• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Partisipan

4.2.2. Faktor Pendorong Terhadap Penyembuhan Luka

Tema “faktor pendorong terhadap penyembuhan luka” teridentifikasi setelah peneliti melakukan clustering (menentukan kata kunci) dan kategori-kategori yang mengindikasikan pendorong untuk partisipan yang mengarah pada merawat luka yang adekuat. Tercatat lima partisipan yang mendapat dorongan dalam merawat luka dari keluarga pasien. Dalam tema ini terdapat dua sub tema utama yakni dukungan keluarga dan faktor spritual mendorong dalam merawat luka. Hal ini secara jelas dapat dilihat pada pernyataan-pernyataan berikut:

Berikut pada faktor pendorong dalam merawat luka memiliki subtema diantaranya yaitu dukungan yang mendorong dalam merawat luka, hal ini secara jelas dapat dilihat pada pernyataan-pernyataan berikut :

keluarga bapak sering datang ke mari liat bapak’’ (P1, L:26) “mamak aku sering bilang aku pasti bias baek nanti”(P2, L:42) “Anak saya sering memperhatikan saya kalau saya sakit” (P3, L:17).

“istri bapak sering bertanya kepada keluarga obat apa yang bias buat cepat sembuh luka.” (P4, L:24).

“istri bapak kadang nggak tidur-tidur liatin luka bapak apa lagi kalok bapak kesakitan terus narokin obat lukanya” (P5, L:39).

Subtema dukungan yang mendorong terdapat pada kata kunci yang signifikan yaitu “Anak sering memperhatikan kalau sakit, istri sering bertanya kepada keluarga obat apa yang biasa buat cepat sembuh luka, dan istri kadang nggak tidur-tidur liatin luka bapak apa lagi kalok kesakitan dan narokin obat lukanya”.

Berikut Faktor spiritual pada sebagian kecil dapat membantu dalam merawat luka partisipan dengan percaya kepada yang maha kuasa bahwa kalau sudah naasnya pasti tidak bisa dihindarkan. Berikut pernyataan-pernyataan terkait hal ini :

“Kalau udah takdir, iya mau kayak mana lagi, sapa cobak yang mau sakit, harus di terima banyak-banyak berdoalah biar bisa cepet sembuh” (P1, L:50).

“nngak tau lagi apa yang mau dibuat, cuman doa yang bias ku buat. Biar cepat baek”(P2, L:36)

nggak bias ngapain-ngapain, sesali pun nggak ada lagi gunanya, sabar-sabar aja”(P3, L: 43)

banyak-banyak doa sama Allah,biar dikasih kesembuhan” (P4, L: 48) “Kadang saya sering merenung sambil berdoa sama Tuhan, apa salah bapak, iya mudah-mudahan la dek biar bias sembuh, gitu dulu doa bapak” (P5, L:47).

Subtema faktor spiritual terdapat pada kata kunci yang signifikan yaitu, “berdoa agar bisa sembuh, dan berdoa supaya ada mukjijat agar bisa sembuh”.

4.2.3. Faktor Penghambat Dalam Penyembuhan luka

Dari hasil proses pengumpulan data, peneliti mendapatkan gambaran pengalaman yang luas dan kompleks. Hal ini tercermin dari tingginya heterogenitas kategori yang dihasilkan berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh partisipan. Peneliti berhasil mengidentifikasi kategori-kategori yang memiliki kesamaan karakteristik, yakni elemen pengalaman yang berkaitan dalam merawaat luka. Berdasarkan temuan ini maka peneliti berhasil mengidentifikasi satu tema yakni “faktor penghambat penyembuhan luka”.

Tema “faktor penghambat dalam penyembuhan luka” telah teridentifikasi setelah peneliti melakukan clustering kata kunci dan kategori-kategori yang mengidentifikasi perilaku partisipan yang tidak mengarah pada pencapaian perawatan luka yang adekuat. Terdapat subtema dalam tema ini, yaitu faktor pembatasan makan. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing sub tema:

Faktor diet merupakan faktor penghambat dominan bagi beberapa partisipan dalam merawat luka. Beberapa partisipan mengatakan bahwa mereka memantangkan sebahagian makanan yang dapat memperlambat penyembuhan luka. Tercatat tiga partisipan yang membatasi diet, hal ini secara jelas dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:

“ikan laut nggak boleh di makan, soalnya bisa buat luka gatal, kalok nanti di garok-garok terus luka nanti biasa berdarah jadi lukanya nggak baek-baek” (P1, L:46).

“tiap hari mamak ku ngasih aku ikan gabus, ikan gabus bisa buat cepat baek luka, kalok ikan yang laen nggak bisa’’ (P2, L:31).

“nggak bisa makan telur, telurkan buat gatal, terus nggak biasa makan manis-manis nanti lama baeknya, bernanah pun biasa” (P3, L:39).

“gara-gara bapak makan telur lukanya ini gatal, sampek dikeliling lukanya ikut gatal apa lagi kalok makan ikan laut, itu lehih parah. ” (P5,L:21). “Gak dibolehkan makan manis-manis, kayak durian. Duriankan manis, kalok di makan nanti lukanya gak kering-kering basah teruslah. Lukanya pun jadi nanahan.” (P4,L:45).

Sub tema faktor dari penghambat penyembuhan luka terdapat pada kunci yang signifikan yaitu “kalau makan telur dan ikan laut luka akan terasa gatal dan jika makan manis-manis lukanya nggak kering-kering dan bernanah”.

4.3. Pembahasan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. In depth interview dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang pengalaman partisipan sampai ke tingkat makna inti/essence dari pengalaman tersebut dari perspektif partisipan sebagai individu yang secara langsung mengalaminya. Secara khusus penelitian ini dirancang untuk mengungkap berbagai dimensi pengalaman pasien terhadap penyembuhan luka, faktor pendorong penyembuhan luka, dan faktor penghambat penyembuhan luka.

Tiga tema telah teridentifikasi dan merupakan representasi dari inti pengalaman partisipan dalam merawat luka. Ketiga tema tersebut yaitu: upaya penyembuhan luka yang dilakukan pasien dalam merawat luka, bentuk dukungan dalam penyembuhan luka, dan faktor penghambat penyembuhan luka. Keholistikan ruang lingkup dari penelitian ini tercermin dari luasnya cakupan sub tema yang terdapat pada masing-masing tema penelitian.

Bab ini terdiri dari tiga bagian utama: bagian pertama membahas interpretasi hasil penelitian dan melakukan komparasi dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan teori-teori terkait. Bagian kedua membahas berbagai keterbatasan yang ditemui selama penelitian, dan bagian ketiga menitik beratkan pada implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan praktik dan keilmuan keperawatan.

Dokumen terkait