sedang c. Buruk 3 2 1 27 21-27 15-20 9-14 Interval Efek samping OAT a. Ada b. Tidak ada Ordinal

2. Faktor Pelayanan Kesehatan

Pengukuran faktor pelayanan kesehatan yang meliputi ketersediaan OAT yang

diukur dengan 2 pertanyaan, sikap petugas kesehatan diukur dengan 8 pertanyaan,

lokasi/jarak diukur dengan 3 pertanyaan, penyuluhan kesehatan diukur dengan 6

pertanyaan, dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan, berdasarkan jawaban

pertanyaan yang diberikan oleh responden, selanjutnya dikategorikan menjadi tiga (3)

yaitu :

a. Baik, jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi

(nilainya >32).

b. Sedang, bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik, karena kebutuhan yang diinginkan hanya sebagian

saja yang terpenuhi (nilainya 17-32).

c. Buruk, bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang tidak baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar tidak

terpenuhi (nilainya <17).

Dokumen terkait