• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan

Dalam dokumen DESA WISATA BERBASIS EKO-HUMANIS (Halaman 30-146)

Dalam mengembangkan desa wisata tidak akan selalu lancar, pasti akan ada hambatan-hambatan yang menghalangi pengembangan desa wisata tersebut. Faktor Pendukung dan Penghambat suatu produk wisata (tourism supply side) yang biasanya berwujud sistem destinasi pariwisata akan terdiri atau menawarkan paling tidak beberapa komponen pokok (Sunaryo, 2013) sebagai berikut.

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung program pembangunan pengembangan Desa Wisata, yakni

a. Daya tarik wisata yang bisa berbasis utama pada alam, budaya atau minat khusus.

b. Akomodasi atau amenitas, aksesbilitas dan transportasi (udara, darat, dan laut).

20 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis c. Fasilitas umum.

d. Fasilitas pendukung pariwisata.

e. Masyarakat sebagai tuan rumah (host) dari suatu destinasi.

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat program pembangunan pengembangan Desa Wisata (Pradana, 2016), yakni:

a. Konflik internal, konflik yang terjadi antar Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pengurus yang tidak dapat mengelola dana yang diberikan oleh pemerintah.

b. Pengelolaan dana yang kurang tepat, penggunaan dana yang tidak tepat untuk membeli sesuatu yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

c. Koordinasi yang kurang baik, koordinasi antar Kelompok Sadar Wisata dengan dinasdinas yang terkait jika tidak dilakukan dengan baik akan berpengaruh pada promosi wisata.

d. Kurangnya perhatian dari pemerintah, kurangnya promosi yang dilakukan oleh Pemerintah setempat sehingga akan berpengaruh pada kunjungan wisatawan.

e. Kurangnya fasilitas pendukung, masih minimnya fasilitas pendukung juga menjadi faktor yang menghambat pengembangan desa wisata.

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 21

BAB II KONSEP EKO HUMANIS

Desa Adat Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur Sumber: (Isravieza, 2015)

22 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis 2.1. Pengertian Eko-Humanis

Untuk menghadapi dan mengatasi tantangan global, diperlukan studi teoritis yang membahas mendalam tentang isu-isu lingkungan. “ecohumanization”, konsep ekohumanisasi kota modern, fitur konseptual dan perbedaan dari konsep ekologi yang ada dipertimbangkan. Konsep strategi ecohumanis kota modern lebih difokuskan pada negara-negara maju, dimana permasalahan utama keselamatan hidup telah terpecahkan, misalnya aksesibilitas terhadap air bersih, pengelolaan limbah, dan lain-lain. Strategi humanisasi lingkungan perkotaan dilakukan melalui pelestarian warisan budaya, sikap manusiawi terhadap manusia, sikap moral dan etis. Terlepas dari orientasi negara maju, konsep ini juga dapat diterapkan pada negara berkembang, karena dapat menemukan kekhususan kota dan dapat memperkirakan ancaman lingkungan dan ancaman dalam bentuk apapun.

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang memperlajari interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain dan juga dengan lingkungan sekitarnya. Dalam ilmu lingkungan, ekologi dijadikan sebagai ilmu dasar untuk memahami interaksi di dalam lingkungan (Anggara, 2018). Humanisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang mengedepankan nilai dan kedudukan manusia sebagai factor utama dalam meningkatkan kesejahteraan (Sari & Karmilah, 2017). Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok tertentu (Hadi, 2012).

Dalam arsitektur modern, humanisme menempatkan manusia sebagai subyek yang seharusnya melengkapi

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 23 kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan humanisme adalah menempatkan manusia sebagai penentu seluruh kebijakan dalam melindungi alam, humanitarianisme dan juga teknologi untuk kebaikan manusia dan alam. Humanisme harus selaras dengan lingkungan karena seluruh masyarakat yang menjadi bagian dari pembangunan daerah harus diutamakan dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi, sosial dan budaya (Sari & Karmilah, 2017).

