• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat

A. HASIL PENELITIAN

5. Faktor Pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat

evaluasi program pemberdayaan.

Kegiatan tokoh masyarakat dalam pemberdayaan lain adalah dengan pemberian otonomi kepada warga, pemberian otonomi tokoh masyarakat diwujudkan dengan komunikasi yang terbuka antara tokoh masyarakat dengan warga untuk menyampaikan saran, ide, maupun kritik yang sifatnya membangun. Tokoh masyarakat selalu memberikan kebebasan terhadap masyarakat dalam kegiatan sehingga mampu untuk mengembangkan, mengekplorasi kemampuannya. Oleh karena itu kepemimpinan kretif tokoh masyarakat yang demokratis seperti di dusun Kemiri ini dapat menggugah sumber daya manusia untuk lebih meningkatkan taraf hidupnya melalui pemberdayaan.

5. Faktor Pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat

Dalam suatu proses pemberdayaan masyarakat tidak akan terlepas dari suatu faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor pendukung dan hambatan yang ditemui oleh warga dan tokoh masyarakat berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

Adapun faktor pendukung jalannya proses pemberdayaan masyarakat yaitu: berupa komitmen yang tinggi dari dalam diri

individu tokoh masyarakat sendiri untuk ikut sepenuhnya berperan serta dalam kegiatan di masyarakat dalam menggerakkan, memberikan sosialisasi ataupun informasi pengetahuan program pemberdayaan untuk warga, adanya kekompakan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kerukunan antar warga sehingga menjadikan satu kesatuan dan sepenanggungan warga untuk berfikir maju dan berkembang serta berusaha semaksimal mungkin melaksanakan pemberdayaan untuk kesejahteraanya, pantang menyerah selagi hal itu masih bisa dilakukan, ini menandakan bahwa kegotong royongan antar warga dusun Kemiri masih kental.

Selain itu adanya kerjasama yang baik antara tokoh masyarakat dengan warga, serta adanya dukungan dari pemerintah baik pemerintah derah maupun pemerintah pusat serta perguruan tinggi.

b. Faktor Penghambat

Sedang faktor penghambat kepemimpinan kretif tokoh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat antara lain :

1) Tingginya kerukunan antar warga menyebabkan masyarakat selalu ingin melaksanakan semua program yang telah direncanakan secara bersamaan dalam waktu dan tempat yang sama. Seperti diungkapkan salah satu tokoh masyarakat.

“ warga disini karena saking semangatnya mereka berfikir untuk ngecak’ke kabeh (melaksanakan semua) program-program yang telah direncanakan secara bersamaan”.

Hal ini mengakibatkan terpecahnya pola fikir warga masyarakat dalam bidang banyak dan kurang optimal dalam mencapai keberhasilan.

2.) Terbatasnya anggaran dana (biaya). Untuk melaksanakan suatu kegiatan di butuhkan anggaran dana yang tidak sedikit, sedangkan anggaran dana yang berasal dari kas dusun tidak akan cukup untuk membiayai kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Bila hal tersebut terjadi, biasanya para tokoh masyarakat beserta warga akan melakukan pertemuan untuk membahas permasalahan tersebut. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, tokoh masyarakat beserta warga akan memilah-milah kegiatan mana yang harus didahulukan pelaksanaannya dan kegiatan mana yang pelaksanaannya belakangan. Selain mendahulukan kegiatan yang dirasa penting, mereka juga menjalin relasi atau kerjasama dengan pihak luar baik instansi pemerintah maupun instansi swasta.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pertama,

peran kepemimpinan kreatif dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah sebagai penggerak dan pengendali masyarakat. Pemimpin mempunyai tanggung jawab dan menggerakkan masyarakatnya untuk berpartisipasi aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat dengan menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.. Pemimpin informal sebagai pendamping masyarakat dalam melaksanakan proses pemberdayaan yaitu tokoh masyarakat pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatan secara mandiri dan tetap ada hubungan dengan masyarakat dalam pelayanan teknis maupun non teknis sesuai kebutuhan masyarakat, serta sebagai jembatan antara pemerintah dengan masyarakat dalam penyampaian ide program-program baik dari pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Dimana pemimpin informal atau tokoh masyarakat berfungsi sebagai penampung

ide-ide warga yang kemudian secara bersama-sama melaksanakan ide atau gagasan yang sudah disepakati bersama.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka terdapat beberapa saran yang peneliti ajukan, diantaranya :

1. Bagi Pemerintah

Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berdaya dan pemberdayaan masyarakat, kegiatan-kegiatan pemberdayaan di pedesaan dapat dijadikan evaluasi dan percontohan untuk program pemberdayaan selanjutnya. 2. Bagi Tokoh Masyarakat

Tokoh Masyarakat hendaknya lebih memaksimalkan pemberdayaan melalui bottom up

3. Bagi Masyarakat

Warga masyarakat hendaknya melaksanakan pemberdayaan dengan menumbuhkan kesadaran pada diri sendiri atau tidak cukup puas dengan kemampuan yang telah dimiliki serta selalu mengembangkan kemampuannya.

Adimihardja, Kusnaka. (2001). Participatory Research Appraisal dalam Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat. Diambil dari http://leadershippolitic.blogspot.com/2007/08/pengertian-dan-ruang-lingkup.html

Bernardine R.Wirjana, & Supardo Susilo. (2000). Kepemimpinan dasar-dasar Pengembangan. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Deddy, Mulyadi. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Depdikbud. (1982). Sistem Gotong Royong dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Depdikbud.

John Frans Wiyanto. (1986). Membangun Masyarakat. Bandung : P.T.Alumni. Kartini, Kartono. (1990). Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin

Abnormal itu. Jakarta: CV Rajawali.

Lexy J, Moleong. (1989). Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung : CV Remaja Karya.

______. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarta. Nana Syaodih, Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Ngadiyono. A.J, (1984). Kelembagaan dan Masyarakat. Bogor: PT. Bina Reka Pariwara.

Prasojo Eko. Perspektif Membangun Partisipasi Publik Dambil dari. www.brawijata.ac.idsimpleusjurnalpdffileEkoSocietEmpowerment.pdf Slamet, Santosa. (2004). Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara.

Sutopo. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University.

Syahyuti. (1996). Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.

Bogor : PT. Bina Rena Pariwara.

Tim Penyusun. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Wanjosumidjo, (1984). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : PT .GI.Gralia. Wuradji. (1985). Perilaku Kepemimpinan Masyarakat Pedesaan dalam Era

Pembangunan. fakultas pasca sarjana, IPB Bogor.

Lampiran 1

Dokumen terkait