Eko-humanis didefinisikan sebagai kerangka kerja konseptual di mana perhatian yang sama diberikan pada kesejahteraan manusia serta kesejahteraan ekologis suatu tempat dan penghuninya (Peters & Verderber, 2017). Konsep Eko-humanis dapat dijadikan sebagai cara untuk mengoordinasi antara alam dan manusia (J.Cohen, 2019). Istilah ecohumanis diperkenalkan oleh Robert B. Tapp (2002) dalam buku yang berjudul Eko-humanis. Humanisme didasarkan pada seperangkat prinsip, bukan pada aturan perilaku dogmatis, ketidaksepakatan tentang pertanyaan etis tertentu bisa jadi sangat umum - ini terutama berlaku dalam kaitannya dengan etika lingkungan (Tapp, 2002). Eko-humanis dapat diartikan sebagai pelaksanaan kebijakan terhadap kota-kota besar yang ditujukan untuk mengatasi akibat tidak manusiawi dari industrialisasi yang dapat merusak kondisi kehidupan manusia yang tidak berwujud (Meisner, Kovalev, Nadezhda, &

Lepikhova, 2019)

Konsep Eko-humanis muncul dikarenakan arsitektur berkelanjutan terus dikonseptualisasikan buruk oleh arsitek yang khususnya dalam bidang perawatan Kesehatan lingkungan (Peters & Verderber, 2017). Selain itu konsep ini bertujuan untuk mencegah krisis ekologi menjadi bencana lingkungan.

24 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

Eko-humanis sebagai paradigma baru yang menghubungkan keberlanjutan dan lingkungan, paradigm ini dianggap tidak hanya sebagai doktrin ideologis umum tetapi juga sebagai bidang inovasi konstruktif, platform eco-human dapat menghasilkan teknologi eco-human yang dapat diterapkan dalam pendidikan, kedokteran, ranah sosial, serta konteks budaya yang lebih luas (Ivanovich, 2020).

2.2. Prinsip Eko-Humanis

Teori pembangunan berkelanjutan dipandang sebagai keterpaduan dari paradigma eco-developmentalisme, eco humanism dan eco environmentalism. Sehubungan dengan hal tersebut pembangunan berkelanjutan pada dasarnya menganut tiga prinsip utama (Anom, 2010), yaitu:

1. kelangsungan ekologi;

2. kelangsungan sosial budaya; dan

3. kelangsungan ekonomi, baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.

Prinsip Eko-Humanis (Dovečar, 2021) 1. Persamaan (Equality)

Masyarakat Eko-Humanis menonjol atas pembagian orang berdasarkan jenis kelamin dan orientasi seksualnya, posisi dalam masyarakat, ras, kebangsaan, agama atau keyakinan ideologis.

2. Kesatuan (Unity)

Masyarakat Eko-Humanis sangat berarti persatuan. Itu memberinya kekuatan yang diperlukan yang darinya ia menarik kemauan dan ketekunan untuk mewujudkan tujuannya.

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 25 3. Solidaritas (Solidarity)

Dalam masyarakat Eko-Humanis, solidaritas bukanlah kewajiban sosial, tetapi semacam perilaku sosial, kekuatan etis yang menggabungkan semua nilai positif dalam diri mereka yang menjadi ciri masyarakat dan yang tercermin dalam cinta kepada rakyat dan alam.

4. Keadilan (Justice)

Keutamaan utama dari lembaga masyarakat ekohumanis planet adalah bahwa mereka bertindak dalam semangat keadilan sosial, dan terlepas dari perbedaan individu, memberikan individu kesempatan dan kemungkinan yang sama untuk membangun dan sejahtera.

5. Tugas (Duty)

Dalam masyarakat Eko-Humanis kewajiban individu diartikan sebagai kesenangan bahwa dia telah melakukan pekerjaan dengan kepuasan untuk kepentingan umat manusia dan alam.

6. Tanggung jawab (Responsibility)

Masyarakat ekhumanis memahami tanggung jawab pribadi dan kolektif sebagai kewajiban umat manusia untuk mewujudkan tujuan sosio ekologis yang telah ditetapkan.

7. Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan tidak bisa diputuskan, tidak dipaksakan dan tidak dibeli. Kepercayaan adalah nilai pribadi dan sosial;

tanpanya tidak ada yang berhasil. Itu sebabnya semua prinsip dan fundamental masyarakat ekohumanis didasarkan pada keunikan ini - kepercayaan.

26 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis 8. Pribadi (Privacy)

Semua planet dididik dengan semangat menghormati privasi. Ini adalah hak yang tidak dapat dicabut, yang tidak boleh dieksploitasi dan diabaikan oleh siapa pun.

2.3. Strategi Eko-Humanis

Terdapat dua komponen kunci penting untuk implementasi strategi eko-humanisasi, yaitu ekologi dan kemanusiaan (humanistik). Jika yang pertama mencakup karakteristik nyata, seperti tingkat pencemaran, ketersediaan air minum, dan tempat rekreasi alam, yang terakhir menyiratkan kualitas spiritual, psikologis, dan sosial yang kompleks (Meisner, Kovalev, Nadezhda, & Lepikhova, 2019). Bagi kota modern, masalah serius pertama adalah dekolonisasi, yaitu keterpisahan dari lingkungan alam, disertai pencemaran dan perusakannya demi produksi dan konsumsi industri; Kedua, dehumanisasi yaitu penurunan kenyamanan psikologis hidup di perkotaan, karena faktor sosial, ekonomi, dan spiritual.

Eko-Humanis berfokus pada perlindungan hak asasi manusia dan alam. Komponen praktis dari strategi Eko-Humanis yaitu dengan pengenalan metode inovatif dan praktik untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kompleks praktis akan memberikan kontribusi untuk memperkuat spiritual, moral dan psikofisik, keselamatan yang akan mengarah pada peningkatan kualitas hidup manusia di seluruh dunia serta meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Konsep transformasi Eko-Humanis meliputi reorientasi ekologis pembangunan perkotaan, humanisasi pembangunan perkotaan, demokratisasi, dan desentralisasi sistem manajemen kota besar, dengan partisipasi masyarakat dalam adopsi dan pelaksanaan

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 27 keputusan manajemen, terutama dalam bidang lingkungan dan kemanusiaan. Pendekatan Eko-Humanis didasarkan pada dua kelompok nilai kunci: lingkungan (keharmonisan manusia dan lingkungan, lingkungan perkotaan dan alam, perlindungan lingkungan) dan humanis (pembentukan peraturan sosial budaya dan pedoman etika yang menguntungkan seseorang di kota besar).

Konsep Eko-Humanis mencakup karakteristik ekologi, sosial, dan ekonomi serta sekaligus menekankan pada komponen kultural dan perhatian khusus yang diberikan pada keaslian kota dan komponen etnis budaya. Eko-Humanis memiliki beberapa ciri umum dan khas dalam konsep Humane Metropolis dan Pembangunan Berkelanjutan. Fitur khasnya adalah sebagai berikut:

1. Memungkinkan penentuan karakter spesifik kota, mengidentifikasi risiko dan masalah yang paling penting dan membangun strategi dan taktik untuk memecahkan masalah ini dengan mempertimbangkan lokasi geografis, iklim, dan indikator lingkungan dan sosial lainnya.

2. Bersama dengan metode fundamental, jangka panjang dan memakan biaya untuk memecahkan masalah urbanisasi, konsep ini memiliki kepentingan praktis dan dapat diterapkan untuk mencapai keseimbangan eko-kemanusiaan baik dalam perspektif jangka panjang yang memkan banyak biaya, dan dalam jangka pendek dengan sedikit investasi keuangan;

3. Setelah mempelajari masalah-masalah yang sering terjadi di perkotaan, Eko-Humanis bisa digunakan untuk memecahkan masalah tersebut denag menerapkan sosiogeografis, psikologis, dan etnokultural.

28 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

4. Signifikansi sejarah dan budaya arsitektur dan lanskap dalam konsep struktur, memungkinkan kota menjadi individu, dengan karakter tradisional yang diucapkan yang dapat memanifestasikan dirinya baik dalam fitur eksternal arsitektur, lanskap, organisasi rekreasi, infrastruktur, dan internal satu arah dan sifat kegiatan waktu luang, peta mental kota, dan lain-lain.

Penggunaan konsep ini memungkinkan untuk membangun hubungan horizontal dan vertical untuk pengembangan kota dalam jangka pendek dan panjang. Dapat dikatakan bahwa Eko-Humanis adalah langkah taktis, menengah dalam pelaksanaan rencana strategis untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, kita akan menciptakan masyarakat yang mampu memberikan evolusi positif yang bermanfaat, belum lagi kita akan mampu menyelesaikan masalah utama urbanisasi kota modern, yang merupakan bagian integral dari tugas besar-untuk menghasilkan masyarakat yang manusiawi.

2.4. Metode Survey Ecopolis Humanism

Konsep kota berkelanjutan adalah kota yang merupakan perpaduan antara ecopolis, humanopolis, dan technopolis.

Ecopolis itu sendiri adalah suatu wujud kota yang mengedepankan konservasi energi dan pelestarian keseimbangan ekologis menjadi pertimbangan utama dalam pembangunan kota (Author, 2011). Ecopolis. yaitu Konservasi energi dan pelestarian, keseimbangan ekologis menjadi pertimbangan utama dalam pembangunan kota, sedangkan Humanism, yaitu konsep yang mendambakan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 29 perikemanusiaan. Dalam mengukur aspek klayakan lingkungan dengan menggunakan pendekatan Ecopolis Humanism, ada 9 parameter atau aspek yang dinilai, yaitu:

1. Equity (Keadilan/kesetaraan antar stekholder)

Equality berarti persamaan derajat (tanpa melihat perbedaan apapun) pada penduduk yang mendiami suatu kawasan perumahan atau pemukiman. Pengelolaan Kawasan dikelola oleh multi sektoral akan tetapi tidak ada tumpang tindih kebijakan karena terkoordinasi dengan baik oleh satu kantor yaitu Kantor Pengelola Kawasan atau pihak pemerintah pada kawasan tersebut. Parameter ini dilihat dari kesetaraan warga baik dilihat dari bentuk rumah, fasilitas, dan kondisi lingkungan.

2. Enjoyment (Kenyamanan untuk semua pihak)

Parameter ini dilihat dari lingkungan rumah dan lama waktu tinggal sebagai responden. Enjoyment yaitu gambaran kenyaman penghuni kawasan pemukiman terhadap lingkungan tempat tingganya

3. Esthetic (Keindahan)

Estetika lingkungan adalah hasil dari persepsi dan sikap manusia terhadap lingkungannya yang meliputi keindahan penataan kawasan. Estetika lingkungan inipun adalah bagian atau komponen yang penting dan merupakan aspek yang menentukan kualitas tata ruang secara mikro (kecil).

4. Enforcement (Penegakan Hukum)

Enforcement yaitu Penegakan Hukum dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum.

30 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis 5. Environment (lingkungan)

Yaitu gambaran keadaan lingkungan sekitar kawasan pemukiman dan pengelolaan lingkungan yang ada di kawasan tersebut.

6. Energy (Evisiensi energi)

Adalah gambaran mengenai penggunaan sumber daya yang ada pada suatu kawasan perumahan atau pemukiman 7. Employment (pendapatan)

Employment adalah suatu hal yang berhubungan semuanya dengan kerja, baik itu pekerjaannya, tempat kerjanya, lapangan kerjanya, upah kerja dan lain-lainnya. Employment menggambarkan ada tidaknya ketimpangan ekonomi pada penduduk di suatu kawasan perumahan atau pemukiman.

8. Ethic Development (etika pembangunan)

Ethic development adalah etika membangun sebuah bangunan yang sesuai dengan fungsi peruntukan dan tidak mengganggu estetika dari pemukiman serta tidak merusak lingkungan.

9. Engangement (Partisipasi)

Adalah partisipasi masyarakat terhadap perjanjian atau kesepakatan yang telah ditetapkan bersama oleh masyarakat yang menempati sebuah kawasan perumanahan misalnya kegiatan kerja bakti, ronda malam, dan perjanjian lain.

2.5. Konsep Eko-Humanis

Humanisme ekologis, penegasan bahwa manusia mampu mentransformasikan masyarakatnya untuk meningkatkan pertumbuhan manusia dan alam (Biehl, 2013). Humanisme

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 31 ekologis, pada dasarnya, adalah pandangan komunitarian (Komunitarian merupakan gagasan yang mengedepankan keseimbangan antara hak individu dengan hak masyarakat).

Manusia, pada dasarnya mengejar cita-cita perkembangan menjadi pribadi yang terintegrasi penuh dalam konteks komunitas.

Komunitas yang terlibat ada dua macam. Pertama, ada sosial budaya, menyediakan lembaga di mana masyarakat dapat memperoleh manfaat, dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan. Mulai dari aktivitas yang terkait dengan produksi dan transformasi lingkungan yang menyediakan makanan, tempat tinggal dan berbagai barang material di satu sisi, hingga kemungkinan persekutuan religius, aktivitas olahraga, dan mode ekspresi artistik dan budaya yang memungkinkan eksplorasi kesadaran dan kesadaran manusia. kreativitas di sisi lain. Kedua yaitu Manusia terkait erat dengan dimensi lain dalam komunitas ekologis. Mengikuti dari aspek kehidupan komunitarian, bahwa manusia bukanlah makhluk yang terisolasi. Secara khusus, kita dapat mengidentifikasi dua hal penting di mana diri kita berfungsi sebagai tempat kita dalam komunitas (Brennan, 2013). Indikator ekologis dan humanistik dari standar hidup mendikte kebutuhan bersama untuk mengatasi ketidakharmonisan eksistensial antara manusia dan alam, manusia dan lingkungan perkotaan, lingkungan perkotaan dan alam (Meisner, Kovalev, Nadezhda, & Lepikhova, 2019).

32 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

BAB III

IMPLEMENTASI

EKO-HUMANIS DI DESA WISATA

Balkondes Desa Wisata Karanganyar, Magelang

Sumber: (Hendro, 2019)

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 33 3.1. Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

Desa wisata yang berbasi konsep Eko-Humanis adalah konsep dimana didalam suatu perencanaan dan perancangan bangunan maupun Kawasan memanusiakan manusia dan mengkonservasi lingkungan sekitar. Sehingga dampak pengembangan dan perancangan Kawasan desa wisata tidak merusak ekosistem lingkungan. Banyak desa wisata di Indonesia menerapkan konsep Eko-Humanis, hal ini dapat terlihat dari fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata yang ramah terhadap lingkungan. Banyak desa wisata yang memanfaatkan rumah-rumah warga untuk membuka bisnis, misalnya membuka homestay dan bisnis souvenir.

Pengelolaan desa wisata yang berbasis Eko-Humanis dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada tanpa mengeksploitasi dengan tidak bertanggung jawab. Penetrapan Desa dangan konsep Eko-Humanis dapat dilihat pada desa wisata di sekitar Kawasan Candi Borobudur, misalnya Desa Wisata Candirejo, Desa Wisata Wanurejo, dan Desa Wisata Karanganyar.

3.2. Desa wisata Candirejo

Desa wisata Candirejo terletak 4 km di sebelah timur kompleks wilayah Candi Borobudur dan 7 km dari Ibukota Kabupaten Magelang. Candirejo menawarkan wisata alam yang menakjubkan dengan perpaduan lanskap gunung Menoreh dan suasana pedesaan yang masih alami. Potensi- potensi wisata Desa Candirejo dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

34 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis Keterangan:

Gambar 3. 1 Peta Desa Candirejo Sumber: (Admin, 2015)

Desa Wisata Candirejo menjadi desa wisata yang mengusung “Waroeng Rejo”, sebuah wisata air di sekitar Kali Progo. Pengunjung akan diajak menikmati derasnya sungai progo dengan rafting. Berbeda dengan rafting kebanyakan yang memakai perahu karet, rafting di desa wisata Candirejo menggunakan gethek atau biasa dikenal dengan rakit yang

Gerbang selamat datang Kantor kepala desa Batas desa Jalan local Sungai

Gunung mijil Kebun jeruk Kebun rambutan Hutan rakyat Lahan pertanian Homestay Kerajinan bambu

Wisata air Kerajinan pandan Kebun salak Mata air asin Watu kendil

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 35 terbuat dari bambu. Pilihan wisata yang menantang adrenalin ini tentu tidak bisa dilewatkan oleh mereka yang menyukai tantangan. Balkones Candirejo dapat dilihat pada gambar 3.2 yaitu tempat untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kegiatan pariwisata di Desa Candirejo.

Gambar 3. 2 Balkones Desa Wisata Candirejo Sumber: (Admin, 2017)

Desa Candirejo terdiri dari 11 dusun, masing-masing adalah: Sangen, Brangkal, Paliyan, Kali Duren, Kedungombo, Pucangan, Cekal, Monosari, Patran, Kerten dan Mbutuh. Untuk sampai pada Desa Candirejo dapat melalui jalanan dari arah.

Batas Desa Candirejo:

▪ Sisi Barat : Desa Wanurejo

▪ Sisi Selatan : Desa Ngargogondo

▪ Sisi Timur : Desa Sambeng

▪ Sisi Utara : Sungai Progo

Masyarakat Candirejo seperti masyarakat Borobudur pada umumnya memiliki karakteristik sebagai masyarakat Jawa yang masih tradisional. Kehidupan sehari-hari masyarakat

36 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

Candirejo masih dipengaruhi kebudayaan dan kepercayaan Jawa. Tradisi adat, dan kesenian Jawa hingga kini masih eksis.

Masyarakat Candirejo sebagai masyarakat pedesaan memiliki kehidupan yang guyub dan rukun.

3.2.1. Pengelolaan Desa Candirejo Berbasis Pokdarwis

Proses perubahan dan perkembangan desa Candirejo menjadi desa wisata merupakan hasil dari proses konsolidasi yang dilakukan masyarakat setelah mereka melakukan adaptasi terhadap pengaruh pariwisata (Sari S. R., 2018). Motivasi dan persiapan kegiatan Konsolidasi di Desa Wisata Candirejo dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. 3 Konsolidasi Desa Wisata Candirejo Sumber: (Sari S. R., 2014)

Proses kegiatan konsolidasi desa wisata di Candirejo dilakukan menggunakan konsep Patembayan (Gesselschaft).

MOTIVASI DAN PERSIAPAN

Pembentukan Tim Kelompok Kerja (POKJA) tahun 1996

Tim POKJA melakukan sosialisasi ke perkumpulan pengajian desa/dusun

Menetapkan semboyan “Desa Candirejo Bersatu” tahun 1999

Program “Catur Daya” (tahun 2000) 1. Daya Tarik

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 37 Patembayan merupakan kelompok masyarakat yang berorientasi pada bisnis. Berbeda dengan paguyuban (Gemainschaft), patembayan lebih menghasilkan uang untuk kesejahteraan masyarakatnya sendiri. Kegiatan paguyuban lebih kepada perkumpulan sosial seperti arisan, pengajian, dan sejenisnya. Namun kegiatan patembayan lebih kepada program-program yang menghasilkan uang untuk kepentingan bersama, contohnya adalah pariwisata, kerajinan tangan, dan lain sebagainya (Sari, Soewarno, Nuryanti, & Pramitasari, 2014).

Kedua konsep ini diperkenalkan oleh Tonnnies (2001) yang mengklasifikasikan kelompok masyarakat menjadi Paguyuban (Gemainschaft) dan Patembayan (Gesselschaft).

Gambar 3. 4 Alur Konsolidasi Desa Wisata Candirejo Sumber: Koperasi Desa Wisata (2012) (Sari S. R., 2014)

3.2.2. Daya Tarik Wisata Desa Candirejo

Pemerintah Kabupaten Magelang menjadikan Desa Candirejo sebagai Pilot Project Desa Wisata di Kabupaten

Desa binaan KONSEP PATEMBAYAN

1) Forum slapanan

2) Forum yasinan/mujahadah 3) Forum pertemuan dusun 4) Forum pengajian

Desa Wisata Sosialisasi Kelompok kerja

38 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

Magelang pada tanggal 31 Mei 1999. Pada tanggal 19 April 2003, Desa Candirejo diresmikan menjadi Desa Wisata oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak I Gede Ardika. Pada tahun yang sama, Koperasi Desa Wisata Candirejo dibentuk sebagai Badan Pengelola Pariwisata di Desa Candirejo oleh Pemerintah Desa Candirejo bersama Tokoh Masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Kerja.

Gambar 3. 5 Peta Wisata Desa Candirejo Sumber: (Sari S. R., 2014)

Luas Desa Candirejo sekitar ±365 hektar, yang dimana 60% lahannya dikelola untuk pertanian, 20% untuk perumahan,

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 39 dan sisanya berupa hutan liar. Desa Candirejo terdiri atas 3 macam kegiatan wisata, yaitu wisata budaya, agrowisata, dan wisata alam/ekowisata. Potensi ekowisata Desa Candirejo dapat dilihat pada gambar 3.6. Desa wisata Candirejo dikenal sebagai desa wisata yang menonjolkan faktor alam sebagai daya tarik utama.

Gambar 3. 6 Peta Potensi Wisata Desa Candirejo Sumber: (Sari S. R., 2014)

Secara geografis Desa Candirejo memiliki lokasi yang dekat dengan Candi Borobudur sehingga memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mengenal desa wisata

40 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

Candirejo dan didukung dengan aksesibilitas yang mudah dan dilewati jalur alternatif Yogya-Borobudur. Daya tarik wisata dan potensi wisata yang dimiliki desa Candirejo dapat dilihat pada gambar 3.7, dikembangkan oleh masyarakat sebagai atraksi wisata (Hendriani, 2014) yaitu:

a. Wisata Alam

Wisata alam yang tersedia di Desa Wisata Candirejo antara lain wisata argowisata buah-buahan dan wisata sungai Progo. Berikut ini paket-paket wisata alam:

▪ Wisata Keliling Desa

Candirejo Dhokar Village Tour (lihat Gambar 3.7) menawarkan kepada wisatawan kegiatan eksplorasi penjelajahan Desa Candirejo, baik dengan berjalan kaki, atau menggunakan sarana angkutan delman (andong/dhokar) desa. Terdapat sekitar 14 dhokar yang beroperasi di sekitar Candi Borobudur.

Gambar 3. 7 Candirejo Dhokar Village Tour Sumber: (Pujipurdaningrum, 2017)

Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis | 41

▪ Wisata Menoreh

Paket ini menawarkan kesempatan kepada para wisatawan untuk mendapatkan pengalaman tentang kehidupan sehari-hari dari masyarakat yang tinggal di kawasan Menoreh. Wisatawan dapat menemukan kehidupan habitat asli dari burung-burung yang hidup di daerah ini sambil menikmati keindahan kebun-kebun tanaman obat dan melihat sistem pertanian tradisional yang diterapkan.

▪ Sistem Pertanian desa

Paket wisata ini akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam, terutama yang berada di desa Candirejo. Para pelancong dapat langsung merasakan dan mengerjakan bagaimana rasanya berinteraksi dengan alam di areal pertanian (lihat gambar 3.8), juga dapat ikut berpartisipasi dalam memanen buah-buahan segar langsung dari lokasi pembudidayaannya.

Gambar 3. 8 Pemandangan pertanian Sumber: (Tanaya, 2017)

42 | Desa Wisata Berbasis Eko-Humanis

▪ Wisata sungai

Paket ini menawarkan program jelajah desa yang

Paket ini menawarkan program jelajah desa yang

Dalam dokumen DESA WISATA BERBASIS EKO-HUMANIS (Halaman 30-146)

Dokumen terkait